Dalam praktik Akuntansi Komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai pengelompokan
menurut criteria berikut ini:
1. Dasar Waktu
a. Metode Garis Lurus
Dalam metode ini ,biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berjalannya
waktu,dalam jumlah-jumlah yang sama sekama masa manfaat aset tetap berwujud
berikut
Perhitungan tersebut denga ansumsi harga sisa buku pada akhir masa manfaat sebesar 0 tetapi
selayaknya harga sisa buku pada akhir masa manfaatnya (nilai residu) dapat diestimasi.Sebagai
contoh,nilai residu sebesar Rp.40.000.000 maka:
Biaya penyusutan=20%(300.000.000-40.000.000)=Rp.52.000.000
Daftar penyusutan secara terperinci selam 5 tahun sebagai berikut:
Awal tahun 2014 terjadi pembelian aset tetap tetapi juga terdapat aset tetap yang
dibeli pada tahun berjalan.Dalam kondisi demikian perlu dipertimbangkan masa
dalam bagian tahun buku tersebut.Conoh Aset yang dibeli pada 3 Mei 2014 ,maka
perhitungan penyusutan:
Biaya penyusutan = 8/12x5/15x255.000=56.666.700
Untuk selanjutnya untuk tahun 2015 perlu memperhatikan masa yang menyangkut
tanggal 1 janusri 2015 samapi dengan tanggal 30 april 2015 dan 1 mei 2015
samapicengan 1 desember 2015 dengan memperhitungkan:
Masa pertama tahun 2015=4/12x5/15x255.000.000 =28.333.300
Masa kedua tahun 2015 =8/12x4/15x255.000.000 =45.333.300
Total penyusutan tahun 2015 =73.666.600
2. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda
Besar penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke tahun,dengan
pemikirannya bahwa kapasitas aset tetap dalam memperkirakan jasanya dari tahun
ketahun semakin menurun
Perhitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan:
Biaya penyusutan=Tarif Penyusutan X Dasar perhitungan penyusutan
Dasar perhitungan diatas pada awal tahun ke5 terdapat persoalan yaitu nilai sisa buku
Rp.38.880.000 tida dapat digunaka dasr perhitungan biaya penyusutan tahun ke5 karena aset
tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan akibatnya nilai sisa buku dibawah nilai residu.
=300.000.000-penyusutan
=300.000.000-(261.120.000+15.552.000)
=Rp.23.328.000
Karena telah ditetapkan nilai residu pada akhir tahun ke5 adalah 40.000.000 maka perl dilakukan
penyesutan yang telah dicatat yaitu pengurangan biaya sebesar Rp.1.120.000
2 . Dasar Penggunaan
Harga Perolehan atau harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai berikut
1. Tidak dipengaruahn hubungan istimewa
a. Bagi pihak pembelian,harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya
b. Bagi pihak penjualan,haraga penjualan harta adalah haraga yang sesungguhnya
diterima
2. Dipengaruhi hubungan istimewa
a. Bagi pihak pembelian,harga perolehan harta adalah jumlah yang seharunya
dikeluarkan
b. Bagi pihak penjual,harga penjualan harta adalah jumlah yang seharusnya diterima
Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar Menukar Harta
Dalam hal terjadi tukar menukar hartaengan harta lain,maka nilai perolehan atau nilai penjualan
harta tersebut adalah sebagai berikut:
1. Baik piahak pembelian ,harta perolehan harta adalah harag yang seharusnya dikeluarkan
berdasarkan harga pasar
2. Bagi pihak penjulan,harga jual harta adalah harga yang seharusnya diterima berdasarkan
harga pasar
Conto
PT A (Harta X) PT B (Harta Y)
NilaiSisa Buku 10.000.000 12.000.000
Harga Pasar 20.000.000 20.000.000
Antara PT A dan PT B terjadi tukar menukar harta.Walaupum tidak dapat realisasi
pembayaran antara pihak-pihak yang bersangkutan,karena harga pasar harta yang
diperlukan adalah 20.000.000 maka jumlah sebesar 20.000.000 merpakn nilai perolehan
yang seharusnya dikeluarkan atau nilai penjualan yang seharusnya diterima.Helisi antara
harga pasar dengan nilai sisa buku yang harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan
yang dikenakna pajak penghasilan.
PT A memperoleh keuntungan sebesar 10.000.000 (20.000.000-10.000.000)
PT B memperoleh keuntungan 8.000.000 (20.000.000-18.000.000)
Dalam melakuakn pertukaran dapat terjadi pertukaran antara yang sejeni dan pertukaran dengan
aset yang yang tidak sejenis.
