Resume
( Akuntansi Perpajakan)
OLEH KELOMPOK 3:
1. KURNIAWATI (142010300260)
2. ALIF KHARISMA ELMAS (142010300261)
3. YESY SOVIA BANOBE (142010300264)
4. AINUN FAIS (142010300265)
5. AFINIA ARINI MASHUDI (142010300281)
Dosen Pengampu :
Chasan Abrori, SE, M.Si, BPK, AK
Menurut Wild dan Kwok (2011; 118) beban di bayar di muka adalah pos-pos (items)
yang pada awalnya dicatat sebagai harta tetapi diharapkan menjadi beban di kemudian hari
setelah melampaui kegiatan normal perusahaan. Beban di bayar dimuka biasanya
dikelompokkan ke dalam asset lancar. Beban di bayar di muka ini dapat berupa beban di
bayar di muka atas asuransi, sewa, dan pajak.
Contoh :
Dibayar beban di bayar dimuka sebesar Rp. 24.000.000 untuk 2 tahun pada tanggal 1
Desember 2011.
Pada tanggal 31 Desember 2011 dilakukan penyesuaian atas beban di bayar dimuka
yang telah berjalan 1 bulan, jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2011 adalah
sebagai berikut.
Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi.
Pada tanggal 31 Desember 2011 dilakukan penyesuaian atas beban yang telah berjalan 1
bulan. Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2011 sebagai berikut :
Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi
Contoh :
Pada tanggal 1 januari 2012 dibayar premi asuransi untuk kendaraan sebesar Rp. 12.000.000
untuk 1 tahun. Jurnalnya adalah sebagai berikut
Penghasilan yang diterima/diperoleh orang pribadi atau badan dari persewaan tanah
dana atau bangunan berupa tanah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung,
perkantoran, rumah kantor, took, gudang, dan industry dikenakan PPh final yaitu PPh Pasal
4 (2) dengan tariff 10 % dari jumlah bruto nilai persewaaan tanah dan/atau bengunan (PP 5
Tahun 2002 jo. KMK-120/KMK.03/2002 jo. KEP-227/PJ/2002)
Persewaan tanah dana/ atau bangunan akan dipotong oleh penyewa pada saat
pembayaran atau pembebanan biaya, dan pihak penyewa tersebut yang akan membayar
atau menyetor PPh Pasal 4 ayat 2 tersebut ke Kas Negara dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP)paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan melaporkannya ke KKP
dengan menggunakan SPT masa PPh final pasal 4 ayat (2) paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.
Apabila tidak dipotong oleh penyewa maka pihak yang menyewakan tanah
dan/atau bangunan tersebut wajib menyetorkan sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut ke Kas
Negara dengan menggunakan SSP tanggal 15 bulan berikutnya dan melaporkannya ke
KKP dengan menggunakan SPT masa PPh final Pasal 4 ayat (2) tanggal 20 berikutnya
sesuai dengan PMK-184/PMK.03/2007 jo.PMK-80/PMK.03/2010.
Contoh:
Pada tanggal 2 maret 2012 PT.Andhika menyewakan ruang perkantoran pada PT Budi
dengan harga sewa sebesar Rp. 10.000.000 (belum termasuk PPN) untuk masa 1 tahun.
PT.Andhika membuat faktur pajak untuk transaksi sewa ini, dan menerima Bukti
Pemotongan PPh final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan. Sedangkan PT.Budi paling lambat tanggal 10 April 2012 wajib menyetorkan
pajak tersebut dengan menggunakan SSP dan paling lambat tanggal 20 April 2012
berkewajiban membuat SPT masa PPh final Pasal 4 ayat (2) untuk melaporkan ke KPP.
Jurnal transaksi tersebut adalah
1. Pembukuan PT.Andhika (pemilik)
Mulai tahun 2009 sesuai dengan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1)
huruf c angka 1, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh
Pasal 4 ayat(2) dikenakan PPh 23 sebesar 2 % dari jumlah bruto. Berdasarkan UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (Ia), besarnya pungutan dibedakan antara WP yang
berNPWP dengan WP yang tidak ber NPWP. Tarif WP yang tidak ber NPWP lebih tinggi
10% daripada tariff yang diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWP.
Apabila PT.Cici bukan PKP maka PPN Masukan tidak dapat dikreditkan dan
dicatat termasuk sebagai harga perolehan dari sewa angkutan darat dibayar di muka.
Sedangkan apabila PT.Dion bukan PKP, maka PT.Dion tidak diperkenankan memungut
PPN.
Contoh
Pada tanggal 18 Oktober 2008 PT Jaya menyewa kapal tanpa awaknya dari PT
Samudera untuk mengganti kapalnya yang sedang diperbaiki dengan nilai Rp.
100.000.000. PPh yang dipotong oleh PT.Samudera adalah sebesar 15% x 30% x Rp.
100.000.000= Rp.4.500.000
Pajak dibayar dimuka berupa PPh 22, PPh 23, PPh 24, PPh 25,dan pajak masukan.
1. Pajak Penghasilan 22
Badan pemungut pajak penghasilan 22
a. Bank Devisa dan Dirjen Bea Cukai (DJBC), atau impor barang
b. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada pemerintah pusat, daerah, Instansi/Lembaga
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atau pembelian barang.
c. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP)
d. KPA/pejabat penerbit Surat perintah membayar yang dibeli delegasi oleh
KPA, untuk pembayaran pada pihak ketiga dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS)
e. Badan usaha yang bergerak dalam bidang industry, semen, kertas, baja, dan
otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP, atas penjualan hasil produksi
dalam negeri
f. Prodeusen atau importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas atau
penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas
g. Industry dan eksportir yang bergerak sector perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh kepala KPP, atas pembelian
bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspor mereka dari pedagang
pengumpul.
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 22 ayat (3) jo. PMK-
154/PMK.03/2010 besarnyapungutan dibedakan antara WP yang berNPWP
dengan WP tidak berNPWP. Tarif WP yang tidak berNPWP lebih tinggi 100%
daripada tarif yang diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan NPWP .
Tarif ini berlaku hanya untuk pemungutan PPh 22 yang bersifat tidak final.
1. Untuk transaksi impor barang yang dipungut oleh Bank Devisa dan DJBC,
kecuali yang mendapatkan fasilitas pembebasan, maka PPh 22 dikenakan atas
a) Impor barang dimana importir dengan API
Dikenakan tarif sebesar 2,5% dari nilai impor untuk impor barang
selain kedelai, gandum, dan tepung terigu
Dikenakan tariff sebesar 0,5% dari nilai impor untuk impor kedelai.
Gandum dan tepung terigu
b) Impor barang dimana dimana importir non API dikenakan tariff 7,5%
dari nilai impor
Contoh:
Pada tanggal 21 April 2013 Pemda DKI Jakarta membeli komputer secara
tunai di PT XYZ dengan harga Rp. 220.000.000 (sudah termasuk PPN). Atas
pembelian tersebut, Bendahara Pemda DKI Jakarta mrmungut PPN dan PPh
22 seperti berikut : PPN Sebesar Rp.220.000.000 x (10/110) = Rp.
20.0000.000 dan PPh 22 sebesar Rp. 220.000.000 x (100/110) x 1,5% = Rp.
3.000.000
Contoh:
Pada tanggal 27 juni 2012 PT.Atik menjual produksi semennya ke PT. Ria
dengan nilai sebesar Rp.500.000.000 belum termasuk PPN. Atas pembelian
dikenakan PPN 10% sebesar Rp. 50.000.000 dan PPh 22 sebesar 0,25% x Rp.
500.000.000 = Rp. 1.250.000
Jurnal PT.Dede
Tanggal Keterangan Debit Kredit
17 juni 2012 Pembelian kertas 300.000.000
Pajak Masukan 30.000.000
PPh 22 dibayar dimuka 300.000 330.300.
Kas/Bank 000
4. Untuk transaksi yang berhubungan dengan PT.Pertamina serta badan usaha yang
bergerak dalam bidang bhan bakar minyak jenis premix super TT,dan gas
dikenakan PPh 22 dengan tarif sebgai berikut
Pemungutan PPh 22 atas penjualan bahan bakar minyak,gas dan pelumas kepada
penyalur atau agen bersifat final.Tetapi,apabila penjualan bukan kepada penyalur
atas agen maka pemungutan PPh 22 bersifat tidak final (PMK.154/PMK.03/2010
J.SE-92/PJ/2010)
PPh 22 dipungut pada saat penerbitan surat Perintah.Pemungutan barang
(Deleviery Order-DO).Penyetoran PPh tersebut wajib disetorkan ke kas negara
melalui kantor pos,bank devita,atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
dengan mengunakan SSP.Penyetoran PPh 22 tersebut 10 hari berikutnya setelah
masa pajak berakhir Dan PPh 22 harus dilaporkan paling lambat 20 hari setelah
masa pajak berakhir dengan menggunakan SOT masa ke KPP.
Pemungut pajak wajib menerbitkan bukti pemotongan PPh 22 dalam
rangkap 3 yaitu: (a)lembar ke-1 untuk WP,(b) lembar ke-2 sebgai lampiran
laporan bulanan KPP yang dikumpulkan pada SPT masa PPh 22,dan(c) lembar
ke-3 sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan
Contoh:
PT.Didoy bergerak di bidang industri plastik.Pada tanggal 14 januari 2012
membeli solar dari PT.Pertamina yang akan digunakan untuk pengoprasian
mesin pengolahan plastiknya,dengan rician sebagai berikut
Nilai pembelian sebesar Rp.100.000.000 belum termasuk PPN.PPh 22
sebesar 0,3%xRp.100.000.000 = Rp.300.000 dan PPN sebesar
10%xRp.100.000.000 = Rp.10.000.000 sehingga total penyetoran adalah
Rp110.300.000
Jurnal yang dibuat oleh PT.Didoy adalah sebgai berikut.
PT.Didoy menyetor PPh 22 ke bank persepsi atau kantor pos yang paling
lambat.tanggal 10 februari 2012
5. Untuk transaksi yang berhubungan dengan industri dan eksportir yang bergerak
dalam sektor kebutuhan, perkebunan, pertanian dan perikanan dikenakan tarif PPh
22 sebesar 0,25% harga pembelian (tidak termasuk PPN) bahan untuk keperluan
industri atau ekspor dari pedagang pengumpul, PMK-154/PMK .03/2010 (Industri
plywood, tepung tapioka, eksportir kayu gelondongan, industri ikan kaleng,
penghasilan cold storage).
Penyetoran PPh tersebut wajib disetorkan ke kas negara melalui Kantor Pos,
Bank Devisa, atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan SPP, dimana penyetoran PPh 22 yang dipungut pada saat pembelian,
adalah paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Sedangkan pelaporan PPh 22 paling lambat 20 hari setelah masa pajak
berakhir. Pemungut pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh 22 dalam
rangkap 3, yaitu: (a) lembar ke-1 untuk WP, lembar ke-2 sebagai lampiran laporan
bulanan kepada KPP yang dilampirkan SPT masa PPh 22; dan (c) lembar kerja ke-3
sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.
Contoh:
PT. Doci merupakan pedagang pengumpul hasil perkebunan yang dibudidayakan
oleh masyarakat yang berada di sekitar pabriknya. Pada tanggal 18 Oktober 2011,
perusahaan tersebut menjual hasil perkebunan kepada PT Giagia yang merupakan
produsen sambal tomat dengan orientasi ekspor dan telah ditunjuk sebagai
pemungut PPh 22 sesuai dengan SK dari KPP. Nilai penjualan adalah
Rp.500.000.000 belum termasuk PPN.
