Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian asuhan keperawatan ini diambil diruang E Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta. Kondisi ruang E kamar 7 adalah ruangan kelas 2 dan 3

khusus penyakit dalam dan penyakit bedah, ada juga ruang isolasi khusus

untuk penyakit menular. 5 besar penyakit yang terdapat di ruang E selama

bulan Januari-April 2016 adalah ispa,vertigo,diabetes mellitus dan pasien

sebelum dan sesudah di lakukan operasi.


2. Identitas Pasien
Penulis mendapat data identitas pasien, nama pasien Tn.S,jenis kelamin laki-

laki, umur 80 tahun, suku Jawa, agama islam, alamat Bantul, status pasien

sudah menikah, pekerjaan Tn.S adalah wiraswasta, no rekam medik 00639xxx

,tanggal masuk rumah sakit 09 Mei 2016, diagnose medis Bronkopneumonia.


3. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Keadaan umum pasien sakit sedang, keluhan utama batuk, kesadaran pasien

compos metis, glascow coma scalenya E: 4 M: 5 V: 6 atau sadar penuh,

riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan sudah seminggu ini dari tanggal

3 Mei 2016 batuk, di sertai sesak nafas karena kelelahan sehabis perjalanan

jauh pasien menjadi sesak kemudian keluarga membawa ke IGD Rumah Sakit

67
68

Bethesda Yogyakarta, setelah di lakukan tindakan keperawatan di IGD pasien

di bawa ke ruang E untuk dilakukan tindakan keperawatan lainya .

Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan tahun 2010 pernah di rawat

di rumah sakit karena penyakit prostat kemudian dilakukan operasi prostat.

Riwayat penyakit keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak

ada dalam keluarganya yang terkena diebetes mellitus, hepatitis dan penyakit

menular lainya.

Riwayat alergi pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat dan

makanan.

b. Pengkajian Pola fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sangat peduli terhadap kesehatan, apabila

pasien sakit atau ada keluarganya yang sakit pasien selalu berobat

ke klinik terdekat atau membeli obat di warung. Pasien mengatakan

kesehatan itu sangat penting, pasien ingin cepat sembuh dari

sakitnya sekarang pasien selalu mengikuti prosedur pengobatan

yang dilakukan. Pasien juga bukan seorang perokok.


2) Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit berat badanya 58 kilogram tinggi

badan 165 cm,untuk pemeriksaan laboraturium tidak terkaji karena

tidak pernah memeriksakan, untuk diet pasien tidak ada diet khusus

pasien sehari makan 3x dengan porsi sedang , lauk pauk dan sayur,

untuk minum sehari 8 gelas .


69

Selama sakit berat badan dan tinggi pasien tidak mengalami

penurunan,untuk pemeriksaan laborat di dapatkan HB : 13,7 masih

dalam keadaan normal,untuk tanda-tanda klinikal mukosa bibir

pasien lembab, selama di rumah sakit pasien makan 3x dalam sehari

dengan porsi yang disediakan rumah sakit. Tidak ada diet khusus

pada pasien .
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan selama di rumah, buang air besar

lancar 1x dalam sehari dengan konsistensi lembek,buang air kecil

lancar sehari 7-8x dengan karateristik warna kuning,bau khas urine .


Selama di rumah sakit pasien buang air besar 1x dalam sehari hanya

sedikit,konsistensi lembek cair,buang air kecil 4-5x dalam sehari

dengan warna kuning pekat,pasien tidak mengalami masalah dalam

pola eliminasi.
4) Pola aktivitas
Pasien mengatakan sebelum sakit semua kebutuhan aktivitasnya di

lakukan mandiri,tetapi selama sakit hampir semua kebutuhan pasien

sseperti mandi, makan, toileting, berpakaian,berpindah di bantu

oleh keluarga dan perawat, pasien juga terpasang 02 nasal kanul 4

liter/menit.
5) Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit pasien mengatakan tidur jam 22.00-05.00 WIB setiap

harinya,tidak pernah terbangun di malam hari,tidur siang jam 14.30-

16.00 tetapi tidak setiap hari tidur siang.


Selama sakit pasien mengatakan terganggu tidurnya karena setiap

malam sering batuk-batuk,tidak bisa tidur dengan nyenyak. Siang


70

hari pasien juga jarang tidur siang karena terganggu dengan batuk

dan sesak nafasnya .


6) Pola hubungan dan peran
Pasien mengatakan sangat menikmati perannya sebagai seorang

kakek dari cucunya,dan menikmata masa pensiunya. Pasien sangat

bersykur memiliki keluarga yang sangat sayang kepadanya


7) Pola perceptual
Sebelum sakit dan selama sakit pada indra penglihatan pasien

mengatakan masih dapat melihat dengan jelas, indra penciuman

masih dapat mencium bau-bauan dengan baik, indra pendengaran

masih dapat mendengar dengan baik, indra pengecapan masih dapat

merasakan manis, asin, pahit dan pedas


8) Pola persepsi diri
Pasien mengatakan seorang warga masyarakat di desanya,pasien

sangat menikmati peranya di masyarakat. Pasien mengatakan juga

menikmati pensiunya dari pegawai negeri sipil. Pasien mengatakan

jika sembuh nanti akan menjaga kesehatanya. Pasien juga bersyukur

selama sakit selalu ada keluarga yang selalu mendampinginya di

rumah sakit dan tetangganya yang selalu menjenguk dirumah sakit.

Pasien mengatakan tidak begitu mengetahui dengan penyebab dia

sakit sakarang.
9) Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam sistem

reproduksi,pasien mempunyai riwayat oprasi prostat pada tahun

2010. Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit seks menular .


10) Pola toleransi terhadap stress dan mekanisme koping
71

Pasien mengatakan kalau ada masalah selalu menceritakan masalah

tersebut kepada istrinya dan anaknya dan pasien mengatakan

apabila ada masalah tentang penyakitnya selalu menceritakan

kepada perawat dan dokter.


11) Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam,selama di rumah sakit pasien tidak bisa

beribadah karena harus berbaring di tempat tidur.

c. Pemeriksaan Fisik

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 9 Mei 2016,

penulis mendapatkan data, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

compos mentis, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 37


o
C, pernafasan 24 kali per menit, berat badan 58 kg dan tinggi badan 165

cm. Pada pemeriksaan kepala didapatkan data,rambut pendek rontok,

berwarna hitam, sedikit kotor dan sudah banyak yang beruban, mata

bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor,terdapat kantung

mata pada hidung tidak terdapat pembesaran polip, dan terpasang O2 nasal

kanul 4 liter per menit, pada telinga bentuk simetris, tidak ada serumen,

kuku terlihat bersih, tidak panjang, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

pada leher. Pada thorak untuk pemeriksaan paru paru, inspeksi : bentuk

dada simetris, pengembangan paru kiri dan kanan maksimal, palpasi :

vocal fremitus atau getaran paru kiri dan kanan sama, perkusi : bunyi
72

perkusi sonor, auskultasi : terdengar bunyi ronchi pada kedua lapang paru.

Untuk pemeriksaan jantung diperoleh data, inspeksi : ictus cordis tidak

terlihat, palpasi : ictus cordis tidak teraba, parkusi : bunyi perkusi pekak,

auskultasi BJ I dan BJ II terdengar dan tidak ada suara tambahan, pada

pemeriksaan abdomen diperoleh data inspeksi : bentuk abdomen buncit,

tidak ada bekas luka, Auskultasi : bising usus terdengar 20 kali per menit,

bunyi perkusi tympani, palpasi : tidak terdapat pembesaran hepar dan lien,

tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas pada keempat kuadran. Pada

ekstermitas tidak ada edema pada ekstermitas atas maupun ekstermitas

bawah , pada ekstermitas atas terpasang infuse RL 20 tpm pada tangan

kiri, Genetalia bersih, pasien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang

dower cateter (DC) .


d. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 09 Mei 2016
Monasit : 16.6%, SGOT (AST) : 77.7 u/l, GDS : 152.9 mg/dl
e. Hasil Foto Thorax tanggal 09 Mei 2016
Thorax : PA (Posterior Anterior)
Kesan : Radiologis suspect lesi moderat TB.
Besar, cor : Cardiomegali ringan.
f. Program Terapi

Pada tanggal 9 Mei 2016 terapi obat yang diberikan B.complex 2

x 36 mg golongan obat generik berfungsi untuk memprodusi energi

pemberian secara oral diberikan jam 08.00 pagi dan jam 18.00 sore,

paracetamol 2 x 500 mg golongan obat analgesic berfungsi untuk

meredakan rasa sakit,dan menurunkan panas secara oral diberikan jam

08.00 pagi dan jam 18.00 sore, papaverin 2 x 40 mg golongan obat


73

vasodilator berfungsi untuk meningkatkan aliran darah dalam tubuh secara

oral diberikan jam 08.00 pagi dan jam 18.00 sore, azithromycin 2 x 500

mg golongan obat antibiotic berfungsi untuk mengobati berbagai macam

infeksi akibat bakteri secara oral diberikan jam 08.00 pagi dan jam 18.00

sore, oxtercid 3 x 10 mg golongan obat antibiotic berfungsi untuk

mengobati infeksi saluran napas secara intravena diberikan jam 08.00

pagi, 13.00 siang dan 20.00 malam, combiven 2 x 2 ml golongan obat

bronkodilator berfungsi untuk pengobatan bronkospasme yang

berhubungan dengan penyakit penyumbatan paru kronis sedang-berat

diberikan jam 08.00 pagi dan jam 20.00 malam dengan nebulizer, dan

diberikan terapi oksigen 4 liter per menit.

4. Analisa data dan diagnose keperawatan


Analisa data dan masalah keperawatan yang muncul pada pasien pada

tanggal 9 Mei 2016 dijelaskan pada table sebagai berikut :


a. Pengumpulan Data

No Pola Wawancara Obsevarsi Dokumentas Kesimpulan

fungsional i
1. Pasien Pasien terpasang Bersihan

mengatakan 02 nasal kanul 4 jalan nafas

batuk,bahkan liter per menit, tidak efektif

sampai sesak terdengar ronkhi

nafas. kedua lapang paru


2. Pola tidur- Pasien Terdapat kantung Gangguan
74

istirahat mengatakan mata,mata Pola tidur

terganggu merah,pasien

tidurnya sering

karena setiap menguap,pasien

malam sering Nampak lemah

batuk-

batuk,tidak

bisa tidur

dengan

nyenyak,siang

hari juga

jarang tidur

karena batuk

terus menerus
3. Pola Pasien Saat di Tanya Kurang

persepsi mengatakan penyebab, tanda Pengetahua

diri tidak gejala, dan cara n

mengetahui perawatan

penyebab Bronkopneumoni

sakitnya a pasien tidak

sekarang tahu
75

b. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Kemungkinan

Penyebab
1. Ds : Pasien mengatakan Bersihan jalan nafas tidak Peningkatan

batuk,bahkan sampai efektif produksi mucus

sesak nafas.

Do : Pasien terpasang 02

nasal kanul 4 liter per

menit, terdengar ronkhi

kedua lapang paru


2. Ds: Pasien mengatakan Gangguan pola tidur Sesak nafas

terganggu tidurnya

karena setiap malam

sering batuk-batuk,tidak

bisa tidur dengan

nyenyak,siang hari juga

jarang tidur karena batuk

terus menerus

Do : Terdapat kantung

mata,mata merah,pasien

sering menguap,pasien
76

Nampak lemah

3. Ds : Pasien mengatakan Kurang Pengetahuan Kurangnya

tidak mengetahui paparan informasi

penyebab sakitnya

sekarang

Do : Saat di Tanya

penyebab, tanda gejala,

dan cara perawatan

Bronkopneumonia pasien

tidak tahu

c. Diagnosa Keperawatan prioritas sesuai dengan masalah :


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus/secret.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi .
77

g. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus/secret.
a) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam jalan

napas pasien kembali ke dalam keadaan yang normal

dengan kriteria hasil verbal tidak ada keluhan sesak nafas,

suara nafas normal, sianosis berkurang, batuk berkurang,

jumlah pernafasan normal (16-20x per menit)


b) Intervensi
Rencana keperawatan yang akan dilakukan antara lain kaji

frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan, penggunaan

alat bantu nafas tambahan, catat perubahan auskultasi bunyi

paru dan tanda sianosis. Rasionalnya adalah penurunan

bunyi nafas menunjukan atelektasis, ronchi menunjukan

akumulasi secret dan tidak efektifnya pengeluaran sekresi

yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot

bantu nafas dan peningkatan kerja pernafasan, dan

oksigenasi yang tidak adekuat mempengaruhi aliran darah

ke kapiler. Auskultasi daerah paru, catat ada tidaknya suara

tambahan. Rasionalnya penurunan udara timbul pada area

yang terkonsolidasi dengan cairan. Suara nafas bronchial

juga dapat terdengar Crackles, ronkhi dan wheezing yang

terdengar merupakan respon akumulasi cairan. Pantau

tanda-tanda vital terus menerus hingga jalan napas dijamin


78

bebas, Rasionalnya pemantuan secara terus menerus di

harapkan dapat mengetahui peningkatan edama yang dapat

menyebabkan obstruksi kompleks. Kolaborasi untuk

nebulizer dan fisioterapi dada Rasionalnya memudahkan

pencarian dan pengeluaran secret.


c) Implementasi
Implementasi yang di lakukan pada tanggal 10 Mei 2016

jam 08.10 wib Mengkaji jumlah pernapasan dan pergerakan

dada. Respon pasien frekuensi napas normal 28 x/menit,

pergerakan dada kanan-kiri simetris. Jam 08.30

Mengauskultasi daerah paru dan ada tidaknya suara

tambahan. Respon pasien terdengar ronkhi dikedua paru.

Mengobsevarsi keadaan umum pasien dan mengukur tanda-

tanda vital. Respon pasien mengatakan masih batuk-batuk

dan sesak nafas, keadaan umum sakit sedang,nadi 84x

per/menit,suhu 36.4 oc, pernapasan 28x per/menit,tekanan

darah 140/80 mmHg. Pada pukul 09.00 Memberikan obat

sesuai dengan program terapi untuk pemberian nebulizer

combiven 1 vail 3 ml, respon pasien batuk-batuk,ada sekret

yang keluar dari hidung. Pada tanggal 11 Mei 2016 jam

8.30 WIB mengkaji keadaan umum pasien respon pasien

mengatakan batuknya sedikit berkurang hanya tiap malam

saja, sesaknya sudah sedikit berkurang, pasien masih


79

memakai 02 nasal kanul 4 liter/menit,pergerakan dada

kanan dan kiri simetris . Jam 12.30 WIB mengukur tanda-

tanda vital pada pasien,respon pasien tekanan darah 130/80

mmHg, pernapasan 22x/menit, nadi 84x/menit, suhu 36.2o

C, Mengauskultasi daerah paru dan ada tidaknya suara

tambahan respon pasien,masih terdengar ronkhi dikedua

paru. Pada tanggal 12 Mei 2016 jam 12.30 pasien pulang

atas permintaan sendiri.


d) Evaluasi
Evaluasi pada tanggal 12 Mei 2016 Respon pasien

mengatakan batuknya sedikit berkurang hanya tiap malam

saja,sesaknya masih terasa terus. Masih terpasang 02 nasal

kanul 4 liter/menit,masih terdengar ronkhi ke kedua

paru,sesak sudah sedikit berkurang,tidak terjadi sianosis.

Masalah teratasi sebagian, pasien pulang .


2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas
a) Tujuan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

gangguan pola tidur pasien dapat teratasi dengan kriteria

hasil pasien mengatakan bisa tidur dengan normal,tidak

terdapat kantung mata,mata merah berkurang,pasien

terlihat lebih segar lagi.


b) Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan kaji kebiasaan pola tidur

rasionalnya untuk mengetahui kebiasaan tidur pasien dan

mengetahui penyebabnya. Kaji faktor gangguan pola


80

tidur,rasionalnya mengetahui penyebab gangguan pola tidur

untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Jelaskan

pentingnya tidur yang adekuat,rasionalnya pasien dapat

memahami pentingnya tidur yang adekuat berguna untuk

proses penyembuhan. Bantu pasien dalam posisi relaks

(nafas dalam dan melemaskan otot-otot) rasionalnya

relaksasi diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi

pasien. Kolaborasi dengan keluarga untuk membatasi

pengunjung, rasional pembatasan pengunjung akan

memberikan waktu bagi pasien beristirahat tanpa

lingkungan yang ramai.


c) Implementasi
Implementasi yang di lakukan tanggal 11 Mei 2016 jam

8.30 wib Mengkaji kebiasaan pola tidur pasien, respon

pasien mengatakan kebiasaan tidur mulai jam 21.00-05.00

WIB tetapi selama dirumah sakit tidak tercukupi kebutuhan

istirahatnya, jam 8.40 wib mengakaji penyebab gangguan

pola tidur pasien respon pasien mengatakan setiap malam

batuk terus-menerus,sampai sesak nafas,siang hari pasien

juga tidak bisa tidur karena batuk terus-menerus,terlihat

mata pasien merah,dan terdapat kantung mata. Pada pukul

09.00 menjelaskan kepada pasien akan pentingnya tidur

dan istirahat buat proses kesembuhan pasien,respon pasien


81

memahami saat dijelaskan akan pentingnya istirahat

berguna untuk proses penyembuhan. Pada pukul 09.15

Membantu pasien dalam posisi relaks yaitu nafas dalam

dan melemaskan otot-otot,respon pasien mengatakan lebih

nyaman nafas dalam dan melemaskan otot buat istirahat.

Pada pukul 10.00 Mengkolaborasi dengan keluarga untuk

pembatasan pengunjung, respon keluarga memahami dan

akan membatasi pengunjung.


Pada tanggal 12 Mei 2016 jam 07.30 Merapikan tempat

tidur pasien, agar pasien lebih nyaman untuk istirahat.

08.00 Mengevaluasi pola tidur pasien, respon pasien

mengatakan tadi malam bisa tidur dengan nyaman, mata

pasien sudah terlihat tidak merah dan pasien kelihatan lebih

segar.
d) Evaluasi
Evaluasi tanggal 12 Mei 2016 pasien mengatakan tadi

malam bisa tidur dengan nyaman, data subjektif mata

pasien sudah terlihat tidak merah dan pasien kelihatan lebih

segar, masalah teratasi, optimalkan intervensi.


3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi
a) Tujuan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x30 menit

dengan kriteria hasil pasien dan keluarga pasien memahami


82

pengertian bronkopneumonia, penyebab bronkopneumonia,

dan cara perawatan bronkopneumonia selama dirumah.


b) Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan kaji tingkat pengetahuan

pasien dan keluarga pasien, rasional mengukur seberapa

besar tingkat pengetahuan tentang penyakitnya. Berikan

pendidikan kesehatan tentang bronkopneumonia tentang

pengertian, penyebab dan cara perawatan

bronkopneumonia, rasionalnya untuk menambah

pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit

bronkopneumonia. Lakukan evaluasi kembali dan

diskusikan dengan pasien dan keluarga pasien mengenai

pendidikan kesehatan yang telah dilakukan, rasional

mengetahui keefektifan pendidikan kesehatan yang telah di

lakukan.
c) Implementasi
Implementasi yang telah di lakukan tanggal 10 Mei 2016

jam 09.45 Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan

keluarga pasien tentang pengertian, penyebab dan cara

perawatan bronkopneumonia,respon pasien dan keluarga

pasien mengatakan belum mengetahui apa itu

bronkopneumonia, penyebab bronkopneumonia dan cara

perawatan pasien yang terkena bronkopneumonia. Pada

pukul 11.00 Memberikan pendidikan kesehatan kepada


83

pasien dan keluarga pasien tentang pengertian, penyebab,

tanda gejala dan cara perawatan bronkopneumonia, respon

pasien dan keluarga pasien mengatakan pengetahuan pasien

dan keluarga sekarang memahami pengertian

bronkopneumonia, penyebab bronkopneumonia, dan cara

perawatan bronkopneumonia selama dirumah..Pada pukul

12.00 mendiskusikan kepada pasien dan keluarga pasien

tentang pendidikan kesehatan yang telah dilakukan,respon

pasien dan keluarga pasien mengatakan sekarang

mengertian apa itu pengertian, penyebab, tanda gejala dan

cara perawatan bronkopneumonia. Pada tanggal 11 Mei

2016 jam 10.00 melakukan evaluasi kembali tentang

pengetahuan pasien dan keluarga pasien respon pasien dan

keluarga mengatakan sekarang memahami pengertian

bronkopneumonia, penyebab bronkopneumonia, dan cara

perawatan bronkopneumonia selama dirumah.


d) Evaluasi
Evaluasi tanggal 12 Mei 2016 data subjektif respon pasien

dan keluarga pasien mengatakan sekarang mengertian apa

itu pengertian,penyebab, tanda gejala dan cara perawatan

bronkopneumonia.
Data objektif pasien dan keluarga pasien dapat

menyebutkan apa itu bronkopneumonia,penyebab,cara

pencegahan dan perawatan bronkopneumonia. Hentikan


84

intervensi (pasien pulang,berikan pendidikan kesehatan

tentang cara perawatan selama di rumah).

B. PEMBAHASAN

1. Diagnosa yang muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus/secret
1) Pengkajian
Pengkajian di lakukan oleh peneliti pada tanggal 09 Mei 2016 di

dapatkan data pasien bernama Tn.S, umur 80 tahun, dirawat di

ruang E Rumah sakit Bethesda Yogyakarta dengan diagnosa medis

Bronkopneumonia, penulis melakukan pengkajian tanggal 09 Mei

2016 jam 08.00, didapatkan data subjektif pasien mengatakan

batuk terus menerus sampai sesak nafas.


Data objektif keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran

compos mentis, terpasang 02 nasal kanul 4 L/menit, pernapasan

28x/menit, terdengar suara ronkhi dikedua lapang paru.


Pengkajian yang dilakukan oleh penulis sudah sesuai dengan kasus

dan teori karena menurut Nanda (2012) batasan karakteristik untuk

masalah ketidakefektifan antara lain: adanya suara napas

tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas,

sianosis, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara, penurunan


85

bunyi napas, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk

yang tidak efektif, ortopnea, gelisah, mata terbuka lebar.


Mekanisme terjadinya bersihan jalan napas tidak efektif adalah

ketika bakteri, jamur, protozoa dan virus masuk ke saluran

pernapasan. Bakteri tersebut menginvasi bronkus dan alveolus

yang kemudian menimbulkan peradangan dan menghasilkan

eksudat. Eksudat yang mengandung banyak penyebab (bakteri,

jamur, protozoa dan virus) mula-mula bersifat encer dan keruh

serta dalam jumlah yang sedikit. Jika hal ini dibiarkan maka

jumlah eksudat akan meningkat dan akan menjadi purulen.

Peningkatan jumlah aksudat akan menyebabkan sumbatan pada

lumen bronkus dan paru-paru dan mengakibatkan saluran napas

tidak bersih. Sumbatan mengurangi asupan oksigen dari luar

sehingga pasien sesak napas. Terjadinya peradangan pada bronkus

dan paru-paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi

mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus

sehingga timbul peningkatan refleks batuk (Sukarmin, 2009).


2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret.

Menurut Nanda (2012) ketidakefektifan bersihan jalan nafas

adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari

saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.

Mekanisme terjadinya bersihan jalan napas tidak efektif adalah


86

ketika bakteri, jamur, protozoa dan virus masuk ke saluran

pernapasan. Bakteri tersebut menginvasi bronkus dan alveolus

yang kemudian menimbulkan peradangan dan menghasilkan

eksudat. Eksudat yang mengandung banyak penyebab (bakteri,

jamur, protozoa dan virus) mula-mula bersifat encer dan keruh

serta dalam jumlah yang sedikit. Jika hal ini dibiarkan maka

jumlah eksudat akan meningkat dan akan menjadi purulen.

peningkatan jumlah aksudat akan menyebabkan sumbatan pada

lumen bronkus dan paru-paru dan mengakibatkan saluran napas

tidak bersih. Sumbatan mengurangi asupan oksigen dari luar

sehingga pasien sesak napas. Terjadinya peradangan pada bronkus

dan paru-paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi

mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus

sehingga timbul peningkatan refleks batuk (Sukarmin, 2009).


Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

penumpukan secret ini penulis tegakkan kerena penulis

mendapatkan data bahwa Keadaan umum pasien sakit sedang,

keluhan utama batuk bahkan sampai sesak nafas. Keadaan umum

pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis Pasien memakai 02

nasal kanul 4 liter per menit,pernapasan 28 x per menit, terdengar

suara ronkhi kedua lapang paru , data tersebut sudah termasuk

pada batasan karakteristik dalam mengambil masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas. Diagnosa ini penulis


87

tetapkan sebagai diagnosa prioritas pertama karena jika tidak

segera diatasi akan menimbulkan komplikasi yang terutama

disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan dan

menyebabkan pasien semakin sesak nafas dan dapat menimbulkan

hipoksia, juga dapat menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut

seperti atelektasis, empiema, pleuritis, edema paru ataupun

meningitis (Muhamad Ardiansyah, 2012).


3) Intervensi
Rencana keperawatan yang akan dilakukan antara lain kaji

frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan, penggunaan alat bantu

nafas tambahan, dan tanda sianosis. Rasionalnya adalah penurunan

bunyi nafas menunjukan atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi

secret dan tidak efektifnya pengeluaran sekresi yang selanjutnya

dapat menimbulkan penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan

kerja pernafasan, dan oksigenasi yang tidak adekuat

mempengaruhi aliran darah ke kapiler. Auskultasi daerah

paru,catat daerah yang menurun dan ada tidaknya suara tambahan

rasionalnya penurunan udara timbul pada area yang terkonsolidasi

dengan cairan. Suara nafas bronchial juga dapat terdengar krekles,

ronkhi dan wheezing yang terdengar merupakan akumulasi cairan.

Pantau tanda-tanda vital terus menerus hingga jalan napas dijamin

bebas, rasionalnya pemantuan secara terus menerus di harapkan

dapat mengetahui peningkatan edama yang dapat menyebabkan


88

obstruksi kompleks. Kolaborasi untuk pemberian terapi nebulizer

dan fisioterapi dada rasionalnya memudahkan pencarian dan

pengeluaran sekret.
4) Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Tn.S pada tanggal 10 Mei 2016

pukul 08.10 wib Mengkaji jumlah pernapasan dan pergerakan

dada. Respon pasien frekuensi napas normal 28 x/menit,

pergerakan dada kanan-kiri simetris, terpasang 02 nasal kanul 4

liter/menit. Pukul 08.30 Mengauskultasi daerah paru dan ada

tidaknya suara tambahan. Respon pasien terdengar ronkhi dikedua

paru. Mengobsevarsi keadaan umum pasien dan mengukur tanda-

tanda vital. Respon pasien mengatakan masih batuk-batuk dan

sesak nafas, keadaan umum sakit sedang,nadi 84x per/menit,suhu

36.4 oc, pernapasan 28x per/menit,tekanan darah 140/80 mmHg.

Pada pukul 09.00 Memberikan obat sesuai dengan program terapi

untuk pemberian nebulizer combiven 1 vail 3 ml, respon pasien

batuk-batuk, ada sekret yang keluar dari hidung. Pada tanggal 11

Mei 2016 pukul 8.30 WIB mengkaji keadaan umum pasien respon

pasien mengatakan batuknya sedikit berkurang hanya tiap

malam saja, sesaknya sudah sedikit berkurang, masih terpasang 02

nasal kanul 4 liter/menit, pergerakan dada kanan dan kiri simetris .

Mengauskultasi daerah paru dan ada tidaknya suara tambahan


89

respon pasien,masih terdengar ronkhi dikedua paru. Pada tanggal

12 Mei 2016 pukul 12.30 pasien pulang atas permintaan sendiri.


Didalam pembuatan implementasi sudah melakukan semua

intervensi yang akan dilakukan dan tidak ada intervensi yang

belum dilakukan. Adapun implementasi tambahan yaitu

memberikan obat oral Azithromycin 2 x 500 mg golongan obat

antibiotik berfungsi untuk mengobati berbagai macam infeksi

karena bakteri dan injeksi Oxtercid 2x 10 mg golongan obat

antibiotik berfungsi untuk mengobati infeksi saluran napas. Penulis

juga tidak lupa untuk memperhatikan respon pasien setelah

dilakukan tindakan keperawatan ataupun tindakan kolaborasi,

penulis juga menuliskan tanggal dan waktu dilakukannya

implementasi dan memberikan tanda tangan setelah melakukan

tindakan keperawatan ataupun tindakan kolaborasi


5) Evaluasi
Evaluasi pada tanggal 12 Mei 2016 data subjektif respon pasien

mengatakan batuknya sedikit berkurang hanya tiap malam saja,

sesaknya masih terasa terus. Data objektif masih terpasang 02

nasal kanul 4 liter/menit, masih terdengar ronkhi ke kedua paru,

sesak sudah sedikit berkurang, tidak terjadi sianosis, masalah

teratasi sebagian, lanjutkan intervensi kaji frekuensi, irama nafas,

penggunaan alat bantu nafas, tanda sianosis, auskultasi daerah paru

ada tidaknya suara tambahan, dan pemberian terapi inhalasi

combiven 2x3 ml 1 vial. Menurut penulis masalah teratasi sebagian


90

karena belum memenuhi kriteria hasil yaitu secara verbal tidak ada

keluhan sesak nafas namum pasien mengatakan sesak nafasnya

sedikit berkurang ini artinya sesak nafas pada pasien belum teratasi

secara maksimal, tidak ada suara nafas tambahan ronkhi tetapi

pada pasien masih terdengar suara tambahan ronkhi di kedua

lapang paru hasil ini tidak sesuai dengan kriteria yang ingin

dicapai, batuk berkurang pada pasien juga berkurang hanya tiap

malam saja, pernafasan pasien dalam rentang normal (20-

24x/menit) pada pasien 24x/menit, hanya batuk yang berkurang

dan pernapasan pasien yang sudah sesuai dengan kriteria hasil

yang ingin dicapai Masalah ini belum teratasi juga karena faktor

pasien pulang karena permintaan sendiri, sehingga ini

menyulitkan penulis untuk melanjutkan intervensi penulis hanya

memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga pasien

bagaimana cara perawatan bronkopneumonia selama dirumah agar

tidak kembali di rawat di rumah sakit.


