LANDASAN TEORI
lapangan ini termasuk dalam Cekungan Jawa Timur Utara. Cekungan Jawa Timur Utara
merupakan cekungan busur belakang (back arc basin) dengan zona penunjaman aktif yang
berada di bagian selatan Pulau Jawa. Perkembangan fase tektonik yang berkembang di Cekungan
belakang busur Jawa Timur tidak bias lepas dari aktivitas lempeng Indo-Australia di bawah
Secara fisiografis Cekungan Jawa Timur Utara merupakan cekungan berarah barat
timur. Menurut Van Bemmelen (1949), fisiografi pulau Jawa dibagi menjadi 7 zona, yaitu:
Zona Kendeng memanjang dengan arah timur barat, terutama dicirikan oleh struktur
lipatan, sesar normal maupun anjak. Zona Rembang Selatan dan Randublatung, dicirikan pola
struktur berarah timur barat dan terutama dicirikan oleh lipatan dan struktur kubah yang
berasosiasi dengan struktur sesar. Zona Rembang Utara dan Madura Utara, dicirikan oleh
struktur anticlinorium yang terangkat dan tererosi pada Plio-Pleistosen, berasosiasi dengan
struktur sesar mendatar mengiri berarah timurlaut baratdaya yang menerus di kawasan
Kalimantas Selatan. Di daerah lepas pantai didominasi oleh pola strutur berarah timurlaut
baratdaya yang membentuk pola struktur tinggian dan rendahan atau cekungan.
Struktur geologi Cekungan Jawa Timur Utara mempunyai dua pola arah umum yaitu
baratdaya timurlaut dan barat timur (Pulunggono & Soeyono, 1990). Pola arah umum tiak
lepas dari perubahan arah jalur penunjaman. Posisi jalur penunjaman akan searah dengan jalur
magmatis yang dihasilkannya dan membentuk pola orientasi struktur yang searah pula. Pola arah
umum baratdaya timurlaut diperkirakan merupakan hasil penunjaman pada zaman Kapur yang
yang berumur Kapur. Arah umum barat timur searah dengan busur magmatik old andesite
formation di daerah Kulon progo sampai volcanic arc Besole (Formasi Besole) di pantai selatan
Jawa Timur, terbentuk pada kala Oligosen Miosen Awal. Adanya busur magmatik tersebut
menjadi arah barat timur. Pergeseran busur magmatik lebih ke arah utara yaitu dibuktikan oleh
keberadaan jalur gunungapi resen, maka pola orientasi struktur barat timur ini semakin
dominan. Fase tektonik yang kuat yaitu tektonik invers, terjadi pada kala Miosen Tengah dan
dilanjutkan pada kala Plio-Pleistosen. Fase tektonik ini dicirikan oleh lipatan-lipatan yang kuat
Daerah penelitian secara stratigrafi termasuk ke dalam Zona Rembang. Zona Rembang
merupakan daerah pegunungan yang memanjang dengan arah barat timur, mulai dari
Purwodadi ke timur sampai Pulau Madura. Tiap-tiap kali pegunungan tersebut diselingi oleh
dataran alluvial (dekat Blora, Jojogan, dan sepanjang hilir Sungai Bengawan Solo). Punggungan
Rembang ini rata-rata lebarnya 50 km, puncaknya yang tertinggi mencapai 500 m di atas
permukaan laut (Gading 535 m, Tungangan 191 m). Stratigrafi regional Cekungan Jawa Timur
minyak (seperti : Purwodadi-1, Kujung-1, Dermawu-1, JS1-1, JS28-1, JS13-1). Satuan ini
merupakan batuan dasar di Mandala Rembang. Disusun oleh batusabak, filit, sekis, dan granit
yang berumur 100 juta tahun, atau sepadan dengan zona kisaran umur N4 N5 (Miosen Awal).
