240210140079
rendah karena kadar proteinnya lebih rendah dari jenis lain dan memberikan
adonan gluten yang kurang resisten (Manley, 2001). Pada tepung lunak
dibutuhkan lebih banyak lemak dan gula untuk memperoleh tekstur yang
diinginkan yaitu tidak keras dan kasar seperti yang terjadi pada penggunaan
tepung keras (Matz, 1992).
Jenis gula yang digunakan pada pembuatan macam-macam cookies
berbeda, misalnya pada pembuatan kue jentik dan kue semprit menggunakan gula
halus, sedangkan pada pembuatan drop cookies dan kue asin menggunakan gula
kastor/gula pasir. Gula halus atau tepung gula akan menghasilkan kue berpori-pori
kecil dan halus. Sebaliknya tekstur pori-pori yang besar dan kasar akan terbentuk
jika menggunakan gula pasir.
Menurut Kaplon (1977), gula halus paling baik digunakan untuk
membuat cookies. Gula halus dalam produk cookies berfungsi sebagai pemanis
dan berperan dalam pembentukan tekstur akhir cookies. Gula halus tidak akan
menyebabkan penyebaran kue yang terlalu besar, sedangkan gula pasir akan
menyebabkan kue kering menyebar secara maksimum selama pempanggangan
berlangsung. Kue kering dengan persentase gula yang tinggi akan lebih menyebar
daripada persentase gula yang rendah. Bila jumlah gula terlalu banyak akan
menghasilkan cookies yang kurang lembut dan kurang lezat akibat reaksi
menyebarnya gluten-gluten tepung.
Namun sebenarnya fungsi gula pada pembuatan cookies sama, yakni selain
sebagai pemberi rasa manis juga berpengaruh terhadap tesktur dan penampilan
cookies. Selain itu gula juga berperan dalam menentukan penyebaran dan struktur
rekahan kue.
Jenis lemak (shortening) yang digunakan pada pembuatan macam-macam
cookies pun berbeda. Pembuatan kue jentik, kue asin dan kue semprit
menggunakan margarin, sedangkan pembuatan drop cookies menggunakan
mentega. Margarin cenderung lebih banyak digunakan pada pembuatan cookies
karena harganya relatif lebih rendah dari butter/mentega.
Lemak (shortening) merupakan komponen penting dalam pembuatan
cookies, karena berfungsi sebagai bahan pengemulsi sehingga menghasilkan
tekstur produk yang renyah (Matz, 1992). Lemak mencegah campuran adonan
Ratih Radithya Utami
240210140079
butter, bertekstur agak keras, memiliki rasa manis, dan memiliki jumlah potongan
86 buah. Hasil pengamatan kue jentik jenis B disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kue Jentik B
No. Kriteria Kue Jentik B (Kel. 2) Kue Jentik B (Kel. 7)
1. Warna Kuning keemasan Kuning Kecoklatan
2. Aroma kacang Vanili dan Mentega
3. Tekstur renyah Agak Keras
4. Rasa manis Manis Kacang
5. Jumlah 73 33
potongan
(buah)
6. Gambar
pemanggangan menjadi sedikit keras dan renyah. Rasa gurih pada kue jentik
dikarenakan pada formulasi digunakan garam secukupnya dan penggunaan
margarin juga turut mempengaruhi rasa dan tekstur dari kue jentik dan terasa
sedikit manis. Kilap pada permukaan kue jentik akibat dari olesan telur saat
sebelum pemanggangan.
Hasil pengamatan pada drop cookies didapat hasil bahwa pada drop
cookies kelompok 1 memiliki warna kuning keemasan, beraroma butter,
bertekstur renyah, memiliki rasa manis dan gurih, dan memiliki jumlah potongan
54 buah. Sedangkan pada drop cookies kelompok 6 memiliki warna kuning
keemasan, beraroma vanili, bertekstur renyah, memiliki rasa manis, dan memiliki
jumlah potongan 24 buah.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa drop cookies memiliki
warna kuning keemasan akibat proses pemanggangan. Drop cookies memiliki
aroma khas butter dan vanili dimana aroma tersebut merupakan senyawa volatil
yang keluar karena adanya proses pemanggangan dengan suhu yang tinggi dari
oven dan juga diperkuat dengan penambahan vanili pada saat pembuatan adonan.
Tekstur yang dihasilkan pada drop cookies yaitu renyah dan beremah.
Tekstur ini dihasilkan dari bahan pembentuk struktur dan bahan pendukung
kerenyahan. Bahan pendukung struktur yaitu tepung terigu, tepung terigu yang
dipakai adalah tepung terigu protein rendah. Sehingga akan dihasilkan kue yang
rapuh dan kering merata, karena tepung terigu protein rendah tidak atau sedikit
membentuk gluten. Di mana gluten tersebut akan membuat kue kering menjadi
liat dan tidak kering. Pembuatan kue kering tidak dibutuhkan pengembangan,
karena memang pada pembuatan kue kering tidak diharapkan terbentuknya gluten
Ratih Radithya Utami
240210140079
yang akan membuat cokies menjadi tidak kering. Oleh karena itu tepung terigu
dicampurkan diakhir pencampuran bersama bahan-bahan kering lainnya, karena
jika terigu dicampur terlebih dahulu sebelum bahan basah masuk, maka akan
membuat adonan menghasilkan gluten.
Kemudian bahan pendukung kerenyahan yaitu gula, lemak, dan kuning
telur. Golongan bahan inilah yang dikocok diawal pncampuran untuk membuat
adonan yang creamy. Pembuatan kue kering ini menggunakan gula halus, karena
gula halus akan lebih mudah tercampur dengan margarin pada pengocokan awal.
Selain itu dengan penggunaan gula halus dihasilkan kue kering dengan tekstur
yang pori-porinya halus dan kecil. Bahan lemak yang digunakan yaitu margarin
dan butter, sehingga menjadikan kue kering menjadi rapuh, kering, gurih, dan
berwarna agak kekuningan. Kuning telur yang digunakan juga berfungsi sebagai
perenyah selain itu akan mengahsilkan flavour yang khas pada cookies. Tekstur
yang garing dan renyah yang merata ini dihasilkan dari adanya perlakuan
pengayakan pada proses pencampuran, sehingga tidak terdapat bahan kering yang
menggumpal dan menjadikan adonan dengan lapisan yang tidak seragam,
sehingga tekstur yang dihasilkan pun tidak renyah merata. Tekstur yang renyah ini
juga dihasilkan dari adanya proses pemanggangan pada suhu yang sangat tinggi
sehingga kadar air yang terdapat pada adonan menguap keluar, karena panas yang
dihasilkan dari oven. Adapun rasa yang dimiliki drop cookies yaitu manis gurih.
kuning telur yang dioleskan dan warna kecokelatan pada lapisan atas kue.
Aromanya khas margarin karena penambahan margarine dalam jumlah banyak,
tekstur renyah dan rapuh serta rasanya asin. Kue asin dipanggang pada suhu
180oC selama 40 menit. Hasil pengamatan pada kue asin disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kue Asin
No Kriteria Kue Asin (Kel. 9) Kue Asin (Kel. 9)
.
1. Warna Kuning keemasan Kuning Keemasan
2. Aroma Margarin Margarin
3. Tekstur Rapuh Lembut
4. Rasa Asin Asin
5. Jumlah 50 potongan 35
potongan
6. Gambar
asin, disebabkan adanya penambahan garam dengan jumlah yang lebih banyak
dibandingkan jenis- jenis kue kering lainnya. Aroma khas margarin yang
dihasilkan, diperoleh dari adanya senyawa- senyawa volatile yang menguap dari
margarin selama pemanggangan. Kue asin merupakan kue yang termasuk
kedalam jenis Molded cookies, yaitu adonan jenis kue ini termasuk adonan stiff,
dapat dibentuk dan dicetak menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan (Herudiyanto,
2008).
Pembuatan kue asin digunakan bahan pengembang kimia yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas produk kue asin yang dihasilkan terutama
kerenyahan. Pengembang yang digunakan adalah baking yang digunakan agar
cookies yang dihasilkan benar-benar kering.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah:
1. Kue jentik A kelompok 5 memiliki warna coklat kuning keemasan,
beraroma margarin dan kacang serta kue kering, bertekstur kering dan
Ratih Radithya Utami
240210140079
renyah, memiliki rasa manis, kacang dan berlemak, dan memiliki jumlah
potongan 80 buah. Sedangkan pada kue jentik jenis A kelompok 10
memiliki warna kuning keemasan, beraroma butter, bertekstur agak keras,
memiliki rasa manis, dan memiliki jumlah potongan 86 buah.
2. Kue jentik jenis B didapat hasil bahwa pada kue jentik B kelompok 2
memiliki warna coklat kuning keemasan, beraroma kacang, bertekstur
renyah, memiliki rasa manis, dan memiliki jumlah potongan 73 buah.
Sedangkan pada kue jentik jenis B kelompok 7 memiliki warna kuning
kecoklatan, beraroma vanili dan mentega, bertekstur agak keras, memiliki
rasa manis kacang , dan memiliki jumlah potongan 33 buah.
3. Drop cookies kelompok 1 memiliki warna kuning keemasan, beraroma
butter, bertekstur renyah, memiliki rasa manis dan gurih, dan memiliki
jumlah potongan 54 buah. Sedangkan pada drop cookies kelompok 6
memiliki warna kuning keemasan, beraroma vanili, bertekstur renyah,
memiliki rasa manis, dan memiliki jumlah potongan 24 buah.
4. Kue asin kelompok 9 memiliki warna kuning keemasan, beraroma
margarin, bertekstur rapuh, memiliki rasa asin, dan memiliki jumlah
potongan 50 buah. Sedangkan pada kue asin kelompok 4 memiliki warna
kuning keemasan, beraroma vanili, bertekstur renyah, memiliki rasa
manis, dan memiliki jumlah potongan 24 buah.
5. Kue semprit kelompok 3 memiliki warna kuning keemasan, beraroma
margarin, bertekstur renyah, memiliki rasa manis, dan memiliki jumlah
potongan 45 buah. Sedangkan pada kue semprit kelompok 8 memiliki
warna kuning keemasan, beraroma mentega, bertekstur agak keras,
memiliki rasa manis, dan memiliki jumlah potongan 60 buah.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 1992. SNI Mutu dan Cara Uji Biskuit (SNI 01-2973-1992). Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Faridi, H. 1994. The Science of Cookie and Cracker Production. Chapman &
Hall. New York.
Ratih Radithya Utami
240210140079
Manley, D. 2001. Biscuits, Crackers, and Cookie Recipes For the Food Industry.
Woodhead Publishing Limited. Cambridge.
Matz, S.A. 1992. Bakery Technology and Engineering. Third Edition, The AVI
Publishing Company Inc. Westport. Connecticut.
Smith, J., 1991. Food Additive Users Handbook. Blackie & Sons Ltd, New York.
JAWABAN PERTANYAAN
Kue jentik yang dibuat pada praktikum ini menggunakan baking powder dan
tidak melakukan pembuatan kue jentik tanpa baking powder, sehingga tidak
dapat diketahui perbedaannya. Akan tetapi, baking powder merupakan bahan
pengembang kimia, sehingga secara teori, kue jentik dengan baking powder
akan lebih mengembang dibandingkan dengan kue jentik tanpa menggunakan
baking powder.
3. Faktor apa saja yang dapat membuat adonan cookies akan menyebar pada saat
pemanggangan selain pengocokan yang terlalu lama?
Jawab:
Faktor lain yang dapat membuat adonan cookies menyebar pada saat
pemanggangan adalah penggunaan gula pasir.