Anda di halaman 1dari 21

METODE PENYUSUTAN SESUAI KETENTUAN KOMERSIAL

Dalam praktik Akuntansi Komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai pengelompokan
menurut criteria berikut ini:

1. Dasar Waktu
a. Metode Garis Lurus
Dalam metode ini ,biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berjalannya
waktu,dalam jumlah-jumlah yang sama sekama masa manfaat aset tetap berwujud
berikut

Biaya penyusutan=Tarif Penyusutan X Dasar perhitungan penyusutan


Cara persentase perhitungan penyusutan dapat dengan mudah dilakuakn apabila diketahui masa
manfaatnya.Masa manfaat aset 5 tahun maka:

Tarif penyusutan = 100 = 20%


5
Aset tetap harga perolehannya:Rp 300.000.000
Besar penyusutannya = 20% X 300.000.000 =Rp.60.000.000
Ayat jurnal
Tgl Akun Debit Kredit
Biaya penyusutan aset tetap 60.000.000
Akumulasi Penyusutan AT 60.000.000

Daftar Penyusutan Terperinci selam 5 tahun sebagai berikut:


Th Harga Perolehan Biaya Penyusutan Akm.Penyusutan Nilai Sisa Buku
1 300.000.000 60.000.000 60.000.000 240.000.000
2 300.000.000 60.000.000 120.000.000 180.000.000
300.000.000 60.000.000 180.000.000 120.000.000
3 300.000.000 60.000.000 240.000.000 60.000.000
4 300.000.000 60.000.000 300.000.000 0,00
5

Perhitungan tersebut denga ansumsi harga sisa buku pada akhir masa manfaat sebesar 0 tetapi
selayaknya harga sisa buku pada akhir masa manfaatnya (nilai residu) dapat diestimasi.Sebagai
contoh,nilai residu sebesar Rp.40.000.000 maka:
Biaya penyusutan=20%(300.000.000-40.000.000)=Rp.52.000.000
Daftar penyusutan secara terperinci selam 5 tahun sebagai berikut:

Th Harga Perolehan Biaya Penyusutan Akm.Penyusutan Nilai Sisa Buku


1 300.000.000 52.000.000 52.000.000 248.000.000
2 300.000.000 52.000.000 104.000.000 196.000.000
300.000.000 52.000.000 156.000.000 144.000.000
3 300.000.000 52.000.000 208.000.000 92.000.000
4 300.000.000 52.000.000 260.000.000 40.000.000
5

b. Metode pembebanna menurun


1. Metode jumlah angka tahunan
Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahunan yang akan menghasilkan
jumlah penyusutan yang semakin menurun dari tahu ketahun.
Rumus:

Biaya penyusutan=Tarif Penyusutan X Dasar perhitungan penyusutan


Dasar perhitungan penyusutan=Harga perolehan -/-Nilai Residu
Tarif penyusta diterapkan dengan pecahan,yaitu pembilang adalah angka tahunan
selama masa manfaat .Sedangkan pembilang tahu pertama adalah jumlah angka
tahunan samapai dengan angka tahun terakhir.
Penghitungan penyusutan dapat dilakukan:
Harga perolehan aset tetap =300.000.000
Nilai Residu =45.000.000 _
Penyusutan =Rp.255.000.000
Masa manfaat 5 tahun penyusutan:
Ke-1=5/15x(300.000.000-45.000.000) =85.000.000
Ke-2=4/15x(255.000.000) =68.000.000
Ke-3=3/15(255.000.000) =51.000.000
Ke-4=2/15x(255.000.000) =34.000.000
Ke-5=1/15x(255.000.000) =17.000.000
Daftar penyusutan selama 5 tahun sebagai berikut:
Th Harga tarif Biaya Akumulasi Nilai sisa
perolehan Penyusutan Penyusutan Penyusutan buku
1 5/15 300.000.00 85.000.000 85.000.000 215.000.00
2 4/15 0 68.000.000 153.000.00 0
3 3/15 300.000.00 51.000.000 0 147.000.00
4 2/15 0 34.000.000 204.000.00 0
5 1/15 300.000.00 17.000.000 0 96.000.000
15 238.000.00 62.000.000
0
300.000.00 0 45.000.000
0 255.000.00
300.000.00 0
0

Awal tahun 2014 terjadi pembelian aset tetap tetapi juga terdapat aset tetap yang
dibeli pada tahun berjalan.Dalam kondisi demikian perlu dipertimbangkan masa
dalam bagian tahun buku tersebut.Conoh Aset yang dibeli pada 3 Mei 2014 ,maka
perhitungan penyusutan:
Biaya penyusutan = 8/12x5/15x255.000=56.666.700
Untuk selanjutnya untuk tahun 2015 perlu memperhatikan masa yang menyangkut
tanggal 1 janusri 2015 samapi dengan tanggal 30 april 2015 dan 1 mei 2015
samapicengan 1 desember 2015 dengan memperhitungkan:
Masa pertama tahun 2015=4/12x5/15x255.000.000 =28.333.300
Masa kedua tahun 2015 =8/12x4/15x255.000.000 =45.333.300
Total penyusutan tahun 2015 =73.666.600
2. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda
Besar penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke tahun,dengan
pemikirannya bahwa kapasitas aset tetap dalam memperkirakan jasanya dari tahun
ketahun semakin menurun
Perhitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan:
Biaya penyusutan=Tarif Penyusutan X Dasar perhitungan penyusutan

Dasar perhitungan penyusutan=Harga sisa buku awal periode


Sebagai contoh yang lalu
Harga perolehan aset tetap 300.000.000
Nilai residu 40.000.000
Persentase penyusutan dengan metode garis lurus 20%
Persentase penyusutan dengan metode saldo menurun =2x20%=40%
Biaya penyusutan tahun pertama =40%x300.000.000 =Rp.120.000.000
Biaya penyusutan tahun kegua =40%(300.000.000-120.000.000)=Rp.72.000.000
Demikian selanjutnya sampai tahun berikutnya dengan akhir masa manfaat.
Daftar biaya penyusutan akan tampak sebagai berikut:

Th Harga Perolehan Biaya Penyusutan Akm.Penyusutan Nilai Sisa Buku


1 300.000.000 120.000.000 120.000.000 180.000.000
2 300.000.000 72.000.000 192.000.000 108.000.000
300.000.000 43.200.000 235.200.000 64.800.000
3 300.000.000 25.920.000 261.120.000 38.880.000
4 300.000.000 (1.120.000) 260.000.000 40.000.000
5

Dasar perhitungan diatas pada awal tahun ke5 terdapat persoalan yaitu nilai sisa buku
Rp.38.880.000 tida dapat digunaka dasr perhitungan biaya penyusutan tahun ke5 karena aset
tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan akibatnya nilai sisa buku dibawah nilai residu.

Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:


Penyusutan tahun ke5=40%x38,880.000=Rp.15.552.000

Nilai sisa buku tahun ke5

=300.000.000-penyusutan

=300.000.000-(261.120.000+15.552.000)

=Rp.23.328.000

Karena telah ditetapkan nilai residu pada akhir tahun ke5 adalah 40.000.000 maka perl dilakukan
penyesutan yang telah dicatat yaitu pengurangan biaya sebesar Rp.1.120.000

2 . Dasar Penggunaan

a. Metode jam jasa


Besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan pada teori bahwa pembelian aset
tetap ditunjukan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini mengakui estimasi
masa manfaat aset yang diukur dalam jam jasa.
Contoh:
Berdasarkan data aset tetap yang digunakan menunjukan estimated service life sebesar
20.000 jam,harga peroleha aset 100.000.000 dan nilai residu 5.000.000
Tarif penyusutan perjam dihitung:
Tarif penyusutan perjam = Harga Perolehan Nilai Residu
Estimated service life
Tarif penyusutan perjam =100.000.000-5.000.000
20.000
=Rp.4.750.000
Apabila aset tersebut manfaatnya 5 tahun dengan jam jasa yang telah diketahui maka daftar
biaya penyusutan akan tampak sbb:
th Harga perolehan Jasa-jasa Biaya Akumulasi Nilai sis buku
penyusutan Penyusutan
1 100.000.000 3.000 14.250.000 14.250.000 85.750.000
2 100.000.000 5.000 23.750.000 38.000.000 62.000.000
3 100.000.000 5.000 23.750.000 61.750.000 38.250.000
4 100.000.000 4.000 19.000.000 80.750.000 19.250.000
5 100.000.000 3.000 14.250.000 95.000.000 5.000.000
20.000 95.000.000
b. Metode unit produksi
Dalam metode unit produksi taksiran mafaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang
dapat dihasilkan.Kapasitas produksi ini dapat pula dinyatakan dalam bebtuk jam
pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya.

Penghitungan besarnya biaya penyusutan dapat dirumuskan:

Tarif penyusutan = Produksi sebenarnya


Kapasitas produksi
Biaya penyusutan=Tarif Penyusutan X Dasar perhitungan penyusutan
Dasar perhitungan penyusutan=Harga perolehan -Nilai Residu
Contoh
Aset tetap berupa mesin harga prolehannya 300.000.000.Nilai residu pada akhir tahun ke5 sesuai
masa manfaatnya 40.000.000.Mesin diperkirakan dapat menghasilkan 20.000 unit
produksi.Besarnya tariff penyusutan dihitung pertama dengan produksi sebesar 3.000.000 unit
Tarif penyusutan = 300.000.000x100%=15%
20.000.000
Biaya penyusutan = 15%(300.000.000-40.000.000)=Rp.39.000.000
Demikian pula selanjutnya sampai tahun ke 5.Besarnya penyusutan akan bervariasi karena
sangat bergantung pada produksi sebenarnya yang dapat dihasilkan oleh mesin tersebut.
Daftar biaya penyusutan selama 5 tahun
th Harga perolehan Jumlah Tarif Biaya Akumulasi Nilai sisa
produksi(unit penyusutan penyusutan buku
) a
1 300.000.000 3.000.000 15% 39.000.000 39.000.000 261.000.00
2 300.000.000 5.000.000 25% 65.000.000 104.000.00 0
3 300.000.000 5.000.000 25% 65.000.000 0 196.000.00
4 300.000.000 4.000.000 20% 52.000.000 169.000.00 0
5 300.000.000 3.000.000 15% 39.000.000 0 131.000.00
20.000.000 260.000.00 221.000.00 0
0 0 79.000.000
260.000.00 40.000.000
0

3.Dasar Kriteria lainnya


Menggunakn dasar criteria lainnya bahwa biaya penyusutan dapat dihitung denganndasar jenis
dan kelompok.Dalam pajak di kenali dengan golongan 1,golongan 2,golongan 3 dan golongan
bangunan.Ketentuan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan mengelompokannya kedalam
Bukan Bangunan dan Kelompok Bangunan.akuntansi komersial mengelompokan aset
berdasarkan masa manfaat.
Contoh
Aset tetap yand dibeli terkelomokan kedalam aset tetap yang masa manfaatnya 5 tahun dan
seterusnya.Apabila PT Maju mempunyai 5 teruk dengan nilai perolehan dan nilai residu sesuai
daftar berikut ini,penyusutan dihitung menggunakan metode garislurus.Alokasi biaya penyusutan
tampak:
a. Daftar biaya penyusutan truk
b. Dasar penyusunan kelompok.
Masa manfaatnya 5 tahun
Truk Harga perolehan Jumlah yang dapat Nilai Residu
ke disusutkan
1 150.000.000 140.000.000 10.000.000
2 150.000.000 140.000.000 10.000.000
3 200.000.000 180.000.000 20.000.000
4 200.000.000 180.000.000 20.000.000
5 100.000.000 90.000.000 10.000.000
800.000.000 730.000.000 70.000.000

Tarif Penyusutan Grup= 1/Taksiran rata-rata umur grup aset

Apabilataksiran rata-rata umum grup aset tetap 5 tahun.


Tariff penyusutan grup=1/5x100aaaaaa5=20%
Biaya penyusutan setiap tahun =20%x730.0000.000=146.000.000
Dapat pula dicontohkan
PT Maju mempunyai 2 jenis mesin yang berlainan dengan data dan besarnya biaya
penyusutan sebagaimana sebagai berikut:
N0 Jenis Aset Harga Nilai Biaya Masa Penyusuta
. Tetap Perolehan Residu Penyusutan Manfaat n Tiap
tahun
1 Truk 100.000.000 20.000.000 80.000.000 4 th 20.000.000
2 Bus 150.000.000 30.000.000 120.000.00 5 th 24.000.000
3 Sedan 150.000.000 50.000.000 0 5 th 20.000.000
400.000.000 100.000.00 100.000.00 64.000.000
0 0
300.000.00
0

Tarif Penyusutan Gabungan= 64.000.000 x100%=16%


400.000.000
Penyusutan menurut akuntansi pajak ini tidak mempertimbangkan nilai sisa,sehingga diartikan
bahwa seluruh harga prolehan tersebut disusutkan.Sebenarnya banyak cara yang dapa ditempuh
untuk memperoleh aset tetap telah disampaikan dalam akuntansi konvensional.akan tetapi dapat
diidentifikasi bahwa aset tetap dapat diperoleh melalui:
1. Pembelian tunai atau kredit
2. Sewa
3. Pertukaran dengan sekuritas atau dengan aset lainnya
4. Penyertaan modal
5. Membangun sendiri
6. Hibah atau pemberian
7. Bagunan guna serah
Dalam menentukan haraga perolehan atau harga penjualan suatu harta dapat
dikelompokan menjadi:
1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli
2. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi tukar menukar harta
3. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta dalam
rangka likuiditas,penggabungan,peleburan dll
4. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalih harta karena
hibah,bantuan,sumbangan dll
5. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta termasuk
setoran tunai yang diterima oleh badan sebgai pengganti penyertaan modal

Saat Penyusutan TetapSesuai Ketentuan Komersial


Paragraf 58 SAK.16 Revisi 2007 menyatakan bahwa penyusutan aset dimulai pada saat aset
berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen.Terjadi perbedaan pengakuan teresbut mengakibatkan
perbedaan periode pengakuan aset ttap,sehingga berakibat perbedaan saat diakuinya penyusutan
aset tetap.

Harga Perolehan atau harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai berikut
1. Tidak dipengaruahn hubungan istimewa
a. Bagi pihak pembelian,harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya
b. Bagi pihak penjualan,haraga penjualan harta adalah haraga yang sesungguhnya
diterima
2. Dipengaruhi hubungan istimewa
a. Bagi pihak pembelian,harga perolehan harta adalah jumlah yang seharunya
dikeluarkan
b. Bagi pihak penjual,harga penjualan harta adalah jumlah yang seharusnya diterima

Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar Menukar Harta
Dalam hal terjadi tukar menukar hartaengan harta lain,maka nilai perolehan atau nilai penjualan
harta tersebut adalah sebagai berikut:
1. Baik piahak pembelian ,harta perolehan harta adalah harag yang seharusnya dikeluarkan
berdasarkan harga pasar
2. Bagi pihak penjulan,harga jual harta adalah harga yang seharusnya diterima berdasarkan
harga pasar

