Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh manusia karena
terdapat jaringan limfoid. Tonsil memiliki letak yang stategis untuk mencegah
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi (Sherwood,
2001). Jika terjadi infeksi, tonsil akan berubah menjadi berwarna kemerahan dan
terjadi pembesaran pada jaringan limfoid (Kumar et al., 2010). Tonsilitis kronis
merupakan peradangan menahun lebih dari tiga bulan atau sebagai akibat dari
pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai (Maqbool, 2001). Pasien datang
dengan keluhan sakit tenggorok atau sakit menelan, bau mulut (halitosis), dan
badan lesu (Snow, 2003).
Radang kronis pada adenoid (tonsila nasofaringea) dan tonsil (tonsila palatina)
masih menjadi masalah kesehatan dunia. Di Amerika Serikat prevalensi tonsilitis
kronis pada tahun 1995 adalah sebesar 7 per 1000 penduduk atau 0,7%.
Sementara di Norwegia dijumpai 11,7% anak mengalami tonsilitis rekuren,
dimana sebagian besar merupakan tonsilitis kronis yang mengalami eksaserbasi,
serta di Turki ditemukan tonsilitis berulang pada 12,1% anak (Paradise, 2008
dalam Novel, 2010).
Penelitian mengenai penyakit berulang pada saluran nafas kronis dan organ
pendengaran yang dilakukan terhadap lebih dari 3,5 juta jiwa di Amerika Serikat
dijumpai prevalensi penderita tonsilitis kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk
(Otvagin, 2009). Penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan
keluarga dengan tonsilitis kronis yang dilakukan pada 321 keluarga dan 335 anak-
anak (umur 1-15 tahun) didapatkan data sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu
usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis (Khasanov et al.,2006).
Berdasarkan data epidemiologi penyakit Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
di 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1994 1996, prevalensi tonsilitis kronis
tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%. Insiden tonsilitis
kronis di RS Dr. Kariadi Semarang yang dilaporkan oleh Aritomoyo (1978)

Universitas Sumatera Utara


sebanyak 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun (Suwento, 2001 dan
Aritmoyo, 1978 dalam Farokah, 2005).
Menurut Udaya (1999) di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997
sampai dengan Maret 1998 menemukan 1024 pasien tonsilitis kronis atau 6,75%
dari seluruh jumlah kunjungan (Udaya, 1999 dalam Farokah, 2005)
Menurut Farokah dalam penelitiannya mengenai hubungan tonsilitis kronis
dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang
didapatkan prevalensi penderita tonsilitis kronis pada siswa kelas II Sekolah Dasar
di Kota Semarang sebesar 48,2% (145/301) umur antara 7-9 tahun, terbanyak
pada umur 8 tahun. Siswa dengan tonsilitis kronis mempunyai resiko 3,5 kali
lebih sering mendapatkan prestasi belajar kurang dari rata-rata dibanding yang
tidak tonsilitis kronik (Farokah, 2005).
Menurut Nurjannah (2011), distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis di
Medan pada tahun 2007 2010 berdasarkan usia terjadi paling banyak pada
kelompok umur 11 20 tahun yaitu sebesar 40%. Tidak terdapat perbandingan
yang signifikan untuk jenis kelamin. Pasien datang dengan keluhan utama sakit
menelan sebesar 68,6%, tanda klinis plika anterior hipermis sebesar 48,6%, dan
ukuran tonsil T3 sebesar 47,1% (Nurjannah, 2011). Penatalaksanaan
medikamentosa sebanyak 83,7% pada tahun 2009 (Amalia, 2011)

Belum didapatkannya data terbaru tentang gambaran penderita tonsilitis kronis


di RSUP Haji Adam Malik, karena itulah penulis mencoba untuk melakukan
penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis di Departemen THT-
KL RSUP Haji Adam Malik.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departemen THT-KL
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departemen THT-
KL Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada 1 Januari
2012 sampai dengan 31 Desember 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
sosiodemografi yaitu jenis kelamin, umur, dan pekerjaan.
b. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
keluhan utama.
c. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
ukuran tonsil.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan
penatalaksanaan yang diberikan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam:
1. Mengetahui karakteristik pendertita tonsilitis kronis di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
2. Untuk memperoleh data awal bagi penelitian selanjutnya.
3. Sebagai sumber referensi untuk perbaikan kelengkapan data penderita
tonsilitis kronis.
4. Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan dibidang Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai