Repro Duks I
Repro Duks I
MINGGU I
TUJUAN KHUSUS :
1. Siswa mendapatkan informasi mengenai dampak positif dan negatif dari pacaran
2. Siswa menyadari resiko dari berbagai perilaku berpacaran
3. Siswa mendapatkan pencerahan pengetahuan tentang bagaimana berpacaran secara sehat tanpa harus
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri
Tabel 1. TOR Pertemuan Minggu I Pendidikan Kesehatan Reproduksi
PROSES PELAKSANAAN :
A. Pembukaan
Durasi : 5 menit
Kegiatan :
Guru menyampaikan sambutan, kemudian menjelaskan secara umum apa yang akan dilakukan pada
pertemuan ini. Selain itu, guru dapat mengajarkan yel-yel untuk membentuk fokus siswa selama pertemuan
berlangsung.
B. Ice Breaking
Durasi : 10 menit
Kegiatan :
Dapat dipilih antara game atau mapping, menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada.
Contoh mapping :
1. Masing-masing siswa akan mendapatkan sepasang potongan karton berwarna merah dan hitam dari guru.
Guru kemudian memberitahu bahwa karton hitam artinya tidak setuju dan karton merah artinya setuju.
2. Siswa akan dibacakan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan topik dan diminta untuk mengangkat
karton hitam ke atas bila tidak setuju dengan pernyataan tersebut, atau mengangkat karton merah ke atas
bila setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Siswa tidak perlu meniru jawaban siswa lain, dan diminta menunjukkan jawaban yang pertama terlintas di
pikiran mereka dengan segera.
4. Guru diharapkan menghitung atau memperhatikan porsi jawaban yang diberikan siswa agar dapat
digunakan dalam pleno, seberapa yang setuju atau sebaliknya, dengan tujuan agar dapat membandingkan
pendapat pribadi siswa dalam mapping dengan pendapatnya setelah saling membuka pikiran lewat diskusi
dalam proses kelompok.
C. Proses Kelompok
Durasi : 30 menit
Kegiatan :
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-8 orang. Pembagian kelompok bisa menggunakan
hitungan ganjil-genap atau kocokan arisan. Diusahakan dalam tiap kelompok ada anggota yang berjenis kelamin
laki-laki maupun perempuan. Guru kemudian membagikan materi yang akan didiskusikan. Guru berperan untuk
mendampingi kelompok untuk membantu jalannya proses kelompok.
Contoh tugas yang harus didiskusikan kelompok :
2. Pengetahuan, bekal, atau keterampilan apa saja yang diperlukan supaya remaja bisa berpacaran secara
positif?
D. Pleno
Durasi : 30 menit
Kegiatan:
Tiap kelompok diminta memilih perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka terhadap tugas
yang diberikan guru. Jika tidak cukup waktu, pilihlah kelompok dengan hasil diskusi yang paling pro dan yang
paling kontra. Kelompok yang tidak maju presentasi diminta menambahi pendapat kelompok yang maju. Kemudian
guru merangkum hasil diskusi yang ada dan dibandingkan dengan perspektif pendidikan kesehatan reproduksi
melalui pemaparan materi serta dapat pula dibandingkan dengan hasil mapping (jika dilakukan).
E. Penutupan
Durasi : 15 menit
Kegiatan:
Guru memberikan kuis sebagai hasil evaluasi, dapat berupa lisan maupun tertulis. Jawaban terbaik bisa
mendapatkan hadiah sederhana (misalnya stiker, permen, wafer).
Contoh pertanyaan :
1. Apa saja komitmen pacaran menurutmu?
2. Apa arti pacaran sehat menurutmu?
3. Apa yang kamu lakukan agar dapat berpacaran secara sehat?
Sebagai penutupan, guru menyampaikan pesan moral yang berkaitan dengan topik. Misalnya : Masa remaja
adalah masa yang indah dan tidak mungkin terulang. Nikmatilah masa remajamu dengan penuh tanggung jawab.
