Tonsil (amandel) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh manusia karena terdapat jaringan limfoid. Tonsil memiliki letak yang stategis untuk mencegah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi (Sherwood, 2001). Jika terjadi infeksi, tonsil akan berubah menjadi berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran pada jaringan limfoid (Kumar et al., 2010). Tonsilitis kronis merupakan peradangan menahun lebih dari tiga bulan atau sebagai akibat dari pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai (Maqbool, 2001). Pasien datang dengan keluhan sakit tenggorok atau sakit menelan, bau mulut (halitosis), dan badan lesu (Snow, 2003). Radang kronis pada adenoid (tonsila nasofaringea) dan tonsil (tonsila palatina) masih menjadi masalah kesehatan dunia. Di Amerika Serikat prevalensi tonsilitis kronis pada tahun 1995 adalah sebesar 7 per 1000 penduduk atau 0,7%. Sementara di Norwegia dijumpai 11,7% anak mengalami tonsilitis rekuren, dimana sebagian besar merupakan tonsilitis kronis yang mengalami eksaserbasi, serta di Turki ditemukan tonsilitis berulang pada 12,1% anak (Paradise, 2008 dalam Novel, 2010). Penelitian mengenai penyakit berulang pada saluran nafas kronis dan organ pendengaran yang dilakukan terhadap lebih dari 3,5 juta jiwa di Amerika Serikat dijumpai prevalensi penderita tonsilitis kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk (Otvagin, 2009). Penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis yang dilakukan pada 321 keluarga dan 335 anak- anak (umur 1-15 tahun) didapatkan data sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis (Khasanov et al.,2006). Berdasarkan data epidemiologi penyakit Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1994 1996, prevalensi tonsilitis kronis tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%. Insiden tonsilitis kronis di RS Dr. Kariadi Semarang yang dilaporkan oleh Aritomoyo (1978)
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun (Suwento, 2001 dan Aritmoyo, 1978 dalam Farokah, 2005). Menurut Udaya (1999) di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 menemukan 1024 pasien tonsilitis kronis atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan (Udaya, 1999 dalam Farokah, 2005) Menurut Farokah dalam penelitiannya mengenai hubungan tonsilitis kronis dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang didapatkan prevalensi penderita tonsilitis kronis pada siswa kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang sebesar 48,2% (145/301) umur antara 7-9 tahun, terbanyak pada umur 8 tahun. Siswa dengan tonsilitis kronis mempunyai resiko 3,5 kali lebih sering mendapatkan prestasi belajar kurang dari rata-rata dibanding yang tidak tonsilitis kronik (Farokah, 2005). Menurut Nurjannah (2011), distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis di Medan pada tahun 2007 2010 berdasarkan usia terjadi paling banyak pada kelompok umur 11 20 tahun yaitu sebesar 40%. Tidak terdapat perbandingan yang signifikan untuk jenis kelamin. Pasien datang dengan keluhan utama sakit menelan sebesar 68,6%, tanda klinis plika anterior hipermis sebesar 48,6%, dan ukuran tonsil T3 sebesar 47,1% (Nurjannah, 2011). Penatalaksanaan medikamentosa sebanyak 83,7% pada tahun 2009 (Amalia, 2011)
Belum didapatkannya data terbaru tentang gambaran penderita tonsilitis kronis
di RSUP Haji Adam Malik, karena itulah penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis di Departemen THT- KL RSUP Haji Adam Malik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departemen THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui karakteristik penderita Tonsilitis Kronis di Departemen THT- KL Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan sosiodemografi yaitu jenis kelamin, umur, dan pekerjaan. b. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan keluhan utama. c. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan ukuran tonsil. d. Mengetahui distribusi proporsi penderita tonsilitis kronis berdasarkan penatalaksanaan yang diberikan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam: 1. Mengetahui karakteristik pendertita tonsilitis kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Untuk memperoleh data awal bagi penelitian selanjutnya. 3. Sebagai sumber referensi untuk perbaikan kelengkapan data penderita tonsilitis kronis. 4. Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan dibidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher.