PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah
pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa.
4. Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain
untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri.
5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang
dan atau jasa.
6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk
gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan
tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup tiap-
tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang
dan atau jasa.
7. Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai
penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang
dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas.
8. Integrasi Vertikal
BAB IV
Analisis Kasus
Keputusan MK dalam hal ini menyatakan bahwa Pasal 16, 17 ayat (3),
serta 68 UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan berlawanan
dengan UUD 1945 dan oleh karenanya harus dinyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat. Meskipun yang berlawanan
hanya tiga pasal tersebut, akan tetapi karena pasal-pasal tersebut
merupakan jantung dari UU No.20 Tahun 2002 padahal seluruh
paradigma yang mendasari UU Ketenagalistrikan adalah kompetisi
atau persaingan dalam pengelolaan dengan sistem unbundling dalam
ketenagalistrikan tidak sesuai dengan jiwa dan semangat Pasal 33
ayat (2) UUD 1945 yang merupakan norma dasar perekonomian
Hasil Analisis :
Pendekatan Illegal Per Se dan Rule of Reason
Secara eksplisit dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak
menyebutkan prinsip rule of reason dan illegal per se. Penafsiran
yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk
menentukan suatu perjanjian atau kegiatan yang dilarang termasuk
dalam kategori rule of reason dan illegal per se didasarkan pada
analisis redaksional atau kalimat yang terdapat dalam setiap pasal
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.2 Saran
Dengan adanya Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam
memahami apa itu Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dan
apabila terdapat keselahan dan kekurangan pada Makalah ini mohon
dimaafkan karena tidak ada gading yang tak retak dan tak ada
manusia yang sempurna, kesempurnaan itu hanya milik sang
pencipta dan kekurangan hanya milik kita semua makhluknya.
Hardjan ruslie. Hukum perjanjian indonesia dan common law. Cet II.
Jakarta : Pustaka sinar Harapan. 1996
Sirait, Ningrum N. Hukum Persaingan di Indonesia: UU No. 5/1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Cet. I. Medan: Pustaka Bangsa Press, 2004.
Indonesia. Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999 LN No. 33
Tahun 1999, TLN No. 3817