Anda di halaman 1dari 51

FISIKA KUANTUM

DR. RIDWAN ABDULLAH SANI, M.Si


MUHAMMAD KADRI, M.Sc

i
Kata Pengantar

Buku ini merupakan bahan ajar yang dapat digunakan untuk


memahami konsep dasar kuantum dalam pelajaran fisika. Kajian
disesuaikan dengan tingkat pemikiran mahasiswa yang telah menguasai
matematika fisika dan konsep fisika dasar. Bahan ajar ini terutama
ditujukan untuk mahasiswa program studi pendidikan fisika sebagai dasar
untuk memahami fisika modern. Bahan ajar ini dilengkapi dengan tujuan
pembelajaran, kajian teori, latihan soal, dan tugas/soal yang dapat
diberikan pada mahasiswa untuk pemantapaan penguasaan materi kuliah.
Bagian awal memaparkan tentang munculnya konsep fisika kuantum
untuk menjelaskan hasil eksperimen yang tidak dapat dijelaskan
menggunakan konsep fisika klasik. Selanjutnya dipaparkan konsep dan
aplikasi kuantum, terutama terkait persamaan Schrodinger dan
penggunaan operator mekanika kuantum.

Pemaparan dalam buku ini dibuat sederhana agar mudah dipahami,


namun tidak terlepas dari penggunaan matematika yang dibutuhkan dalam
analisis teori fisika kuantum. Analisis teoritik perlu dikuasai agar
mahasiswa memiliki pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk
memahami konsep fisika secara utuh. Pemahaman tentang penjelasan
teoritik untuk hasil pengamatan eksperimental sangat dibutuhkan dalam
khazanah ilmu pengetahuan. Hal ini dibutuhkan agar khazanah
pengetahuan eksperimental masyarakat manusia dapat dikembalikan pada
hukum-hukum dasar. Ilmu pengetahuan selalu menuju pada usaha untuk
memperoleh gambaran komprehensif tentang alam pengamatan dan
apabila mungkin mengembalikan suatu perangkat gejala-gejala pada
beberapa hukum dasar. Hukum dasar merupakan landasan, darimana
dapat diturunkan kaedah-kaedah dan hukum-hukum yang kemudian dapat
menerangkan dan meramalkan gejala-gelaja yang diamati, atau yang akan
diamati.

i
Kajian kuantum dilakukan berbasis teori de Broglie tentang
dualisme partikel-gelombang. Diskusi dilakukan berdasarkan postulat
mekanika kuantum yang merupakan dasar untuk mempelajari fungsi
gelombang yang diasosiasikan dengan partikel. Beberapa aplikasi
persamaan Schrodinger disajikan untuk memudahkan pembaca dalam
memahami solusi persamaan Schrodinger. Aplikasi teknologi dari konsep
kuantum juga disajikan dalam buku ini, misalnya pada LASER (light
amplification by stimulated emission of radiation).

ii
DAFTAR ISI

BAB 1. Radiasi Benda Hitam 1

1.1.Radiasi Benda Hitam 1


1.2.Hipotesis Kuantum Planck 16

BAB 2. Efek fotolistrik dan efek Compton 22

2.1.Efek Foto Listrik 22


2.2.Kurva Radiasi Sinar-X 35
2.3.Efek Compton 41

BAB 3. Model Atom Hidrogen Menurut Bohr 55

3.1.Spektrum Atom Hidrogen 55


3.2.Perkembangan Teori Model Atom 59
3.3.Model Atom Hidrogen Menurut Bohr 64
3.4.Model Atom Hidrogen Menurut Sommerfeld 79

BAB 4. Dualisme Gelombang Partikel 89

4.1.Hipotesis de Broglie 89
4.2.Eksperimen Davisson-Germer 93
4.3.Paket Gelombang 99
4.4.Prinsip Ketidak pastian Heisenberg 102

BAB 5. Landasan Mekanika Kuantum 115

5.1. Fungsi Gelombang 115


5.2.Operator dalam Mekanika Kuantum 124
5.3.Fungsi Eigen dan Nilai Eigen 129
5.4.Postulat Mekanika Kuantum 135

BAB 6. Persamaan Schrodinger Bebas Waktu 146

6.1.Karakteristik Persamaan Schrodinger 146


6.2.Solusi Persamaan Schrodinger Bebas Waktu 153
iii
6.3. Solusi Persamaan Schrodinger untuk Partikel Bebas 156
6.4. Rapat Arus 162
6.5. Teorema Ehrenfest 164

BAB 7. Solusi Persamaan Schrodinger pada Beberapa Potensial 171

7.1. Partikel dalam Kotak Potensial dengan Dinding Tak Berhingga


7.2. Partikel dalam Potensial Berbentuk Tangga 181
7.3. Partikel melewati Potensial Penghalang 188
7.4. Osilator Harmonik 194

BAB 8. Aplikasi persamaan Schrodinger dalam kasus atom Hidrogen

8.1. Persamaan Schrodinger dalam Koordinat Bola 208


8.2. Solusi Persamaan Anguler 211
8.3. Solusi Persamaan Radial 216

BAB 9. Momentum Anguler Elektron 222

9.1. Momentum Anguler Orbital 222


9.2. Spin Elektron 233
9.3. Momen Dipol Magnetik 239
9.4. Interaksi Momentum Anguler Orbital dan Spin 243

BAB 10. Interaksi Atom dengan Medan dan Radiasi Gelombang


Elektromagnetik 248

10.1. Efek Zeeman dan Efek Stark 248


10.2. Persamaan Schrodinger dengan Gangguan Bergantung Waktu
10.3. Piranti LASER 260

iv
BAB 1

RADIASI BENDA HITAM

1.1. Radiasi Benda Hitam

Fisika klasik didominasi oleh mekanika Newton dan


elektromagnetika klasik yang dinyatakan dengan persamaan Maxwell.
Berkembangnya konsep fisika klasik pada masa lampau disebabkan
karena gejala-gejala alamiah yang teramati oleh manusia pada waktu itu
dapat dijelaskankan dan diprediksi secara akurat oleh teori fisika klasik.
Gerakan benda dapat dijelaskan menggunakan hukum Newton tentang
gerak dan gravitasi, misalnya: hukum Kepler. Sedangkan karakteristik
cahaya, seperti pemantulan dan pembiasan cahaya, difraksi cahaya,
interferensi cahaya, dan polarisasi cahaya dapat dijelaskan menggunakan
teori elektromagnetika klasik dengan menganggap bahwa cahaya adalah
gelombang elektromagnetik. Keyakinan akan kebenaran teori tersebut,
membuat kedua teori itu menjadi hukum-hukum dasar ilmu fisika, yang
dapat menjelaskan semua gejala alamiah.
Keyakinan bahwa fisika klasik dapat menjelaskan semua gejala
alamiah mulai berkurang ketika para ilmuwan berhasil menemukan
beberapa fenomena baru terkait dengan dunia mikroskopis. Pada akhir
abad ke-19 sampai awal abad 20, ilmuwan menyadari adanya gejala-
gejala alamiah yang tidak dapat dijelaskan menggunakan kedua teori
fisika klasik yang telah mantap. Oleh sebab itu pada awal abad 20 mulai
dikembangkan ilmu fisika modern untuk menjelaskan fenomena-
fenomena yang terjadi pada partikel ukuran atomik.
Pada akhir abad ke-19 ditemukan beberapa fenomena fisika yang
tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori fisika yang telah dikenal
pada waktu itu. Penemuan spektrometer pada saat itu memungkinkan
fisikawan untuk memperoleh data tentang bentuk kurva radiasi termal dari
sebuah sumber radiasi. Radiasi termal yang dimaksud adalah pancaran
energi termal suatu benda yang disebabkan oleh suhunya. Sebaran

1
intensitas radiasi termal sebagai fungsi frekuensi atau fungsi panjang
gelombang dinamakan spektrum radiasi termal. Bentuk spektrum
radiasi termal inilah yang menarik minat para fisikawan, terutama karena
teori fisika klasik tidak dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk
lengkung radiasi termal tersebut. Salah satu fenomena yang juga diamati
adalah perbedaan kurva spektrum yang dipancarkan oleh suatu permukaan
logam yang dipanaskan, jika logam tersebut dipanaskan dengan suhu yang
berbeda. Sebuah logam yang dipanaskan akan berubah warnya dari
merah, menjadi kuning, selanjutnya menjadi putih pijar apabila suhu
logam terus ditingkatkan sampai titik leburnya. Perubahan warna itu
menunjukkan pergeseran intensitas maksimum dari panjang gelombang
panjang spektrum radiasi ke nilai yang lebih pendek.