Conto
PT A (Harta X) PT B (Harta Y)
NilaiSisa Buku 10.000.000 12.000.000
Harga Pasar 20.000.000 20.000.000
Antara PT A dan PT B terjadi tukar menukar harta.Walaupum tidak dapat realisasi
pembayaran antara pihak-pihak yang bersangkutan,karena harga pasar harta yang
diperlukan adalah 20.000.000 maka jumlah sebesar 20.000.000 merpakn nilai perolehan
yang seharusnya dikeluarkan atau nilai penjualan yang seharusnya diterima.Helisi antara
harga pasar dengan nilai sisa buku yang harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan
yang dikenakna pajak penghasilan.
PT A memperoleh keuntungan sebesar 10.000.000 (20.000.000-10.000.000)
PT B memperoleh keuntungan 8.000.000 (20.000.000-18.000.000)
Dalam melakuakn pertukaran dapat terjadi pertukaran antara yang sejeni dan pertukaran dengan
aset yang yang tidak sejenis.
Contoh mesin pabrik ditukar dengan mesin pabrik yang baru atau ditukar dengan
kendaraa.Akunatsi pajak tidak membedakan jenis aset yang dipertukarkan sejenis atau
tidak,tetapi lebih ditekankan perhitungan laba atau ruri pertukaran tidak terdapat laba atau rugi
ditangguhakan.Secara konkret dapat dilihat dari contoh diatas,keuntungan yang dikenakan
adalah:
Pajak Penghasialn=Nilai Sisa Buku Fiskal-Harrga Pasar
Apabila dibuat perbandinagn untuk menacari brapa besarnya Laba Pertukaran atas tukar
menukar aset antara Laba akuntansi Komersial dan Akuntansi Pajak Dapat diikhtisarkan:
PT waras mempunyai mesin yang dipertukarkan dengan truk milikPT Wiris dengan
menggunakan data yang telah ditetapkan,akan tamapak pada perbandingan berikut ini:
PT Waras
Ket Akuntansi Komersial Akntansi pajak
Harga perolehan 250.000.000 250.000.000
Akumulasi penyusutan (90.000.000) (187.500.000)
Nilai sisa buku 160.000.000 62.500.000
Harga pasar truk 180.000.000 180.000.000
Laba pertukaran 20.000.000 117.500.000

PT Wiris
Ket Akuntansi Komersial Akntansi pajak
Harga perolehan 200.000.000 200.000.000
Akumulasi penyusutan (72.000.000) 150.000.000
Nilai sisa buku 128.000.000 50.000.000
Harga pasar truk 180.000.000 180.000.000
Laba pertukaran 52.000.000 130.000.000

Ayat jurnal PT Waras


Tgl Akun Dedit Kredit
Truk 180.000.00
Akumulasi Penyusutan 90.000.000
Mesin 250.000.000
LAba Pertukaran 20.000.000

Rekonsiliasi yang disusun adalah sebagai berikut


Keterangan Akuntansi komersial Beda Akuntansi Pajak
Penyusutan pada:
Tahap 1 30.000.000 32.5000.000 62.500.000
Tahap 2 30.000.000 32.5000.000 62.500.000
Tahap 3 30.000.000 32.5000.000 62.500.000

90.000.000 97.500.000 187.000.000


(20.000.000) (97.500.000) (117.500.000)
70.000.000 0 70.000.000

Dari gambaran Rekonsiliasi di atas terlihat bahwa aset tetap termasuk dalam kelompok 1
(satu) yang disusutkan dengan metode garis lurus yang telah berjalan selama 3 (tiga) tahun.
Secara komersial aset tetap tersebut juga disusutkan dengan metode garis lurus. Dengan
dibandingkan terhadap laba pertukaran akan menghasilkan angka yang sama antara akuntansi
komersial dan akuntansi pajak.
Ditinjau dari sisi PT Wiris ayat jurnal yang disusun adalah sebagai berikut:
Tgl Akun Debit ( Rp) Kredit ( Rp)
Mesin 180.000.000
Akumulasi Penyusutan Truk 72.000.000
Truk 200.000.000
Laba Pertukaran 52.000.000

Rekonsiliasi Fiskal yang disusun adalah sebagai berikut:


Keterangan Akuntansi Komersial Beda Akuntansi Pajak
Penyusutan pada:
Tahap 1 24.000.000 26.000.000 50.000.000
Tahap 2 24.000.000 26.000.000 50.000.000
Tahap 3 24.000.000 26.000.000 50.000.000
72.000.000 78.000.000 150.000.000
Laba Pertukaran (52.000.000) (78.000.000) (130.000.000)
20.000.000 0 20.000.000

Dasar asumsi yang digunakan sama, yaitu metode penyusutannya adalah metode garis lurus
dan kelompok 1 (satu).
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Penghasilan Harta karena
Hibah, Bantuan atau Sumbangan , dan Warisan.

Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan , dan bantuan atau sumbangan , dengan syarat hibah , bantuan atau sumbangan
tersebut tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan atau
hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar
penilaian atau nilai perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah:
1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
Nilai perolehan adalah sama dengan nilai sisa buku harta dari pihak yang melakukan
pengalihan atau nilai yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Dengan demikian, yang
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-undang PPh. Apabila tidak
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima
pengalihan sama dengan nilai pasar.
2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan.
Dalam hal Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga nilai sisa buku
tidak diketahui, maka nilai perolehan atas harta ditetapkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai atau harga perolehan bagi yang mengalihkan harta berupa tanah dan
abngunan tidak dapat diketahui, namun tahun perolehannya diketahui, maka nilai
perolehan bagi yang menerima pengalihan harta tersebut adalah:
1) Apabila tanah atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan dalam
tahun 1986 atau sebelumnya, adalah sama besarnya dengan Nilai Jual Objek
Pajak ( NJOP) yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak terutang (SPPT)
Pajak Bumi dan Bangunan tahun oajak 1986
2) Apabila tanah atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan sesudah
tahun 1986 , adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam SPPT
PBB tahun diperolehnya harta tersebut bagi yang mengalihkan
3) Apabila SPPT PBB tidak ada, adalah berdasarkan surat keterangan dari Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP Pratama)
b. Apabila nilai atau harga perolehan dan tahun perolehan bagi yang mengalihkan harta
berupa tanah atau bangunan tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang
menerima harta tersebut adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam
SPPT PBB tahun pajak yang paling awal yyang terseia atas nama yang mengalihkan
harta tersebut atau jika SPPT PBB tidak ada. Berdasarkan surat keterangan dari
Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP Pratama).
c. Untuk harta selain tanah atau bangunan , apabila nilai atau harga perolehn bagi yang
mengalihkan harta tersebut tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang menerima
pengalihan harta tersebut adalah sama besarnya dengan 60% (enam puluh persen) dan
harga pasar wajar harta tersebut pada saat terjadinya pengalihan.
Dalamhal terjadi pengalihan harta karena hibah yang dterima oleh bukan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan bukan oleh badan keagamaan
atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan , dan bantuan atau sumbangan, serta sepanjang
hibah , bantuan atau sumbangan tersebut terdapat hubungannya,dengan usaha
,pekerjaan, kepemilikan, atau pengusaan antara pihak-pihak yang bersangkutan ,
maka dasar penilaian (nilai perolehan) bagi pihak yang menerima pengalihan harta
adalah sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta
Termasuk Setoran Tunai yang Diterima oleh Badan sebagai Pengganti Penyertaan
Modal.

Penyertaan Wajib Pajak dalam perrmodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran
tunai atau pengalihan harta aoabila terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai yang
diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal,
maka dasar penilaian harta bagi badan ang menerima pengalihan adalah sama dengan nilai
pasar dari harta yang dialihkan tersebut.
Contoh:
Wajib Pajak x menyerahkan 20 unit mesin butut yang nilai bukunya adalah
Rp25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti penyertan sahamnya dengan nilai
nominal Rp20.000.000,00. Harga Pasar mesin-mesin butut tersebut sebesar
Rp40.000.000,00. Dalam hal ini PT Y akan mencatat mesin butut aset dengan nilai
Rp40.000.000,00 dan sebesar nilai tersebut bukan merupakan penghasilan bagi PT Y.
Selisih antara nilai nominal saham dengan nilai pasar harta. Adalah sebesar
Rp20.000.000,00 (Rp40.000.000 - Rp20.000.000) dibukukan sebagai agio. Bagi Wajib
Pajak X , selisih sebesar Rp15.000.000 (Rp40.000.000- Rp25.000.000) merupakan
objek pajak.

HARGA PEROLEHAN ASET MEMBANGUN SENDIRI

Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan
sehubungan pembangunan hingga siap pakai. Kemungkinan masalah yang timbul meliputi
pembebanan biaya tidak langsung dengan alokasi secara proporsional, dan bunga selama
masa konstruksi dan penghematan biaya. Untuk kepentingan perpajakan perlakuan
akuntansi tetap dapat diikiuti, tetapi bunga selama masa konstruksi (pembangunan) akan
dikapitalisasi yang nantinya secara bertahap dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan.
Masalah penghematan biaya misalnya dengan membangun sendiri menjadi lebih murah,
selisihnya tidak diakui sebagai penghasilan. Sedangkan kerugian akibat nilai bangunan
menjadi lebih tinggi diakui sebagai beban kerugian.

METODE PENYUSUTAN SESUAI KETENTUAN PERPAJAKAN


Aset Tetap kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa
bersamaan dengan berlakunya waktu. Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap
periode akuntansi selama masa manfaat adet dengan berbagai metode yang sistematis dan
diterapkan secara konsisten/taat asas, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan
dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil afiliasi
perusahaan dari periode ke periode penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu.
Metode penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan sebagaimana
telah diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
1. Metode garis lurus (straight line method) atau metode saldo menurun ( declining
balance method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.
Penggunaan metode penyusutan aset tetap berwujud diisyaratkan taat asas
(konsisten). Dalam Hal Wajib Pajak menggunakan metode saldo menurun, maka sisa
buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Dengan memperhatikan
pembukuan Wajib Pajak , apabila ditemukan adanya alat-alat kecil atau sering disebut
small tools yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.

Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan

Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasarkan pada pasal 11 Undang-
Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Tarif
Penyusutan Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Masa
Berdasarkan Berdasarkan Metode
Berwujud Manfaat
Metode Garis Saldo Menurun
Lurus
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
5%
II. Bangunan Permanen 20 Tahun 10% -
Tidak Permanen 10 Tahun -

Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam


pengelompokan harga tetap berwujud, maka keluarlah Peraturan Menteri Keuangan
No.96/KMK.03/2009 Tanggal 15 Mei 2009 mengatur tentang jenis-jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan,berlaku sejak 1 Januari 2009 sebagai berikut:
Nomor
Jenis Usaha Jenis Harta
Urut
1. Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku,
kursi,lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan
b. Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin hitung , duplikator,
mesin fotokopi,accounting machine, dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,tape/cassette,video
recorder, televisi, dan sejenisnya.
d. Sepeda Motor , sepeda, dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus ( tools) bagi industri/jasa yang
bersangkutan.
f. Alat dapur untuk memasak, makanan, dan minuman.
g. Dies , jigs dan Mould.
Pertanian, perkebunan,
Alat yang digerakkan bukan dengan mesin.
kehutanan, dan
2.
perikanan.
Industri makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti huller ,
Minuman.
pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet dan sejenisnya.
3. Perhubungan ,
pergudangan,dan Mobil taksi, bus, dan truk yang digunakan sebagai angkutan
komunikasi. umum.
4. Industri semi Falsh memory tester, write machine, bipolar test system,
konduktor elimination (PE8-1) pose checker.
5.

Jenis jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 2


Nomor
Jenis Usaha Jenis harta
Urut
1. Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dari logam ,termasuk meja, bangku,
kursi, lemari, dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian
dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC , kipas
angin, dan sejenisnya.
b. Komputer, printer ,scanner dan sejenisnya.
c. Mobil , bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
d. Kontainer dan sejenisnya.

a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin


2. Pertanian, perkebunan, bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan
kehutanan, dan sejenisnya.
perikanan. b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
memproduksi bahan/barang pertanian ,kehutanan,
perkebunan dan perikanan.

a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas, dan


3. Industri makanan dan
perikanan, misalnya pabrik susu danpengalenagn ikan.
minuman.
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin
minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kemabng gula,
mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras,
gandum, dan tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan / memproduksi minuman dari
bahan-bahan minuman segala jenis
d. Mesin yang menghasilkan / memproduksi bahan-bahan
makanan dan makanan segala jenis.

Mesin yang menghasilkan /memproduksi mesin ringan,


4. Industri Mesin misalnya mesin jahit dan pompa air

Mesin dan peralatan penebangan kayu.


5. Perkayuan
Peralatan yang digunakan seperti truk berat, truk dump, crane
6. Kontruksi buldozer, dan sejenisnya.

a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk


peron, truk ngangkang dan sejenisnya.
7. Perhubungan , b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk
pergudangan, dan pengangkutan barang tertentu (misal gandum, batu-batuan,
komunikasi. biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin
dan kapal tangki, kapal penangkap ikan, dan sejenisnya
yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT.
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran,
kapal keruk, keram terapung, dan sejenisnya yang
mempunyai berat sampai dengan 1000 DWT.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang memuat berat
sampai dengan 250 DWT.
e. Kapal Balon.

a. Perangkat pesawat telepon


b. Pesawat telegraf, termasuk pesawat pengirim, serta
penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
8. Telekomunikasi. Auto frame leader, automatic logic handler, baking over, ball
shear tester, bipolar test handler (automatic) , cleaning
machine, coating machine, cutting oven, cutting press,
dombar cut machine, dicer, die bander, die shear test,
9. Industri Semi dynamic burn in system oven, dynamic test hander
Konduktor elimination (PGE-01) , full automatic handler, full automatic
mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine
, laser marker ( FUM A 01), logic test system, marker
(mark) , memory test system, molding, mounter,MPS
automatic, MPS manual, o/s tester manual,pass oven, pose
checker, reform machine, smd stocker, taping machine , tubar
cut press, trimming/ forming machine, wire bander, wire pull
tester.

Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3:

Nomor
Jenis Usaha Jenis harta
Urut
1. Pertambangan selain Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan,termasuk mesin-
minyak dan gas. mesin yang mengolah yang mengolah produk perikanan.

2. Pemintalan , a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil,


pertenunan, dan misalnya kain katun, sutra serat-serat buatan , wol, dan bulu
pencelupan. hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, dan tule.
b. Mesin untuk yarm preporation, bleaching dyeing, printing,
finishing, texturing, packaging, dan sejenisnya.

a. Mesin yang mengolah/mengalihkan produk-produk kayu,


3. Perkayuan
barang-barang dan jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.

a. Mesin dan peralatan yang mengolah/ menghasilkan produk


4. Industri Kimia industri kimia, misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan
organis dan anorganis dari logam mulia, elemen
radioaktif,isotop,bahan kimia organis produk
farmasi,pupuk,obat celup , obat pewarna, cat, pernis, minyak
eternis, dan resionida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat
rias, sabun, setergent, dan bahanorganis pembersih lainnya, zat
albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api,
alloy piroforis, barang fotografi, dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya
misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selusa,
karet sintesis, karet tiruan, kulit samak, jangat, dan kulit
mentah.

Mesin yang menghasilkan/ memproduksi mesin menengah dan


berat, misalnya mesin mobil, dan mesin kapal.

a. Kapal penumpan,kapal barang, kapal khusus dibuat untuk


pengangkutan barang-barang tertentu(misalnya gandum,batu-
batuan , biji tambang dan sejenisnya.) termasuk kapal pendingin
dan kapal tangki ,kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang
mempunyai berat diatas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT .
b. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal,
kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal peruk, kapal
terapung, dan sejenisnya yang mempunyai berat diatas 100
DWT sampai dengan 1.000 DWT.
c. Dok terapung
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat
diatas 250 DWT
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis.

Perangkat radio navigasi , radar, dan kendali jarak jauh.

Jenis-Jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok 4

Nomor Jenis Usaha Jenis Harta


Urut
1. Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi.
Perhubungan dan a. Lokomotif uang atas rel.
2. Telekomunikasi b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan
baterai atau dengan tenaga listrik dari sumber
luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang dan barang termasuk
kontainer khusus dibuat dan dilengkapi untuk
diarik dengan satu alat atau beberapa alat
pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus
untuk pengangkutan barang tertentu (misanya
gandum, batu-batuan, bijih tambang dan
sebagainya) termasuk kapal pendingin dan kapal
tangki, kapal penangkap ikan dan
sebagainya,yang mempunyai berat diatas 1.000
DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk,keran-keran terapung, dan
sebagainya yang mempunyai berat di atas 1.000
DWT.
g. Dok-dok terapung.

