PENDAHULUAN
meningkat. Dalam kondisi seperti ini, lembaga keuangan memiliki peran yang
sebagai salah satu lembaga keuangan yang berorientasi bisnis juga memiliki
peranan yang sangat penting dimana kegiatan perbankan yang paling pokok
merupakan salah satu unsur jaminan kredit agar Bank dapat memperoleh
Bank juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dan aspek penilaian yang ada
1
2
berikut:
1. Apa saja yang dimaksud dengan jaminan perkreditan?
2. Apa saja prinsip-prinsip yang terdapat dalam perkreditan?
3. Apa saja aspek-aspek yang harus dinilai dalam memberikan kredit?
4. Bagaimana prosedur dalam memberikan kredit?
kredit.
4. Untuk mengetahui prosedur dalam memberikan kredit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Tahun 1998 tentang Perbankan : Kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang
3
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
bunga.
satu memberikan pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini
akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama
pula.
1) Adanya subyek hukum yang terdiri dari para pihak (2 orang atau lebih)
(Badan Usaha), baik dalam bentuk Bank Konvensional (Bank Umum), maupun
Sedangkan pihak Debitor adalah nasabah dari Bank bersangkutan yang telah
memperoleh kredit. Namun jika mengacu pada konsep hubungan hukum pinjam
berbentuk badan usaha yang memiliki posisi yang sama baik sebagai Kreditor
menjadi obyek dari perjanjian kredit adalah uang sebagai alat pembayaran yang
sah yang harus dikembalikan oleh Debitur, atau dalam bentuk tagihan yang
perjanjian kredit adalah : perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena
pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan
jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam
mata uang Indonesia atau mata uang asing, baik secara langsung maupun yang
akan timbul dikemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau
undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan
debitor.
Yaitu adanya periode waktu tertentu yang ditetapkan dan disepakati oleh
para pihak dalam perjanjian kredit untuk melakukan pelunasan hutangnya atau
5
kreditur.
yaitu:
Perjanjian yang namanya tidak diatur dalam Buku III BW, dimana nama
dan bentuknya selain dari ketentuan yang diatur dalam title V XVIII BW, namun
6
mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan nama tertentu,
Perjanjian Kredit masuk pada ketegori Perjanjian tak Bernama atau Onbenoemde
Overeenkomst.
mengetahui gerakan-gerakan dari uang tunai perusahaan dilihat dari segi sumber-
dengan baik.
perjanjian kredit itu dapat dibuat dalam bentuk lisan maupun tertulis, namun
dalam membuat perjanjian kredit harus dilakukan dalam bentuk tertulis, hal ini
secara tertulis agar para pihak dapat melihat dan mengkoreksi secara jelas
dan nyata akan apa-apa saja yang menjadi hak dan kewajibannya.
2) Perjanjian yang dibuat secara lisan sangat sulit untuk dijadikan sebagai
diantara para pihak, sehingga esensi dari perjanjian yang harus dibuat
secara tertulis adalah sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya.
3) Keberadaan Instruksi Presidium Kabinet Nomor: 15/EK/IN/10/1966
pemberian kredit tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara Bank
dan Debitur atau antara Bank Sentral dan Bank-Bank lainnya. Surat Bank
1) Perjanjian kredit yang dibuat dibawah tangan, yaitu yang dinamakan akta
dibawah tangan. Artinya perjanjian yang dibuat dan disiapkan sendiri oleh
formulir perjanjian dalam bentuk standard form yang isi, syarat-syarat dan
akta otentik atau akta notariil. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian
ini adalah seorang Notaris, namun dalam praktek semua syarat dan
Perjanjian kredit yang telah ditandatangani oleh para pihak, baik yang
berbentuk akta dibawah tangan atau dalam bentuk akta otentik mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1) Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi kreditur dan debitur yang
membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara Bank sebagai
kredit.
9
Jaminan kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk
diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari
hutang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan debitur.
Kredit yang diberikan selalu diamankan dengan jaminan kredit dengan tujuan
Apabila debitur karena suatu sebab tidak mampu melunasi hutangnya, maka
kreditur dengan bebas dapat menjual dan menutup hutang dari hasil penjualan
jaminan tersebut.
jaminan tersebut bila debitur tidak melunasi hutangnya pada waktu yang telah
ditentukan.
yaitu:
di dalam tata hukum Indonesia, berikut ini akan dijelaskan penggolongan dari
Menurut cara terjadinya jaminan itu terbagi 2 (dua) yaitu: Jaminan yang
Jaminan yang lahir karena Perjanjian adalah jaminan yang timbul karena
Tanggung-menanggung.
2) Menurut Penggolongannya
Jaminan Umum:
Jaminan Khusus:
wanprestasi
3) Menurut Sifatnya
Jaminan Perorangan
Jaminan Kebendaan:
terhadap siapapun juga, yaitu terhadap mereka yang memperoleh hak, baik
berdasarkan hak yang umum maupun yang khusus, juga terhadap para
dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu tidak hanya haknya tetapi
o Hipotik
o Credietverband
13
o Gadai
o Fidusia
Jaminan Perorangan:
membedakan mana piutang yang lebih dulu terjadi dan piutang yang
o Borgtoch
o Perutangan Tanggung-menanggung
o Perjanjian Garansi
4) Menurut Obyeknya
Bergerak dan Jaminan Benda Tidak Bergerak. Didalam sistem Hukum Perdata
Lembaga Jaminan.
secara simbolis.