F. Lampiran Materi
1. Pacaran adalah kondisi dimana kita berani memutuskan dan siap untuk menyediakan tempat bagi orang lain untuk
masuk ke dalam kehidupan kita
2. Sisi positif pacaran :
a) Mengasah sosialisasi
b) Belajar mengatasi konflik
c) Belajar menerima diri sendiri dan orang lain
d) Belajar mengenal karakter lawan jenis
3. Sisi negatif pacaran :
a) Penyalahgunaan perilaku seks pra nikah (free sex)
b) Waktu tersita untuk pacaran
c) Bisa saja terjadi kekerasan dalam pacaran
4. Kriteria pacaran sehat:
a) Sehat fisik, tidak terjadi kekerasan dalam pacaran, sekalipun laki-laki lebih kuat, bukan berarti boleh melakukan
tindakan fisik yang merugikan perempuan.
b) Sehat sosial, pacaran yang tidak mengikat, artinya hubungan sosial dengan pihak lain (keluarga atau teman) juga
harus dijaga. Jika hanya berduaan setiap saat dengan pacaran, bukan merupakan hal yang positif, karena kita dapat
kesulitan bergaul dengan orang lain dan menjadi asing dengan lingkungan sendiri.
c) Sehat finansial, tidak menyebabkan kerugian finansial atau kerugian keuangan.
d) Sehat seksual, artinya tahu resiko dari perilaku seksual yang dilakukan dan berani bertanggungjawab atas pilihan
yang dilakukan. Kedekatan secara fisik dapat memicu keinginan untuk melakukan kontak seksual. Jika keinginan
tersebut tidak dapat dikontrol dengan baik, maka kita dapat melakukan perilaku yang beresiko secara tidak
terkendali dan tentu berakibat merugikan diri sendiri.
e) Sehat emosi, tidak menyebabkan kondisi emosi labil atau sering menangis, murung atau marah. Hubungan pacaran
akan berjalan dengan baik bila ada rasa nyaman, saling terbuka dan pengertian. Kita tidak hanya dituntut untuk
mengenali emosi diri sendiri, namun juga emosi pasangan. Penting sekali untuk mengungkapkan dan mengendalikan
emosi dengan baik.
5. Cara menjalani pacaran sehat :
a) Diskusikan dengan pacar bagaiman hubungan akan dibina
b) Miliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
c) Berani berkata tidak pada perilku yang negatif dalam pacaran
d) Menghargai diri sendiri
e) Belajar menjadi diri sendiri
f) Bertanggung jawab pada keputusan sendiri
g) Beperilaku seksual yang aman
ASERTIF
MINGGU II
TUJUAN KHUSUS :
1. Siswa menyadari tentang kemungkinan terjadinya kekerasan dalam pacaran dan hal-hal yang dapat
menimbulkannya
2. Siswa menyadari akan dampak kekerasan dalam pacaran
3. Siswa mendapatkan informasi mengenai cara untuk menghindari dan mengatasi kekerasan dalam pacaran
Tabel 1. TOR Pertemuan Minggu II Pendidikan Kesehatan Reproduksi
PROSES PELAKSANAAN :
a. Pembukaan
Durasi : 5 menit
Kegiatan :
Guru menyampaikan sambutan, kemudian menjelaskan secara umum apa yang akan dilakukan pada
pertemuan ini.
b. Ice Breaking
Durasi : 10 menit
Kegiatan :
Dapat dipilih antara game atau mapping, menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Bermacam-macam
game dapat dilihat pada Bagian II.
Contoh mapping :
2. Siswa akan dibacakan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan topik dan diminta untuk jongkok bila
tidak setuju dengan pernyataan tersebut, atau tetapp berdiri bila setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Siswa tidak perlu meniru jawaban siswa lain, dan diminta bereaksi sesuai jawaban yang pertama terlintas di
pikiran mereka dengan segera.
4. Guru diharapkan menghitung atau memperhatikan porsi jawaban yang diberikan siswa agar dapat
digunakan dalam pleno, seberapa yang setuju atau sebaliknya, dengan tujuan agar dapat membandingkan
pendapat pribadi siswa dalam mapping dengan pendapatnya setelah saling membuka pikiran lewat diskusi
dalam proses kelompok.
c. Proses Kelompok
Durasi : 30 menit
Kegiatan :
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-8 orang. Pembagian kelompok bisa menggunakan
hitungan ganjil-genap. Diusahakan dalam tiap kelompok ada anggota yang berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Guru kemudian membagikan materi yang akan didiskusikan. Guru berperan untuk mendampingi
kelompok untuk membantu jalannya proses kelompok.
Contoh tugas yang harus didiskusikan kelompok misalnya adalah pertanyaan apakah yang seharusnya tidak
boleh dilakukan terhadap pacar? Agar jawaban tiap kelompok bervariasi, dipilih beberapa kelompok untuk
menjawab pertanyaan di atas dari segi fisik dan kelompok lainnya dari segi non-fisik.
d. Pleno
Durasi : 30 menit
Kegiatan:
Tiap kelompok diminta memilih perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka terhadap tugas
yang diberikan guru. Jika tidak cukup waktu, pilihlah kelompok dengan hasil diskusi yang paling pro dan yang
paling kontra. Kelompok yang tidak maju presentasi diminta menambahi pendapat kelompok yang maju. Kemudian
guru merangkum hasil diskusi yang ada dan dibandingkan dengan perspektif pendidikan kesehatan reproduksi
melalui pemaparan materi serta dapat pula dibandingkan dengan hasil mapping (jika dilakukan).
e. Penutupan
Durasi : 15 menit
Kegiatan:
Guru memberikan kuis sebagai hasil evaluasi, dapat berupa lisan maupun tertulis. Jawaban terbaik bisa
mendapatkan hadiah sederhana (misalnya stiker, permen, wafer).
Contoh pertanyaan :
1. Apa tanda-tanda terjadinya kekerasan dalam pacaran menurutmu?
2. Apa yang akan kamu lakukan untuk menghindari kekerasan dalam pacaran?
Sebagai penutupan, guru menyampaikan pesan moral yang berkaitan dengan topik. Misalnya : Cinta tidak
menyakiti, cinta itu meliputi perasaan gembira senang dan bersemangat. Jika kamu lebih sering merasa takut, sedih,
murung dan tidak PD setelah berpacaran, maka itu bukanlah cinta.
f. Lampiran Materi
1. Kekerasan dalam pacaran adalah tindak kekerasan atau ancaman akan dilakukannya tindak kekerasan dari
pasangan intim yang belum menikah atau dalam konteks berpacaran.
a) Kekerasan seksual
Kekerasan seksual terjadi jika pelaku memaksa secara fisik untuk melakukan perilaku seksual maupun
hubungan seksual , atau mengancam dan memanipulasi korban dengan menggunakan taktik ancaman lainnya.
Akibat dari perlakuan tersebut, korban biasanya merasa tidak berharga, rendah diri, terhina dan malu. Kekerasan
seksual dapat mengurangi kemampuan korban untuk terbebas dari kekerasan dalam pacaran dan membuat korban
rentan sebagai pasangan seksual dan mudah diserang setiap waktu. Menurut Murray, ada empat bentuk kekerasan
seksual, yaitu: hubungan seksual yang tidak diinginkan (pemerkosaan), pemerkosaan di bawah umur, sentuhan yang
tidak diinginkan, dan ciuman yang tidak diinginkan korban (Murray, 2000).
b) Kekerasan fisik
Kekerasan fisik biasanya merupakan tingkat kekerasan dalam pacaran yang terakhir. Artinya, ketika terjadi
kekerasan fisik, dalam banyak kasus, sebelumnya selalu ada sejarah panjang bahwa korban telah mengalami
kekerasan verbal dan emosional, dan kadang kali kekerasan seksual. Kekerasan fisik diawali oleh dorongan ringan
atau kekangan, sehingga korban akan menuruti apa yang diminta oleh pelaku. Berikutnya dilanjutkan dengan
memukul, menampar, menekan, mendorong, menahan, dan bermain gulat-gulatan. Dampaknya adalah meninggal
karena bunuh diri, meninggal karena dibunuh, luka fisik yang melumpuhkan, depresi, kesulitan saat bekerja,
hilangnya harga diri, rasa malu dan bersalah, kehilangan jati diri, merasa tidak waras, dan sebagainya (Murray,
2000).
c) Kekerasan emosional
Murray menjelaskan bahwa kekerasan verbal dan emosional dapat menjadi tipe kekuasan dan kontrol yang
paling merusak. Menurut Murray, ketika seseorang yang sangat dihormati korban justru menghina hingga bagian
jiwa korban yang terdalam, maka luka hati yang ditimbulkan akan sulit disembuhkan. Dalam situasi ini, pelaku
secara sistematis merendahkan harga diri korban dengan memanggil dengan sebutan buruk, menggunakan tatapan
yang mengintimidasi, memeriksa telepon genggam, menggunakan kata tidak senonoh sebagai panggilan sayang,
memonopoli waktu, mengisolasi dari keluarga dan teman, membuat merasa tidak aman, menyalahkan, membuat diri
korban tampak menyedihkan (memanipulasi), mengancam, menginterogasi, mempermalukan di depan umum, dan
merusak benda berharga (Murray, 2000).
a) Mabuk kepayang
Biasanya terjadi pada awal hubungan
Daya tarik fisik menjadi pusatnya
Mendesak, intens, hasrat seksual, dan gelisah
Didasarkan pada fantasi
Menghabiskan energi dan cenderung melelahkan
b) Hubungan adiktif
Merasakan tidak bisa hidup tanpa pasangan
Tidak nyaman, kurang PD, merasa terancam oleh pasangan
Harga diri rendah
Kehilangan kontrol diri
Jarang merasa bahagia
Keputusan pribadi berdasarkan keputusan pasangan
TUJUAN KHUSUS :
1. Siswa mengenal macam-macam bentuk perilaku seksual
2. Siswa menyadari resiko dari perilaku seksual, termasuk penyakit menular seksual
3. Siswa mendapatkan informasi mengenai cara untuk menghindari perilaku seksual beresiko dalam
berpacaran
Tabel 1. TOR Pertemuan Minggu III Pendidikan Kesehatan Reproduksi
PROSES PELAKSANAAN :
a. Pembukaan
Durasi : 5 menit
Kegiatan :
Guru menyampaikan sambutan, kemudian menjelaskan secara umum apa yang akan dilakukan pada
pertemuan ini.
b. Ice Breaking
Durasi : 10 menit
Kegiatan :
Dapat dipilih antara game atau mapping, menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Bermacam-macam
game dapat dilihat pada Bagian II.
Contoh mapping :
1. Siswa maju ke depan kelas dan berdiri bergerombol di sisi kiri. Di tengah-tengah diberikan pembatas dari
tali atau kursi.
2. Siswa akan dibacakan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan topik dan diminta untuk berpindah
tempat sesuai dengan jawaban mereka terhadap pernyataan yang diberikan. Sisi kanan adalah tempat bagi
siswa yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sedangkan sisi kanan adalah tempat bagi siswa yang
setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Siswa tidak perlu mengikuti siswa lain, dan diminta berpindah tempat sesuai jawaban yang pertama
terlintas di pikiran mereka dengan segera.
4. Guru diharapkan menghitung atau memperhatikan porsi jawaban yang diberikan siswa agar dapat
digunakan dalam pleno, seberapa yang setuju atau sebaliknya, dengan tujuan agar dapat membandingkan
pendapat pribadi siswa dalam mapping dengan pendapatnya setelah saling membuka pikiran lewat diskusi
dalam proses kelompok.
a) Saya tahu apa yang disebut anal sex, vaginal sex, oral sex, dan petting
b) Saya resiko apa saja bisa terjadi jika saya melakukan hubungan seks
c) Bergandengan tangan termasuk dalam perilaku seksual
d) Penyakit menular seksual dapat disembuhkan
e) Saya paham apa artinya orientasi seksual
f) Menurut saya oral sex lebih berbahaya dari anal seks
g) Saya tahu apa itu homoseksual
c. Proses Kelompok
Durasi : 30 menit
Kegiatan :
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-8 orang. Pembagian kelompok bisa menggunakan
hitungan ganjil-genap. Diusahakan dalam tiap kelompok ada anggota yang berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Guru kemudian membagikan materi yang akan didiskusikan. Guru juga berperan untuk mendampingi
kelompok untuk membantu jalannya proses kelompok.
Contoh tugas yang harus didiskusikan kelompok misalnya
1. Apa saja yang dilakukan orang saat orang berpacaran? Urutkan mulai dari perilaku yang sering dilakukan
sampai ke perilaku yang paling jarang dilakukan! Buatlah dalam tabel berikut (guru dapat memberi contoh
dengan menulis di papan tulis) :
1 Bergandengan tangan 0 0 5 5
2 Hubungan seks 10 10 10 30
3 dll
Berilah skor 0 untuk yang kamu anggap paling tidak berbahaya hingga 10 untuk yang kamu anggap paling
berbahaya bagi dirimu pada kolom tingkat resiko, lalu jumlahlah skor pada tiap perilaku.
2. Sebutkan beberapa resiko yang bisa terjadi (fisik, psikologis, sosial dll) akibat perilaku-perilaku tersebut!
d. Pleno
Durasi : 30 menit
Kegiatan:
Tiap kelompok diminta memilih perwakilan untuk menuliskan di papan tulis hasil diskusi mereka untuk soal
no. 1. Jika tidak cukup waktu, pilihlah dua kelompok secara acak. Kelompok yang tersisa diminta memilih
perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka untuk no.2. Kemudian guru merangkum hasil diskusi yang
ada dan dibandingkan dengan perspektif pendidikan kesehatan reproduksi melalui pemaparan materi serta dapat pula
dibandingkan dengan hasil mapping (jika dilakukan).
e. Penutupan
Durasi : 15 menit
Kegiatan:
Guru memberikan kuis sebagai hasil evaluasi, dapat berupa lisan maupun tertulis. Jawaban terbaik bisa
mendapatkan hadiah sederhana (misalnya stiker, permen, wafer).
Contoh pertanyaan :
1. Apa saja yang disebut perilaku seksual?
2. Apa saja resiko dari perilaku seksual?
3. Bagaimana cara agar kamu tidak terlibat perilaku seksual beresiko?
Sebagai penutupan, guru menyampaikan pesan moral yang berkaitan dengan topik. Misalnya : Hidupmu
bergantung pada setiap keputusan yang kamu ambil. Jadilah anak muda yang positif dan bertanggungjawab pada diri
sendiri.
f. Lampiran Materi
1. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari rasa
tertarik sampai tingkah laku berpacaran, berciuman dan berhubungan seksual (Sarwono, 2000).
Hepatitis-B
Gejala : Gejala biasanya baru timbul setelah bertahun-tahun terinfeksi dan dapat menular secara seksual
melalui kontak fisik dengan luka di kelamin atau cairan mani.
HIV-AIDS
Gejala : muncul sekitar 7 hingga 9 tahu setelah terinfeksi dan tidak khas gejalanya, seperti penurunan berat
badan yang drastis, demam ringan, sakit kepala, diare, keletihan, biasanya gejala-gejala tersebut kadang timbul dan
kadang hilang secara terus menerus selama berbulan-bulan, dan dapat mengakibatkan kematian.
Sifilis
Gejala : awalnya timbul kemerahan tidak nyeri setelah 10 hingga 90 hari kontak seksual dengan pengidap
sifilis, kemudian mengalami kencing berupa nanah dan darah. Sekitar minggu ketiga hingga bulan keenam setelah
terinfeksi, mulai timbul gejala berat seperti kebutaan, gangguan syaraf, gangguan kejiwaan dan mengakibatkan
kematian.
b) Kerugian psikis
Remaja akan dipaksa menjadi dewasa jika sampai terjadi kehamilan karena seks pranikah, sehingga keadaan
mentalnya menjadi rapuh
Remaja menjadi susah dikontrol dalam setiap tindakannya
Mengakibatkan gangguan kesehatan jika mengalami kehamilan di luar nikah, karena organ-organ seksual yang
belum sempurna telah dipaksa menjalankan fungsi sebelum waktunya
Timbul stress karena tidak mampu menghadapi berbagai masalah yang muncul karena perilaku seksual yang
berlebihan
c) Kerugian sosial
Menjadi bahan pembicaraan
Tidak diterima di lingkungan secara utuh karena dianggap bukan pribadi yang baik
Memiliki perasaan rendah diri terhadap lingkungannya
Dijauhi oleh masyarakat apabila sampai mengidap penyakit menular seperti HIV-AIDS, sifilis, dll.
4. Tindakan yang bisa dilakukan remaja agar tidak terlibat dalam perilaku seksual beresiko:
TUJUAN KHUSUS :
1. Siswa memahami pentingnya kesetaraan gender
2. Siswa memahami bentuk-bentuk ketidakadilan gender dan upaya yang bisa dilakukan untuk menyetarakan
gender
Tabel 1. TOR Pertemuan Minggu IV Pendidikan Kesehatan Reproduksi
PROSES PELAKSANAAN :
a. Pembukaan
Durasi : 5 menit
Kegiatan :
Guru menyampaikan sambutan, kemudian menjelaskan secara umum apa yang akan dilakukan pada
pertemuan ini.
b. Ice Breaking
Durasi : 10 menit
Kegiatan :
Dapat dipilih antara game atau mapping, menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Bermacam-macam
game dapat dilihat pada Bagian ..............
Contoh mapping :
1. Masing-masing siswa akan mendapatkan sepasang gabus berbentuk lambang seks laki-laki dan lambang
seks perempuan. Guru kemudian memberitahu bahwa lambang seks laki-laki artinya tidak setuju dan
lambang seks perempuan artinya setuju.
2. Siswa akan dibacakan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan topik dan diminta untuk mengangkat
lambang seks laki-laki ke atas bila tidak setuju dengan pernyataan tersebut, atau mengangkat lambang seks
perempuan ke atas bila setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Siswa tidak perlu meniru jawaban peserta lain, dan diminta menunjukkan jawaban yang pertama terlintas di
pikiran mereka dengan segera.
4. Guru diharapkan menghitung atau memperhatikan porsi jawaban yang diberikan peserta agar dapat
digunakan dalam pleno, seberapa yang setuju atau sebaliknya, dengan tujuan agar dapat membandingkan
pendapat pribadi peserta dalam mapping dengan pendapatnya setelah saling membuka pikiran lewat diskusi
dalam proses kelompok.
c. Proses Kelompok
Durasi : 30 menit
Kegiatan :
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-8 orang. Pembagian kelompok bisa menggunakan
hitungan ganjil-genap. Diusahakan dalam tiap kelompok ada anggota yang berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Guru kemudian membagikan materi yang akan didiskusikan. Guru juga berperan untuk mendampingi
kelompok untuk membantu jalannya proses kelompok.