Contoh mesin pabrik ditukar dengan mesin pabrik yang baru atau ditukar dengan
kendaraa.Akunatsi pajak tidak membedakan jenis aset yang dipertukarkan sejenis atau
tidak,tetapi lebih ditekankan perhitungan laba atau ruri pertukaran tidak terdapat laba atau rugi
ditangguhakan.Secara konkret dapat dilihat dari contoh diatas,keuntungan yang dikenakan
adalah:
Pajak Penghasialn=Nilai Sisa Buku Fiskal-Harrga Pasar
Apabila dibuat perbandinagn untuk menacari brapa besarnya Laba Pertukaran atas tukar
menukar aset antara Laba akuntansi Komersial dan Akuntansi Pajak Dapat diikhtisarkan:
PT waras mempunyai mesin yang dipertukarkan dengan truk milikPT Wiris dengan
menggunakan data yang telah ditetapkan,akan tamapak pada perbandingan berikut ini:
PT Waras
Ket Akuntansi Komersial Akntansi pajak
Harga perolehan 250.000.000 250.000.000
Akumulasi penyusutan (90.000.000) (187.500.000)
Nilai sisa buku 160.000.000 62.500.000
Harga pasar truk 180.000.000 180.000.000
Laba pertukaran 20.000.000 117.500.000
PT Wiris
Ket Akuntansi Komersial Akntansi pajak
Harga perolehan 200.000.000 200.000.000
Akumulasi penyusutan (72.000.000) 150.000.000
Nilai sisa buku 128.000.000 50.000.000
Harga pasar truk 180.000.000 180.000.000
Laba pertukaran 52.000.000 130.000.000
Dari gambaran Rekonsiliasi di atas terlihat bahwa aset tetap termasuk dalam kelompok 1
(satu) yang disusutkan dengan metode garis lurus yang telah berjalan selama 3 (tiga) tahun.
Secara komersial aset tetap tersebut juga disusutkan dengan metode garis lurus. Dengan
dibandingkan terhadap laba pertukaran akan menghasilkan angka yang sama antara akuntansi
komersial dan akuntansi pajak.
Ditinjau dari sisi PT Wiris ayat jurnal yang disusun adalah sebagai berikut:
Tgl Akun Debit ( Rp) Kredit ( Rp)
Mesin 180.000.000
Akumulasi Penyusutan Truk 72.000.000
Truk 200.000.000
Laba Pertukaran 52.000.000
Dasar asumsi yang digunakan sama, yaitu metode penyusutannya adalah metode garis lurus
dan kelompok 1 (satu).
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Penghasilan Harta karena
Hibah, Bantuan atau Sumbangan , dan Warisan.
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan , dan bantuan atau sumbangan , dengan syarat hibah , bantuan atau sumbangan
tersebut tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan atau
hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar
penilaian atau nilai perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah:
1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
Nilai perolehan adalah sama dengan nilai sisa buku harta dari pihak yang melakukan
pengalihan atau nilai yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Dengan demikian, yang
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-undang PPh. Apabila tidak
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima
pengalihan sama dengan nilai pasar.
2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan.
Dalam hal Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga nilai sisa buku
tidak diketahui, maka nilai perolehan atas harta ditetapkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai atau harga perolehan bagi yang mengalihkan harta berupa tanah dan
abngunan tidak dapat diketahui, namun tahun perolehannya diketahui, maka nilai
perolehan bagi yang menerima pengalihan harta tersebut adalah:
1) Apabila tanah atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan dalam
tahun 1986 atau sebelumnya, adalah sama besarnya dengan Nilai Jual Objek
Pajak ( NJOP) yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak terutang (SPPT)
Pajak Bumi dan Bangunan tahun oajak 1986
2) Apabila tanah atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan sesudah
tahun 1986 , adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam SPPT
PBB tahun diperolehnya harta tersebut bagi yang mengalihkan
3) Apabila SPPT PBB tidak ada, adalah berdasarkan surat keterangan dari Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP Pratama)
b. Apabila nilai atau harga perolehan dan tahun perolehan bagi yang mengalihkan harta
berupa tanah atau bangunan tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang
menerima harta tersebut adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam
SPPT PBB tahun pajak yang paling awal yyang terseia atas nama yang mengalihkan
harta tersebut atau jika SPPT PBB tidak ada. Berdasarkan surat keterangan dari
Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP Pratama).
c. Untuk harta selain tanah atau bangunan , apabila nilai atau harga perolehn bagi yang
mengalihkan harta tersebut tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang menerima
pengalihan harta tersebut adalah sama besarnya dengan 60% (enam puluh persen) dan
harga pasar wajar harta tersebut pada saat terjadinya pengalihan.
Dalamhal terjadi pengalihan harta karena hibah yang dterima oleh bukan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan bukan oleh badan keagamaan
atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan , dan bantuan atau sumbangan, serta sepanjang
hibah , bantuan atau sumbangan tersebut terdapat hubungannya,dengan usaha
,pekerjaan, kepemilikan, atau pengusaan antara pihak-pihak yang bersangkutan ,
maka dasar penilaian (nilai perolehan) bagi pihak yang menerima pengalihan harta
adalah sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta
Termasuk Setoran Tunai yang Diterima oleh Badan sebagai Pengganti Penyertaan
Modal.
Penyertaan Wajib Pajak dalam perrmodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran
tunai atau pengalihan harta aoabila terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai yang
diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal,
maka dasar penilaian harta bagi badan ang menerima pengalihan adalah sama dengan nilai
pasar dari harta yang dialihkan tersebut.
Contoh:
Wajib Pajak x menyerahkan 20 unit mesin butut yang nilai bukunya adalah
Rp25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti penyertan sahamnya dengan nilai
nominal Rp20.000.000,00. Harga Pasar mesin-mesin butut tersebut sebesar
Rp40.000.000,00. Dalam hal ini PT Y akan mencatat mesin butut aset dengan nilai
Rp40.000.000,00 dan sebesar nilai tersebut bukan merupakan penghasilan bagi PT Y.
Selisih antara nilai nominal saham dengan nilai pasar harta. Adalah sebesar
Rp20.000.000,00 (Rp40.000.000 - Rp20.000.000) dibukukan sebagai agio. Bagi Wajib
Pajak X , selisih sebesar Rp15.000.000 (Rp40.000.000- Rp25.000.000) merupakan
objek pajak.
Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan
sehubungan pembangunan hingga siap pakai. Kemungkinan masalah yang timbul meliputi
pembebanan biaya tidak langsung dengan alokasi secara proporsional, dan bunga selama
masa konstruksi dan penghematan biaya. Untuk kepentingan perpajakan perlakuan
akuntansi tetap dapat diikiuti, tetapi bunga selama masa konstruksi (pembangunan) akan
dikapitalisasi yang nantinya secara bertahap dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan.
Masalah penghematan biaya misalnya dengan membangun sendiri menjadi lebih murah,
selisihnya tidak diakui sebagai penghasilan. Sedangkan kerugian akibat nilai bangunan
menjadi lebih tinggi diakui sebagai beban kerugian.
Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasarkan pada pasal 11 Undang-
Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Tarif
Penyusutan Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Masa
Berdasarkan Berdasarkan Metode
Berwujud Manfaat
Metode Garis Saldo Menurun
Lurus
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
5%
II. Bangunan Permanen 20 Tahun 10% -
Tidak Permanen 10 Tahun -
Nomor
Jenis Usaha Jenis harta
Urut
1. Pertambangan selain Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan,termasuk mesin-
minyak dan gas. mesin yang mengolah yang mengolah produk perikanan.
PT Maju memiliki Aset Tetap Berwujud yang diperolehnya awal tahun 2014 sebagai berikut:
No. Jenis Harta Bulan/Tahun Masa Manfaat Harga Perolehan Kelompok
Perolehan
1. Mesin I Januari 2014 8 Tahun 200.000.000,00 II
2. Mesin II Januari 2014 8 Tahun 150.000.000,00 II
3. Truk Januari 2014 8 Tahun 70.000.000,00 II
Aset tetap tersebut disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (Dasar penyusutan =
Harga Perolehan), maka penghitungannya selama tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1. Mesin I = 12,5% x Rp. 200.000.000,00 =Rp. 25.000.000,00
2. Mesin II = 12,5% x Rp. 150.000.000,00 =Rp. 18.750,000,00
3. Truk = 12,5% x Rp. 70.000.000,00 =Rp.8.750.000,00
Jumlah penyusutan selama tahun 2014 =Rp. 52.500.000,00
(dalam rupiah)
No Tahun Tarif dan Perhitungan Penyusutan Nilai Sisa Buku
.
1. 2013 9 bulan = x 50% x 200.000.000,00 75.000.000,00 125.000.000,00
2 2014 1 tahun = 50% x 125.000.000,00 62.500.000,00 62.500.000,00
3. 2015 1 tahun = 50% x 62.500.000,00 31.250.000,00 31.250.000,00
4. 2016 Disusutkan sekaligus 31.250.000,00