Intensitas
radiasi
2000 K

1500 K

1000 K

Panjang gelombang

Gambar 1.1. Radiasi spektrum suatu benda pada beberapa suhu

Berdasarkan pengukuran spektrum radiasi termal permukaan suatu


benda yang dipanaskan diketahui bahwa spektrumnya bergantung dari
banyak faktor, antara lain: suhu benda, sifat permukaan benda, dan bahan
2
yang dipergunakan. Eksperimen menunjukkan bahwa pancaran total
(meliputi semua panjang gelombang) yang berharga maksimum diperoleh
apabila permukaan benda tersebut dilapisi dengan arang karbon yang
tipis. Ternyata bahwa untuk kondisi seperti itu, spektrum radiasi termal
hanya bergantung dari suhu benda, dan tidak lagi dari faktor-faktor lain
seperti: bahan benda, permukaan benda, dan variabel yang lain. Sebagai
idealisasi dibataskan saja apa yang dinamakan benda hitam sempurna
(black body), yaitu: suatu benda yang menyerap semua cahaya yang
sampai dipermukaannya. Teori termodinamika menjelaskan bahwa benda
seperti itu apabila pijar akan memberikan pancaran total yang maksimum
jika dibandingkan dengan benda-benda lain yang sama suhunya.

Konsep benda hitam (black body) dapat dijelaskan dengan


menggunakan analogi tentang energi yang dipancarkan atau diserap
secara sempurna, misalkan dengan menganalisis benda logam yang
mempunyai rongga seperti digambarkan sebagai berikut. Benda tersebut
diberi sebuah lubang sangat kecil pada dindingnya, dan dinding dalam
rongga tersebut bersuhu T.

Gambar 1.2. Analogi benda hitam dengan logam berongga yang memiliki
sebuah lubang kecil

3
Jika seberkas cahaya dapat masuk ke dalam rongga tersebut melalui
lubang kecil pada dindingnya, maka berkas cahaya akan mengalami
beberapa kali pemantulan pada permukaan dinding dalam rongga. Sangat
kecil peluang bagi berkas tersebut untuk dapat meninggalkan rongga,
sehingga benda tersebut merupakan benda hitam sempurna karena
menyerap semua cahaya yang mengenainya. Lubang dapat menjadi
pemancar energi jika dinding dalam rongga ditingkatkan suhunya.
Apabila lubang tersebut memancarkan cahaya, maka pancaran itu akan
dipancarkan secara sempurna. Berkas cahaya yang dipancarkan oleh
bagian dalam rongga melewati sebuah lubang kecil tersebut tidak dapat
masuk lagi ke dalam rongga karena ukuran lubang sangat kecil. Jadi,
cahaya atau energi yang dipancarkan memiliki karakteristik benda hitam
sempurna karena tidak ada yang diserap kembali oleh rongga. Jadi
pancaran oleh lubang yang ada pada dinding suatu rongga logam secara
praktis merupakan pancaran oleh suatu benda sempurna hitam. Perhatikan
bahwa konsep benda hitam sempurna adalah benda yang dapat menyerap
radiasi dan memancarkan radiasi termal secara sempurna, jadi model
logam berongga pada gambar 1.2 hanya digunakan untuk menjelaskan
bagaimana terjadinya penyerapan dan pemancaran secara sempurna.
Jangan diartikan bahwa sebuah benda hitam memiliki bentuk seperti
benda pada gambar 1.2.

Radiasi spektral (RT) pada suhu T, oleh suatu benda sempurna


hitam dapat diukur dengan sebuah spektrometer yang dilengkapi detektor
gelombang elektromagnetik. Radiasi spektral adalah fungsi frekuensi,
sehingga RT(f)f didefinisikan sebagai jumlah energi pancaran termal
persatuan waktu, persatuan luas permukaan benda pemancar yang
memiliki suhu T, dalam selang frekuensi antara f dan (f+f). Radiasi total,
yang merupakan jumlah energi pancaran termal meliputi semua frekuensi,
per satuan luas, persatuan waktu dapat diformulasikan sebagai berikut:

R T R T f df (1.1)
0

4
Radiasi total dapat diperoleh melalui integrasi RT(f) terhadap f dari f = 0
sampai f = . Secara grafik nilai itu adalah sama dengan luas permukaan
di bawah lengkung RT(f).

Gambar 1.3. Radiasi spektral sebagai fungsi frekuensi

Beberapa kaedah yang terkait dengan data eksperimen tentang


pemancaran radiasi termal oleh benda-benda sempurna hitam pada
berbagai suhu T, adalah sebagai berikut:

a. Hukum Stefan (atau hukum Stefan-Boltzmann), yang menyatakan


bahwa radiasi total suatu benda sempurna hitam berbanding lurus
dengan suhu mutlaknya pangkat empat:

RT = .T4 (watt/m2) (1.2)

dimana:
RT : radiasi total,
T: suhu mutlak dalam kelvin (K), dan
: tetapan Stefan-Boltzmann (=5,67 x 10-8 watt/m2 K4).
5
Hubungan antara radiasi total dengan suhu dilaporkan pada tahun
1865 oleh Tyndall yang menyatakan bahwa energi total yang
dipancarkan oleh kawat platina yang dipanaskan pada suhu 1200oC
(1473 K) adalah 11,7 kali energi yang dipancarkan pada suhu 525oC
(798 K). Josef Stefan memperhatikan bahwa rasio (1473 K)4 terhadap
(798 K)4 adalah 11,6 dan ia menyimpulkan bahwa energi yang
dipancarkan sebanding dengan T4. Kesimpulan Stefan itu dibuktikan
secara teori oleh Boltzmann sehingga dihasilkan hukum Stefan-
Boltzmann untuk benda hitam sebagai berikut:

W = .A.T4 (1.3)

dimana W adalah daya total yang dihasilkan pada semua panjang


gelombang, A adalah luas permukaan radiasi, T adalah suhu mutlak
dalam satuan kelvin, dan adalah konstanta umum.

= 5,6703 x 10-8 W/m2.K4

Untuk benda biasa (bukan benda hitam sempurna) perlu diperkenalkan


faktor emisivitas total (), sehingga bisa ditulis:

W = ..A.T4 (1.4)

b. Hukum pergeseran Wien yang menyatakan bahwa ada hubungan antara


suhu suatu benda sempurna hitam (black body) dan harga maks, yaitu
nilai panjang gelombang dimana RT() berharga maksimum;
hubungan empirik tersebut adalah sebagai berikut:

maks T 2,898 x 10 3 m. K (1.5)

Nilai konstanta 2,898 x 10-3 m.K tersebut diperoleh berdasarkan data


eksperimen. Nilai emisitivitas beberapa benda pada suhu 300 K diberikan
dalam tabel berikut.

6
Tabel 1.1. Emisivitas benda

Bahan
Aluminium foil 0,02
Karbon 0,8
Cat putih, datar 0,87
Bata merah 0,9
Beton 0,94
Cat hitam, datar 0,94

Contoh Soal 1.1:

Suhu rata-rata kulit manusia adalah sekitar 33oC. Tentukan panjang


gelombang pada pancaran energi paling banyak bila tubuh manusia
dianggap meradiasikan energi seperti benda hitam pada suhu itu.