Penulis juga tidak mencantumkan pemberian edukasi kepada

pasien untuk minum air hangat, rasionalnya adalah membantu

mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan nafas

menurut Doenges (2012), pemberian cairan hangat dapat

membantu pengeluaran sekret tidak dilakukan karena kurang teliti

penulis dalam mengkolaborasi pemberian air putih hangat, pasien

juga tidak kooperatif pada saat terapi inhalasi karena pasien tidak
91

mau menunggu terlalu lama, sering kali melepaskan masker

sehingga obat tidak masuk semuanya, hal inilah yang

menyebabkan sekret masih belum dapat dikeluarkan, selain karena

faktor pasien, peneliti juga menyadari seharusnya peneliti juga

mendampingi pasien saat diberi terapi inhalasi sehingga obat dapat

masuk semuanya dan mempercepat proses pengenceran sekret

sehingga batuk berkurang dan pasien terbebas dari sesak nafas.

Penulis juga kurang teliti, karena penulis tidak menjelaskan

terlebih dahulu tentang kegunaan obat bronkodilator yaitu

combivent 3 ml 1 vial yang diberikan kepada pasien secara

inhalasi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas
1) Pengkajian
Pengkajian yang di lakukan oleh peneliti untuk diagnosa Gangguan

pola tidur berhubungan dengan sesak nafas didapatkan data

subjektif pasien mengatakan terganggu tidurnya karena setiap

malam sering batuk-batuk terus menerus, tidak bisa tidur dengan

nyenyak, siang hari juga jarang tidur karena batuk terus menerus.

Data objektif terdapat kantung mata, mata merah, pasien sering

menguap, pasien nampak lemah .


Menurut (Nanda, 2000) gangguan pola tidur adalah keadaan

dimana individu mengalami atau beresiko mengalami suatu

perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang

mengakibatkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup


92

yang diingini. Dengan batasan karateristik perubahan pola tidur

normal, kesukaran untuk tidur, penurunan kemampuan,

ketidakpuasan tidur, menyatakan sering terjaga pada malam hari,

menyatakan tidak merasa cukup istirahat.


2) Diagnosa
Diagnosa Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas di

angkat karena penulis mendapatkan data subjektif pasien

mengatakan terganggu tidurnya karena setiap malam sering batuk-

batu sampai sesak nafas,tidak bisa tidur dengan nyenyak,siang hari

juga jarang tidur karena batuk terus menerus, data subjektiv

terdapat kantung mata,mata merah,pasien sering menguap,pasien

nampak lemah . Data tersebut sudah sesuai dengan karateristik

gangguan pola tidur. Maka penulis mengangkat diagnosa

Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.


3) Intervensi
Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji kebiasaan pola tidur

pasien rasionalnya untuk mengetahui kebiasaan pola tidur pada

pasien. Kaji faktor gangguan pola tidur, rasionalnya mengetahui

penyebab gangguan pola tidur untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat,

rasionalnya pasien dapat memahami pentingnya tidur yang adekuat

berguna untuk proses penyembuhan. Bantu pasien dalam posisi

relaks (nafas dalam dan melemaskan otot-otot) rasionalnya

relaksasi diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi pasien.


93

Kolaborasi dengan keluarga untuk membatasi pengunjung, rasional

pembatasan pengunjung akan memberikan waktu bagi pasien

beristirahat tanpa lingkungan yang ramai.


4) Implementasi
Implementasi yang di lakukan tanggal 11 Mei 2016 pukul 08.30

wib Mengkaji kebiasaan pola tidur pasien,respon pasien

mengatakan kebiasaan tidur mulai pukul 21.00-05.00 WIB tetapi

selama dirumah sakit tidak tercukupi kebutuhan istirahatnya, pukul

08.40 wib mengkaji faktor penyebab gangguan pola tidur pasien

respon pasien mengatakan setiap malam batuk terus-

menerus,sampai sesak nafas, siang hari pasien juga tidak bisa tidur

karena batuk terus-menerus, terlihat mata pasien merah, dan

terdapat kantung mata. Pada pukul 09.00 menjelaskan kepada

pasien akan pentingnya tidur dan istirahat buat proses kesembuhan

pasien, respon pasien memahami saat dijelaskan akan pentingnya

istirahat berguna untuk proses penyembuhannya. Pada pukul 09.15

Membantu pasien dalam posisi relaks yaitu dengn cara nafas dalam

dan melemaskan otot-otot, respon pasien mengatakan lebih

nyaman dan rileks saat nafas dalam dan melemaskan otot buat

istirahat. Pada pukul 10.00 mengkolaborasi dengan keluarga untuk

pembatasan pengunjung, respon keluarga memahami dan akan

membatasi pengunjung. Pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 07.30

Merapikan tempat tidur pasien, agar pasien lebih nyaman untuk


94

istirahat. Pukul 08.00 Mengevaluasi pola tidur pasien, respon

pasien mengatakan tadi malam bisa tidur dengan nyaman, mata

pasien sudah terlihat tidak merah dan pasien kelihatan lebih segar.
Semua intervensi sudah dilakukan pada implementasi, tidak ada

intervensi yang tidak dilakukan, karena pasien dan keluarga pasien

sangat kooperatif dan sangat memahami akan pentingnya

kebutuhan tidur pasien karena bermanfaat buat proses kesembuhan

pasien, adapun implementasi tambahan yaitu merapikan tempat

tidur pasien karena tempat tidur yang rapi membuat pasien nyaman

untuk beristirahat.
Didalam pembuatan implementasi penulis juga tidak lupa untuk

memperhatikan respon pasien setelah dilakukan tindakan

keperawatan ataupun tindakan kolaborasi dengan keluarga, penulis

juga menuliskan tanggal dan waktu dilakukannya implementasi

dan memberikan tanda tangan setelah melakukan tindakan

keperawatan ataupun tindakan kolaborasi.