Terhadap pengeluaran harta berwujud bukan bangunan pengelompokannya ditetapkan


berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan. Khusus untuk bangunan tidak permanen
dimaksudkan adalah bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan
lama atau bangunan yang dapat dipindah-dipindahkan yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10
(sepuluh) tahun, misalnya bangunan berupa barak atau asrama dari kayu.

Contoh Penghitungan Penyusutan

PT Maju memiliki Aset Tetap Berwujud yang diperolehnya awal tahun 2014 sebagai berikut:
No. Jenis Harta Bulan/Tahun Masa Manfaat Harga Perolehan Kelompok
Perolehan
1. Mesin I Januari 2014 8 Tahun 200.000.000,00 II
2. Mesin II Januari 2014 8 Tahun 150.000.000,00 II
3. Truk Januari 2014 8 Tahun 70.000.000,00 II

Aset tetap tersebut disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (Dasar penyusutan =
Harga Perolehan), maka penghitungannya selama tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1. Mesin I = 12,5% x Rp. 200.000.000,00 =Rp. 25.000.000,00
2. Mesin II = 12,5% x Rp. 150.000.000,00 =Rp. 18.750,000,00
3. Truk = 12,5% x Rp. 70.000.000,00 =Rp.8.750.000,00
Jumlah penyusutan selama tahun 2014 =Rp. 52.500.000,00

Penyusunan Pada Akhir Masa Manfaat


Apabila wajib pajak menggunakan saldo menurun, besarnya biaya penyusutan semakin lama
semakin menurun. Sebagai contoh, PT. Nusantara memiliki asset tetap berwujud mesin dengan
harga perolehan Rp. 250.000.000,00 dengan masa manfaat 4 tahun, dasar penyusutannya adalah
nilai buku pada awal periode. Besarnya Biaya Penyusutan selama masa manfaat terlihat pada
table berikut ini :
(dalam rupiah)
Tahun Harga Perolehan Biaya Penyusutan Akumulasi Nilai Sisa Buku
Ke Penyusutan
1. 250.000.000,00 125.000.000,00 125.000.000,00 125.000.000,00
2. 250.000.000,00 62.500.000,00 187.500.000,00 62.500.000,00
3 250.000.000,00 31.250.000,00 218.750.000,00 31.250.000,00
4. 250.000.000,00 31.250.000,00 250.000.000,00 0
Pada akhir masa manfaat ( tahun ke-4), nilai sisa buku disusutkan sekaligus dalam contoh
diatas, nilai sisa buku pada tahun ke 3 sebesar Rp. 31.250.000,00 akan dibebankan seluruhnya
sebagai biaya penyusutan tahun ke-4.
Saat Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan pada akuntansi pajak dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran. Kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara prorata.
Dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak penyusutan dapat dilakukan pada saat bulan harta
tersebut digunakan untuk mendapatkan,menagih,dan memelihara penghasilan pada bulan harta
tersebut mulai menghasilkan. Mulai mengahasilkan tersebut dikaitkan dengan saat mulai
berproduksi yang tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan.
Sebagai contoh, suatu perusahaan mengeluarkan biaya untuk pembangunan gedung sebesar
Rp.200.000.000,00. Pembangunan dimulai bulan September 2010 dan selesai serta dan dapat
digunakan pada bulan mei 2011. Penyusutan yang dilakukan atas gedung dimulai bulan mei
2011. Lebih kongret, digambarkan lagi yaitu sebuah mesin pabrik dibeli oleh PT. Ayudya dan
digunakan pada bulan April 2011 dengan harga perolehan Rp.200.000.000,00 masa manfaat
mesin 4 tahun. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode saldo menurun.
Perhitungan penyusunan mesin dilakukan terlihat pada table berikut :

(dalam rupiah)
No Tahun Tarif dan Perhitungan Penyusutan Nilai Sisa Buku
.
1. 2013 9 bulan = x 50% x 200.000.000,00 75.000.000,00 125.000.000,00
2 2014 1 tahun = 50% x 125.000.000,00 62.500.000,00 62.500.000,00
3. 2015 1 tahun = 50% x 62.500.000,00 31.250.000,00 31.250.000,00
4. 2016 Disusutkan sekaligus 31.250.000,00

Penarikan Harta Bukan Bangunan


Aset tetap yang tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan dapat dilakukan
dengan menjual aset tetap tersebut. Dalam ketentuan perpajakan nilai sisa bukunya dihitung
sampai dengan akhir tahun sebelum aset tersebut dijual.
Ketentuan Pasal 11 ayat (8) Undang-Undang Pajak Penghasilan, bahwa telah terjadi
penjualan atau penarikan harta ( pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab
lainnya, maka nilai buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh, dibukukan sebagai penghasilan pada
tahun terjadinya penarikan, sehingga keuntungan atau kerugian Karen apengalihan atau
penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun dilakukannya pengalihan harta. Dalam hal
penggantian asuransi jika ternyata jumlah yang diterima baru dapat diketahui dengan pasti
beberapa waktu kemudian, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal Pajak agar jumlah sebesar kerugian dapat dibebankan dalam tahun penggantian asuransi
tersebut. Namun demikian, apabila terjadi pengalihan harta Karena bantuan, sumbangan, hibah
atau warisan (yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-Undang Pajak
Peghasilan) berupa harta berwujud, maka jumlah sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai
kerugian oleh pihak yang mengalihkan.
Pengelompokan Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan Atas
Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler
Terhadap pengelompokan harta berwujud bukan bangunan untuk kepentingan penyusutan
telah diatur dengan keputusan Menteri Keuangan. Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia No.
138 Tahun 2000 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan
dalam Tahun Berjalan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah dimaksud menyatakan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No. Kep.- 520/PJ/2002 Tanggal 11 Desember 2002 tentang Jenis-Jenis
Harta yang Digunakan dalam Usaha Jasa Telekomunikasi seluler yang termasuk dalam kelompok
hrta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan.