Jawaban Contoh Soal 1.1:

Diketahui : T = 33oC = (273 + 33) K = 306 K

Dengan menggunakan hukum pergeseran Wien, diperoleh:

0,002898m. K 0,002898m. K
maks 9,5m
T 306 K

Contoh Soal 1.2:

Dua buah bintang berada pada jarak yang sama dari bumi kelihatan
memiliki luminositas (total daya output) yang sama. Spektrum bintang
yang pertama memiliki puncak pada panjang gelombang 750 nm dan
spektrum bintang yang kedua memiliki puncak pada panjang gelombang
375 nm.

a) Tentukan suhu permukaan bintang itu

7
b) Tentukan perbandingan besar kedua bintang itu

Jawaban Contoh Soal 1.2:

Diketahui: 1 = 750 nm = 7,5 x 10-7 m, dan 2 = 375 nm = 3,75 x 10-7 m

a) Suhu bintang dapat dideduksi dari hukum pergeseran Wien, maks.T =


2,898 x 10-3 m.K

Diperoleh suhu bintang pertama dengan 1 = 7,5 x 10-7 m:

2 ,898x10 3 m. K
T 3864 K
7 ,5x10 7 m

dan suhu bintang kedua adalah:

2,898x10 3 m. K
T 7728K
3,75x10 7 m

b) Perbandingan besar kedua bintang bisa dideduksi dari hukum Stefan-


Boltzmann: W = ..A.T4

Radiasi daya persatuan luas dari suatu permukaan adalah sebanding


dengan T4. Suhu bintang kedua adalah 2 kali lebih besar daripada suhu
bintang pertama. Radiasi bintang pertama persatuan luas adalah (2)4 = 16
kali radiasi bintang pertama. Karena total daya output kedua bintang itu
adalah sama, maka luas permukaan bintang kedua haruslah 1/16 kali luas
permukaan bintang pertama. Luas permukaan bola adalah 4.r2, maka:

Luas permukaan bintang pertama = 4.r12 = 4 kali luas permukaan bintang


r12 16. r22
kedua = 16(4.r22), atau:
r1 16 . r2 4 r2

8
Jari-jari bintang pertama yang memiliki panjang gelombang 750 nm
adalah 4 kali lebih besar daripada jari-jari bintang kedua yang memiliki
panjang gelombang 375 nm.

Contoh Soal 1.3:

Sebuah lampu diberi daya 100 watt sehingga suhu filamennya mencapai
2400 K. Tentukan suhu filamen lampu itu bila dinyalakan dengan daya
200 watt.

Jawaban Contoh Soal 1.3:

Energi radiasi filamen lampu yang memiliki suhu 2400 K bisa dianalisa
sebagai energi radiasi benda hitam. Menurut hukum Stefan-Boltzmann: W
= ..A.T4

Untuk lampu yang sama, nilai ..A juga sama sehingga bisa
perbandingan daya lampu adalah:
4
200W T4 T

100W ( 2400K ) 4
2400K

Diperoleh:

T
1,2 ; sehingga T = 1,2 x 2400 K = 2860 K
2400K

Ada beberapa fenomena yang ditemukan pada akhir abad ke-19


terkait dengan radiasi termal benda hitam yang diketahui secara
eksperimental, namun belum dapat dijelaskan secara teoretik pada waktu
itu. Fenomena tersebut antara lain:

a. Bentuk lengkung RT(f)


b. Hukum Stefan-Boltzman mengenai pancaran radiasi total oleh suatu
benda sempurna hitam
9
c. Hukum pergeseran Wien, mengenai hubungan antara maks dan suhu
mutlak T.

Para fisikawan pada saat itu berusaha mencari suatu landasan


teoretik tentang radiasi termal yang dapat digunakan untuk menerangkan
fakta-fakta eksperimental yang diamati. Tantangan tersebut ternyata
menghasilkan suatu kesimpulan yang menggoncangkan landasan
konseptual fisika. Teori baru yang dikembangkan untuk dapat
menerangkan fenomena tersebut terkait dengan sistem atomik dan sistem
sub-atomik, yaitu teori mekanika kuantum. Era tersebut dilandasi oleh
imajinasi dan kreatifitas para ahli fisika, dan merupakan awal dari
perkembangan ilmu fisika modern.
Perhatikan sketsa logam berongga pada gambar 1.2, misalkan
dalam ruang rongga itu gelombang cahaya bergerak dengan kecepatan
cahaya c dari satu bagian dinding rongga ke bagian yang lainnya. Jika hal
itu terjadi, maka pada setiap saat ada energi dalam rongga itu. Rapat
energi pada suhu T dinyatakan dengan T(f), dengan definisi sebagai
berikut:

T(f)f adalah jumlah energi dalam satu satuan volume dengan frekuensi
yang terletak antara f dan (f+f), untuk suatu rongga yang dindingnya
bersuhu T.

Karakteristik pancaran radiasi termal lebih mudah dilakukan dengan


menganalisis T(f) daripada analisis RT(f), sehingga dalam pembahasan
ini dilakukan analisis melalui pendekatan T(f).

Berdasarkan teori termodinamika diketahui bahwa dalam keadaan


setimbang berlaku hubungan antara radiasi spektral oleh suatu permukaan
dan rapat energi dalam volume yang dekat pada permukaan tersebut,
sebagai berikut:

10
c
RT ( f )f T ( f )f (1.6)
4

Rapat energi dalam rongga pada gambar 2, dapat dikaji dengan


menganggap bahwa energi berasal dari osilator-osilator yang berada pada
permukaan dinding rongga. Adanya osilator tersebut merupakan sebuah
asumsi, dimana getaran osilator terkait dengan suhu dinding rongga.
Osilator-osilator tersebut dianggap memancarkan energi elektromagnetik
ke dalam rongga. Berikut ini dilakukan analisis tentang rapat moda getar
dilakukan untuk suatu rongga berbentuk kubus dengan panjang sisi a.
Selanjutnya, dihitung rapat moda getar itu dengan mempergunakan syarat
batas yang harus dipenuhi oleh vektor kuat medan listrik E pada dinding
logam tersebut. Kuat medan listrik E pada dinding logam harus sama
dengan nol. Pada keadaan setimbang, di dalam rongga logam akan ada
gelombang tegak elektromagnetik, dimana moda gelombang tegak dapat
dinyatakan sebagai berikut.

E (r , t ) E o sin(k . r ) sin(t ) (1.7)

dengan, k :vektor gelombang


r :kedudukan dalam ruang
: frekuensi radial
t : waktu
2
sedangkan, k , : panjang gelombang

=2f, f: frekuensi
c= f, c: kecepatan rambat cahaya
Jika digunakan sumbu koordinat Cartesius, berlaku hubungan sebagai

berikut: k . r (n x n y n z )

11

atau: k . r n ; dimana n = 0, 1, 2, 3, ....

c c
f n x2 n y2 n z2 n1 (1.8)
2a 2a

Sebuah moda getar gelombang elektromagnetik dalam rongga


ditandai oleh perangkat bilangan (nx, ny, nz), misalkan, (1,0,0)
merepresentasikan suatu gelombang tegak dalam arah x dengan panjang
gelombang 2a. Jadi suatu moda getar ditandai oleh satu perangkat
bilangan (nx, ny, nz) dengan korespondensi 1:1. Sehingga hitungan jumlah
getar setara dengan banyaknya jumlah perangkat (nx, ny, nz), yang dapat
mencapai hitungan terhingga. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan
perhitungan jumlah moda getar dalam rentang frekuensi tertentu, misalkan
antara f dan f+f.

Besarnya f dapat ditentukan dari persamaan (1.8), yakni


c
f n1 . Jika radiasi menyebar ke semua arah, maka untuk arah (nx,
2a
ny, nz) positif, jumlah moda getar yang terletak antara f dan f+f, sama
besar dengan jumlah titik dalam ruang (nx, ny, nz) yang terletak dalam 1/8
kulit bola dengan jari-jari n1 dan tebal n1.

