Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang


melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik, dan pelayanan nonmedik menggunakan teknologi yang
dapat memengaruhi lingkungan sekitarnya (Sujatmiko, 2009).
Salah satu layanan rumah sakit adalah tindakan hemodialisa,
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah
pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang
dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk
membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar
dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke
aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena
(Fistula Arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).
Menurut konsesus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)
(2013) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang
dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5mL/menit walaupun tanpa gejala
dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya
indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru,
hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.

Sedangkan kontraindikasi menurut PERNEFRI 2013 dari hemodialisis


adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses
vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontraindikasi

0
hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan
keganasan lanjut.

Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa


disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4-5 jam
dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemoadialisa idealnya dilakukan 10-15
jam/minggu dengan QB 200-300 mL/menit.

Pelayanan unit hemodialisa di RS Harapan Bunda telah berdiri pada


tanggal 8 Juli 2013 dengan jumlah 4 mesin HD dan sampai sekarang telah ada
7 mesin HD dengan jumlah pasien 42 orang.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud
Pedoman Penyusunan dimaksudkan sebagai acuan pengelolaan,
pembuatan dan pengendalian dinas di Ruang Hemodialisa Rumah
Sakit Harapan Bunda.
1.2.2 Tujuan
Pedoman Penyusunan bertujuan menciptakan kelancaran komunikasi
tulis yang berhasil guna dan berdaya guna dalam penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Harapan
Bunda.
1.2.3 SASARAN
1. Tercapainya kesamaan pengertian, bahasa, dan penafsiran dalam
tindakan dialysis yang efektif dan efisien
2. Terwujudnya hubungan kerja yang harmonis sesama rekan kerja
3. Tercapainya kemudahan dalam bekerja di ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Harapan Bunda

1.3 VISI dan MISI Ruang Hemodialisa


1.3.1 Visi
Meningkatkan kualitas hidup pasien Hemodialisa di RSHB

1
1.3.2 Misi
1. Memberikan Edukasi kepada pasien dan keluarga
2. Melakukan Asuhan Keperawatan yang komprehensif
3. Menciptakan suasana kerja yang harmonis

1.4 Lingkup Area


Panduan ini diterapkan kepada semua perawat dan dokter hemodialisa
yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur bedah.

1.5 Tiga Elemen


Pada setiap prosedur invasif, terdapat tiga elemen penting yang harus
selalu berinteraksi dan bekerjasama secara efektif dan efisien, yaitu:
1. Ruang hemodialisa
2. Pasien itu sendiri.
3. Tim hemodialisa.

1.6 Landasan Hukum

Anda mungkin juga menyukai