1. Jenis harta yang disusutkan dan pengelompokannya


Jenis-jenis harta berwujud untuk jasa telekomunikasi leluler sebagai berikut:
No.Urut Kelompok Aset Jenis Aset
Berwujud
1. 1 Base Station Controller
2. 2 Mobile Switching Center, Homer Location Register,
Visitor Location Register, Authentication Centre,
Equipment Identitu Register, Intelligent Network Service
Control Point, Intelligent Network Service Management
Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal
SDH/Mini Link, Antenna.
2. Tata cara penghitungan penyusutan fiskal
Untuk penghitungan penyusutan fiskal atau jenis-jenis arta tersebut diatur sebagai
berikut :
1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut mulai berlaku pada tahun
pajak/tahun 2002.
2) Atas jenis-jenis harta sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur
Jendral Pajak tersebut telah dimilik dan digunakan dalam perusahaan sejak
sebelum tahun pajak/tahun buku 2002, penghitungan penyusutan fiskal
sampai dengan tahun pajak/tahun buku 2001 menggunakan tarif penyusutan
Kelompok 3.
3) Penghitungan penyusutan fiskal atas harta dimaksud pada butir 2 mulai tahun
pajak/tahun buku 2002 menggunakan tarif penyusutan kelompoknya yang
baru (kelompok 1 atau kelompok 2) dengan metode penyusutan yang tetap
sama, yaitu :
a. Metode garis lurus, dasar penyusutan adalah harga perolehan.
b. Metode saldo menurun, dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiskal.
4) Masa manfaat yang tersisa atas harta dimaksud pada butir 2 setelah
perpindahan dari kelompok 3 kedalam kelompok 1 atau kelompok 2 akan
mengalami penyusaian otomatis Karena beban penyusutan semakin besar.
Khusus untuk harta yang disusutkan dengan metode saldo menurun, masa
manfaat yang tersisa dalam :
a. Kelompok 1, akan berakhir paling lama pada tahun keempat sejak
tahun pajak/tahun buku 2002 (nilai sisa buku fiskal disusutkan
sekaligus .
b. Kelompok 2, akan berakhir paling lama pada tahun kedepan sejak
tahun pajak/tahun buku 2002 (nilai sisa buku fiskal disusutkan
sekaligus).

Penghitungan Penyusutan Atas Komputer, Printer, Scanner dan Sejenisnya.


Dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 138/KMK. 03/2002 Tanggal 8 April
2002 sebagai pembaruan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 250/KMK. 04/2000 Tanggal 14
Desember 2000 selanjutnya diberikan penegasan pelaksanaanya.
Khusus untuk penyusutan atas komputer, printer, scanner, dan sejenisnya ditegaskan dalam
SE-07/PJ.42/2002 sebagai berikut :
1. Perubahan pengelompokan yang sebelumnya termasuk dalam kelompok 2 selanjutnya
berubah menjadi kelompok 1.
2. Atas perubahan tersebut maka penghitungan penyusutan atas komputer,
printer,scanner, dan sejenisnya yang telah dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
sebelum tanggal 1 April 2002 diatur sebagai berikut:
a. Penghitungan penyusutan berdasarkan ketentuan lama (kelompok 2) yang
selanjutnya diberlakukan sampai dengan bulan Maret 2002.
b. Penghitungan penyusutan berdasarkan ketentuan yang baru (kelompok 1)
berlaku mulai bulan April 2002 dengan mengunakan sisa manfaat semula
yang akan mengalami penyusuaian/percepatan secara otomatis.

Penghitungan Penyusutan Atas Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan


Keputusan Direktur Jenderal Pajak N0. Kep.-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak
Penghasilan atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan tanggal 18 April
2002 mengatur pembebanan biaya melalui penyusutan terhadap Telepon Seluler dan Kendaraan
Perusahaan. Aturan tersebut meliputi :
1. Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan digunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat
dibebankan 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aset
tetap (harta berwujud bukan bangunan) kelompok 1 (Keputusan Menteri Keuangan
No. 138/KMK. 03/2002) .
2. Biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang
sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai,
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan sebagai
aset tetap kelompok 2 (Keputusan Menteri Keuangan No. 138/KMK. 03/2002) .
3. Biaya perolehan, pembelian, perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis
dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah
biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar melalui penyusutan aset tetap (harta
berwujud bukan bangunan) kelompok 2(Keputusan Menteri Keuangan No.
138/KMK. 03/2002).
4. Dalam hal pembebanan biaya tersebut pada butir 1, butir 2 dan butir 3, ternyata
penghasilan wajib pajak dimaksud dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
atau norma penghitungan khusus, sehingga ketentuan pembebanan tidak
diberlakukan.
Ketentuan Lain
Penyimpangan dari ketentuan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang
mengatur masalah penyusutan bahwa Menteri Keuangan selanjutnya mempunyai kewenangan
mengatur tersendiri untuk penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam rangka
menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang usaha tertentu seperti pertambangan minyak
gas bumi, serta perkebunan tanaman keras.

Anda mungkin juga menyukai