12
Gambar 1.4. Frekuensi yang diperbolehkan pada ruang kubus tiga dimensi

Jumlah titik dalam 1/8 kulit bola tersebut adalah:

1
N 1 (n1 )n1 .4n12 n1 (1.9)
8

Persamaan itu dapat dinyatakan dalam fungsi f dengan menggunakan


c
hubungan f n1 , sehingga diperoleh:
2a

4a 3 2
3
1 2 2a
N 1 ( f )f .4f f 3 f f (1.10)
8 c c

Volume rongga adalah V=a3, sedangkan untuk setiap getaran ada 2 arah
polarisasi, sehingga jumlah getaran persatuan volume dengan frekuensi
antara f dan f+f adalah sebagai berikut:

13
8 2
N ( f )f f df (1.11)
c3

N(f) adalah rapat moda getar gelombang elektromagnetik di dalam


rongga. Besarnya rapat energi T(f) adalah perkalian N(f) dengan energi
rata-rata satu moda getar, , sehingga dapat dinyatakan:

T ( f ) . N ( f ) (1.12)

Nilai T(f) dapat diukur secara eksperimental, sedangkan N(f) diperoleh


berdasarkan teori medan elektromagnetik. Oleh karena itu cara
menentukan secara teoritik merupakan cara untuk menguji teori
tersebut. Perbedaan fisika klasik dan fisika modern dalam menjelaskan
bentuk lengkung radiasi benda hitam terletak pada perbedaan cara
menentukan nilai dari osilator.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh fisikawan pada


akhir abad ke-19 untuk menerangkan bentuk lengkung radiasi benda
hitam. Salah satu pendekatan berdasarkan teori fisika klasik yang
dipublikasikan pada saat itu adalah pendekatan oleh Rayleigh-Jeans.
Rayleigh dan Jeans menggunakan teori ekipartisi energi untuk
menentukan . Berdasarkan teori tersebut, osilator mempunyai 2 derajat
kebebasan, oleh karena itu energi rata-rata per osilator adalah:

1
2x k BT k BT (1.13)
2

dimana: kB = konstanta Boltzmann


T = suhu mutlak
Setiap osilator berkaitan dengan satu moda getar, oleh karena itu rapat
energi adalah:

14
8 f 2
T ( f ) .N ( f ) k BT (1.14)
c3

Persamaan (1.14) ternyata tidak dapat digunakan untuk menjelaskan kurva


radiasi benda hitam. Perbandingan grafik berdasarkan persamaan tersebut
dengan hasil percobaan adalah sebagai berikut.

Gambar 1.5. Perbandingan grafik radiansi terhadap frekuensi menurut


Rayleigh-Jeans dan eksperimen

Pada frekuensi yang rendah, rapat energi berdasarkan penjelasan Jeans


dan Rayleigh ternyata berimpit dengan eksperimen. Namun, pada
frekuensi tinggi grafik menurut teori Rayleigh-Jeans sangat menyimpang
dari hasil eksperimen. Berdasarkan teori fisika klasik yang dijabarkan
oleh Rayleigh-Jeans, jika f makin besar, maka T(f) juga makin besar, dan
15
akan mendekati harga apabila f sangat besar. Penyimpangan yang besar
terjadi pada frekuensi tinggi atau pada daerah panjang gelombang ultra
violet, sehingga penyimpangan ini dinamakan bencana ultraviolet (UV-
catastrophe).

Kegagalan Rayleigh-Jeans dalam menjelaskan landasan teoritik


dari kurva radiasi benda hitam dengan menggunakan teori ekipartisi
energi untuk menetapkan , menyebabkan perlunya teori baru dalam
menerangkan bentuk kurva radiasi benda hitam dengan membuat
anggapan bahwa untuk getaran osilator tidak berlaku teori ekipartisi
energi. Anggapan tersebut adalah sangat revolusioner pada saat itu,
terutama karena teori kinetik gas (yang menggunakan teori ekipartisi
energi) cukup mantap saat itu dan terbukti secara eksperimental untuk
menjelaskan distribusi partikel gas. Langkah tersebut ternyata membuka
suatu era baru dalam ilmu fisika, yakni dimulainya pengembangan teori
fisika modern yang dapat menerangkan peristiwa dan gejala fisika pada
tingkat atomik.

1.2 Hipotesis Kuantum Planck

Terobosan spektakuler dilakukan oleh Max Planck untuk


menjelaskan kurva radiasi benda hitam secara teoritik dengan
menganggap bahwa energi osilator nilainya adalah diskrit. Planck sendiri
sebenarnya kurang yakin dengan hipotesis yang diajukannya, namun
penjelasan yang dikembangkannya menjadi mantap setelah didukung oleh
beberapa ilmuwan seperti Einstein yang juga menganggap bahwa radiasi
gelombang elektromagnetik juga bersifat diskrit. Penjelasan tentang
radiasi termal oleh Planck dilakukan dengan membuat beberapa anggapan
tentang osilator-osilator yang menjadi sumber energi pancaran termal,
yaitu:

a. Energi yang dapat dimiliki osilator tersebut tidak kontinu, melainkan


berharga diskrit, yaitu kelipatan dari hf :

16
= 0, hf, 2hf, 3hf, ....., nhf (1.15)

Dalam ungkapan tersebut, h adalah suatu tetapan (yang kemudian


dinamakan tetapan Planck), sedangkan f adalah frekuensi getaran.
Nilai konstanta Planck adalah, h=6,63 x 10-34 joule-secon.

b. Sebaran energi osilator mengikuti distribusi Boltzmann, yaitu bahwa


kemungkinan atau probabilitas suatu osilator mempunyai energi antara
dan + adalah:


e k BT
P( ) (1.16)
kBT

dengan : kB: tetapan Boltzmann


T: suhu dinding.
Energi rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:

dengan P()=(e-/kT)/kT, dapat ditulis:


= kT

dimana

Perhatikan bahwa:

17

=

Jadi nilai rata-rata dapat dinyatakan sebagai berikut:

( )

, dimana

dengan menggunakan relasi: , diperoleh:

Jadi, energi rata-rata osilator sebagai berikut:

hf
(1.17)
hf

e
k BT
1

Pernyataan matematis dari radiasi termal berdasarkan persamaan (1.11),


(1.12) dan (1.17) adalah sebagai berikut:

18
8 h f3
T ( f ) f . N ( f ) f f (1.18)
c 3 hf k B T
e 1

8 hc d
atau: T ( )d (1.19)
5
e hc
k B T
1

Persamaan (1.18) dan (1.19) diturunkan secara teoritik dengan


menggunakan teori gelombang elektromagnetik, khususnya tentang
syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu gelombang tegak (stasioner)
dalam rongga berdinding logam. Asumsi yang digunakan oleh Planck
adalah energi osilator hanya memiliki nilai yang diskrit, =nhf, dan
menolak teori ekipartisi untuk sistem osilator. Ternyata lengkung teoritik
menurut persamaan (1.18) atau (1.19) sesuai dengan data-data
eksperimental tentang radiasi spektral oleh benda hitam sempurna.

Penjelasan bentuk kurva radiasi benda hitam dengan menggunakan


persamaan (1.19) adalah sebagai berikut:

a. Pada daerah panjang gelombang yang panjang, berlaku relasi,


hc
k B T
e 1 hc / k B T , sehingga persamaan (1.19) menjadi sebagai
berikut:

8 k B T d
E ( )d (1.20)
4

yang sesuai dengan teori Rayleigh-Jeans dan dapat menerangkan


bentuk lengkung radiasi benda hitam pada daerah besar.
hc
k B T
b. Pada panjang gelombang pendek, nilai e 1 , sehingga
persamaan (1.19) menjadi sebagai berikut:

19
8 hc hc k T
E ( )d e B
d (1.22)
5

yang dapat menerangkan bentuk lengkung radiasi benda hitam pada


daerah kecil.

Menurut tatacara metode ilmiah, asumsi Planck (postulat Planck)


tentang hakekat radiasi termal ternyata benar. Postulat Planck dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Energi osilator harmonik dengan frekuensi f, dibatasi pada harga-harga


yang merupakan kelipatan dari hf.

Planck menamakan satuan dasar energi (=hf) tersebut sebagai kuantum.


Tetapan Planck h yang diperoleh secara teori dan sesuai dengan data
eksperimen adalah h=6,63 x 10-34 joule secon. Tetapan Planck sering
dijumpai dalam ungkapan-ungkapan teori kuantum, dan boleh dikatakan
bahwa konstanta Planck merupakan ciri dari ungkapan-ungkapan fisika
kuantum.

Planck mengajukan konsep kuantisasi energi (energi bersifat


diskrit) yang dapat dimiliki oleh osilator-osilator harmonik pada
permukaan logam, dan tetap menganggap bahwa energi dalam rongga
berbentuk gelombang. Hipotesis itu diajukan oleh Max Planck pada
tanggal 14 Desember 1900 dalam suatu pertemuan ilmiah. Pada tahun
1905 Einstein menyarankan gagasan bahwa energi elektromagnetik dalam
rongga tersebut juga berbentuk gumpalan energi, yang kemudian disebut
foton. Gagasan bahwa energi foton juga terkuantisasi dikemukakan oleh
Einstein untuk dapat menerangkan efek fotolistrik.

Planck sebetulnya tidak mantap dalam mengajukan hipotesisnya,


Einsteinlah yang memantapkan teori tentang kuantisasi energi. Hipotesis
Planck secara fundamental mengubah pandangan klasik tentang fisika
menjadi pandangan modern yang kemudian menyebabkan penjajakan

20
tentang landasan fisika untuk sistem atomik dan sub-atomik. Penjajakan
ini berakhir pada tahun 1929 dengan dirumuskannya teori persamaan
gelombang relativistik yang menggabungkan teori relativitas dengan teori
kuantum. Planck memperoleh hadiah nobel pada tahun 1918 atas
sumbangannya untuk ilmu fisika.

Latihan Soal:
1. Sebatang logam akan berpijar pada suhu 1100 K, namun bongkahan
kuarsa tidak berpijar pada suhu tersebut, Jelaskan kenapa demikian.
2. Buktikan bahwa RT(f)df=(c/4)T(f)df.
3. Suhu bola api pada sebuah ledakan termonuklir mencapai 107K.
Hitunglah panjang gelombang radiasi maksimum yang dipancarkan.
4. Hitunglah panjang gelombang radiasi maksimum yang dipancarkan
oleh sebatang logam besi yang dipanaskan sampai 1800oC.
5. Jika suhu permukaan matahari adalah 5700 K dan jejarinya adalah 1,4
x 109m, hitunglah jumlah massa matahari yang hilang dalam setiap
detik.
6. Hitung nilai x rata-rata, menggunakan persamaan:



dengan fungsi

7. Buktikan bahwa untuk panjang gelombang max, nilai T() adalah


sebagai berikut:

21
22
BAB 10

INTERAKSI ATOM DENGAN MEDAN DAN RADIASI


GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

10.1.Efek Zeeman dan efek Stark


Pada tahun 1869, Peter Zeeman menemukan bahwa garis emisi atom
dari sebuah sumber cahaya akan terpecah menjadi beberapa komponen
jika dipengaruhi oleh medan magnet. Fenomena tersebut disebut efek
Zeeman, dan pergeseran frekuensi cahaya yang diemisikan disebut
pergeseran Zeeman. Jika frekuensi sumber cahaya adalah fo, maka ketika
dipengaruhi medan magnet akan muncul fo+f dan fo-f. Atom yang
memiliki spin nol (S=0) akan mengalami efek Zeeman normal, misalnya
atom yang memiliki jumlah elektron genap. Jika jumlah elektron
valensinya genap, maka spin akan berpasangan dan saling meniadakan
sehingga atom akan bertindak seperti partikel yang tidak memiliki spin.
Efek Zeeman terjadi karena atom memiliki momen magnetik
sehingga dapat dipengaruhi oleh medan magnet luar. Medan magnet
menyebabkan tingkat energi pada atom menjadi beberapa komponen yang
disebut sub-tingkatan magnetik atau tingkatan Zeeman. Perubahan energi
pada atom akibat pengaruh medan magnetik adalah sebesar:
( ) (10.1)

J adalah bilangan kuantum anguler total, dan MJ adalah bilangan kuantum


magnetik total. Jumlah nilai untuk MJ adalah (2J+1), yakni: J, J-1, , 0,
, -J, sehingga jumlah tingkatan energi akibat pengaruh medan magnet
luar adalah (2J+1). Jumlah pecahan tingkat energi bergantung pada faktor
Lande, yakni: L, S, dan J.
Garis spektrum untuk atom yang tidak dipengaruhi oleh medan
magnet dapat ditentukan dengan menghitung transisi dari tingkat energi
E2 dan E1 sebagai berikut:

23
Jika ada medan magnet luar sebesar B, maka tingkatan energi akan
menjadi:

Garis-garis spektrum yang dipancarkan akibat perpindahan elektron dari


kedua tingkat energi tersebut memiliki frekuensi sebagai berikut:

(10.2)
Bilangan disebut bilangan Lorentz,
sehingga bisa ditulis:

Harga , sehingga nilai frekuensi yang muncul adalah:


, , dan .
Sehingga:
Pergeseran panjang gelombang yang terjadi adalah sebagai berikut:
| | =
Gambaran tentang efek Zeeman normal adalah sebagai berikut.

E2+ gB
1 E2
P1 E2

fo E2- gB

1 E1
So E1

fo- f fo fo+ f

Gambar 10.1. Efek Zeeman normal

24
Contoh Soal 10.1:
Hitunglah jarak antara dua garis terluar dari spektrum pada efek Zeeman
normal untuk spektrum garis pada panjang gelombang 612 nm dalam
medan magnetik sebesar 10 kilogauss (1 g = 10-4 T).

Jawaban Contoh Soal 10.1:


Pergeseran panjang gelombang pada efek Zeeman normal adalah sebagai
berikut:

Jika dimasukkan nilai B sebesar 10 kilogauss (=1 T), panjang gelombang


612 nm (=6120 x 10-10 m), e = 1,6 x 10-19 C, m = 9,1 x 10-31 kg, dan c = 3
x 108 m/s, akan diperoleh:

Jarak antara dua garis terluar adalah

Terpisahnya spektrum emisi atom juga terjadi jika dipengaruhi


medan listrik. Fenomena tersebut dinamakan efek Stark yang
didemonstrasikan oleh Stark pada tahun 1913 dengan memecah garis-
garis Balmer dari spektrum atom hidrogen dalam medan listrik. Skema
percobaan Stark adalah sebagai berikut.
Kumparan
induksi
Kumparan
induksi
P A
C

A: anoda
P: keping
spektograf C: katoda berlubang

Gambar 10.2. Sketsa percobaan Stark


25
Pada percobaan tersebut, katoda berlubang diletakkan sekitar 3 mm dari
keping P, dan kedua elektroda tersebut diberi beda tegangan yang cukup
tinggi. Ternyata diamati bahwa garis spektrum yang semula terkait
dengan bilangan kuantum n, terpecah menjadi (n-1) komponen yang
berkaitan dengan (n-1) tingkat energi yang berbeda. Jika digunakan
medan listrik yang lemah, garis-garis spektrum hidrogen tampak simetris
dan sebanding dengan kuat medan listrik, yang disebut efek Stark linier
atau orde pertama.

10.2.Persamaan Schrodinger dengan gangguan bergantung waktu


Persamaan Schrodinger telah menghasilkan prediksi yang tepat
untuk hasil eksperimen yang diperoleh. Kita telah mengkaji persamaan
Schrodinger untuk persoalan non relativistik, dimana kelajuan partikel
jauh lebih kecil daripada laju cahaya. Persamaan Schrodinger yang
dimaksud adalah:

2 2 (Persamaan Schrodinger
i V
t 2m x 2 bergantung waktu dalam satu
dimensi)
2 2 2 2
i 2 V (Persamaan Schrodinger
t 2m x 2 y 2 z bergantung waktu dalam
tiga dimensi)

Pada persamaan tersebut, V adalah energi potensial partikel yang


merupakan fungsi dari x, y, z dan t. Persamaan tersebut bersesuaian
dengan eksperimen dalam batasbatas berlakunya.
Solusi persamaan Schrodinger secara umum merupakan fungsi ruang dan
waktu. Fungsi gelombang yang merupakan solusi persamaan tersebut
dapat dikaji dalam satu dimensi saja, misal pada sumbu x sebagai berikut:
= Ae-(i/)(Et-px)

26
Fungsi gelombang tersebut merupakan penggambaran matematis
gelombang ekuivalen dari partikel bebas yang berenergi total E dan
bermomentum p yang bergerak dalam arah +x.

Jika partikel yang dibahas berada dalam medan elektromagnetik,


maka persamaan Schrodinger harus memperhitungkan gangguan yang
muncul. Secara umum Hamiltonian total untuk kasus adanya gangguan
adalah sebagai berikut:
H H ( 0) (r ) G (r , t ) , dimana G adalah gangguan bergantung waktu.
Hamiltonian untuk kasus yang tidak terganggu (keadaan stasioner) adalah:
H ( 0 ) ( 0 ) r E ( 0 ) ( 0 ) r
j j j

Sedangkan persamaan Schrdinger bergantung waktu adalah:

(j0) r , t
H 0 (j0) r , t (j0) r , t (j0) r .e
iE (j 0 ) t
i
t

Jika H bergantung waktu, maka energi menjadi tidak stasioner, sehingga


untuk menentukan fungsi gelombang diperlukan cara yang berbeda
dengan persamaan eigen biasa. Misalkan fungsi gelombang bagi H adalah
{ i r , t } , maka dapat ditulis:
i (r , t )
i H i (r , t )
t
[ H (0) (r ) G (r , t )] i (r, t )

Misalkan i( 0) r adalah keadaan awal, dan karena kehadiran gangguan,


maka fungsi i r , t dinyatakan sebagai kombinasi linier dari fungsi-
fungsi lainnya:
i (r , t ) aik (t ) k( 0) (r , t )
k

Persamaan Schrodinger dapat dinyatakan sebagai berikut:

27
a ik (t ) ( 0) k( 0) (r , t )
i k (r , t ) i a ik (t )
k t k t
a (t )H (0) (0) (r, t ) a (t )G(r, t ) (0) (r, t )
k
ik k
k
ik k

Persamaan tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:


a (t )
i ik k( 0) (r , t ) a ik (t )G (r , t ) k( 0) (r , t )
k t k

Misalkan pada akhirnya, fungsi gelombang adalah (f0) r , t , maka dapat


ditulis:

a ik (t )
i (f0)* (r , t ) k( 0) (r , t )dvdt a ik (t ) k( 0)* (r , t )G(r , t ) k( 0) (r , t )dv
k t k

a if (t )
i a ik (t ) (f0)* (r , t )G(r , t ) k( 0) (r , t )dv
t k

Misalkan, pada saat awal sistem belum mengalami gangguan, sehingga


berlaku aii=1 dan semua aik=0. Jika diasumsikan bahwa beberapa saat
sejak gangguan dimulai, aii masih mendekati 1 sedangkan semua aik <<
aii, maka suku yang paling penting dalam persamaan di atas adalah yang
mempunyai indeks k=i, sehingga:
aif (t )
aik (t ) (f0)* (r , t )G (r , t ) k( 0) (r , t )dv
t k

Misalkan: G(r , t ) G ( 0) (r ) (t ) , sehingga dapat ditulis:

a if (t ) 1
t

i (f0) (r , t )G (r , t ) i( 0) (r , t )dv

1
(f0)* (r )e f G ( 0) (r ) (t ) i( 0) (r )e iE1 t / dv
iE ( 0 ) t / (0)

i

28
1 i ( E ( 0 ) E ( 0 ) )t /

i (f0)* (r )G ( 0) (r ) i( 0) (r )dv (t )e f i

1 ( 0) i ( E ( 0 ) E ( 0 ) )t /
G fi (t )e f i
i

G (fi0 ) T
i ( E (f 0 ) Ei( 0 ) ) t /
a if (T ) a if (0)
i dt (t )e
0
(0) T
G i ( E (f 0 ) Ei( 0 ) ) t /
a if (T ) a if (0) dt (t )e
fi

i 0

E (0)
E (0)

Karena: aif (0) =0 dan fi


f i


(0) T
G i fi t
Maka: a if (T ) (t )e
fi
dt
i 0

Peluang bertransisi dari keadaan stasioner awal ke keadaan i( 0) r


stasioner akhir (f0) r adalah:
1 2
Pif a if (T )
T

Gambar 10.3. Keadaan elektron dengan gangguan G (r,t)

29
Tinjaulah sebuah kasus, adanya gangguan oleh medan elektromagnetik

E Eo cost , terhadap dipol listrik. Interaksi medan dengan momen
dipol adalah:

G (r , t ) (e 0 r cos ) cos t

Menggunakan separasi variabel, dapat ditulis: G ( 0) (r ) e o r cos ; dan


(t ) cos t

G ofi e o (f0)* (r )r cos i( 0 ) (r )dv e o M fi

e o M fi T
i fi t
a if (T )
i dt cos te
0

e o M fi e i ( fi )T 1 e i ( fi )T 1

i 2 fi fi

Pada kasus absorbsi di sekitar = fi, suku pertama dapat diabaikan,


sehingga:

1 2
Pif a if (t )
e 2 o2 M fi
2

sin 2 ( fi )T / 2
T 4 2T ( fi ) / 2
2

Gambar 10.4. Kasus absorbsi dan emisi gelombang elektromagnetik

30
Perhatikan bahwa momen dipol magnetik total adalah:

H = L + s

Pengaruh medan magnet luar akan menimbulkan energi potensial sebesar:

e e
Vm = E = m .B 2ms . B
2m 2m

e
= . B ( m 2 m s ) B B ( m 2 m s )
2m

Jika ms =0, maka persamaan tersebut sama dengan efek Zeeman normal.

Penguraian tingkat energi sistem atom hidrogen dengan bilangan kuantum


(n, , m, ms) dalam medan B adalah sebagai berikut.

En =0 =1 =2
(eV) Tanpa B B Tanpa B B Tanpa B B

(7)
-0,54
(5) 5d
(2)
(n = 5) 5s 5p

-0,85 (5) (7)


(2) 4d
(n = 4) 4s 4p

(7)
-1,5 (5)
(2) 3d
3s 3p
(n = 3)

31
-3,4 (5)
(2) 2p
(n = 2) 2s

-13,6
(2) E = Vm = (eB/2m) (m + 2ms)
(n = 2) 1s

Jika tanpa medan magnet, hanya terdapat satu garis untuk perangkat
bilangan kuantum (n, , m , ms), maka dengan kehadiran medan magnet
B, akan terdapat 5 garis dengan karakteristik sebagai berikut.

E = Vm = (eB/2m) (m + 2ms)

= A (m1 + ms) dengan A = (eB/2m)

E = 2A untuk [3, 1, +1, +(1/2)]

E =A untuk [3, 1, 0, +(1/2)]

E =0 untuk [3, 1, +1, -(1/2)] dan [3, 1, -1, +(1/2)]

E = -A untuk [3, 1, 0, -(1/2)]

E = -2A untuk [3, 1, -1, -(1/2)]

Pada kasus tersebut berlaku kaidah seleksi sebagai berikut.

= 1, dan m = 0, 1; ms = 0

Frekuensi Larmor untuk momentum sudut (L), adalah:

B e
L gL B , dengan gL = 1, dan B
2m
32
Frekuensi Larmor untuk spin (S) adalah:

B e
L gL B , dengan gs = 2, dan B
2m

Contoh Soal 10.2:

Gambarkan spektrum yang terjadi, karena pengaruh medan B untuk


perpindahan elektron dari keadaan 3d ke 2p.

Jawaban Contoh Soal 10.2:

3d n = 3; E3 = -1,5 eV

2p n = 2; = 1; m = 1, 0, -1; ms = , - ; dan E2 = -3,4 eV

33
tanpa B dengan B
(3, 2, 2, ) 3A

(3, 2, 1, ) 2A
E3 3d (3, 2, 0, )
(3, 2, 2, -) A
(3, 1, -1, )
(3, 2, 1, -) 0
(3, 2, -2, )
(3, 2, 0, -) -A

(3, 2, -1, -) -2 A

= 1 (3, 2, -2, -) -3 A

m = 0, 1

(2, 1, 1, ) 2A

(2, 1, 0, ) A
E2 2p
(2, 1, 1, - ) 0
(2, 1, -1, ) 0
(2, 1, 0, - ) -A

(2, 1, -1, - ) - 2A
E-A E E+A

Gambar 10.5. Spektrum akibat pengaruh medan magnetik B

34
10.3.Piranti Laser

Piranti laser dikembangkan berdasarkan ide Townes pada tahun


1951, yang didasarkan atas fenomena emisi stimulasi yang diusulkan
oleh Einstein pada tahun 1917. Ide tersebut diwujudkan pada tahun 1953
oleh Townes dan dua orang siswanya dengan membuat prototipe maser
(microwave amplification by stimulated emission of radiation)
menggunakan molekul amonia untuk memperkuat radiasi gelombang
mikro (microwave). Pada tahun 1958, Townes dan Schawlow
melaporkan pembuatan sebuah piranti untuk memperkuat radiasi cahaya
yang disebut laser (light amplification by stimulated emission of
radiation). Pengembangan laser secara terpisah juga dilakukan oleh
ilmuwan Rusia, Basov dan Prokhorov. Tidak lama setelah itu, pada
tahun 1960 Meiman mengembangkan laser menggunakan batang kristal
ruby (CrAlO3) dan pada tahun 1961 Javan membuat laser gas helium-
neon.