Atas transaksi tersebut, maka diperhitungkan PPN sebesar Rp.50.000.000 dan PPh
22 sebesar 0,25% Rp.500.000.000 = Rp.1.250.000
Jurnal untuk PT.Doci adalah:
PPh 22 dipungut pemungut pajak pada saat melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah. Pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan bagi WP yang melakukan pembelian barang tersebut. PPh 22
disetorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan menggunakan SSP dan
dilaporkan paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir dengan menggunakan
SPT masa.
Pajak penghasilan 23
Pemotong PPh 23 adalah (a) badan pemerintah, (b) subjek pajak dalam negeri, (c)
penyelenggara kegiatan (d) BUT atau perwakilan perusahaan luar negeri. Dan (e) orang
pribadi sebagai WP dalam negeri yang ditunjuk Dirjen pajak, yaitu akuntan, arsitek, dokter,
notaries/PPAT kecuali camat, penilai aktuaris, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas serta orang pribadi yang menjalankan usaha dengan menyelenggarakan
pembukuan atau pembayaran berapa sewa.
Pemotongan PPh 23 dilakukan pada saat dibayarkan, disediakan untuk dibayar, atau
telah hatuh tempo. Setelah dilakukan pemotongan PPh 23 maka pemotong pajak harus
menerbitkan bukti pemotongan PPh 23, dimana pemotong memiliki kewajiban untuk
menyetorkan dan melaporkannya ke KPP. Penyetoran paling lambat dilakukan pada tanggal
10 bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pemotongan. Sedangkan, pelaporan
pajaknya menggunakan SPT masa PPh pasal 23/26 dilakukan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya setelah bulan dilakukan pemotongan pajak tersebut.
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 Ayat (1a), besarnya pungutan
dibedakan antara WP yang ber-NPWP dengan WP yang tidak ber-NPWP. Tariff WP yang
tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap WP yang
dapat menunjukkan NPWP.
a. Dividen
Bedasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (2c) jo. PP 19 tahun
2009 jo. SE-01/PJ.03/2009, dividen yang dikenakan pajak adalah dividen yang diterima
oleh WP orang pribadi dalam negeri. Atau penghasilan berupa dividen tersebut
dikenakan pajak yang bersifat final dengan tariff 10% dari penghasilan bruto. PPh final
atas dividen ini dikenakan kepada pihak penerima dividen pada saat menerima dividen
dan atas pajak tersebut pihak penerima dividen tidak dapat mengkreditkan pajak yang
telah dibayar pada saat menghitung PPh kurang/lebih bayar pada akhir tahun pajak.
Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 4 Ayat (3), dividen yang
dikecualikan dari objek PPh 23 adalah dividen yang diterima oleh PT sebagai WP dalam
negeri, Koperasi,BUMN/D dari pernyataan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia,dengan syarat diveden yang dibagaikan bersal dari
cadangan saldo laba dan untuk PT.BUMN/D kepemilikan saham paling rendah 25%
dari jumlah modal yang disetor.
Contoh.