5) Evaluasi
Evaluasi yang di lakukan pada tanggal tanggal 12 Mei 2016

mendapatkan data subjektif pasien mengatakan tadi malam bisa

tidur dengan nyaman, data objektif mata pasien sudah terlihat tidak

merah dan pasien kelihatan lebih segar, masalah teratasi, karena

dari data subjektif dan objektif sudah sesuai dengan kriteria hasil

yang ingin dicapai oleh penulis yaitu pola tidur normal, kesukaran

untuk tidur, penurunan kemampuan, ketidakpuasan tidur,


95

menyatakan sering terjaga pada malam hari, menyatakan tidak

merasa cukup istirahat, dari 6 kriteria hasil yang ingin dicapai 5

diantaranya sudah tercapai pada pasien. Menurut penulis diagnosa

ini kurang tepat karena seharusnya tidak muncul ,sesak nafas yang

menyebabkan gangguan pola tidur merupakan batasan karateristik

dari diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif yang menyatakan

sesak nafas merupakan batasan karateristik dari bersihan jalan

nafas tidak efektif.


c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informmasi
1) Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan untuk diagnosa keperawatan

kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi di dapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan tidak

mengetahui penyebab sakitnya sekarang, data objektif,saat ditanya

pengertian,tanda gejala, penyebab dan cara perawatan

Bronkopneumonia pasien dan keluarga tidak tahu . Penulis

menetapkan diagnosa kurang pengetahuan sebagai diagnose karena

dengan pengetahuan pada pasien dan keluarga meningkat setelah

dilakukan pendidikan kesehatan membuat pasien dan keluarga

lebih bertambah pengetahuanya dan dapat mengerti apa itu

bronkopneumonia, penyebabnya, tanda dan gejalanya, serta cara

pencegahan agar pasien dan keluarga pasien tidak ada yang

mengalami penyakit bronkopneumonia.


96

Menurut Carpenito (2009) kurang pengetahuan adalah suatu

keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami

defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan-ketrampilan

psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan.

Batasan karakterisitik terdiri dari batasan karakteristik mayor dan

batasan karakteristik minor. Batasan karakteristik mayor meliputi

mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan-

ketrampilan/ permintaan informasi, mengekspresikan suatu

ketidakakuratan persepsi status kesehatan, melakukan dengan tidak

tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan.

Sedangkan batasan karakteristik minor meliputi kurang integrasi

tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari-hari,

memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis

(misal ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau

kurang informasi.Mekanisme terjadinya kurang pengetahuan pada

keluarga adalah karena ketidakpahaman keluarga tentang proses

perjalanan penyakit yang sedang diderita pasien. Ini disebabkan

karena kurangnya paparan informasi mengenai penyakit yang

sedang diderita pasien (Wong, 2005).


Masalah kurang pengetahuan jika tidak diatasi maka akan timbul

respon individu yang bervariasi seperti ansietas, kurang perawatan

diri dan ketidakpatuhan tentang proses pengobatan (Carpenito,

2009).
97

2) Diagnosa
Diagnosa ini diangkat menjadi masalah karena supaya dengan

dilakukan pendidikan kesehatan pengetahuan pada pasien dan

keluarga meningkat setelah dilakukan pendidikan kesehatan

membuat pasien dan keluarga lebih bertambah pengetahuanya dan

dapat mengerti apa itu bronkopneumonia, penyebabnya, tanda dan

gejalanya, serta cara pencegahan agar pasien dan keluarga pasien

tidak ada yang mengalami penyakit bronkopneumonia. Dan telah

sesuai batasan kareteristik kurang pengetahuan, yaitu karakteristik

mayor meliputi mengungkapkan kurang pengetahuan atau

ketrampilan-ketrampilan/ permintaan informasi, mengekspresikan

suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan, melakukan

dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang

diinginkan. Sedangkan batasan karakteristik minor meliputi kurang

integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari-

hari, memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis

(misal ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau

kurang informasi.
3) Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan

pasien dan keluarga pasien, rasional mengukur seberapa besar

tingkat pengetahuan tentang penyakitnya. Berikan pendidikan

kesehatan tentang bronkopneumonia tentang pengertian,penyebab

dan cara perawatan bronkopneumonia, rasionalnya untuk


98

menambah pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang

penyakit bronkopneumonia. Lakukan evaluasi dan diskusiskan

dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pendidikan kesehatan

yang telah dilakukan,rasional mengetahui keefektifan pendidikan

kesehatan yang telah di lakukan.


4) Implementasi
Implementasi yang telah di lakukan tanggal 10 Mei 2016 pukul

09.45 mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga pasien

tentang pengertian, penyebab dan cara perawatan

bronkopneumonia,respon pasien dan keluarga pasien mengatakan

belum mengetahui apa itu penyakit bronkopneumonia, penyebab

bronkopneumonia dan cara perawatan pasien yang terkena

bronkopneumonia. Pada pukul 11.00 Memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien tentang pengertian,

penyebab, tanda gejala dan cara perawatan bronkopneumonia,

respon pasien dan keluarga pasien mengatakan pengetahuan pasien

dan keluarga sekarang memahami pengertian bronkopneumonia,

penyebab bronkopneumonia, dan cara perawatan

bronkopneumonia selama dirumah. Pada pukul 12.00

mendiskusikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang

pendidikan kesehatan yang telah dilakukan,respon pasien dan

keluarga pasien mengatakan sekarang mengertian apa itu

pengertian, penyebab, tanda gejala dan cara perawatan


99

bronkopneumonia. Pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 10.00

melakukan evaluasi kembali tentang pengetahuan pasien dan

keluarga pasien respon pasien dan keluarga mengatakan sekarang

memahami pengertian bronkopneumonia, penyebab

bronkopneumonia, dan cara perawatan bronkopneumonia selama

dirumah.
Implementasi yang dilakukan pada Tn.S sudah sesuai dengan

intervensi yang telah disusun sebelumnya . Adapun implementasi

tambahan yaitu membagikan leaflet kepada pasien agar leaflet

menjadi bahan bacaan selama dirumah dan memberikan

pengetahuan tentang cara pencegahan bronkopneumonia agar

pasien dan keluarga pasien tidak mengalami penyaki

bronkopneumonia. Didalam pembuatan implementasi penulis juga

tidak lupa untuk memperhatikan respon pasien setelah dilakukan

tindakan keperawatan ataupun tindakan kolaborasi, penulis juga

menuliskan tanggal dan waktu dilakukannya implementasi dan

memberikan tanda tangan setelah melakukan tindakan

keperawatan.
5) Evaluasi
Evaluasi tanggal 12 Mei 2016 data subjektif respon pasien dan