Contoh tugas yang harus didiskusikan kelompok dapat berupa studi kasus semacam berikut :
Rina baru diterima di sebuah SMA di kota. Rina dari desa dan bukan gadis yang menonjol, namun cukup
memiliki banyak teman. Kemudian, Rina berpacaran dengan Arman, kakak kelasnya. Arman adalah anak band yang
cukup tenar dan banyak dikenal di SMA mereka atau di luar SMA mereka. Rina beberapa kali mendengar dari
temannya bahwa Arman sering bersama gadis lain. Tidak hanya seorang, namun berganti-ganti. Teman-teman Rina
berkata bahwa Arman suka sekali dugem bersama gadis-gadis itu. Rina sendiri tidak pernah pergi dugem, karena dia
berpikir bahwa perempuan tidak pantas keluar malam. Dia juga tidak keberatan Arman pergi dengan gadis lain,
karena menurut dia laki-laki biasa memiliki banyak kekasih. Selama Arman tidak memutuskan Rina, Rina tidak
akan keberatan.
Rina baru diterima di sebuah SMA di kota. Rina dari desa dan bukan gadis yang menonjol, namun cukup
memiliki banyak teman. Kemudian, Rina berpacaran dengan Arman, kakak kelasnya. Arman adalah anak band yang
cukup tenar dan banyak dikenal di SMA mereka atau di luar SMA mereka. Rina beberapa kali mendengar dari
temannya bahwa Arman sering bersama gadis lain. Tidak hanya seorang, namun berganti-ganti. Teman-teman Rina
berkata bahwa Arman suka sekali dugem bersama gadis-gadis itu. Rina sendiri tidak pernah pergi dugem, karena dia
berpikir bahwa perempuan tidak pantas keluar malam. Dia juga tidak keberatan Arman pergi dengan gadis lain,
karena menurut dia laki-laki biasa memiliki banyak kekasih. Selama Arman tidak memutuskan Rina, Rina tidak
akan keberatan.
d. Pleno
Durasi : 30 menit
Kegiatan:
Tiap kelompok diminta memilih perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka terhadap tugas
yang diberikan fasilitator. Jika tidak cukup waktu, pilihlah kelompok dengan hasil diskusi yang paling pro dan yang
paling kontra. Kelompok yang tidak maju presentasi diminta menambahi pendapat kelompok yang maju. Kemudian
fasilitator merangkum hasil diskusi yang ada dan dibandingkan dengan perspektif pendidikan kesehatan reproduksi
melalui pemaparan materi serta dapat pula dibandingkan dengan hasil mapping (jika dilakukan).
e. Penutupan
Durasi : 15 menit
Kegiatan:
Guru memberikan kuis sebagai hasil evaluasi, dapat berupa lisan maupun tertulis. Jawaban terbaik bisa
mendapatkan hadiah sederhana (misalnya stiker, permen, wafer).
Contoh pertanyaan :
1. Apakah yang dimaksud kesetaraan gender?
2. Apa saja bentuk ketidakadilan gender?
3. Upaya apa yang dapat kamu lakukan untuk menyetarakan gender?
Sebagai penutupan, guru menyampaikan pesan moral yang berkaitan dengan topik. Misalnya : Tiap manusia
diciptakan Tuhan sebagai mahkluk yang istimewa dan tidak ada yang sama satu dan lainnya, begitu juga laki-laki
dan perempuan. Dengan saling menghormati perbedaan yang ada, duniamu akan menjadi lebih indah dan penuh
harmoni.
f. Lampiran Materi
1. Kesetaraan Gender
a) Adalah kesamaan kondisi antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
b) Menyangkut hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat dan menikmati hasilnya
c) Meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki dan perempuan
a) Keadilan gender adalah proses perlakuan adil terhadap laki-laki dan perempuan
b) Masalah yang muncul adalah masyarakat lebih menekankan jenis kelamin sebagai kodrat dan menempatkan peran
sosial sebagai sesuatu yang terpisahkan dari kodrat tersebut.