Pada 22 desember 2011 PT.Edson membayar deviden kepada PT.Diestri salah saru
pemegang sahamnya senilai Rp.100.000.000(10%).Atas pembayaran diveden tersebut
PT.Edson ,memotogng PPh 23 sebesar 15% dengan memberikan bukti pemoyongan
PPh 23 pada PT.Diestri,penghasilan yang diterima oleh PT.Diestri adalah sebesar
Rp.5.000.000 sedangkan PPh 23 yang dipotong sebesar Rp.15.000.000 oleh PT.Edson
Transaksi tersebut dicatat oleh PT.Distri:
PT.Edson paling lambat tanggal 10 januari 2012 melakukan penyetoran PPh 23 yang
telah dipotongkan dari PT.Distri dengan menggunakan SSP kemudian paling lambat
pada tanggal 29 januari 2012 PT.Distri wajib melaporkan ke KPP menggunakan SPT
masa PPh pasal 23/26
b. Bunga
Bunga yang dikenakan PPh 23 adalah termasuk premium,diskonto,dan imbalan
karena jaminan pengambilan utang yang merupakan bunga antar pinjaman dari WP badan
ke WP badan,WP badan ke WP orang pribadi atau sebaliknya ,serta bunga obligasi yang
tidak dijual pada bursa efek.Tarif PPh 23 atas bunga tersebut adalah 15% dari penghasilan
bruto.Pihak yang menerima pengasilan berupa bunga tersebut dapat mengkreditkan pajak
yang dibayar dimuka PPh 23 atau bunga pada saat menghitung PPh Kurang/Lebih Bayar
pada akhir tahun pajak
Contoh:
PT.Akdio menerima penghasilan berupa royalti dari PT.Bambi sebesar Rp.100.000.000
dan atas royalti itu PT.Akdio memunggut PPN 10% sebesar Rp.10.000.000 dari
PT.Bambi dengan membuat faktur pajak.Kemudian PT.Bambi memotong PPh 23
Desember Rp.15.000.000 dari PT.Akdio dengan membuat Bukti Pemotongan PPh 23
Atas transaksi tersebut dicatat oleh PT.Akdio adalah sebgai berikut:
Hadiah yang objek pajak yaitu hadiah perlombaan, penghargaan, dan prestasi
tertentu, dan hadiah sehubungan dengan pekerjaan atau pemberian jasa. Tariff PPh 23
atau hadiah adalah sebesar 15% dari jumlah bruto. PPh 23 ini dikenakan kepada pihak
yang menerima hadiah dan pajak yang dibayar di muka PPh 23 atas hadiah ini dapat
menjadi kredit pajak bagi pihak penerima hadiah.
Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun melalui cara undian yang diterima
atau diperoleh orang pribadi dalam negeri dan luar negeri dan luar negeri dikenakan PPh
final sebesar 25% dari jumlah bruto hadiah undian (UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
4 ayat (2) huruf b jo. PP 132 Tahun 2000 jo. Kep-395/PJ/2001 jo, SE-19/PJ.43/2001).
Hadiah yang bukan objek pajak yaitu :
1. Diberikan kepada semua pembeli/konsumen akhir tanpa diundi
2. Hadiah diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang/jasa
Contoh : adanya hadiah yang diterima ketika membelu sebuah mobil. Hadiah pembelian
tersebut tidak termasuk sebagai objek PPh yang harus dipotong PPh, dan atas pemberian
hadiah tersebut juga bukan merupakan penghasilan bagi yang menerimanya.
Contoh :
Pada tanggal 6 januari 2012 PT Margaret (memiliki NPWP) memberikan hadiah sebesar
Rp.100.000.000 kepada PT. Matthew (memiliki NPWP) yang telag mempunyai prestasi
dapat menjualkan produk-produknya. Atas pemberian hadiah tersebut PT Margaret
dipungut PPN sebesar Rp.10.000.000 sesuai dengan faktur pajak yang diterima dari PT
Matthew dan PT Matthew dipotong PPh 23 sebesar 15% adalah Rp.15.000.000 dengan
menerima bukti pemotongan PPh 23.
f. Sewa
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pusal 23 (1) huruf c, imbalan jasa yang
menjadi objek PPh pasal 23 adalah imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen,jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain yang ditetapkan oleh Dirjen
Pajak, selain yang telah dipotong PPh 21.
Berdasarkan PMK-24/PMK.03/2008 jo SE-53/PI/2009 tentang jenis jasa lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat(1) huruf c UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
dikenakan PPh sebesar 2% x penghasilan bruto tidak termasuk PPN, lenis-jenis jasa
tersebut adalah:
a. Jasa penilai(appraisal).
b. Jasa aktuaris.
c. Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi laporan keuangan.
d. Jasa perancang (design).
e. Jasa pengeboran(drilling) di bidang penambangan minyak dangas bumi, kecuali
yang dilakukan oleh BUT.
f. Jasa pwnunjang dibidang penambangan migas adalah jasa penunjang di
penambangan migas dan panas bumi berupa:
a) Jasa penyemenan dasar
b) Jasa penyemenan perbaikan. Maksud sebagai berikut:
Penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong.