Perusahaan telepon mulai menaruh perhatian dalam menggunakan


laser untuk keperluan komunikasi, dan instalasi jalur komunikasi
menggunakan serat optik (fiber-optic) dibangun pada tahun1977. Pada
saat ini laser banyak digunakan dalam bidang komunikasi, perbankan,
kesehatan, industri manufaktur, elektronika, instrumentasi iptek, sistem
pengaman gedung, peralatan militer, dan sebagainya. Alat untuk
membaca CD-ROM atau DVD pada komputer juga menggunakan laser
dioda.
Laser dioda dibuat dengan menggunakan material semikonduktor.
Prinsif dasar bekerjanya sebuah laser adalah poses emisi cahaya oleh
material tersebut. Proses emisi dan penyerapan (absorbsi) cahaya dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori pita energi. Perpindahan elektron
dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah
akan memancarkan (emisi) gelombang elektromagnetik. Sedangkan
elektron dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih
35
tinggi membutuhkan penyerapan gelombang elektromagnetik. Pada bahan
semikonduktor, transisi elektron terjadi antara pita valensi dengan pita
konduksi. Celah pita energi pada bahan semikonduktor bersesuaian
dengan emisi atau absorpsi gelombang elektromagnetik pada daerah
cahaya tampak. Jika energi pada pita konduksi adalah E2 dan energi pada
pita valensi adalah E1, maka frekuensi yang dipancarkan adalah:

emisi cahaya absorbsi cahaya

Gambar 10.6. Transisi elektron antar tingkat energi yang berbeda pada
bahan semikonduktor

Elektron yang sudah pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited
electron) dengan menyerap energi akan berada dalam keadaan tidak
stabil. Elektron ini memiliki kecenderungan kembali ke keadaan awalnya
dengan cara melepaskan kelebihan energi tersebut. Prinsif tersebut
diusulkan oleh Einstein yang menyatakan bahwa kesetimbangan materi
dan radiasi diatur oleh tiga proses, yaitu: 1) absorbsi (induksi) stimulasi,
2) emisi spontan, dan 3) emisi stimulasi. Energi yang dilepaskan
berbentuk foton dengan panjang gelombang tertentu (warna tertentu)
sesuai dengan perbedaan tingkat energinya saat berpindah. Pada beberapa
bahan, ada perbedaan waktu bagi elektron untuk berada dalam keadaan
tidak stabil setelah menyerap energi. Bahan fluoresensi dan fosforesensi
menunjukkan fenomena yang berbeda akibat perbedaan waktu meta-stabil
elektron pada pita energi yang lebih tinggi.

36
Proses kerja laser memanfaatkan prinsif emisi cahaya dengan
membuat agar cahaya dipancarkan secara serentak. Hal tersebut dilakukan
untuk menghasilkan cahaya yang monokromatik (satu panjang gelombang
yang spesifik), koheren (frekuensi dan fase yang sama), dan menuju satu
arah yang sama sehingga cahayanya menjadi sangat kuat dan
terkonsentrasi. Pada laser ruby, penguatan berkas cahaya dilakukan
dengan menggunakan cermin. Ada dua buah cermin yang dipasang pada
laser ruby, dimana salah satu cermin merupakan cermin parsial (half-
silvered) yang dapat memantulkan berkas cahaya yang lemah namun
dapat mentransmisikan berkas cahaya yang kuat. Sketsa laser ruby secara
sederhana digambarkan sebagai berikut.

Cermin Cermin
parsial
Gambar 10.7. Skema laser ruby

Pada sketsa laser ruby, terlihat bahwa ruby diberi stimulasi energi
(disinari dengan cahaya) sehingga beberapa elektronnya tereksitasi.
Elektron yang tereksitasi ini cenderung kembali ke tingkat energi awal
dengan melepaskan cahaya. Berkas cahaya tersebut dipantulkan oleh
permukaan cermin secara berkali-kali (bolak-balik). Berkas cahaya yang
melewati batangan kristal ruby akan menyinari elektron-elektron di
sekitarnya sehingga menyebabkan elektron tersebut tereksitasi. Elektron-
elektron yang tereksitasi tersebut selanjutnya bertransisi dan
mengemisikan cahaya ketika kembali ke keadaan normalnya. Proses ini
terjadi secara berantai sehingga terbentuk berkas cahaya yang cukup kuat
untuk menembus cermin parsial sebagai cahaya laser.

Ada berbagai media yang dapat digunakan untuk menghasilkan


37
sinar laser, misalnya solid state laser yang menggunakan bahan padat
sebagai medianya, dan gas laser, misalnya: gas helium-neon, g a s
CO2, gas Argon, dan sebagainya. Kekuatan laser sangat bervariasi,
bergantung pada daya yang dipancarkan sehingga piranti tersebut
digolongkan dalam beberapa kelas. Namun perlu diperhatikan bahwa
laser yang paling lemah sekalipun dapat berbahaya bagi mata kita
sehingga perlu bijaksana dalam penggunaannya.

Panjang gelombang yang dihasilkan oleh laser sangat bergantung


pada media yang digunakan untuk membangkitkan laser. Hal tersebut
sangat terkait dengan penggunaan laser dalam berbagai keperluan
penelitian dan teknologi. Misalkan, panjang gelombang yang dihasilkan
laser ruby adalah 694 nm (6,94 x 10-7 m), sedangkan panjang
gelombang yang dihasilkan gas CO2 adalah 10.600 nm (1,06 x 10-5 m).
Kristal ruby menghasilkan sinar laser berwarna merah, sedangkan gas
CO2 menghasilkan sinar pada daerah inframerah dan gelombang mikro.
Radiasi inframerah merupakan radiasi panas sehingga laser yang
dihasilkan mampu melelehkan benda yang terkena sinarnya, bahkan laser
inframerah dengan daya yang besar dapat digunakan untuk memotong
baja.

Prinsif kerja laser yang telah dijelaskan di atas memanfaatkan


emisi foton ketika bertransisi dari tingkat energi yang lebih tinggi ke
tingkat energi yang lebih rendah. Sebuah kondisi yang perlu diciptakan
untuk membuat emisi terjadi secara serentak adalah mengatur agar cukup
banyak elektron berada pada keadaan meta-stabil pada tingkat energi yang
lebih tinggi. Kondisi itu dengan populasi elektron pada tingkat energi
yang lebih banyak daripada keadaan normal (dengan tingkat energi yang
lebih rendah), disebut populasi inversi. Gambaran kondisi tersebut adalah
sebagai berikut.

38
N2 N2
E2 E2

N1
N1
E1
E1

Kondisi normal Populasi inversi

Gambar 10.8. Populasi inversi

Kondisi populasi inversi (N2 > N1) dapat diperoleh dengan melakukan
pemompaan optik (optical pumping), yakni memberikan energi foton
pada material sehingga elektron pindah ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Terdapat kasus dimana elektron yang berada dalam keadaan meta-
stabil pada tingkat energi yang lebih tinggi segera bertransisi ke tingkat
energi yang lebih rendah sehingga kondisi populasi inversi sulit untuk
dipertahankan. Piranti laser untuk kasus seperti itu dapat dibuat dengan
menggunakan tiga tingkatan energi, misalnya pada laser ruby. Tingkatan
energi pada laser ruby digambarkan sebagai berikut.

39
E3
Transisi non-radiatif
E2

E5
Pemompaan
E4
optik Emisi
(absorbsi) spontan Transisi laser

E1
6943A 6927A

Gambar 10.9. Proses emisi pada tingkatan energi laser ruby

Ruby adalah kristal alumunium oksida (Al2O3), dimana sebagian atom


alumunium disubstitusi oleh ion kromium (Cr3+). Pada kristal ini, transisi
energi dapat terjadi dalam ion kromium yang memiliki tingkat energi E1,
E2, E3, E4, dan E5 seperti diilustrasikan pada gambar. Jika batangan kristal
ruby disinari dengan cahaya dengan energi yang cukup, maka elektron ion
kromium dengan energi E1 dapat berpindah ke tingkatan energi E2 dan E3.
Selang waktu atau waktu hidup elektron pada tingkat energi E2 dan E3 ini
sangat singkat, yakni hanya 10-8 detik. Sebagian elektron akan bertransisi
secara spontan ke tingkatan E1, namun lebih banyak yang pindah ke
tingkatan E4 dan E5. Transisi elektron dari tingkat E2 dan E3 ke tingkat
energi E4 dan E5 tidak memancarkan radiasi foton, karena energi yang
dipancarkan ditransfer ke kisi kristal. Transisi ini merupakan transisi non-
radiatif. Keadaan meta-stabil elektron di tingkat energi E4 dan E5 adalah
sekitar 10-3 detik, sehingga dapat tercipta kondi populasi inversi. Transisi
elektron dari tingkat energi E4 ke E1 memancarkan foton dengan panjang
gelombang 6943 angstrom, sedangkan transisi dari tingkat energi E5 ke E1
memancarkan foton dengan panjang gelombang 6927 angstrom.

40
Perhatikan bahwa celah energi antara E5 dan E1 lebih besar daripada celah
energi E4 dan E1, sehingga frekuensi foton lebih besar dan panjang
gelombang lebih kecil untuk transisi dari E5 ke E1.

Laser helium-neon (He-Ne) dibuat menggunakan campuran gas


helium dan neon dengan rasio 7:1. Gas tersebut dijaga pada tekanan
rendah (1 mm Hg) dalam sebuah tabung lucutan (discharge tube). Pada
kedua ujung tabung dipasang cermin seperti pada konstruksi laser ruby
seperti pada gambar berikut ini.

cermin cermin parsial

He:Ne = 7:1

Sumber frekuensi tinggi

Gambar 10.10. Sketsa piranti laser gas helium-neon

Jarak antara kedua cermin pada laser sama dengan kelipatan dari setengah
panjang gelombang yang diemisikan oleh laser.

Metode yang digunakan untuk membuat elektron tereksitasi


adalah dengan memberikan lucutan listrik menggunakan arus bolak-balik
(ac) frekuensi tinggi pada gas. Elektron dari lucutan gas akan
bertumbukan dengan atom gas helium sehingga elektron gas tersebut
tereksitasi ke keadaan meta-stabil dengan energi 19,81 eV dan 20,5 eV.
Tingkat energi eksitasi atom helium sangat berdekatan dengan tingkat
energi eksitasi atom neon, sehingga atom helium yang tereksitasi dapat
mentransfer energinya pada atom neon yang berada pada keadaan energi
dasar jika keduanya bertumbukan. Jika laju transisi elektron ke keadaan
eksitasi lebih besar daripada laju transisi elektron ke keadaan normal,

41
maka akan terjadi populasi inversi. Pada kasus ini, atom helium
digunakan untuk membuat terjadinya keadaan eksitasi pada atom neon,
sedangkan emisi foton akibat transisi elektron pada atom neon
dimanfaatkan sebagai emisi laser. Transisi elektron yang utama pada atom
neon pada proses emisi laser adalah sebagai berikut. Emisi gelombang
elektromagnetik pada daerah cahaya tampak adalah pada panjang
gelombang 6328 angstrom.

Tingkat energi pada sistem gas helium-neon terkait dengan notasi di atas
digambarkan sebagai berikut.

20,5 eV tumbukan 3s
E4 3p
19,81 eV E6
E3
2s Transisi laser
2p
E5

1s Transisi spontan
E2

E1
He Ne

Gambar 10.11. Transisi elektron pada laser helium-neon

42
Latihan Soal:

1. Deskripsikan tentang efek Zeeman anomali !


2. Gambarkan diagram dari transisi yang diperbolehkan antara 2P3/2 dan
2
S1/2 yang berada dalam medan magnet yang lemah. Hitunglah
komponen Zeeman dari garis-garis spektrum dalam medan magnet
yang besarnya 0,45 b/m2.
3. Jelaskan tentang fenomena efek Paschen-Back untuk atom dengan
satu elektron valensi dan untuk atom dengan dua elektron valensi !
4. Jelaskan prinsif kerja laser amonia dan laser dioda !

43
DAFTAR REFERENSI

Atkins, P & Friedman, R. (2005). Molecular Quantum Mechanics, 4-Ed.


Oxford University Press, New York.
Eisberg, R. & Resnick, R. (1974) Quantum Physics o Atoms, Molecules,
Solids, Nuclei, and Particles, John Wiley & Sons, New York.
Gasiorowicz, S. (2003) Quantum Physics, 3-Ed, john Wiley & Sons, New
Jersey.
Griffiths, D.J. (1995) Introduction to Quantum Mechanics, Prentice Hall,
New Jersey.
Haken, H., Wolf, H.C. (1984). Atomic and Quantum Physics. Springer-
Verlag. Berlin.
Holzner, S. (2010). Quantum Physics Workbook for Dummies. Wiley
Publishing, Inc.
Krane, K.S. (1983). Modern Physics, John Wiley & Sons, New York.
Morrison, M.A. (1990). Understanding Quantum Physics, Prentice Hall,
New Jersey.
Resnick, R. (1972). Basics Concept of Relativity and Early Quantum
Theory. John Wiley & Son. New York.
Singh, R.B. (2009) Introduction to Modern Physics: Volume I, New Age
International Publishers, New Delhi.
Sproull, R.L., Phillips, W.A. (1980). Modern Physics, Third Edition, John
Wiley & Son. New York.
Weidner, R.T., Sells, R.L. (1980). Elementary Modern Physics, Third
Edition, Allyn and Bacon, Inc. Boston.

44
BIOGRAFI PENULIS

Ridwan Abdullah Sani dilahirkan di Pangkalpinang, Propinsi


Bangka Belitung pada tanggal 10 Juni 1964. Menyelesaikan
kuliah S1 pada tahun 1987 di jurusan Pendidikan Fisika IKIP
Bandung, lulus S2 pada tahun 1993 di jurusan Fisika di ITB, dan
lulus S3 pada tahun 2000 di jurusan Fisika ITB. Bertugas di
Universitas Negeri Medan (dh IKIP Medan) sejak tahun 1988,
menjadi kepala laboratorium Fisika periode 2003-2007, Direktur
SPMU TPSDP Unimed periode 2004-2007, Ketua Lembaga
Penelitian Unimed periode 2007-2011, Ketua Lembaga
Pengabdian kepada Masyarakat Unimed periode 2012-2016.
Pelatih Olimpiade Sains di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera
Utara tahun 2004-2009, reviewer Dewan Pendidikan Tinggi
Depdiknas tahun 2005-2012, pembimbing KTI-online P4TK
Bandung sejak tahun 2009, dan konsultan Unesco untuk
penelitian pendidikan MIPA pada tahun 2014. Menulis beberapa
buku Fisika dan Pendidikan, serta membina Asosiasi Guru Fisika
Propinsi Sumatera Utara.

Muhammad Kadri, S.Si, M.Sc lahir di Medan, propinsi


Sumatera Utara, pada tanggal 28 Nopember 1979. Lulus S-1
dari jurusan Fisika Unimed pada tahun 2004, dan lulus S-2 dari
Universitas Sains Malaysia pada tahun 2011. Menjadi dosen di
jurusan Fisika Unimed sejak tahun 2005. Memiliki keahlian
dalam pemetaan air tanah menggunakan teknik pencitraan
resistivitas dua dimensi.

45
46

Anda mungkin juga menyukai