c) Ketidakadilan gender lebih banyak merugikan kaum perempuan
d) Hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam pacaran atau dalam keluarga juga sering diwarnai dengan bias
gender
a) Marginalisasi : tidak mengikutsertakan salah satu jenis kelamin dalam kehidupan bermasyarakat
b) Subordinasi : salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting daripada jenis kelamin lainnya
c) Stereotyping : Pelabelan sifat-sifat atau perilaku pada jenis kelamin tertentu
d) Kekerasan : dapat berupa kekerasan fisik, psikis maupun sosial. Kekerasan perkosaan maupun pelecehan seksual
dapat menimpa kedua belah pihak, namun kebanyakan korbannya adalah perempuan. Yang menjadi korban adalah
mereka yang lemah secara fisik, psikis dan sosial.
e) Beban Ganda : Beban yang secara berlebihan diberikan kepada salah satu jenis kelamin
a) Syarat mutlak yang harus dilakukan adalah menghargai manusia apapun jenis kelaminnya
b) Kritis terhadap pandangan dan peran yang diberikan oleh masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan
c) Berani memulai berbagai hak, tanggung jawab, dan peran secara adil mulai dari lingkup terkecil seperti pacar atau
keluarga
d) Menyuarakan hak-hak dalam masyarakat
SEHAT
MINGGU V
TUJUAN KHUSUS :
1. Siswa memahami apa yang disebut HIV/AIDS dan bahayanya.
2. Siswa memahami terjadinya penularan HIV/AIDS.
3. Siswa memahami cara menghadapi ODHA.
Tabel 1. TOR Pertemuan Minggu V Pendidikan Kesehatan Reproduksi
PROSES PELAKSANAAN :
a. Pembukaan
Durasi : 5 menit
Kegiatan :
Guru menyampaikan sambutan, kemudian menjelaskan secara umum apa yang akan dilakukan pada
pertemuan ini.
b. Ice Breaking
Durasi : 10 menit
Kegiatan :
Dapat dipilih antara game atau mapping, menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Bermacam-macam
game dapat dilihat pada Bagian II.
Contoh mapping :
1. Peserta akan dibacakan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan topik dan diminta untuk mengangkat
tangan bila tidak setuju dengan pernyataan tersebut, atau tetap diam bila setuju dengan pernyataan tersebut.
2. Peserta tidak perlu meniru jawaban peserta lain, dan diminta bereaksi sesuai jawaban yang pertama terlintas
di pikiran mereka dengan segera.
3. Fasilitator diharapkan menghitung atau memperhatikan porsi jawaban yang diberikan peserta agar dapat
digunakan dalam pleno, seberapa yang setuju atau sebaliknya, dengan tujuan agar dapat membandingkan
pendapat pribadi peserta dalam mapping dengan pendapatnya setelah saling membuka pikiran lewat diskusi
dalam proses kelompok.
c. Proses Kelompok
Durasi : 30 menit
Kegiatan :
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-8 orang. Pembagian kelompok bisa menggunakan
hitungan ganjil-genap. Diusahakan dalam tiap kelompok ada anggota yang berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Guru kemudian membagikan materi yang akan didiskusikan. Guru juga berperan untuk mendampingi
kelompok untuk membantu jalannya proses kelompok.
Contoh pertanyaan yang harus didiskusikan kelompok adalah :
1. Apa yang kalian ketahui tentang HIV/AIDS?
2. Apa yang kalian lakukan apabila mengetahui ada sahabat atau saudara kalian menderita HIV/AIDS?
d. Pleno
Durasi : 30 menit
Kegiatan:
Tiap kelompok diminta memilih perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka terhadap tugas
yang diberikan guru. Jika tidak cukup waktu, pilihlah kelompok dengan hasil diskusi yang paling pro dan yang
paling kontra. Kelompok yang tidak maju presentasi diminta menambahi pendapat kelompok yang maju. Kemudian
guru merangkum hasil diskusi yang ada dan dibandingkan dengan perspektif pendidikan kesehatan reproduksi
melalui pemaparan materi serta dapat pula dibandingkan dengan hasil mapping (jika dilakukan).