Penyumbatan kembali zona yang berproduksi air
Perbaikan dari penyemenan yang gagal
Penutupan sumur
c) Jasa pengontrolan pasir
d) Jasa Pengasaman
e) Jasa Peretakan hidrolika
f) Jasa nitrogen dan gulungan pipa
g) Jasa uji kandungan lapisan
h) Jasa reparasi pompa reda(reda repair).
i) Jasa pemasangan instalasi dan perawatan.
j) Jasa penggantian peralatan atau material.
k) Jasa mud logging
l) Jasa mud engineering
m) Jasa well logging perforating.
n) Jasa stimulasi dan secondary decovery.
o) Jasa well testing wireline service.
p) Jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling
q) Jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drillin.
r) Jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling.
s) Jasa lainnya yang sejenis di bidang pengeboran migas
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain migas adalah
semua jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang pertambangan umum, berupa:
a) Jasa pengeboran
b) Jasa penebasan
c) Jasa pengupasan dan pengeboran.
d) Jasa penambangan.
e) Jasa pengangkutan atau sistem transportasi, kecuali jasa angkutan umum.
f) Jasa pengolahan bahan galian.
g) Jasa reklamasi tambang
h) Jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur pabrikasidanpenggalian atau
pemindahan tanah
i) Jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara adalah berupa:
a) Bidang aeronautika, termasuk:
1) Jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara dan jasa lain
sehubungan dengan pendaratan pesawat terbang
2) Jasa penggunaan jembutan pintu(aero bridge).
3) Jasa pelayanan penerbangan.
4) Jasa ground handling,
5) Jasa penunjang lain di bidang aeronautika.
b) Bidang non-aeronautiko, termasuk:
1) Jasa catering di pesawat dan jasa pembersihan pantry pesawat.
2) Jasa penunjang lain dibidang non-aeronautika
i. Jasa penebangan hutan
j. Jasa pengolahan limbah.
k. Jasa penyedia tenaga kerja(out sourcing services).
l. Jasa perantara dan atau keagenan.
m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, KSEI dan KPEL
n. Jasa kustodian atau penyimpanan atau penitipan kecuali yang dilakukan oleh KSEL
o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
p. Jasa mixing film
q. Jasa sehubungan dengan software komputer termasuk perawatan, pemeliharaandan
perbaikan.
r. Jasa instalasi atau pemasangan mesin, peralatan listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh wp yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi, mesin,
peralatan,listrik, telepon.
s. Jasa perawatan atau perbaikan atau pemeliharaan bangunan air, gas, AC, TV kabel,
alat transportasi atau kendaraan dan/atau selain yang dilakukan oleh WP yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi.
t. Jasa maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian jasa barang
tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi spesifiknya bahan
baku dan/atau barang setengah jadi dan/atau bahan penolong atau pembantu yang akan
diproses sebagian atau seluruhnyadisediakan pengguha oleh pengguna jasa.
u. Jasa penyelidik dan keamanan
v. Jasa penyelenggaraankegiatan (event organizer)
w. Jasa pengepakan
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media
lain untuk penyampaian informasi.
y. Jasa pembasmian hama
z. Jasa kebersihan
aa. Jasa tata boga(catering)
Pemotong memotong PPh 23 pada saat pembayaran (saat yang terutang). Pemotong
memberikan Bukti Pemotongan PPh kepada Pihak yang dipotong. Untuk pihak yang dipotong
PPh 23 merupakan bukti pengkreditan pajak, kecuali PPh 23 tersebut besifat secara final.
Kemudian pemotong menyetorkan PPh 23 secara kolektif per bulan pemotongan dan disetorkan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan menggunakan SSP atas nama pemotong
PPh23,. Setelah itu pemotong melaporkan pemotongan danpenyetoran PPh 23 paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya dengan menggunakan SPT masa PPh 23.
Contoh:
Pada tanggal 4Januari 2012, PT Hiphop yang adalah perusahaan yang memberikan jasa
penyelesaian bahan baku jadi barang jadi yang sesuai dengan spesifikasi pengguna jasa. (jasa
maklon) menandatangani kontrak kerja sama maklon dengan PT Gigil di Bogor. Barang jadi
yang sesuai dengan spesifikasi tersebut harus diselesaikan pada tanggal 28 Februari 2012.
Tanggal 6 Januari2012, PT Gigil membeli dan memberikan bahan baku seharga Rp50.000.000
untuk diselesaikan menjadi barang jadi sesuai dengan spesifikasinya kepada PT Hiphop. Selama
pengerjaannya, PT Hiphop telah mengeluarkan biaya penggunaan tenaga kerja sebesar
Rp5.000.000 dan overhead pabrik sebesar Rp10.000.000.
Pada akhirnya tanggal 28 Februari 2012, PT Hiphop menerima pembayaran dari PT Gigil
sebesar Rp30.000.000 dan PT Gigil menerima barang jadi yang sesuai dengan spesifikasinya
senilai Rp100.000.000.
Tanggal 3 Maret 2012, PT Gigil menjual barang jadi tersebut Rp170.000.000 secara tunai.
Jurnal atas transaksi jasa maklon yang dibuat oleh PT Hiphop adalah
Tanggal Keterangan Debit Kredit
04-Jan-12 Tidak ada jurnal
06-Jan-12 Tidak ada jurnal
Jurnal atas transaksi jasa maklon yang dibuat oleh PT Gigil adalah
Berdasarkan UU PPh N0 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (4), pemotongan PPh 23 tidak
dilakukan atas:
a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan SGU dengan hak opsi
(capital lease)
c. Deviden sebagaimana dimaksud dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat
(3) huruf f dan deviden yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksuddalam
pasal 17 ayat (2c)
d. Bagian laba yang diterima atau anggota dari komandan yang modalnya tidak terbagi
atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi. Termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif
e. SHU koperasi yang diselenggarakan oleh koperasi kepada Anggotanya (PP 15 Tahun
2009)
f. Bunga atau imbalan lain yang diberikan atas penyaluran pinjaman dan/atau dengan
pemberian dan pembiayaan, termasuk yang dalam bentuk pembiayaan berbasis syariah
(PMK-251/ PMK.03/2008).
Penghasilan 24
PPh 24 adalah pajak yang telah dipotong oleh negara lain tempat WP memperoleh
penghasilan yang boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia (Kredit
Pajak Luar Negeri-KPLN).
Karena menganut asas World Wide Income, maka UU PPh menentukan WP di dalam
negeri dikenakan PPh atas semua penghasilan yang diterimanya, baik di Indonesia maupun
di luar Indonesia. Atas penghasilan tersebut maka WPharus dilaporkan dengan cara
Melaporkan rincian penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dan
penghitungan KPLN dari WP dalam tahun yang bersangkutan.
Untuk deviden penggabungandilakukan dalam tahun pajak saat perolehan deviden
tersebut.
Mengajukan permohonan KPLN, sesuaidengan KMK-164KMK.04/2002 dengan
melampirkan:
Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari hasil usaha di luar negeri.
Fotokopi SPT pajak yang disampaikan di luar negeri.
Fotokopi dokumen pembayaran di luar negeri.
Ketentuan Umum
1. Apabila dalam PHKP terdapat penghasilan yang berasal dari luar negeri, maka PPh yang
dibayar atau terutang diluar negeri penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap PPh
yang terutang di Indonesia.
2. Pengkreditan dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri
tersebut dengan penghasilan di Indonesia.
3. Jumlah kredit pajak paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu.
4. Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan kredit
pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
5. PHKP tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final sebagaimana
dimaksud Pasal 4 ayat (2) dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri
sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat(1) dan ayat (4) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayar atau terutang diluar negeri melebihi jumlah kredit
pajak yang diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka kelebihan
tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang tahun berikutnya, tidak
boleh dibebanjann sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan tidak dapat dimintakan
restitusi.
DAFTAR PUSTAKA