BAB I PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian yang
dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan
kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan dibuang ke saluran pembuang.
I.2 Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi ini merupakan dasar mahasiswa untuk dapat memahami dan
mempelajari dalam merencanakan suatu system jaringan irigasi dengan bangunan-bangunan
hidrolisnya.
ASISTENSI/PERTEMUAN I
II.2 Analisa Curah Hujan Bulanan Rata-Rata dengan polygon thiessen
Curah hujan diperlukan dalam menganalisa kebutuhan air dalam sistem irigasi
dikarenakan air yang digunakan untuk pemberian irigasi hampir seluruhnya berasal dari
curah hujan. Analisa curah hujan bulanan dianalisa dengan metode polygon thiessen di
bawah ini:
A1.d1 A2 .d 2 A3 .d 3 .......... An .d n Ai .d i
d
A1 A2 A3 ....... An Ai
Di mana:
d1, d2, d3,..dn = tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3, ., n.
A1, A2, A3..An = luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3, ..,n.
d = tinggi curah hujan rata-rata areal.
ASISTENSI/PERTEMUAN II
ASISTENSI/PERTEMUAN III
II.4 Analisa Curah Hujan Efektif
Curah hujan Efektif atau curah hujan andalan adalah bagian dari keseluruhan
curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
Rumus Curah Hujan Efektif (Rheff)
Rheff = 0.70 x Rh (80%)
Di mana:
Rh (80%) = Curah Hujan Terpenuhi 80% dan tak terpenuhi 20% atau dengan rumus
m = 0.20 x n
Di mana:
m = Urutan data
n = Jumlah data
ASISTENSI/PERTEMUAN IV
BAB III ANALISA DEBIT ANDALAN DAN KEBUTUHAN AIR
III.1 Analisa Debit Andalan Dengan Metode FJ MOCK
Analisa debit andalan digunakan untuk keperluan irigasi dengan tingkat keandalan
sebesar 80% diharapkan nantinya debit tersebut cukup layak untuk keperluan penyediaan air
untuk irigasi. Perhitungan debit bulanan diperoleh dengan metode F.J.Mock. Debit andalan
80% ialah debit dengan kemungkinan terpenuhi 80% atau tidak terpenuhi 20% dari periode
waktu tertentu.
Dalam perhitungan ini data-data yang dibutuhkan antara lain:
a. Hujan Bulanan/Tengah Bulanan Rata-rata, mm
b. Jumlah hari hujan bulanan rata-rata, hari
c. Evapotranspirasi potensial bulanan, mm
d. Limpasan Permukaan (run off), m3/dtk/km2
e. Tampungan air tanah (ground water storage), mm
f. Aliran dasar (base flow), m3/dtk/km2
Neraca air metode FJ Mock dirumuskan sebagai berikut:
Q = (Dro + Bf)F
Dro = Ws I
Bf = I- Vn
Ws = R- Et
Q = debit andalan, m3/dtk
Dro = direct run off, m3/dtk/km2
Bf = base flow, m3/dtk/km2
Ws = Water Surplus, mm
I = infiltrasi, mm
Vn = storage volume, mm
R = Curah Hujan, mm
Eto = evapotranspirasi Potensial dengan Metode Penmann Modifikasi, mm/hari
F= Cathment area, km2
ASISTENSI/PERTEMUAN V
III.2 SISTEM POLA TANAM
Pengaturan pola tata tanam adalah kegiatan mengatur awal masa tanam, jenis tanaman
dan varitas tanaman dalam suatu tabel perhitungan. Tujuan utama dari penyusunan pola
tanam adalah untuk mendapatkan besaran kebutuhan air irigasi pada musim kemarau sekecil
mungkin. Di dalam penyusunan pola tata tanam dilakukan simulasi penentuan awal tanam
baik itu pada masa penyiapan lahan ataupun masa tanam.
ASISTENSI/PERTEMUAN VI
III.3 ANALISA KEBUTUHAN AIR MAKSIMUM DENGAN LUAS LAHAN RENCANA
IRIGASI
Analisa kebutuhan air dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan air pada
lahan/sawah yang akan diairi. Kebutuhan air ini dibagi menjadi 2 yaitu kebutuhan air pada
masa penyiapan lahan (IR) dan kebutuhan air pada masa tanam (NFR).
IR = M ek/ (ek 1)
Di mana:
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P, mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari
P = Perkolasi (mm/hari)
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm yakni 200 + 50
= 250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas.
III.3.2 Analisa Kebutuhan Air Masa Tanan (NFR)
Besamya kebutuhan air pada saat masa tanam adalah jumlah daripada
evapotranspirasi dengan perkolasi dan lapisan penggantian air dikurangi dengan radiasi.
Rumus yang digunakan adalah:
NFR = ETc+P+S-Rheff
Di mana:
NFR : Kebutuhan air pada saat masa tanam (mm/hr)
ETo : Evapotranspirasi Tanaman (mm/hari)
P : Perkolasi (mm)
S : Lapisan Pengganti Air (mm)
Rheff : Curah Hujan Efektif (mm/hr)
ASISTENSI/PERTEMUAN VII
III.4 Analisa Debit Kebutuhan Air Maksimum
Debit kebutuhan ar maksimum direncanakan untuk mengontrol terhadap debit andalan
yang dimanfaatkan dari sungai atau sumber untuk mengairi ke sawah/lahan. Tujuan untuk
mengantisipasi kekurangan air terhadap rencana lahan yang akan diairi.
Besamya debit kebutuhan air maksimum pada masa tanam adalah banyaknya
kebutuhan air bersih di sawah dibagi dengan efisiensi irigasi. Rumus yang digunakan adalah:
DR = NFR
Eff. 8,64
Di mana:
DR : Kebutuhan air di pintu pengambilan (l/dt.ha)
NFR : Kebutuhan air pada masa tanam (mm/hari)
Eff : Efisiensi irigasi (%)
1/8,64 : Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt.ha
Besamya debit kebutuhan air maksimum pada masa penyiapan lahan adalah
banyaknya kebutuhan air pada masa penyiapan lahan di sawah dibagi dengan efisiensi irigasi.
Rumus yang digunakan adalah:
DR = IR-Rheff
Eff. 8,64
Di mana:
DR : Kebutuhan air di pintu pengambilan (l/dt.ha)
IR : Kebutuhan air masa penyiapan lahan (mm/hari)
Rheff : Curah hujan efektif (mm/hari)
Eff : Efisiensi irigasi (%)
1/8,64 : Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt.ha
ASISTENSI/PERTEMUAN VIII
III.5 Analisa Debit di Intake, Primer, Sekunder, dan Tersier
III.5.1 Analisa Debit di Intake (Qintake)
Besamya kebutuhan air di intake adalah banyaknya kebutuhan air pada masa
penyiapan lahan atau masa tanam di sawah dibagi dengan efisiensi irigasi Rumus yang
digunakan adalah:
Qintake= (NFR atau IR) x A
Eff. 8,64
Di mana:
Qintake : Kebutuhan air di pintu pengambilan (l/dt.ha)
NFR atau IR : Kebutuhan air masa penyiapan lahan atau masa tanam (mm/hari)
Eff : Efisiensi irigasi di Intake (%)
1/8,64 : Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt.ha
A : Luas Total Areal Irigasi (ha)
Di mana:
Qsekunder : Kebutuhan air di saluran sekunder (l/dt.ha)
NFR atau IR : Kebutuhan air masa penyiapan lahan atau masa tanam (mm/hari)
Eff : Efisiensi irigasi di saluran sekunder (%)
1/8,64 : Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt.ha
A : Luas Areal Irigasi Sekunder (ha)
III.5.4 Analisa Debit di Saluran Tersier (Qtersier)
Besamya kebutuhan air di saluran tersier adalah banyaknya kebutuhan air pada masa
penyiapan lahan atau masa tanam di sawah dibagi dengan efisiensi irigasi. Rumus yang
digunakan adalah:
ASISTENSI/PERTEMUAN IX
BAB IV RENCANA DIMENSI BANGUNAN IRIGASI
IV.1 Dimensi Bangunan Intake
Intake adalah bangunan pengambilan air yang berfungsi mengalirkan air ke
bangunan bagi atau sadap melalui saluran irigasi/pembawa sampai mengairi ke lahan/sawah.
IV.2 Dimensi Saluran Primer
Saluran primer berfungsi mengalirkan air dari bangunan bagi atau sadap melalui
saluran primer sampai mengairi lahan sawah di petak primer.
IV.3 Dimensi Saluran Sekunder
Saluran sekunder berfungsi mengalirkan dari bangunan bagi atau sadap melalui
sekunder sampai mengairi lahan sawah di petak primer.
IV.4 Dimensi Saluran Tersier
Saluran tersier berfungsi mengalirkan air dari bangunan bagi atau sadap melalui
saluran tersier sampai mengairi lahan sawah di petak tersier/kuarter.
ASISTENSI/PERTEMUAN X
BAB V ANALISA SALURAN PEMBUANG
V.1 Analisa Modulus Drainase
Jumlah kelebihan air yang harus dikeringkan per petak disebut modulus
pembuang atau koefisien pembuang ini bergantung pada :
1) Curah hujan selama periode tertentu.
2) Pemberian air irigasi pada waktu itu.
3) Kebutuhan air tanaman.
4) Perkolasi tanah.
5) Tampungan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang bersangkutan.
6) Luasnya daerah.
7) Sumber sumber kelebihan air yang lain.
Pembuang permukaan untuk petak dinyatakan sebagai:
D(n) = R(n)T + n (I ET P) - S
Di mana :
n = jumlah hari berturut turut
D(n) = limpasan pembuang permukaan selama n hari, mm
R(n)T= curah bujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun, mm
I = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
S = tampungan tambahan, mm.
V.2 Analisa Debit Banjir Rencana Eksternal
Debit pembuang rencana dari sawah dihitung sebagai berikut :
Qd = 1,62 Dm A0,92
Di mana:
Qd = debit pembuang rencana, l/dt
Dm = modulus pembuang, l/dt.ha
A = luar daerah yang dibuang airnya, ha
V.3 Analisa Dimensi Rencana Saluran Pembuang
Saluran pembuang berfungsi mengalirkan air yang berelebih akibat curah hujan
yang tinggi/maksimum dari petak-petak sawah/lahan irigasi.
ASISTENSI/PERTEMUAN XI
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
Gambar:
1. Dimensi Bangunan Intake
2. Dimensi Saluran Primer
3. Dimensi Saluran Sekunder
4. Dimensi Saluran Tersier
5. Dimensi Saluran Pembuang
6. Skema Jaringan Irigasi
ASISTENSI/PERTEMUAN XII