Tidak mengenal daluwarsa
14
1977 BW (Bezit atas benda bergerak berlaku sebagai alas hak yang
sempurna)
Bentuk lembaga jaminannya adalah: Gadai, Fiducia, Hipotek
Jaminan yang menguasai bendanya dan Jaminan yang tanpa menguasai bendanya.
debitur
Tidak memiliki Hak Droit de Suite (hak yang senantiasa mengikuit
bendanya)
Contohnya : Hipotik, Fidusia
Hak Tanggungan pada hakikatnya merupakan hak jaminan atas tanah. Hak
ini akan dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam
atau subjek hak tanggungan ialah Pemberi Hak Tanggungan dan Pemegang Hak
Tanggungan. Yang dimaksud sebagai Pemberi hak tanggungan ialah orang atau
pemegang Hak tanggungan adalah orang atau badan hukum yang berkedudukan
Klasifikasi Objek dari Hak Tanggungan dapat dilihat dari berbagai sudut
yang mengatur mengenai hak tanggungan. Jika ditinjau dari yang ditunjuk oleh
UUPA (Pasal 4 ayat 1 UUHT) maka yang bisa menjadi objek hak tanggungan
hanyalah Hak Milik (Pasal 25 UUPA), Hak Guna Usaha (Pasal 33 UUPA), Hak
oleh UUHT (Pasal 4 ayat 2), dapat ditambahkan satu lagi macam hak tanggungan
ialah Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
tahun 1985 tentang Rumah Susun (Pasal 27 UUHT) menyatakan bahwa adapula
tambahan objek hak tanggungan ialah Rumah Susun yang berdiri di atas tanah
Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara serta
Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) yang bangunannya didirikan di
16
atas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang diberikan oleh
Negara.
(droit de suite);
Dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum pada
asas publisitas;
Menyederhanakan pelaksanaannya eksekusi.
utang yang dijamin tidak membebaskan sebagian obyek dari beban Hak
2.10. Gadai
17
1160 KUH Perdata. Pengertian gadai dalam Pasal 1150 KUH perdata adalah
sebagai berikut:
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang
lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu
barang tersebt dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah
2.11. Fidusia
Tahun 1999 tentang jaminan fidusia mengatur tentang sifat-sifat dari jaminan
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan benda tidak bergerak,
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai acuan bagi pelunasan utang tertentu
kreditor lainnya.
Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, dan berikut sifat-sifat dari jaminan fidusia
18
yang berarti bahwa jaminan fidusia bukan hak yang berdiri sendiri melainkan
fidusia itu sendiri; Jaminan fidusia bersifat droit de suite, yang berarti bahwa
objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada, dengan artian
bahwa dalam keadaan debitur lalai maka kreditur sebagai pemegang jaminan
objek tersebut telah dijual dan dikuasai oleh pihak lain; Jaminan fidusia
memberikan hak preferent, yang berarti bahwa kreditor sebagai penerima fidusia
memiliki hak yang didahulukan untuk mendapatkan pelunasan utang dari hasil
eksekusi benda jaminan fidusia tersebut dalam hal debitur cedera janji atau lalai
membayar utang;
Jaminan fidusia untuk menjamin utang yang telah ada atau akan ada, yang
berarti bahwa utang yang dijamin pelunasannya dengan fidusia harus memenuhi
Utang yang telah ada, adalah besarnya utang yang ditentukan dalam
perjanjian kredit; Utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah
diperjanjikan dalam jumlah tertentu; Utang yang pada saat eksekusi, dapat
memenuhi suatu prestasi. Jaminan fidusia dapat menjamin lebih dari satu utang,
yang berarti bahwa benda jaminan fidusia dapat dijaminkan oleh debitur kepada
debitur dalam satu perjanjian kredit, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 8
19
mengeksekusi benda jaminan bila debitur cidera janji. Dan eksekusi tersebut dapat
dilakukan atas kekuasaan sendiri atau tanpa putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
lain Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya karena overmacht bukan karena
kesalahannya akan tetapi karena keadaan memaksa, maka Debitur tidak dapat
menuntut ganti rugi sebagaimana hak yang dimiliki oleh Kreditur dalam
wanprestasi.
Pasal 1244 KUH Perdata menyebutkan: Jika ada alasan untuk itu si
berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi, dan bunga, apabila ia tidak
dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat
dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduka, pun
tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya, karenanya itu pun jika itikad buruk
Pasal 1245 KUH Perdata: Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus
digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak
diwajibkan, atau lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang
terlarang.
karena suatu keadaan yang tak terduga lebih dahulu dan tidak dapat
bunga.
dibuatnya perjanjian.
utangnya pada B.
mengisyaratkan para pihak untuk dapat memperjanjikan hal-hal apa saja yang
1339 KUH Perdata. Alasan inilah yang membuat materi perjanjian kredit tidak
memiliki formulasi yang standar. Kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah
angsuran atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal yang tidak dikehendaki.
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya. Isi dari perjanjian kredit sangat
dokumennya.
2) Klausula mengenai maksimum kredit (amount clause) yang merupakan
obyek dari perjanjian kredit dan menjadi batas kewajiban kreditur dalam
antara pemberian atau pencairan kredit oleh bank dengan pelunasan kredit
tertulis.
5) Klausula mengenai barang agunan kredit yang mengatur bahwa debitur
kredit, jaminan utang dapat berupa: Hak Tanggungan atas Tanah, hipotik,
risiko yang mungkin terjadi, baik atas barang agunan maupun atas
23
kembali utangnya atau disebut kredit macet. Namun, ketika terjadi sesuatu
atas barang agunan atau kreditnya, bank bukan sebagai pihak dalam
kepentingan bank sesuai yang diatur dalam Pasal 1317 KUH Perdata.
meminta kredit dari pihak lain tanpa seizin bank atau larangan mengubah
8) Trigger clause (opeisbaar clause) berupa klausula yang mengatur hak bank
kredit.
11) Klausula mengenai ketaatan pada ketentuan bank untuk menjaga
kredit.
12) Dispute settlement (alternative dispute resolution) yang merupakan
BAB III
TINJAUAN KASUS
perihal Hakim Periksa Pelapor Kredit Macet 75M bahwa Johansyah, kuasa
Subtitusi Bank Indonesia (BI) Banda Aceh yang melaporkan kasus kredit macet
pada Bank Aceh Cabang Lhokseumawe Rp 75,1 miliar ke Polda Aceh diperiksa
Lhokseumawe, Selasa (24/6). Majelis hakim kemarin juga memeriksa dua saksi
Kasus itu menyeret Ishaq Abdullah, mantan Kabag Legal Bank Aceh
laporan Bank Aceh. Lalu, kita langsung memeriksa ke lapangan. Karena, kalau
Mahkamah Agung.
kata Kajari Lhokseumawe Mukhlis, S.H., melalui Kasi Pidana Umum Isnawati,
S.H.
tahun 2013 silam. Secara umum ada kredit-kredit yang diajukan ke BPD Aceh
(sekarang Bank Aceh) diduga ada penyimpangan. Ada jaminan tidak sesuai
lainya. Ada yang di-mark-up jaminannya yang seharusnya nilai agunannya Rp50
juta dibuat Rp100 juta. Juga ada berkas-berkas yang dibuat fiktif, kata dia.
serta memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;
kurungan;
3) Menyatakan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) rangkap hasil Investigasi Tim Mapping PT. Bank Aceh
(legalisir);
4) Menghukum pula terdakwa ASNAWI ABDULLAH BIN (Alm)
ABDULLAH untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu
rupiah)
28
Terdakwa dan atau Penasihat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya sebagai
berikut:
Terdakwa;
2) Menyatakan terdakwa ASNAWI ABDULLAH BIN (Alm) ABDULLAH
kurungan;
4) Menyatakan barang bukti berupa;
1 (satu) rangkap hasil Investigasi Tim Mapping PT. Bank Aceh pada 26
MENGADILI:
kedua;
2) Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari semua dakwaan Penuntut
Umum;
3) Memulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat
serta martabatnya;
4) Menetapkan barang bukti berupa:
1 (satu) rangkap hasil Investigasi Tim Mapping PT. Bank Aceh pada
BAB IV
ANALISIS KASUS
Asnawi Abdullah Bin Abdullah, mantan Kepala Kredit Bank BPD Aceh
YUSUF BAHAR - UD. Aceh Jaya Motor, NURUL AKBARI - CV. Arizki
Jaya Abadi, FITRIA - CV. Arsyita Karya, IVO ASWITA - PT. Peutari
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. IBRAHIM ILYAS - CV. Surya Indo
Motor, Plafon sebesar Rp. 1.800.000.000,- (satu milyar delapan ratus juta
rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdri. NURUL AKBARI - CV. Arizki
rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. TANGGY CV. Aneuk Aceh Group
Plafon sebesar Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah);
32
Plafon sebesar Rp. 1.200.000.000,- (satu milyar dua ratus juta rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. SAID IBRRAHIM - Azizi Perkasa,
sebesar Rp. 1.850.000.000,- (satu milyar delapan ratus lima puluh juta
rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. HAMDANI H. THALEB - UD
juta rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. FITRIA - CV. Arsyita Karya,
rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. IVO ASWITA - PT. Peutari Tanisa,
rupiah);
34
Mugee Sabee Sejahtera, Plafon sebesar Rp. 750.000.000,- (tujuh ratus lima
Ternak, Plafon sebesar Rp. 750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. T. MAULIZAR - PT. Nanggroe
Investama, Plafon sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta
rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. AMIRUDDIN - PT. Karya Jaya
juta rupiah);
1 (satu) Berkas dokumen kredit sdr. ABUBAKAR SULAIMAN - Koperasi