Ketebalannya 76m, diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Hubungan dengan Formasi
batugamping, tufa, dan batubara. Dari bawah hingga bagian atas, Formasi Ngimbang terdiri dari
tiga anggota yaitu Ngimbang Klastik, Ngimbang Karbonat, dan Ngimbang Shale.
paling bawah terdiri dari bioklastik batugamping berlapis dengan batupasir berbutir halus hingga
sedang dan shale. Bagian paling atas dikarakterisasikan oleh batugamping tipe wackstone sampai
disusun oleh perselingan antara batugamping kapur, batugamping bioklastik (kaya akan fosil
bagian bawah fosil Globigerina ciperoensis, Globigerina primordeus dan Globigerina dissimilis,
mengindikasikan puncak dari transgresi yang dimulai sejak pengendapan dari Formasi Kujung.
Miosen mudstone dan shale mengendap menutupi sekuean karbonat dari Formasi Kujung
relative halus, semakin ke atas terdapat batupasir kuarsa berputir relative kasar (Anggota
Ngrayong) dengan ketebalan batupasir kuarsa bias mencapai 90 meter, terdapat sisipan
batugamping orbitoid, ke atas dijumpai sisipan tipis lignit. Diendapkan pada lingkungan paparan
dangkal tidak jauh dari garis pantai yang tertutup (lagoon). Satuan ini terletak secara selaras di
batugamping pasiran, kaya akan foram besar dan kecil, koral serta ganggang. Penyebarannya
luas mulai dari Ngrejeg Klumpit Rengel hingga Purwodadi, dan di daerah Pati tertutup
endapan alluvial. Ketebalan satuan ini 54 m 248 m. Umur Formasi Bulu adalah Miosen Akhir
bagian bawah (N14 N15). Diendapkan pada lingkungan neritik luar batial atas. Hubungan
Satuan ini tersusun oleh napal lempungan, hingga napal pasiran, yang kaya akan foram plankton,
terdapat sisipan kalkarenit dengan tebal lapisan 5 20 cm. Penyebarannya relatif barat timur,
mulai dari Sukolilo (di barat) Sedan Wonosari Kedungwaru Metes Banyuasin
Mantingan Bulu, Antiklin Ledok, Antiklin Kawengan, lanjut ke arah Manjung Tawun,
Jojogan Klumpit, menipis kea rah Tuban di timur. Tebal satuan ini 89 m 600 m, berumur
Miosen Akhir bagian bawah hingga Miosen Akhir bagian tengah (N15 N16). Diendapkan pada
lingkungan laut terbuka (neritik luar) batial atas. Hubungan dengan Formasi Ledok di atasnya
adalah selaras.
pasiran dan kalkarenit, dengan napal dan batupasir. Bagian atas dari satuan ini dicirikan batupasir
Penyebarannya mulai dari Depresi Pati (di bagian barat) ke timur hingga Tuban, dimana satuan
ini menipis, membaji dengan Tinggian Tuban. Berdasarkan fosil foram planktonik (Globorotalia
pleistumida) umur Formasi Ledok adalah Miosen Akhir bagian atas (N17 N18). Diendapkan
pada lingkungan neritik luar ( 200m) pada Formasi Ledok bawah, semakin dangkal (60 100
m).
planktonic. Secara stratigrafis, Formasi Mundu terletak tidak selaras di atas Formasi Ledok,
penyebarannya luas, dengan ketebalan 200 m 300 m di daerah antiklin Cepu area, kea rah
selatan menebal menjadi sekitar 700 m. Formasi ini terbentuk antara Miosen Akhir hingga
batugamping terumbu yang disusun oleh organisme ganggang, koral, dan foram besar.
Penyebarannya mulai dari Jojogan Montong Tuban Palang Paciran Paceng Gresik,
menerus ke Pulau Madura. Ketebalannya 105 m 150 m. Berdasarkan fosil foram besar, formasi
ini berumur Pliosen Pleistosen. Diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dekat pantai,
tertutup dan berangsur-angsur menjadi semakin dangkal. Merupakan satuan batulempung biru
tua, monoton, tidak berlapis. Satuan ini dapat dipisahkan menjadi bagian atas, tengah, dan
bawah. Pada bagian bawah Formasi Lidah merupakan satuan batulempung berwarna biru
(Anggota Tambakromo). Bagian atas terdiri dari batulempung sisipan napal dan batupasir kuarsa
mengandung glaukonit (Anggota Turi). Di daerah Antiklin Kawengan kehadiran dua satuan ini