PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akan tetapi Kesehatan wanita sering dilupakan dan hanya sebagai objek dengan mengatas
wanita sangat berperan penting dalam hal ini karena perannya yang sangat besar dalam
keluarga.
Wanita memiliki banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang perlu mendapat
perhatian khusus.Saat ini masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda
perempuan di komunitas.
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-
mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial
(masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat
baik.
Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang
kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula
1. Gender
Gender adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin
mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran gender berbeda dalam konteks
cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.Peran gender yang
seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat
kesehatan reproduksinya.
2. Kemiskinan
Kemiskinan antara lain mengakibatkan:
a. Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi.
b. Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
c. Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3. Pendidikan yang rendah
kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih
diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga gender
mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari merawat diri sendiri,
dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4. Kawin muda
banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan Yang
menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga
karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya.Ini berarti
wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Disamping itu
resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20
tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akanbergantung kepada
juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak,
akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan
anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu
memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan
gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat
dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping
itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini
maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk
penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda
dengan pria.Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu
diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah
dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya
wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis
stress, dan sebagainya.Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu kerja,
tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan membahayakan.Di
India banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim panen
karena wanita terus-terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupun
wanita dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya
jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin dalam
industri misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan,
pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan
perencanaan gender paling awal. Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk
a. Akses: Apakah intervensi pembangunan memberi ruang atau membuka pintu bagi
laki-laki dan perempuan untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari intervensi
tersebut?
b. Partisipasi: Apakah laki-laki dan perempuan terlibat secara nyata dalam proses
perempuan? Keuntungan mana yang akan bertambah, atau mana yang akan
perempuan?
3. Alat Analisis Harvard
profil kegiatan 3 peran atau triple roles, yaitu: peran publik dengan kegiatan
dengan kegiatan sosial budayanya. Profil akses dan kontrol dan faktor yang
mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol. Sedangkan parameter yang digunakan adalah
usia, alokasi waktu, jenis dan lokasi kegatan serta pendapatan (Puspitawati, 2012).
Seorang ayah, seorang ibu, dan 2 orang anak. Ayah bekerja sebagai petani. Ibu tinggal
di rumah untuk mengurus anak, namun sesekali membantu pekerjaan sang ayah.
Mereka tinggal di desa yang subur, nyaman, dan memiliki lingkungan sosial yang
baik. Para petani di desa tersebut memiliki perkumpulan organisasi, begitu juga
Pertanian
1. Pembersihan lahan
2. Persiapan benih
3. Penanaman
4. Penyiangan pembersihan
5. Pemupukan
6. Panen
7. Pengeringan/penyimpanan
8. Perawatan tanaman/pemusnahan hama atau
penyakit
Kegiatan Reproduksi
Menjaga anak
Membersihkan rumah
Mengambil air
Memperbaiki rumah
Belanja di pasar
Kegiatan Sosial
PKK
Dasawisma
sumber daya keluarga atau warga atas kegiatan yang dilakukan pada Alat 1. Alat
ini menunjukkan apakah perempuan atau laki-laki mempunyai akses atas sumber-
pemanfaatan atas sumber-sumber daya milik keluarga atau warga. Akses adalah
Analisi Harvard 2: Profil Akses control atas sumber daya dan benefit
Akses Kontrol
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
sumber daya:
- Tanah
- Alat produksi
- Tenaga kerja
- Uang
- Pendidikan
- Simpanan
Benefit:
-Akses kepemilikan
- Kebutuhan dasar:
Makanan, pakaian,
- Pendidikan.
ketenagaan kerja, akses dan kontrol sebagaimana yang terdaftar dalam Alat 1 dan
hambatan baik bagi perempuan maupun laki-laki karena perbedaan gender mereka.
Faktor demografi
(LSM, dsb)
partisipatif untuk memfasilitasi definisi dan analisis isu-isu gender oleh masyarakat yang
artikulasi unik dari isu-isu serta mengembangkan kapasitas analisis jender dari tingkat
1. Semua pengetahuan yang diperlukan untuk analisis gender ada di antara orang-orang
yang dianalisis.
D. Kerangka Pemberdayaan Perempuan (KPP)
persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung
pembangunan di Zambia.
mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam proses
pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di atas landasan yang
1. Kelebihan
a. Memungkinkan penilaian tentang manfaat dan apa yang masih harus dikerjakan.
b. Mampu menjelaskan peran pemberdayaan dalam pembangunan karena
2. Kekurangan
a. Statis, tidak mengindahkan situasi berubah
b. Melihat hubungan hanya berkenaan dengan persamaan, bukan sistem hak, klaim,
tanggung jawab.
c. Tidak mempertimbangkan bentuk ketidakadilan lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu permasalahan kesehatan reproduksi wanita
di Indonesia masih dipengaruhi antara lain gender, kemiskinan, pendidikan rendah, kawin muda,
kekurangan gizi dan kesehatan yang buruk, beban kerja yang berat.
Analisis Havard terdiri dari empat fokus analisis yakni: akses, partisipasi, kontrol,
manfaat. Matriks Analisis Gender adalah alat analisis yang menggunakan metodologi partisipatif
untuk memfasilitasi definisi dan analisis isu-isu gender oleh masyarakat yang terpengaruh oleh
mereka. KPP Merupakan Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada
proses pembangunan.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di komunitas, hendaknya setiap bidan menguasai