keluarga pasien mengatakan sekarang mengerti apa itu

pengertian,penyebab, tanda gejala dan cara perawatan

bronkopneumonia. Data objektif pasien dan keluarga pasien dapat

menyebutkan apa itu bronkopneumonia,cara pencegahannya, dan


100

penyebabnya, masalah teratasi, Optimalkan intervensi karena

pasien pulang, berikan pendidikan kesehatan tentang cara

perawatan selama di rumah dan berikan leaflet sebagai bahan

bacaan. Menurut penulis masalah ini sudah teratasi dengan

merujuk data diatas yang sudah sesuai dengan kriteria hasil yaitu

tidak mengungkapkan kurang pengetahuan , tidak

mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan,

melakukan dengan tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau

yang diinginkan. Adapun evaluasi tambahan yaitu dengan

memberikan leaflet kepada pasien agar pasien tidak lupa, dan

mengerti cara perawatan selama dirumah , pencegahan selama di

rumah
2. Diagnosa yang tidak muncul
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler (efek inflamasi)


Kerusakan pertukaran gas adalah keadaan dimana seorang individu

mengalami penrunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang

aktual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan

sistem vaskular (Capernito, 2009). Sedangkan menurut Nanda (2012)

gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan

atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar kapiler.


Batasan karakteristik meliputi pH darah arteri abnormal, pernapasan

abnormal (misalnya kecepatan, irama, kedalaman), warna kulit abnormal

(misal pucat, kehitaman), sianosis (pada neonatus saja), penurunan


101

karbondioksida, dispnea, sakit kepala saat bangun, hiperkapnea (kadar

kabordioksida didalam tubuh meningkat), hipoksemia, napas cuping

hidung, gelisah, somnolen, takikardia, gangguan penglihatan (Nanda,

2012). Faktor-faktor yang berhubungan menurut Nanda (2012) antara lain

perubahan membrane alveolar kapiler dan ketidakseimbangan ventilasi-

perfusi.
Penulis tidak menegakkan diagnosa ini karena tidak terdapat data yang

kuat seperti dispnea, sakit kepala saat bangun, napas cuping hidung,

somnolen dan tidak dilakukannya pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)

pasien.
b. Hipertermi berhubungan dengan toxemia
Hipertermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau

beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus-menerus lebih tinggi

dari 37,8C (100F) per oral atau 38,8C (101F) per rektal karena faktor

eksternal (Capernito, 2009). Sedangkan menurut Nanda (2012) hipertermi

adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.


Batasan karakteristik yang mungkin muncul menurut Capernito (2009)

terdiri dari batasan karakterisik mayor dan batasan karakteristik minor.

Batasan karakteristik mayor antara lain suhu lebih tinggi dari 37,8C

(100F) per oral atau 38,8C (101F) per rektal, kulit hangat, takikardia.

Batasan karakteristik minor meliputi kulit kemerahan, penigkatan

kedalaman pernapasan, menggigil atau merinding, perasaan hangat atau

dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misalnya sakit kepala),

malaise, keletihan, kelemahan, kehilangan napsu makan, berkeringat.


102

Faktor-faktor yang berhubungan menurut Nanda (2012) antara lain

anestesia, penurunan respirasi, dehidrasi, pemajanan lingkungan yang

panas, penyakit, pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu

lingkungan, peningkatan laju metabolisme, medikasi, trauma, dan aktivitas

berlebihan.
c. Penulis tidak menegakkan diagnosa ini karena tidak ditemukan data yang

merupakan batasan karakteristik dari hipertermi seperti suhu lebih tinggi

dari 37,8C (100F) per oral atau 38,8C (101F) per rektal, kulit hangat.

Pasien juga sudah mendapatkan terapi obat paracetamol dari hari pertama

dirawat dirumah sakit, dan pasien sudah dirawat selama 3 hari.


d. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan (inflamasi pada jaringan

parenkim paru
Menurut Carpenito (2009) Nyeri akut adalahkeadaan dimana

individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang

hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau

kurang.
Batasan karakteristik nyeri akut menurut Carpenito (2009) terbagi

menjadi batasan karakteristik mayor dan batasan karakteristik minor.

Batasan karakteristik mayor antara lain komunikasi (verbal atau

penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan. Sedangkan batasan

karakteristik minor antara lain mengatupkan rahang atau pergelangan

tangan, perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya,

ansietas, peka rangsang, menggosok bagian yang nyeri, mengorok, postur

yang tidak biasanya, ketidakaktifan fisik atau imobilisasi, masalah dengan


103

konsentrasi, perubahan pada pola tidur, rasa takut mengalami cedera

tulang, menarik bila disentuh, mata terbuka lebar atau sangat tajam,

gambaran kurus, mual dan muntah.


Faktor-faktor yang berhubungan menurut Nanda (2012) meliputi

agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis). Penulis tidak menegakkan

diagnosa ini karena tidak ditemukan data-data yang merupakan batasan

karakteristik dari nyeri akut seperti komunikasi (verbal atau penggunaan

kode) tentang nyeri yang dideskripsikan, mengatupkan rahang atau

pergelangan tangan, perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas

sebelumnya, agitasi, ansietas, peka rangsang, menggosok bagian yang

nyeri, mengorok, postur yang tidak biasanya, ketidakaktifan fisik atau

imobilisasi, masalah dengan konsentrasi, perubahan pada pola tidur, rasa

takut mengalami cedera tulang, menarik bila disentuh, mata terbuka lebar

atau sangat tajam, gambaran kurus, mual dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai