Anda di halaman 1dari 101

1

B
AB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penelitian ini berlatar belakang banyak peserta didik kelas XI ips 2 dalam
menghitung indeks harga sering terjadi kesalahan dalam mengalikan dan
menjumlahkan, pada saat menghitung indeks harga dengan menggunakan metode
Laspeyers dan Paasche .
Hal ini diketahui setelah diadakan ulangan harian materi indeks harga yang
mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) lebih dari 50%
dari 30 siswa jauh dari harapan yang diinginkan. Hasil analisis peneliti di lapangan
disimpulkan antara lain karena guru belum menggunakan variasi pembelajaran,
belum mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar dan belum mengoptimalkan
penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Untuk itu guru (peneliti) hendaknya pandai dalam memilih metode, tehnik
maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan keaktifan peserta didik diperlukan
model pembelajaran yang diharapkan tidak hanya berorientasi aspek fisik,
melainkan juga aspek mental. Peserta didik didorong untuk bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat grafik, dan
mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru, merupakan sejumlah aktivitas peserta
didik yang aktif secara mental maupun fisik.
Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang
paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang
tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengansiswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul
dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Model pembelajaran yang diupayakan adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif menuntut keaktifan peserta didik dalam kelompok
dan memungkinkan peserta didik untuk saling membantu dalam memahami konsep,
memeriksa, dan memperbaiki jawaban teman sehingga antara anggota kelompok
2

dapat mencapai hasil belajar yang lebih optimal (Erman, 2004:141). Model
pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif
yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil,
seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen
dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara
mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang
Peningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pelajaran Ekonomi
materi Indeks Harga dengan Metode Kooperatif Jig Saw pada Kelas XI IPS 2
Semester 2 SMA N 2 Brebes Tahun Pelajaran 2014/2015
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Jig Saw dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pokok bahasan
indeks harga?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran dengan metode kooperatif Jig Saw
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan indeks
harga ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas peserta didik pada pokok bahasan indeks
harga dengan model pembelajaran kooperatif Jig Saw pada peserta didik kelas
XI IPS 2 semester 2 SMA Negeri 2 Brebes Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran
kooperatif Jig Saw pada pokok bahasan indeks harga pada kelas XI IPS 2
SMA Negeri 2 Brebes Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru, hasil penelitian ini :
a. Meningkatkan guru dalam memilih metode pelajaran yang bermacam-macam sesuai
dengan pokok bahasan yang akan dibahas.
3

b. Mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif, dan inovatif yang tidak


membosankan bagi peserta didik.
2. Bagi peserta didik:
a. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mengemukakan ide yang
yang mereka punya pada kelompok Jig Saw.
b. Meningkatkan ketrampilan dalan menghitung dalam kelompoknya
c. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik
termotivasi dan antusias dalam pembelajaran.
3. Bagi peneliti:
a. Memperluas khasanah dalam keilmuan dalam pelajaran ekonomi dalam pokok
bahasan indeks harga .
b. Sebagai acuan pembelajaran yang aktif, inovatif,kretif,efektif dan
meyenangkan (PAIKEM)
c. Sebagai acuan pembelajaran dalam penggunaan metode jig saw
4. Bagi Sekolah:
a. Hasil penelitian dapat dipakai acuan dalam upaya pengadaan inovasi
pembelajaran bagi guru lain dalam menentukan metode pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas hasil belajar terutama dalam pelajaran ekonomi.

BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teoritis

1. Pengertian Aktivitas dan Hasil Belajar.

Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya kegiatan atau

keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi

baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas

adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.
4

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya keinginan siswa untuk belajar. (Rosalia, 2005:2).

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses

belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan

tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa

lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

a. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan

siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas

menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan

kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan

mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan

keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang

dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan

belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa,

sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi

belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam

Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah Suatu sistem belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna
5

memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan

psikomotor.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu


indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan
memiliki aktivitas apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya (Rosalia,
2005:4).
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi
yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini
akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing
masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas
yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas
belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa
hal-hal berikut ini:
1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud
adanya motivasi internal untuk belajar sejati.

2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang


dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis


di kalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh


kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya
verbalisme.
6

6. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga

sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di

sekitarnya.

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana

(2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok,

yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat

gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan

mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta

atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan

interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita,

menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat

outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar,

membuat grafik, diagram, peta dan pola.


7

6. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan,

memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan

mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat

hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat,

membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.

Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa

aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan

tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-sekolah akan lebih dinamis,

tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

maksimal.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Jessica (2009:1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas

belajar, yaitu:

1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada

faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang

mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu

: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2, Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).


Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar

siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan


8

pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan

sikap.
Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas,dikarenakan tanpa adanya

aktivitas proses belajar belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada

proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik,

baik jasmani maupun rokhani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah

dengan cepat, tepat,mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif

efektif maupun psikomotor( nanang Hanafiah, 2010:23).


Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam

proses belajar kedua aktivitas itu harus salaing berkaitan.Lebioh lanjut Piaget

menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa

berbuat sesuatu,berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100). Nanang

Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar

dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik,berupa hal-

hal berikut:
1. Pesrta didik memiliki kesadaran ( awareness) untuk belajar sebagai wujud

adanya motivasi internal untuk belajar sejati.


2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang

dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang intergral.


3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis dikalangan peserta didik.


5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh

kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan

terjadinya verbalisme.
6. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik

sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di

masyarakat sekitarnya.
9

2. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar.


a. Pengertian Belajar
Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era

sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebihlebih

setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu,

rasanya masingmasing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak

manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena

itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah

ada sejak adanya manusia. Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar?

Jawabannya adalah karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan

ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar.

Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam

dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi

sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di

sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan ritualritual belajar.

Apa sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan.

Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan

kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang

meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.

Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah

pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih

tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak

pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara

orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit


10

belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang

yang tidak belajar.

Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai

ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu satunya sumber

informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para

pembelajar.Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan

belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang

relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahliahli

psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu.

Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996:2 14), ada 4

pandangan mengenai belajar, yaitu:

1. Pandangan Psikologi Behavioristik.

Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol

instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang

bergantung kepada faktorfactor kondisional yang diberikan oleh

lingkungan. Tokohtokoh psikologi behavioristik mengenai belajar

ini antara lain : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.Teori kondisioning ini

lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan

eksperimentasi, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku

dan atau diri sendiri seseorang dapat dilakukan melalui latihan mereaksi

atas stimulus stimulus yang dialami.

Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba coba

(trial and error). Mencoba coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak
11

tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba

coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat berkaitan

dengan persoalan yang dihadapinya.

2. Pandangan Psikologi Kognitif.

Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk

mengerti tentangsesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut,

dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa

mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah,

mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon

respon lainnya guna mencapai tujuan.

3. Pandangan Psikologi Humanistik.

Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan

psikologi behavioristik. Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar

dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar besarnya

kepada individu.Salah seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers,

seorang ahli psikoterapi. Ia mempunyai pandangan bahwa siswa yang

belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa

juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil

keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan

keputusan yang ia ambil atau pilih.


12

4. Pandangan Psikologi Gestalt

Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer.

Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas

hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide

atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa mengenai

sesuatu yang harus dipelajari.

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya pengalaman.Belajar selalu melibatkan

perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi

antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja.

Perubahan yang sematamata karena kematangan seperti anak kecil mulai

tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya

perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan belajar

adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung

pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil

tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan. Howard L

Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998:104) menyatakan bahwa

belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau

diubah melalui praktek atau latihan-latihan. Dengan demikian belajar memang

erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya

perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam

tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang

tersebut.
13

Sementara itu, Slamento (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa belajar

adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi

sebagai akibat dari latihan dengan penguatan yang tidak termasuk perubahan-

perubahan karena kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada susunan syaraf

atau dengan kata lain mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi

perubahan dalam diri seseorang yang belajar.

Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti

kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya.

Perbedaan kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu untuk

menguasai materi pembelajaran. Sementara itu Ischak dan Warji R seperti

dikutp oleh Supriadin (2002: 14) mengemukakan bahwa apabila waktu

yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor ketahuan, kesempatan

belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami pelajaran maka setiap

siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan.

Dari teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk

kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan

latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah,

mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuanpengetahuan

melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu


14

yang akan datang. Belajar berlangsung terusmenerus dan tidak boleh

dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan

bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

b. Pengertian Hasil Belajar.

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu

hasil dan belajar yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu

untuk memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan

dibahas dulu pengertian hasil dan belajar.Menurut Djamarah (2000:

45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan

pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk

menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan

yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguhsungguh, kemauan yang

tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.

Sementara itu, Arikunto ( 1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar

adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak

dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur. Nasution ( 1995 : 25)

mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu.

Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga

meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan diri pada

individu tersebut. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar

mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai

berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi siswa.


15

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama

diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek

lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan yang lainya.

4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengerndalikan

dirinya terutaman adalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai

dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya

Hasil belajar adalam kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan

memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu.

Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar,

bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk

kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri

seseorang yang belajar.

Menurut Purwanto (1990:3), evaluasi dalam pendidikan adalah

penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa

menuju kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam kurikulum.

Hasil penillaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil

penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai

dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.


16

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar adalah

sebagaia berikut:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

2. Maksudnya adalah bahwa individu yang menyadari dan merasakan telah

terjadiperubahan yang terjadi pada dirinya.

3. Perubahan yang terjadi relative lama. Perubahan yang terjadi akibat

belajar atau hasil belajar yang bersifat menetap atau permanen,

maksudnya adalah bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan

bersifat menetap.

4. Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku.

5. Perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar adalah meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan,

keterampilan dan pengetahuan.

c. Indikator Hasil Belajar Siswa

Yang mewnjadi indikator utama hasil belajar siswea adalah sebagai

berikut:

1. Ketercapaian daya serap terhadap pembelajaran yang diajarkan, baik

secara individu maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya

serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM).
17

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai

peserta didik secara imdividual maupun kelompok.

Namun demikian Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam

buku Strategi BelajarnMengajar 2002:120) indkcator yang banyak

dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan adalah daya serap.

d. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum hasil

belajar dipengaruhi 3 hal atau factor-faktor, antara lain:

1. Aspek Fisiologis.

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih dotekankan

pada faktor dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang

mempengaruhi kegiatan tersebut antara lain: motivasi, perhatian,

pengamatan, tanggapan dan lain-lain.

2. Aspek Psikologis

Aspek psikologis meliputi :intelegensi, sikap, bakat, motivasi dan

kepribadian. Faktor psikologis ini juga merupakan factor kuat dari

hasil belajar, intelegensi memang bias dikembangkan, tapi

sikap,minat,motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh faktor

psikologis diri sendiri.


18

Adapun faktor yang berasal dari luar diri sendiri meliputi :

lingkungan social ( teman, guru, keluarga, masyarakat), dan

lingkungan non social ( kondisi rumah, sekolah)

e. Penilaian Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal120-121)

mengungkapkan bahwa untukmengukur dan mengevaluasi hasil belajar

peserta didik tersebut dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan

tujuan dan ruang lingkunganya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke

dalam jenis penilaian, sebagai berikut:

1. Tes Formatif, penilain dapat mengukur suatu atau

beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan memproleh gambaran

tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut.

Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar

dalam waktu tertentu.

2. Tes Sub Sumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu

yang telahh diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran daya serap peserta didik untukmeningkatkan

tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan

untuk memperbaiki peruses belajar mengajar dan diperhitumgkan

dalam menentukan nilai rapor.

3. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap peserta

didik terhadap pokok bahasan yang telah diajarkan selam satu

semester . satu adatu dua bahan pelajaran. hasil tes sumatif ini
19

dimanfaatkan kenaikan kelas, menentukan peringkat, atau sebagai

ukuran sekolah

3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir

dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki

yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw

ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa

melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa

lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model

belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa

pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas

empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama

salaing ketergantungan positif dan bIrtanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak

kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi

yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota

kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan

bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya

( Rusman, 2008.203).

4. Pengertian Indeks Harga


20

1. Pengertian indeks harga adalah rasio yang pada umumnya dinyatakan dalam

sebuah persentase yang mengukur satu variabel pada suatu waktu tertentu

atau lokasi relatif terhadap besarnya variabel yang sama pada waktu atau

lokasi lainnya. Indeks harga dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang

menunjukkan mengenai berbagai perubahan yang terjadi pada harga dari

waktu ke waktu. Indeks harga konsumen (IHK)Indeks harga konsumen

adalah angka perbandingan perubahan harga barang dan jasa yang dihitung

serta dianggap mewakili belanja konsumen, kelompok barang yang dihitung

dapat berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual pada

masyarakat.

2. Indeks harga produsen (IHP) merupakan perbandingan perubahan barang dan

juga jasa yang dibeli oleh para produsen pada kurun waktu tertentu, yang

dibeli oleh produsen antara lain bahan-bahan mentah dan bahan-bahan

setengah jadi. Perbedaannya antara IHP dan IHK adalah kalau IHP mengukur

tingkat harga pada saat awal sistem distribusi, IHK mengukur harga secara

langsung yang dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran yang

ditentukan. Indeks harga produsen dapat disebut dengan indeks harga grosir.

3. Indeks harga yang dibayar dan diterima petani. Indeks harga berbagai jenis

barang yang harus dibayar oleh petani baik itu untuk biaya hidup ataupun

biaya proses produksi, apabila dalam menghitung indeks tersebut

dimasukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak, dan upah pekerja yang harus

dibayar oleh petani, indeks yang diperoleh dapat disebut indeks paritas.

Rasio perbandingan antara indeks harga yang dibayar petani dengan indeks

paritas dalam kurun waktu tertentu disebut rasio paritas.


21

a. Ciri-Ciri Indeks Harga

Berikut ciri-ciri indeks harga:


1. Indeks harga digunakan sebagai standarperbandingan harga dari

waktu ke waktu.
2. Penetapan indeks harga didasarkan pada oleh yang relevan.
3. Indeks harga ditetapkan oleh sampel, bukan dari populasi.
4. Indeks harga dihitung dengan berdasarkan waktu yang memiliki

kondisi ekonomi yang stabil.


5. Perhitungan indeks harga dengan cara menggunakan metode yang

sesuai dan tepat.


6. Perhitungan indeks harga dapat dilakukan dengan melalui cara

membagi harga tahun akan dihitung indeksnya dengan harga tahun

dasar lalu dikali 100.


b. Peranan Indeks Harga dalam Ekonomi

1. Indeks harga adalah suatu petunjuk atau sebuah barometer dari

kondisi ekonomi umum. Hal ini mengandung suatu maksud

sebagai berikut :

a. Indeks harga grosir menggambarkan dengan tepat tentang tren

perdagangan.

b. Indeks harga diterima oleh petani guna menggambarkan tingkat

kemakmuran di bidang agraria.

c. Indeks harga umum adalah pedoman untuk berbagai kebijakan

dan administrasi perusahaan.

d. Indeks harga dapat dipakai untuk deflator, pengaruh perubahan

harga dapat dihilangkan melalui cara membagi nilai tertentu

dengan indeks harga yang lebih sesuai. Proses tersebut dinamakan

deflasi dan pembaginya dinamakan deflator.


22

e. Indeks harga dapat dipergunakan untuk pedoman bagi pembelian

berbagai jenis barang. Maksudnya adalah harga barang yang dibeli

dapat untuk dibandingkan dengan indeks harga eceran atau grosir

supaya dapat diukur efisiensi dalam pembelian suatu barang yang

bersangkutan.

f. Indeks harga barang-barang konsumsi ialah pedoman dalam

mengatur gaji buruh atau untuk menyesuaikan kenaikan gaji buruh

pada saat inflasi.

c. Penyusunan Indeks Harga

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guna

penyusunan angka indeks, yang nantinya bisa digunakan sebagai

data yang tepat dan dipertanggungjawabkan. Berikut hal-hal yang

harus diperhatikan:

1. Perumusan Tujuan Penyusunan Angka Indeks

Penyusunan angka indeks bertujuan guna mengukur segala

perubahan atau untuk membandingkan perubahan antara variabel

ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks harus dirumuskan

mengenai apa yang akan diukur, bagaimana cara mengukurnya, serta

untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.

2. Sumber dan Syarat Perbandingan Data

Dalam menyusun indeks harga selama kurun waktu atau periode

tertentu membutuhkan suatu data, baik data jumlah produksi ataupun

harga barang yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Maka harus

ditentukan jenis-jenis barang yang dimasukkan ke dalam


23

penghitungan angka indeks. Terdapat sebuah kesulitan, kesulitan yang

utama adalah memilih komponen yang termasuk kumpulan variabel

yang akan diperhitungkan. Contohnya indeks bahan makanan, pilihlah

berbagai jenis bahan makanan yang sering digunakan masyarakat

umum, namun pemilihan jenis barang tersebut haruslah representatif

atau dapat mewakili. Cara ini dapat dinamakan judgment sampling.

3. Pemilihan Periode Dasar

Periode dasar atau dapat disebut sebagai tahun dasar (base year)

merupakan suatu periode atau tahun yang memiliki angka indeks

100, sedangkan untuk tahun berikutnya sebagai tahun tertentu atau

given year.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk memilih tahun dasar:

1. Pemilihan periode tahun dasar dapat dilakukan pada saat ekonomian

relative stabil.

2. Periode dasar memiliki jangla waktu yang tidak terlalu pendek

atau terlalu panjang, jarang sekali tahun dasar yang menggunakan

hingga jangka waktu sampai seminggu lebih lama dari 5 tahun.

3. Pemilihan tahun dasar dapat berdasarkan suatu kejadian penting.

4. Pemilihan Timbangan (Weight)

Membandingkan suatu barang, selain memperhatikan faktor harga

alangkah baiknya juga memperhatikan faktor kuantitas sebagai timbangan

atau weight dan angka-angka penimbang. Pada jenis barang yang dianggap
24

penting, faktor penimbangnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan

barang yang kurang penting.

d. Metode Perhitungan Indeks Harga


Perhitungan angka indeks dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode. Oleh sebab itu, perlu dilakukan adanya pilihan

yang tepat yang tujuan agar angka indeks yang ditetapkan dapat

tercapai.

Pada dasarnya terdapat 2 metode perhitungan angka indeks, antara

lain:
1. Angka indeks sederhana ( simple aggregative method ) dibagi

dalam bentuk berupa agregatif sederhana dan rata-rata harga relatif.


2. Angka indeks yang ditimbang, dibagi dalam bentuk agregatif

yang sederhana dan rata-rata harga relatif tertimbang.

Agar lebih jelas lagi, perhatikan pembahasan dibawah ini.

a. Indeks Harga Tidak Tertimbang dengan Metode Agregatif


sederhana.

Angka indeks yang dimaksud dalam penghitungan indeks harga

tidak tertimbang yang meliputi indeks harga, kuantitas, dan nilai.

Marilah kita simak pembahasannya masing-masing.

1. Angka indeks harga (price = P)

Pn
IA= Pn X 100

Keterangan:

IA= Indeks harga yang tidak tertimbang

Pn = Harga yang dihitung angka indeksnya

Po = Harga Pada tahun dasar

2. Angka indeks kuantitas (quantity = Q)


25

Qn
IA= Qn x 100

Keterangan:
IA = indeks kuantitas tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang mau dihitung angka indeks
Qo = kuantitas pada tahun dasar Keterangan:
IA = indeks kuantitas tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang mau dihitung angka indeks
Qo = kuantitas pada tahun dasar

3. Angka indeks nilai (value = V)

Pn. Qn V n
IA = x 100 atau IA = x 100
Po . Qo Vo

Keterangan:

IA = Angka Indeks nilai

Vn = Nilai yang dihitung angka indeksnya

Vo = Nilai pada tahun dasar

Perhitungan angka indeks dengan menggunakan metode agregatif

sederhana memiliki kebaikan karena memiliki sifat yang sederhana,

sehingga mudah dalam cara menghitungnya. Namun, metodi ini

juga memiliki kelemahan yaitu apabila terjadi adanya perubahan

kuantitas satuan barang, maka yang terjadi angka indeksnya juga akan ikut

berubah.

b. Angka Indeks Tertimbang

Perhitungan angka indeks tertimbang dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode.

Metode agregatif sederhana:

Angka indeks tertimbang dengan menggunakan cara metode agregatif


sederhana dihitung dengan rumus seperti berikut.
26

Pn .
P
.W )
(o
IA
(. W ) x 100

Keterangan:
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn = nilai yang dihitung angkanya
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang.

1. Metode Laspeyres

Angka indeks Laspeyres merupakan angka indeks yang ditimbang dengan


memperhatikan faktor-faktor penimbangnya kuantitas tahun dasar (Qo).
(Pn .Qo)
IL = (Po .Qo) x 100%

Keterangan:
IL = Angka indeks Laspeyers
Pn = Harga tahun dasar yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga tahun dasar
Qo = Kuantitas tahun dasar

2. Metode Paasche

Angka indeks Paasche merupakan angka indeks yang tertimbang


dengan memperhatikan faktor penimbang kuantitas tahun yang dihitung angka
indeksnya (Qn).
(Pn .Qn)
IP = x 100%
(Po .Qn)
Keterangan
IP = Angja Indeks Paasche
Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga tahun dasar
Qn = Kuantitas yang dihitung angka indeksnya
27

b. Kerangka Berpikir
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

sengaja oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik

berubah ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, pembelajaran bertujuan

membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman sehingga

bisa mempengaruhi tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik, baik

secara kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi

pengetahuan, keterampilan dan nilai/norma yang berfungsi sebagai

pengendali sikap dan perilaku peserta didik (Darsono, 2006:24-26).

Karakteristik pembelajaran yang efektif adalah memudahkan peserta didik

belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti : fakta, keterampilan, nilai, konsep

dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil yang diinginkan

(Sujana, 2007:12).
Menurut Slameto (2010:7), pengetahuan konkrit lebih mudah diterima

peserta didik dari pada pengetahuan yang bersifat abstrak. Dalam kondisi

pembelajaran yang kondusif yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam

mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih menggunakan objek konkrit

disertai dengan diskusi diharapkan peserta didik dapat bangkit sendiri untuk :

berfikir, menganalisis data, menjelaskan ide, bertanya, berdiskusi dan untuk

menulis apa yang dipikirkan sehingga memberi kesempatan peserta didik

untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Para peserta didik dibagi dalam kelompok-

kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah

ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif
28

dalam proses berfikir dan dalam kegiatan belajar, dalam hal ini mempelajari

materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Skema kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

KONDISI Peneliti belum Peserta didik


AWAL menggunakan model mengerjakan soal
pembelajaran (mencari indeks harga)
kooperatif jig saw dan hasil belajar
Indeks harga

TINDAKAN Siklus 1
Menggunakan
(ACTION) mengunakan
model
model
pembelajaran
pembelajaran
Kooperatif jig saw

Diduga menggunakan
KONDISI Siklus 2
model pembelajaran
AKHIR mengguna-kan
Kooperatif jig saw dapat model pembe-
meningkatkan keaktifan lajaran
dan hasil belajar siswa Kooperati jig

Gambar.2.1. Skema kerangka berpikir

7. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Penerapan model pembelajaran kooperatif Jig Saw dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 2 Semester 1 SMA Negeri 2 Brebes

Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pokok bahasan Indeks Harga.


29

BAB III

METODE PENELITIAN
a. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA

Negeri 2 Brebes Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilakukan mulai bulan

Januari 2014 sampai Maret 2014 tahun pelajaran 2014 / 2015. Penelitian

tersebut dilaksanakan di SMA Negeri 2 Brebes, karena peneliti adalah tenaga

pengajar di sekolah tersebut mengampu mata pelajaran ekonomi.


b. Subjek Penelitian
30

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2

Brebes tahun pelajaran 2014 /2015. Jumlah peserta didik kelas XI IPS 2

sebanyak 30 peserta didik yang terdiri dari peserta didik laki-laki berjumlah

12 dan perempuan berjumlah 18 peserta didik , dengan kemampuan rata-rata

(sedang).

c. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS 2 SMA

Negeri 2 Brebes. Data yang digali berupa angka dan skor hasil penelitian.
a. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang tepat, menggunakan

suatu alat pengumpul data sebagai berikut :

1. Kuesioner atau Angket.

Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Sugiono

(2011 : 15-16) mengemukakan bahwa angket adalah daftar pertanyaan yang

harus dijawab dan atau daftar isian yang harus diisi kepada sejumlah subjek

dan berdasarkan atas jawaban atau isian ini penyelidik mengambil kterhadap

penggunaan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran

ekonomi pada pokok bahasan indeks harga.

2. Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas peserta didik pada saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun alat/instrumen pengambil data

yang digunakan untuk observasi kegiatan penelitian ini adalah Lembar

Observasi Aktivitas Peserta Didik yang pengambilan datanya dilakukan oleh

kolaborator.
31

3. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada pokok

bahasan indeks harga setelah proses pembelajaran ekonomi dilaksanakan pada

kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Brebes tahun pelajaran 2014/2015. Pada setiap

siklus guru memberikan tes untuk menunjukkan kemampuan peserta didik

dalam penguasaan materi pada pokok bahasan Indeks harga. Tes dilaksanakan

dengan menggunakan tes tertulis.

b. Validasi Data

Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid.

1. Data aktivitas belajar pokok bahasan indeks harga yang diperoleh melalui

pengamatan supaya diperoleh data yang valid divalidasi dengan bantuan

kolaborasi dengan teman sejawat (triangulasi sumber antara peneliti, teman

sejawat selaku kolaborator dan peserta didik).

2. Data hasil belajar pokok bahasan indeks harga supaya valid perlu dibuat

kisi-kisi sebelum soal disusun. Validasi dilakukan terhadap instrumen

penilaian tes tertulis berupa penyusunan kisi-kisi sehingga terpenuhi

validitas teoretik, khususnya content validity.

c. Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif yaitu :

1. Data Kualitatif

Data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi tentang respon

peserta didik yang merupakan gambaran mengenai keaktifan peserta didik

dalam KBM terhadap penggunaan model pembelajaran Kooperatif dalam


32

pembelajaran pada pokok bahasan indeks harga dilakukan analisis deskriptif

dan diolah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna sebagai dasar dalam

mendeskripsikan keberhasilan pembelajaran. Adapun yang merupakan data

kualitatif adalah :

a. Keaktifan belajar peserta didik

Data keaktifan belajar peserta didik yang diperoleh dianalisis

menggunakan rumus persentase yaitu :

Skor yang diperoleh


Persentase A% = Skor total x 100%

Kategori skor :

85 < A <100% : sangat aktif

70 < A < 85% : aktif

55 < A < 70% : sedang

40 < A < 55 % : kurang

0 < A < 40 % : sangat kurang

Keterangan : A= keaktifan belajar peserta didik

b. Kinerja Guru
Data kinerja guru yang diperoleh dianalisis menggunakan rumus

persentase dan dianalisis secara deskriptif. Rumus persentase kinerja

guru yaitu :
Skor yamg diperoleh
Presentase A= Skor total x 100%

Kategori skor :
33

85 < A <100% : sangat baik

70 < A < 85% : kategori baik

55 < A < 70% : kategori cukup

40 < A < 55 % : kategori kurang

1 < A < 40 % : kategori sangat kurang


2. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik kemudian dihitung

prosentase ketuntasannya yaitu jumlah peserta didik yang memperoleh

nilai 80 ke atas dibagi dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas

dikalikan dengan 100%.

Prosentase ketuntasan dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

St
Pk = S x 100%

Keterangan :

Pk = Persentase ketuntasan

St = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar

S = Jumlah peserta didik dalam satu kelas

d. Indikator Kinerja

Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila pembelajaran dengan model

pembelajaran Kooperatif JigSaw dapat meningkatkan jumlah peserta didik

yang menguasai dan memahami lebih baik terhadap materi indeks harga.

Pemahaman dan penguasaan konsep indeks harga ditunjukkan dengan

meningkatnya hasil belajar peserta didik. Target peningkatan yang hendak


34

dicapai sekurang-kurangnya 20 % dari kondisi awal (sebelum pelaksanaan

tindakan).

Keberhasilan lain yang ingin dicapai adalah pada akhir penelitian

adalah jumlah peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Brebes yang

menguasai dalam menghitung indeks harga meningkat secara nyata,

sebagaimana ditunjukkan oleh dua indikator utama yaitu :

1. Rata rata aktivitas peserta didik lebih dari 75 %


2. Rata rata ketuntasan belajar peserta didik lebih dari 85 %
e. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi tahapan

perencanaan , pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahapan siklus

diartikan sebagai perputaran tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus. Pada siklus I

diberikan materi indeks harga dengan metode Laspeyers . Pada siklus II

pemberian materi indeks harga dengan metode Paache.

Secara umum alur penelitian tindakan kelas ditunjukkan pada gambar

berikut : Secara umum alur penelitian tindakan kelas ditunjukkan pada

gambar berikut :
Penerapan Observasi I
tindakan I
Perencanaan 1

Penerapan Perencanaan II
Refleksi I
Tindakan II

Refleksi II Simpulan
Observasi II
dan saran
35

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

2. Rencana Tindakan
c. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan dalam Classroom Action Research (CAR) meliputi :

1)Identifikasi masalah, 2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ,3)

menyiapkan tes akhir (evaluasi), 4) membuat lembar observasi untuk melihat

kondisi belajar mengajar ketika Siklus I dilaksanakan, 5) membuat lembar

angket (daftar pertanyaan) untuk mengetahui tanggapan peserta didik

terhadap pembelajaran, dan 6) membuat soal siklus 1. Intervensi yang

digunakan dalam CAR adalah selama 1 minggu , yaitu minggu ke dua bulan

Januari 2014. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran Kooperatif dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

2) Pelaksanaan (Akting)

Melaksanakan rencana pembelajaran dengan materi indeks harga

dengan metode Laspeyers dan Paashe.

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Guru menyampaikan salam pembuka dan menanyakan presensi peserta

didik , kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

peserta didik akan pentingnya materi yang akan disampaikan.


2) Guru menjelaskan langkah-langkah tentang cara mengalikan dan

menjumlahkan dalam menghitung indeks harga


3) Guru melakukan demonstrasi cara menghitung indeks harga dengan

metode Laspeyers dan Paashe.


36

4) Guru memberi soal tentang mencari indeks harga.


5) Guru menjelaskan cara mengalikan tahun dasar (Po) dan tahun tertentu

(Pn) dengan jumlah tahun sebelum (Qo) dan jumlah tahun sesudah

(Qn) ,sesuai dengan metode penghitungan indeks harga


6) Guru menyampaikan akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif

dengan JigSaw. Kemudian guru membagi peserta didik menjadi 6

kelompok, yaitu setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik.


7) Tiap orang dalam team diberi materi berbeda.
8) Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
9) Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub

bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka.


10) Setelah selesai diskusi sebagai team ahli tiap anggota kembali kedalam

kelompok asli dan bergantian mengajarkan satu team mereka tentang

sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan

dengan seksama.
11) Tiap tem ahli mempresentasikan hasil diskusi
12) Guru memberi evaluasi
13) Penutup
3) Pengamatan (observing)

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data. Data yang

dikumpulkan meliputi : 1) data kemajuan hasil belajar pada subpokok

bahasan indeks harga. Hal ini dipantau dengan ulangan harian. 2) data

tentang proses pembelajaran di kelas yang akan dipantau dengan :

a) classroom observation,b) wawancara dengan peserta didik .

4) Refleksi (Reflecting)

Data yang diperoleh dari observasi dan dari tes hasil belajar peserta

didik akan dianalisis. Kegiatan reflecting ini antara lain :

a) Mengetahui ketuntasan belajar , dilakukan dengan cara menganalisis

data kuantitatif yang berupa nilai ulangan harian peserta didik secara
37

deskriptif, yaitu dicari ratarata nilai kelas. Jika 85 % peserta didk telah

mencapai nilai 80 berarti peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2

Brebes telah mencapai tuntas belajar.


b) Data kualitatif berupa berupa aktivitas peserta didik dalam proses

belajar- mengajar di kelas direkam ditranskripsi dan digolongkan.

Menganalisis data kualitatif lainnya berupa wawancara terhadap peserta

didik .
c) Mencari kelemahan dalam pekerjaan siklus I sebagai dasar penyusunan

rencana siklus II.


a. Siklus II
1) Perencanaan (planning)

Siklus II merupakan penyempurnaan siklus I. Bahan kajian yang

diajarkan sub pokok bahasan indeks haarga dengan metode Laspeyers.

Intervensi sub pokok bahasan indeks harga dilakukan selama 1 minggu

yaitu minggu ke tiga bulan februari 2014. Strategi pembelajaran yang

digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan

menggunakan metode diskusi kelompok. Kegiatan yang dilakukan

meliputi : 1) Identifikasi masalah , 2) menyusun rencana pembelajaran

, 3) menyiapkan Lembar Kerja Siswa, 4) menyiapkan tes akhir

(evaluasi) , 5) membuat lembar observasi untuk melihat kondisi

belajar mengajar ketika Siklus II dilaksanakan ,dan 6) membuat

lembar angket (daftar pertanyaan) untuk mengetahui tanggapan peserta

didik terhadap pembelajaran.

2) Tindakan (Akting)

Melaksanakan rencana pembelajaran . Melakukan perbaikan siklus

I, yaitu berupa : 1) pemilihan ulang anggota kelompok berdasarkan

kemampuan akademik peserta didik, 2) meningkatkan dan


38

mengoptimalkan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, dan 3)

membuat LKS indeks harga dengan metode paashe.

3) Pengamatan (Observing)

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data, berupa:

1) data tentang kemajuan hasil belajar peserta didik tentang pokok

bahasan indeks haarga metode Paasche yang dipantau dengan ulangan

harian atau tes , 2) data tentang proses pembelajaran yang dipantau

dengan classroom observer , wawancara dengan peserta didik melalui

pemberian angket pada peserta didik. Semua data dianalisis untuk

menentukan efektifitas tindakan pada siklus II , yaitu seberapa jauh

tindakan yang direncanakan meningkatkan sekurang-kurangnya 85 %

peserta didik mencapai tuntas belajar pada pokok bahasan indeks harga.

4) Refleksi (reflecting)

Refleksi CAR dalam siklus II difokuskan pada pengalaman yang

diperoleh pada siklus sebelumnya. Dan menilai kembali sasaran

perbaikan yang ditetapkan. Bila hasil analisis dan refleksi tidak dapat

mengatasi masalah yang dipecahkan pada siklus yang lalu, maka

dilakukan perbaikan lebih lanjut. Diharapkan Replanning berikutnya

dapat menemukan masalah yang sebenarnya dan dapat memecahkan

masalah.

Kegiatan refleksi ini antara lain :

a) Mengetahui ketuntasan belajar , dilihat dari hasil analisis data kuantitatif

yang berupa hasil ulangan harian siswa. Jika 85% siswa telah mencapai

nilai 80 berarti siswa kelas XI IPS2 SMAN 2 Brebes telah mencapai

tuntas belajar.
39

b) Data kualitatif yang berupa keaktifan peserta didik dalam proses belajar

mengajar di kelas direkam dan ditranskripsi serta digolongkan

(diklasifikasikan). Demikian pula datadata kualitatif lainnya berupa

wawancara dengan peserta didik dianalisis melalui cara yang sama.


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Masih banyak peserta didik kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Brebes

menganggap pelajaran ekonomi pada materi indeks harga merasa kesulitan

karena pada saat mengalikan butuh ketelitan. Jika terdapat satu kesalahan

dalam mengalikan maka jumlah yang diperoleh akan berbeda. Oleh karena itu

untuk memperoleh hasil yang benar maka jangan sampai tejadi dalam

mengalikan dan menjumlahkan terjadi kesalahan..


Ketika mengalami kesulitan peserta didik umumnya enggan bertanya,

diam, dan pasif. Jika ada soal ataupun tugas mereka hanya meniru jawaban

teman yang dianggap pandai. Akibatnya ketika ulangan nilai mereka belum

sesuai yang diharapkan. Hal ini tergambar dalam hasil ulangan harian sebelum

penelitian (pra siklus) nilai rata-rata peserta didik 68 dengan ketuntasan belajar

40 % (KKM sekolah 80).


a. Deskripsi Tiap Siklus

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus.Gambaran

pelaksanaan tiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Prosedur Tindakan Siklus 1


a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan penelitian ini dilakukan persiapan pada bulan januari

minggu ke 2 tahun 2014. Perencanaan ini merupakan langkah awal yang

dilakukan peneliti setelah memahami masalah-masalah yang dihadapi peserta

didik dan melihat kondisi pembelajaran di kelas. Pada tahap ini dilakukan

perencanaan antara lain : menyusun RPP, membuat soal indeks harga dengan

metode Laspeyers , dan menyiapkan instrument penelitian.


41

b. Pelaksanaan (Akting)

Melaksanakan rencana pembelajaran dengan materi indeks harga

dengan metode Laspeyers. Tahapan pelaksanaan terdiri dari pendahuluan,

kegiatan inti, dan penutup. Guru menyampaikan salam pembuka dan

menanyakan presensi peserta didik , kemudian menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi peserta didik akan pentingnya materi yang akan

disampaikan. Guru menjelaskan langkah-langkah tentang cara menghitung

indeks harga. Guru melakukan demonstrasi cara menghitung indeks harga

dengan metode Laspeyers. Anggota dari team yang berbeda yang telah

mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru

(kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka. Setelah selesai diskusi

sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian

mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan

tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.Tiap tim ahli

mempresentasikan hasil diskusi.Guru memberi evaluasi,penutup.

Kolaborator berperan mengambil data berupa : a) keaktifan peserta didik

selama KBM, b) wawancara dengan peserta didik pada akhir pelajaran dan c)

profil kinerja guru.

c. Observasi dan evaluasi (Observing and Evaluation)


1) Kinerja Guru

Siklus I terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Rabu,

15 dan Jumat 17 Januari 2014. Pelaksanaan tindakan dalam siklus 1 berjalan

sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada pertemuan I dan II pembelajaran

difokuskan pada indeks harga dengan metode Laspeyers. Observer mengamati

segala tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa ).


42

a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama

siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.1

Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I

Kelompok Skor Skor Ideal Persentase Keterangan

Perolehan
Diponegoro 14 20 70
Hasanudin 16 20 80
Imam Bonjol 18 20 90 Tertinggi
Patimura 15 20 75
CutNyak Dien 17 20 85
Teuku Umar 13 20 65 Terendah

Rerata 15,5 20 77,5

b. Hasil observasi siklus I tentang aktivitas guru dalam PBM

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada

siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%,

sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak

berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa

bagaimana cara menghitung indeks harga agar tidak terjadi kesalahan

dalam mengalikan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

jigsaw.

c. Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai materi

pembelajaran.

Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan peserta didik terhadap

materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari 30 peserta

didik yang mencapai KKM (KKM 80) ada 3 kelompok, perkelompok

terdiri dari 5 peserta didik. Jadi penguasaan materi pembelajaran sekitar

50%.
43

Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

d. Refleksi dan perencanaan ulang

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai

berikut:

1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan metode

kooperatif jigsaw. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap

aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.

2) Sebagian siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan metode jigsaw . Meski demikian mereka merasa senang

dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi

terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 50%.


3) Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 5,0.
4) Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu

yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang

serius dalam belajar.


Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang

telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat dibuat

perencanaan sebagai berikut:


(1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam

merespon tuntutan pembelajaran.


44

(2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.


(3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
2. Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada replanning

siklus I, yakni sebagai berikut:


(1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam

merespon tuntutan pembelajaran.


(2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
(3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4) Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh

siswa.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai

konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang

dite mpuh, sebagai berikut:


(1) Suasana sudah mengarah pada proses pembelajaran dengan metode

pembelajaran kooperatif jigsaw. Tugas yang diberikan guru kepada

kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu

dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling

membantu untuk menguasai materi pelajaran (meghitung indeks harga).


(2) Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk dapat menyelesaikan

tugasnya tepat waktu dengan hasil yang lebih bagus.


(3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai

tercipta.
c. Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II

menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya

mengenai hal itu, sebagai berikut.


(1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat

dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel .2
Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II

Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase


Diponegoro 16 20 80
45

Hasanudin 17 20 85
Imam Bonjol 18 20 90
Patimura 16 20 80
CutNyak Dien 17 20 85
Teuku Umar 14 20 70

Rerata 16,33 20 81,67


Jika di gambarkan dengan grafik maka akan diperoleh gambar sebagai

berikut:

Gambar Grafik dari pra siklus, siklus I dan siklus II


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Diponegoro Hasanudin Imam Bonjol Patimura Cut Nyak DienTeuku Umar

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)


Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini, sebagai berikut.
(1) Aktivitas peserta didik dalam PBM menghitung indeks harga dengan

metode paashe dengan menggunakan metode pembelajaran jigsaw. Peserta

didik mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami

tugas yang diberikan guru. Pesta didik mulai mampu berpartisipasi dalam

kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya.Hal ini dapat dilihat dari

data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 50% pada

siklus I menjadi 83% pada siklus II (mencapai KKM).


(2) Meningkatnya aktivitas peserta didk dalam PBM menghitung indeks harga

dengan menggunakan metode pashe dengan menggunakan metode

pembelajaran jigsaw. Guru secara intensif membimbing peserta didik saat


46

mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi

aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 83%

pada siklus II peingkatan aktivitas siswa sekitar 33%.


(3) Meningkatnya aktivitas peserta didik dalam melaksanakan evaluasi

berdampak pada meningkatnya kemampuan peserta didik dalam

menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 5,0

pada siklus I meningkat menjadi 8,3 pada siklus II.


(4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II menjadi 81,67.
B. Pembahasan tiap dan antarsiklus
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi

indeks harga dengan menggunkan metode pembelajaran jigsaw perubahan yang

signifikan. Perubahan dimaksud, sebagai berikut:

1) Pada siklus I, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran materi indeks

harga dinilai 50%. Hal ini terjadi karena peserta didk belum terbiasa dalam

pembelajaran menggunakan metode jigsaw . Sangat mungkin terjadi sebagai

dampak dari guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan

pengarahan kepada peserta didik bagaimana melakukan pembelajaran

menggunakan metode jigsaw , sehingga masih ada kelompok yang belum bisa

menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, karena anggota

kelompok tersebut kurang serius dalam belajar, dan masih ada kelompok

yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.


Meski demikian kondisi ini dinyatakan lebih baik dari pada aktivitas

belajar peserta didik sebelum diberi perlakuan metode pembelajaran jigsaw.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar peserta didik pada siklus I,

penguasaan pesrta didik terhadap materi pembelajaran pun meski masih

tergolong kurang, namun tetap mengalami peningkatan,


2) Pada siklus II, aktivitas belajar peserta didik dalam PBM pada materi

indeks harga dengan metode pembelajaran jigsaw. Pserta didik mampu


47

membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang

diberikan guru. Peserta didik mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan

tepat waktu dalam melaksanakannya.


Peserta duidik mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.

Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik

meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 83% pada siklus II. Hasil evaluasi

penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II tergolong baik,

yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 82 atau 82%.

Sementara berdasarkan hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan

yang sebelumnya 5,0 menjadi 8,3, yang berarti naik 3,3.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan dan Saran

Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran

ekonomi materi indeks harga pada kelas XI IPS 2 SMA negeri 2 Brebes,

akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang

menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut:


48

a. Penggunaan metode pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar peseta didik dalam pembelajaran materi

indeks harga tahapan berikut:


(1) Menyusun perencanaan metode pembelajaran berdasarkan langkah-

langkah strategi pembelajaran jigsaw.


(2) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw

sesuai dengan rencana;


(3) Mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar peserta didik; dan
(4) Menindak lanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar

siswa berdasarkan observasi dan evaluasi.


Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang

dilakukan guru maupun peserta didik tidak lepas dari ketentuan yang

berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar

peserta didik bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma

pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap

meningkat pula. Peserta didik menjadi aktif dan memahami perannya

sebagai apa dalam anggota kelompok.


Antar peserta didik bukan saja tampak merasa senang dan

antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam

melakukan hal itu. Itu sebabnya strategi pembelajaran ini diterapkan

dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar peserta didik sebagaimana yang diharapkan.

e. Penggunaan metode pembelajaran jigsaw , terbukti dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar peserta didik dalam materi indeks harga (menghitung indeks harga

dengan metode Laspeyers dan metode paashe). Selain aktivitas belajar peserta didik

terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali

ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya

jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak
49

melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini

berlangsung.
Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah

menempuh proses aktivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal ini

terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 77,5% menjadi 81,67% pada

siklus II. Penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran

menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata

hasil ulangan harian, yakni siklus I mencapai 5,0 menjadi 8,3 pada siklus II.

Melalui langkah-langkah metode pembelajaran jigsaw pserta didik

membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam

mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh peserta

didik, baik secara individu maupun kelompok.

Telah terbuktinya pembelajaran dengang menggunakan metode jigsaw

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam

pembelajaran materi indeks harga, maka diajukan saran-saran sebagai

berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menjadikan strategi

ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan pembelajaran dalam

menghitung indeks harga, yaitu peserta didik aktif dalam belajar dan

berhasil mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang

sudah ditempuh, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi

dan tindak lanjut, akan menjadi lebih baik apabila direnungkan secara

bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang akurat.


2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan

peserta didik, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara


50

berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama,

maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.

H. Sumber Rujukan
Amin, dkk. 1986. Pengajaran Membaca dan Pengelolaan KBM di Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992/1993. Bahasa Indonesia III. Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga

Kependidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP.

Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Husein, Umar. 2003. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad Slamet. 1983. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Geger Sunten.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Badnung: Rosda.
Natsir, Idris. 2003. Strategi Pengelolaan KBM. Jakarta: Raja Grafindo.

3. Siklus III
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus III berdasarkan replanning siklus II, yaitu sebagai

berikut.
(1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan

pembelajaran.
(2) Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi ajar

berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).


(3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4) Membuat perangkat pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi

pemodelan (modeling strategy) yang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami oleh siswa.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari

refleksi siklus II. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.


51

(1) Suasana pembelajaran membaca dongengsudah lebih mengarah pada langkah-langkah strategi

pemodelan (modeling strategy). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan

menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam

satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah

diberikan. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.


(2) Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari

kelompok lain.
(3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
3) Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
(1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM membaca dongeng yang disajikan dengan

menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy) pada siklus 3 tertuang pada tabel

berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompo Skor Sko Persenta Keterang
k Peroleha r se an
n Ide
al
Diponego 14 16 88
ro
Hasanudi 14 16 88
n
Imam 15 16 94 Tertinggi
Bonjol
Patimura 13 16 81
Cut Nyak 12 16 75 Terendah
Dien
Teuku 13 16 81
Umar
Kartini 14 16 88
Dewi 14 16 88
Sartika
Rerata 12 16 85

Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa


dalam PBM Siklus III
52

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif
para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda.
Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang
bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah
kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai


berikut:

1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik topik


permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan
tersebut.

2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran
topik permasalahan tersebut.

3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari
hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.

5. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.

2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda

3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan

4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
53

5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli
dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup

7. LATAR BELAKANG
54

Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu


pengetahuan yang membahas mengenai masalah kejiwaan
manusia. Dalam dunia pendidikan, ilmu psikologi ini
digunakan untuk membantu mengenali jiwa anak didik dari
tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor agar
dalam proses belajar mengajar semakin lancar.Hubungan
psikologi dengan pendidikan dan pembelajaran sangat erat
sekali, karena dengan mempelajari ilmu kejiwaan seorang
guru dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran
sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Artinya, psikologi digunakan sebagai pedoman dalam
memberikan materi pendidikan dan pembelajaran.
Sehingga yang menjadi tujuan dalam pendidikan dan
pembelajaran yang berupa ranah kognitif, afektif dan
psikomotor akan mudah tercapai.
Adanya perubahan paradigma pendidikan saat
ini menuntut adanya perubahan proses pembelajaran di
dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan untuk menjadi
fasilitator yang dapat membantu siswa dalam belajar,
bukan sekedar menyampaikan materi saja. Guru harus
mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara
optimal. Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan
lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan
pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan
kemampuannya di dalam dan di luar kelas.
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau
pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.Sampai
dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata
lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung
kepada bermacam-macam faktor.Tugas utama seorang
guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila
guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk
mampu belajar.

4
55

Hal-hal seperti berikut, diantaranya guru telah mengajar


dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa
yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan
setengah hati, bahkan ada pula siswa yang sesungguhnya
tidak belajar. Maka dari itu, sebagai guru yang professional
harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan
baik.
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan
siswa tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar
karena latar belakang keluarga, lingkungan,maupun situasi
dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan
perhatian ketika guru mengajarkan topik tertentu adapula
siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita menjadi
seorang ahli.

Keadaan tersebut menggambarkan


bahwa pengetahuan tentang aktivitas belajar dan faktor-
faktor belajar merupakan hal yang sangat penting
diketahui bagi seorang guru dan calon guru

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Pengertian aktivitas menurut para ahli:


c. Menurut Anton M. Mulyono,
Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu
yang lakukan atau kegiatan- kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. .
d. Menurut W.J.S. Poewadarminto aktifitas adalah kegiatan atau
kesibukan..
e. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Pengertian belajar menurut para ahli:

a. Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah suatu proses perubahan


tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
56

b. Menurut Sardiman A.M, belajar merupakan suatu proses interaksi


antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin
berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

5
c. Menurut H. Carl. Witherington dalam bukunya Drs.Mahfud
Shalahuddin yang berjudul "pengantar psikologi pendidikan",
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan,sikap,kebiasaan,kepandaian, atau suatu pengertian.

f. Menurut Hilgard dalam bukunya S. Nasution, yang berjudul


Dedaktik Asas-Asas Belajar, belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan
(apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah)
yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak
termasuk latihan.

Dari pengertian-pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan


bahwa aktivitas belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar
siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan
dalam tingkah laku atau kecakapan.

Sedangkan belajar aktif merupakan suatu sistem belajar


mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. Keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa akan
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan


bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses
pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana
57

masing -masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal


mungkin.

6
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan ketrampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas
belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu
jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern.

Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh


guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat
penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas
mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan
yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas belajar diperlukan ,sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

2. Klasifikasi Aktivitas Belajar


Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan
siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau
pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama
mengikuti pembelajaran.

Berkenaan dengan hal tersebut Paul B. Dierich (dalam Sardiman,


2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara
lain sebagai berikut:
1. Kegiatan- kegiatan visual (Visual activities).
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan
bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan(oral/OralActivities)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian,mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat,wawancara, diskusi dan interupsi.
58

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan ( Listening Activities).


Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok,mendengarkan suatu permainan, mendengarkan
radio.

7
4. Kegiatan-kegiatan Menulis (Writing Activities).
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat
rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar ( Drawing Activities).


Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan motorik ( Motor Activities).


Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran,membuat model, menyelenggarakan permainan, menari
dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental ( Mental Activities).


Mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,
melihat hubungan- hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan- kegiatan emosional(Emotional Activities)


, seperti misalnya,merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.

3. Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran


Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan
proses pembelajaran.Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan
asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan
saja, yakni :

1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas


Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap
tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam
bentuk komunikasi langsung, kegiatan
kelompok,kegiatan kelompok kecil, belajar
independen.

2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah


masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam
bentuk membawa kelas kedalam masyarakat,
59

melalui metode karyawiasata, survei, kerja


lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya.
Cara
lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke
dalam kelas, dan pelatihan diluar.

8
3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan
pendekatan Cara Belajar SiswaAktif (CBSA )
Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan
siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan
nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi
siswa untuk belajar.

4. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Belajar


Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki
keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :
1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain
2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru
3. Mampu menjawab pertanyaan
4. Senang diberi tugas belajar
5. Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru
6. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi
pembelajaran 7. Pengetahuan
dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa
8. Mencoba sendiri konsep-konsep
9. Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.

8. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu


merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal)
maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Pengenalan terhadapfaktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid dalam mencapai prestasi
belajar yang sebaik- baiknya. Kedua faktor tersebut
60

saling mempengaruhi dalam proses belajar individu


sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri individudan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputifaktor fisiologis dan faktor psikologis .

a. F a k t o r fi s i o l o g i s
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengankondisi fisik individu. Faktor-
faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

10
1. Keadaan jasmani
, Keadaan jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan
pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya,kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal.

Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani sangat


mempengaruhi proses belajar dan perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara
lain adalah:
a. Menjaga pola makan yang sehat dengan
memperhatikan
nutrisi yang masuk kedalam
tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan
mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk
belajar
b. Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan
sehat
c . Istirahat yang cukup dan sehat.

2. Keadaan fungsi jasmani/fisiologis.


Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
61

mempengaruhi hasil belajar, terutama panca


indera. Panca indera yang berfungsi dengan
baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula. Dalam proses belajar,merupakan
pintu masuk bagi segala informasi yang diterima
dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang
memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah
mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru
maupun siswa perlu menjaga panca indera dengan
baik, baik secara preventif maupun kuratif.
Dengan menyediakan sarana belajar yang
memenuhi persyaratan , memeriksakan
kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan lain
sebagainya.

b . Fa k t o r p s i ko l o g i s
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi,
minat, sikap dan bakat.

11
a. Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan
dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain,
karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali
tertinggi (executivecontrol) dari hampir seluruh
aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang
paling penting dalam proses belajar siswa, karena
itu menentukan kualitas belajar siswa.
62

Semakin tinggi intelegensi seorang


individu, semakin besar peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat intelegensi individu,semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh
karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang
lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam
mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan
dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru profesional,
sehingga mereka dapat memahami tingkat
kecerdasannya.Para ahli membagi tingkatan IQ
bermacam-macam, salah satunya
adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanford-Biner yang telah direvisi olehTerman dan
Merill sebagai berikut:

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford


Tingkat Kecerdasan (IQ) Klasifikasi
140 - 169 Amat superior
120 - 139 Superior
110 - 119 Rata-
rata tinggi
90 - 109 Rata-rata
80 - 89 Rata-
rata rendah
70 - 79
Batas lemah mental
20 - 69 Lemah mental

12
Dari tabel tersebut, dapat diketahui ada tujuh
penggolongan kecerdasan manusia, yaitu:
a. Kelompok Rata-rata tinggi 90 kecerdasan amat
superior (very superior), antara IQ 140 - 169
b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara
IQ 120 139
c. Kelompok rata-rata tinggi (high average)
merentang antara IQ 110 119
63

d. Kelompok rata-rata (average) merentang


antara IQ 90 109
e. Kelompok rata-rata rendah (low average)
merentang antara IQ 80 89
f. Kelompok batas lemah mental (borderline
defective) berada
pada IQ 70 -9
g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally
defective)
berada pada IQ 20 -69, yang termasuk dalam
kecerdasan tingkat ini antara lain debil,
imbisil, dan idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu


dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak
yang berkepentingan melalui konsultasi
dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat
diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau
mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf
kecerdasan seseorang merupakan hal yang
sangat berharga untuk memprediksi kamampuan
belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu
mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa.

b.Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif,mendorong,memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi
dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan memberikan dorongan
untuk melakukan sesuatu.
64

13

Seperti seorang siswa yang gemar membaca,


maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca
karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas
kesenangannya tetapi sudah mejadi kebutuhannya.

Dalam proses belajar, motivasi intrinsik


memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada
motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992),
yang termasuk dalammotivasi intrinsik untuk belajar
anatara lain adalah: a. Dorongan ingin tahu
dan ingin menyelisiki dunia yang lebih
luas.
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang pada
manusia dan
keinginan untuk maju.
c. Adanya keinginan untuk mencapai
prestasi sehingga mendapat
dukungan dari orang-orang penting , misalkan
orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu
pengetahuan yang berguna bagidirinya.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari


luar diri individu tetapi memberikan pengaruh
terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian,
peraturan,tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain
sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan
secara positif akan mempengaruhi semangat belajar
seseorang menjadi lemah.

c. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan
dengan berfungsinya ingatan,yakni menerima kesan,
menyimpan kesan, dan memproduksi kesan.
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan
selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk
menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
65

Kecakapan menerima kesan sangat sentral


peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan
inilah,subjek didik mampu mengingat hal-hal yang
dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik.
Teknik pembelajaran yang disertai
14
dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam
pada siwa.
Ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan
atau mengingat. Di samping itu, pengembangan
teknik pembelajaran yang mendayagunakan
titian ingatan juga lebih mengesankan
bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran
berupa rumus- rumus atau urutan-urutan lambang
tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah
mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d
(dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.Hal lain
Kamampuan ini tidak sama kualitasnya pada
setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal
yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa
segera setelah seseorang selesai melakukan
tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi.
Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi
dengan cepat, lalu kemudian berlangsung
semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan
tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu
yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai
untuk diingat, menurut kalangan
psikolog pendidikan,siswa harus mengulang-ulang
hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga
memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang
atau mengingat kembali material pembelajaran yang
telah dipelajarinya.
66

Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui


pemberian tes setelah satu submaterial
pembelajaran selesai.Kemampuan reproduksi, yakni
pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal
yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk
diperhatikan. Bagaimanapun,hal-hal yang telah
dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan tertentu siswa, misalnya
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan
dalam ujian, atau untuk merespon tantangan-
tantangan dunia sekitar.
Mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh
kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat
menerima,menolak, atau mengabaikan kesempatan
belajar tersebut.Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya.

15
Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap
yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional
dan bertanggung jawab terhadap profesi yang
dipilihnya. Dengan profesionalitas , seorang guru
akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya,berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan
tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan
menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan,
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajarinya bermanfaat bagi diri siswa.

d. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi
proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat
67

(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan


potensial yangdimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang
(Syah,2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin
(1994)mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya
setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan
latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi
yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari
bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi
yang dimilki setiap individu, maka para pendidik,
orangtua,dan guru perlu memperhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau
peserta didiknya, antara lain dengan mendukung,
ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak
untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakatnya.
16
3. Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar
Merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya.Untuk
memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu
menggunakan bermacam-macam strategi belajar-
mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar
68

serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal,


menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama
tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan
agar guru memberikan istirahat
selingan beberapa menit. Dengan selingan istirahat
tersebut, prestasi belajar siswa meningkat kembali.
Turunnya perhatian
dan prestasi belajar tersebut yaitu sebagai
berikut:A B Kecenderunga naik turunya perhatian
prestasi Belajar selingan menit-menit
10 20 30 40 50 10 20 3040 50,,
Tingkat Prestasi Belajar dan Kekuatan
Perhatian dalam waktu 50 menit padaPengajaran
Klasikal. Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perhatian siswa meningkat pada15-20 menit
pertama, kemudian turun pada 15-20 menit dua.
Selanjutnya meningkat dan menurun kembali.
Kecenderungan menurunnya perhatian
terjadi,sejajar dengan lama waktu belajar. Oleh
karena itu, disarankan 10 menit waktudigunakan
dengan memberikan selingan istirahat, maka
perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

4. Rasa Percaya Diri


Rasa percaya diri timbul dari keinginan
mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul
berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam
proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi
merupakan tahap pembuktian perwujudan diri
yang diakui oleh guru dan
teman- temannya.
Semakin sering berhasil menyelesaikan
tugas, maka semakin besar pula memperoleh
pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya
diri semakin kuat. Dan hal yang sebalik nya pun
dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat
menim bul kan rasa tidak percaya diri. Bila rasa
tidak percayadiri sangat kuat, maka diduga siswa
akan menjadi takut belajar.
Rasa takut belajar tersebut terjalin secara
komplementer dengan rasa takut gagal lagi.
69

17
Maka, guru sebaiknya mendorong
keberanian siswa secara terus menerus,
memberikan bermacam
macam penguat dan memberikan pengakuan dan
kepercayaan bagi siswa.

5. Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan
adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain: a. Belajar
pada akhir semester
b. Belajar tidak teratur
c. Menyia - nyiakan kesempatan belajar
d. Bersekolah hanya untuk bergengsi
e. Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
f. Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui
teman lain g. Bergaya minta belas
kasihan tanpa belajar.

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat


ditemukan di sekolah yang ada dikota besar, kota
kecil, pedesaan dan sekolah sekolah lain. Untuk
sebagian orang,kebiasaan belajar tersebut
disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada
arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat
diperbaiki dengan pembinaan disiplin
membelajarkan diri.

6. Cita-cita Siswa.
Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu
cita- cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan
motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya gambaran
yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum
ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.
Cita-cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan.
Penanaman memiliki cita-cita harus dimulai sejak
sekolah dasar.
Di sekolah menengah didikan pemilikan
dan pencapaian cita cita sudah semakin terarah.
Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
70

emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan


dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya
berpangkal dari kemampuan berprestasi,dimulai dari
hal yang sederhana ke yang semakin sulit.Dengan
mengaitkan pemilikan citacita dengan kemampuan
berprestasi,maka siswa diharapkan berani
bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya
sendiri.

18
2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor
endogen, faktor- faktor eksternal jugadapat
memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini,
Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat
digolongkanmenjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan social

a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru ,


administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik
disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi
teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi


lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa
yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
71

c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini


sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa.

Hubungan anatara anggota keluarga, orang tua,


anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.

19
b. Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non
sosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi
udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-
faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-
alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabi dan lain sebagainya.

c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan


ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa begitu juga dengan
72

metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi


perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang postif terhadap
aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
konsdisi siswa.

A. Metode Drill
1.Pengertian Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tentang metode drill , ada
baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang metode
mengajar. Metode mengajar adalah cara guru memberikan
pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu
pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan
atau membangkitkan.Dengan metode pembelajaran yang tepat
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa,dengan
kata lain terciptalah interaksi pembelajaran yang baik antara
guru dengan siswa.
Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing.

20
Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih
aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karena itu metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran.
Dari uraian definisi metode mengajar, dapat
disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara
mengajar siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan, agar
siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi
dari apa yang dipelajari.

Metode latihan yang disebut juga dengan metode


training yaitu merupakan suatu cara kebiasaan tertentu. Juga
sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu,
metode ini juga dapat digunakan untuk ketangkasan,
ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.
73

Pengertian metode drill menurut beberapa pendapat


memiliki arti sebagai berikut:
a. Roestiyah N.K, Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai
suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan,
siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan lebih tinggi dari
apa yang dipelajari.

b. Zuhairini, Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran


dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang
sudah diberikan.
c. Shalahuddin, Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang
sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan
tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya
menjadi permanen.
d. Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan
melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-
sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu
ketrampilan agar menjadi permanen.

21

Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa


pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.
e. Dalam bukunya Winarno Surakhmad metode drill disebut juga
latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan
dan keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena
hanya dengan melakukannya secara praktis suatu
pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap siagakan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan
berulang kali secara kontinyu untuk mendapatkan keterampilan
dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari.

Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah


bekali dengan pengetahuan secara teori. Kemudian dengan
74

tetap dibimbing oleh guru, siswa diminta mempraktikkannya


sehingga menjadi mahir dan terampil.

2. Macam-macam Metode Drill


Bentuk-bentuk Metode drilldapat direalisasikan dalam
berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut:
a.Teknik kerja kelompok
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok siswa
untuk bekerja sama dalam memecahakan masalah dengan cara
mengerjakan tugas yang diberikan.
b.Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri siswa sebagai calon guru
untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan
memperoleh nilai pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai
guru.
c.Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar siswa melalui paket belajar.
d.Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara meminta siswa agar belajar sendiri dan
tetap dalam bimbingan guru, baik dalam kelas maupun di luar
kelas.
22
Ternyata metode drill terdapat beberapa teknik yang bisa
dipakai untuk menggunakannya. Karena semua metode bagus
untuk pembelajaran tetapi semua itu tidak lepas dari pemilihan
materi yang cocok dengan teknik metode tersebut. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan
metode drill teknik belajar mandiri. Siswa membaca secara
berulang-ulang.

3.Tujuan Penggunaan Metode Drill


Metode drill biasanya digunakan agar siswa:
a. Memiliki kemampuan menghafalakan kata-kata, menulis,
mempergunakan alat.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,
membagi, menjumlahkan
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu
keadaan dengan yang lain.
d. Untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang
sesuatu yang dipelajari siswa dengan melakukannya
75

secara praktis pengetahuan yang telah dipelajari. Dan siap


dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan

4..Hal yang Harus Diperhatikan


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang
guru dalam menggunakan metode drill ini, yaitu:
a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai
latihan mereka dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa
yang diharapkan

b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga


siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan.
c. Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.

d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.


e. Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk
perbaikan.
17
Guru perlu memperhatikan nilai dari latihan itu sendiri serta
kaitannya dengan keseluruhan pembelajaran disekolah. Dalam
persiapan sebelum memasuki latihan, guru harus memberikan
pengertian dan perumusan tujuan yang jelas kepada siswa,
sehingga mereka mengetahui tujuan latihan yang akan
diterimanya. Persiapan yang baik sebelum latihan dapat
memotivasi siswa agar menjadi aktif dalam melaksanakan
pembelajaran.

5.Kelebihan Metode Drill


Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Mengkokohkan daya ingatan murid, karena seluruh
pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada
pelajaran yang dilatihkan.
b. Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik,
dengan pengajaran yang baik, maka siswa menjadi lebih
teliti.
c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera
serta langsung dari guru.
76

d. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran


dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dipelajarinya.
e. Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat di
membedakan mana siswa yang disiplin dan yang tidak.
f. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak emerlukan konsentrasi
yang tinggi dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk
kebiasaan yang baik.
19
g. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-
ulang.Dengan adanya berbagai kelebihan dari penggunaan
metode drill
ini
maka
diharapkan bahwa latihan da
pat bermanfaat bagi siswa
untuk menguasai materi.
Serta dapat menumbuhkan pemahaman
untuk melengkapi penguasaan pelajaran
yang diterima secara teori dan
praktek.
6.
Kelemahan Metode Drill dan Cara Mengatasinya
Sebagai suatu metode yang diakui
banyak mempunyai kelebihan, juga
tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill
juga mempunyai kelemahan, yaitu:
a.
Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius
mudah sekali menimbulkan kebosanan.
18
________, Drill and Practice (April 20, 2011)
http://blog.persimpangan.com/blog/
2007/08/15/drill-and-practice.html
19
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Stra
tegi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), 108-109.
20
Pak Guru, Pendidikan (April 12, 20
11) http:// pakguruonline.pendidikan.id
17
77

b.
Latihan yang selalu diberikan di
bawah bimbingan guru, perintah guru
dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
c.
Kadang-kadang latihan yang dilaks
anakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
21
Maka dari itu, guru yang
ingin mempergunakan metode ini ada baiknya
memahami karakteristik metode ini terl
ebih dahulu. Akan te
tapi ada beberapa
cara untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan tersebut, yaitu:
a.
Janganlah seorang guru menuntut dari
murid suatu respons yang sempurna.
b.
Jika terdapat kesulitan pada muri
d pada saat merespon, hendaknya guru
segera meneliti penyebabnya.
c.
Berikanlah segera penjelasan-penjela
san, baik respon yang betul maupun
yang salah.
d.
Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan
merespon.
e.
Istilah-istilah baik berupa kata
maupun kalimat yang digunakan dalam
latihan hendaknya dimengerti oleh murid.
22
78

6
Abu Ahmad, Metode Khusus Pendidikan
Agama (Bandung: CV. Amrico, 1986), 152.
11
.
11
7
Abu Ahmad, Metode Khusus Pendidikan
Agama (Bandung: CV. Amrico, 1986), 125.
8
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Stra
tegi Belajar Mengajar
(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), 108.
9
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Bina Aksara, 1985), 125.
10
Zuhairini, dkk, Metodik
Khusus Pendidikan Agama
(Suarabaya: Usaha Nasional, 1983),
106.
11
Shalahuddin, Metodologi Pengajaran Agama
(Surabaya: Bina Ilmu, 1987), 100.
12
.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengaja
r
(Bandung: Sinar Baru, 1991), 86.
13
Winarno Surakhmad, Pengantar
Interaksi Belajar Mengajar
(Bandung: Tarsito, 1994), 76.
13
Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidika
n Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993),
226-228.
14
79

surat Al-Kafirun, Al
-Maun, Al-Fiil.
3.

15
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Bina Aksara, 1985), 125-126.
16
Pasaribu dan Simandjuntak, Didaktikda
n Metodik (Bandung: Tarsito, 1986), 112.
15
b.
Tentukan dengan jelas kebiasaan
yang dilatihkan sehingga siswa
mengetahui apa yang harus dikerjakan.
c.
Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d.
Selingilah latihan agar tidak membosankan.
e.
Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan.
17
Guru perlu memperhatikan nilai dari
latihan itu sendiri serta kaitannya
dengan keseluruhan pembelajaran di
sekolah. Dalam persiapan sebelum
memasuki latihan, guru harus memberik
an pengertian dan perumusan tujuan
yang jelas kepada siswa, sehingga mereka
mengetahui tujuan latihan yang akan
diterimanya. Persiapan yang baik sebelu
m latihan dapat memotivasi siswa agar
menjadi aktif dalam melaksanakan pembelajaran.

.
17
Winarno Surakhmad, Pengantar
Interaksi Belajar Mengajar
(Bandung: Tarsito, 1994), 92.
16
d.
Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan
80

sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.


18
e.
Guru bisa lebih mudah mengontrol da
n dapat membedakan mana siswa
yang disiplin dan yang tidak.
f.
Pemanfaatan kebiasaan yang tidak
memerlukan konsentrasi yang tinggi
dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.
19
g.
Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
20
Dengan adanya berbagai kelebiha
n dari penggunaan metode drill
ini
maka
diharapkan bahwa latihan da
pat bermanfaat bagi siswa
untuk menguasai materi.
Serta dapat menumbuhkan pemahaman
untuk melengkapi penguasaan pelajaran
yang diterima secara teori dan
praktek.
6.
Kelemahan Metode Drill dan Cara Mengatasinya
Sebagai suatu metode yang diakui
banyak mempunyai kelebihan, juga
tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill
juga mempunyai kelemahan, yaitu:
a.
Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius
mudah sekali menimbulkan kebosanan.
18
________, Drill and Practice (April 20, 2011)
http://blog.persimpangan.com/blog/
2007/08/15/drill-and-practice.html
19
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Stra
tegi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), 108-109.
20
81

Pak Guru, Pendidikan (April 12, 20


11) http:// pakguruonline.pendidikan.id
17
b.
Latihan yang selalu diberikan di
bawah bimbingan guru, perintah guru
dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
c.
Kadang-kadang latihan yang dilaks
anakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
21
Maka dari itu, guru yang
ingin mempergunakan metode ini ada baiknya
memahami karakteristik metode ini terl
ebih dahulu. Akan te
tapi ada beberapa
cara untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan tersebut, yaitu:
a.
Janganlah seorang guru menuntut dari
murid suatu respons yang sempurna.
b.
Jika terdapat kesulitan pada muri
d pada saat merespon, hendaknya guru
segera meneliti penyebabnya.
c.
Berikanlah segera penjelasan-penjela
san, baik respon yang betul maupun
yang salah.
d.
Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan
merespon.
e.
Istilah-istilah baik berupa kata
maupun kalimat yang digunakan dalam
latihan hendaknya dimengerti oleh murid.
22
82

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Metode Drill
1.
Pengertian Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tenta
ng metode drill, ada baiknya
terlebih
dahulu mengetahui tentang metode menga
jar. Metode mengajar adalah cara
guru memberikan pelajaran dan cara mu
rid menerima pelajaran pada waktu
pelajaran berlangsung, baik da
lam bentuk memberitahukan atau
membangkitkan.
6
Dengan metode pembelajaran yang tepat diharapkan
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa,
dengan kata lain terciptalah interaksi
pembelajaran yang baik antara guru de
ngan siswa. Dalam interaksi ini guru
berperan sebagai penggerak atau pe
mbimbing, sedangkan siswa berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing.
Proses interaksi ini akan berjalan
dengan baik jika siswa le
bih aktif dibandingkan denga
n gurunya. Oleh karena
83

itu metode mengajar yang baik adal


ah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa dan sesu
ai dengan materi pembelajaran.
Dari uraian definisi metode
mengajar, dapat disimpulkan bahwa
metode mengajar
adalah suatu cara mengaja
r siswa melakukan kegiatan-
kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau ketrampilan yang
6
Abu Ahmad, Metode Khusus Pendidikan
Agama (Bandung: CV. Amrico, 1986), 152.
11
lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
7
Metode latihan ya
ng disebut juga
dengan metode training
yaitu merupakan suatu cara kebiasaan tertentu. Juga
sarana untuk memelihara kebiasaan yang
baik. Selain itu, metode ini juga
dapat digunakan untuk ketangkasan, kete
patan, kesempatan dan ketrampilan.
8
Pengertian metode drill
menurut beberapa pendapat memiliki arti
sebagai berikut:
a.
Roestiyah N.K, Suatu teknik yang da
pat diartikan sebagai suatu cara
mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan
dan keterampilan lebih tinggi
dari apa yang dipelajari.
9
b.
Zuhairini, Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan
melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
10
c.
Shalahuddin, Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara
84

berulang-ulang dan sungguh-s


ungguh dengan tujuan untuk
menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.
11
d.
Dalam buku Nana Sudjana, metode drill
adalah satu kegiatan melakukan
hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri
7
Abu Ahmad, Metode Khusus Pendidikan
Agama (Bandung: CV. Amrico, 1986), 125.
8
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Stra
tegi Belajar Mengajar
(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), 108.
9
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Bina Aksara, 1985), 125.
10
Zuhairini, dkk, Metodik
Khusus Pendidikan Agama
(Suarabaya: Usaha Nasional, 1983),
106.
11
Shalahuddin, Metodologi Pengajaran Agama
(Surabaya: Bina Ilmu, 1987), 100.
12
yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang
berkali-kali dari suatu hal yang sama.
12
e.
Dalam bukunya
Winarno Surakhmad
,
metode drill
disebut juga latihan
yang dimaksudkan untuk memperoleh
ketangkasan dan keterampilan
latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya
secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap
siagakan.
13
85

Dari beberapa pendapat di atas, da


pat disimpulkan ba
hwa metode drill
adalah latihan dengan praktek yang dila
kukan berulang kali
secara kontinyu
untuk mendapatkan keterampilan da
n ketangkasan praktis tentang
pengetahuan yang dipelajari.
Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu
telah dibekali dengan pengetahuan seca
ra teori. Kemudian dengan tetap
dibimbing oleh guru, siswa diminta
mempraktikkannya sehingga menjadi
mahir dan terampil.
12
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengaja
r
(Bandung: Sinar Baru, 1991), 86.
13
Winarno Surakhmad, Pengantar
Interaksi Belajar Mengajar
(Bandung: Tarsito, 1994), 76.
13
2.
Macam-macam Metode Drill
Bentuk-bentuk Metode drill
dapat direalisasikan da
lam berbagai bentuk
teknik, yaitu sebagai berikut:
a.
Teknik kerja kelompok
Teknik ini dilakukan dengan cara me
ngajar sekelompok siswa untuk
bekerja sama dalam memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas
yang diberikan.
b.
Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri
siswa sebagai calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai
86

pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.


c.
Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar si
swa melalui paket belajar.
d.
Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara meminta siswa agar belajar sendiri dan tetap
dalam bimbingan guru, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
14
Ternyata metode drill terdapat be
berapa teknik yang bisa dipakai
untuk menggunakannya. Karena semua me
tode bagus untuk pembelajaran
tetapi semua itu tidak lepas dari pemilihan materi yang cocok dengan
teknik
14
Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidika
n Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993),
226-228.
14
metode tersebut. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dengan menggunakan
metode drill teknik belajar mandiri. Siswa membaca secara berulang-ulang
surat Al-Kafirun, Al
-Maun, Al-Fiil.
3.
Tujuan Penggunaan Metode Drill
Metode drill
biasanya digunakan agar siswa:
a.
Memiliki kemampuan menghafalakan ka
ta-kata, menulis, mempergunakan
alat.
b.
Mengembangkan kecakapan intelek,
seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan.
15
c.
Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan
87

yang lain.
d.
Untuk memperoleh suatu ketangkasan,
keterampilan tentang sesuatu yang
dipelajari siswa dengan melakukannya
secara praktis pengetahuan yang
telah dipelajari. Dan siap diperguna
kan bila sewaktu-
waktu diperlukan.
16
4.
Hal yang Harus Diperhatikan
Ada beberapa hal yang harus dipe
rhatikan bagi seorang guru dalam
menggunakan metode drill ini, yaitu:
a.
Tujuan harus dijelaskan kepada sisw
a sehingga selesai latihan mereka
dapat mengerjakan dengan tepa
t sesuai apa yang diharapkan.
15
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Bina Aksara, 1985), 125-126.
16
Pasaribu dan Simandjuntak, Didaktikda
n Metodik (Bandung: Tarsito, 1986), 112.
15
b.
Tentukan dengan jelas kebiasaan
yang dilatihkan sehingga siswa
mengetahui apa yang harus dikerjakan.
c.
Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d.
Selingilah latihan agar tidak membosankan.
e.
Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan.
17
Guru perlu memperhatikan nilai dari
latihan itu sendiri serta kaitannya
dengan keseluruhan pembelajaran di
sekolah. Dalam persiapan sebelum
88

memasuki latihan, guru harus memberik


an pengertian dan perumusan tujuan
yang jelas kepada siswa, sehingga mereka
mengetahui tujuan latihan yang akan
diterimanya. Persiapan yang baik sebelu
m latihan dapat memotivasi siswa agar
menjadi aktif dalam melaksanakan pembelajaran.
5.
Kelebihan Metode Drill
Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut:
a.
Mengkokohkan daya ingatan murid, kare
na seluruh pikiran, perasaan,
kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b.
Siswa dapat menggunakan daya fikirnya
dengan baik, dengan pengajaran
yang baik, maka siswa menjadi lebih teliti.
c.
Adanya pengawasan, bimbingan dan
koreksi yang segera serta langsung
dari guru.
17
Winarno Surakhmad, Pengantar
Interaksi Belajar Mengajar
(Bandung: Tarsito, 1994), 92.
16
d.
Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
18
e.
Guru bisa lebih mudah mengontrol da
n dapat membedakan mana siswa
yang disiplin dan yang tidak.
f.
Pemanfaatan kebiasaan yang tidak
memerlukan konsentrasi yang tinggi
dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.
19
g.
89

Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.


20
Dengan adanya berbagai kelebiha
n dari penggunaan metode drill
ini
maka
diharapkan bahwa latihan da
pat bermanfaat bagi siswa
untuk menguasai materi.
Serta dapat menumbuhkan pemahaman
untuk melengkapi penguasaan pelajaran
yang diterima secara teori dan
praktek.
6.
Kelemahan Metode Drill dan Cara Mengatasinya
Sebagai suatu metode yang diakui
banyak mempunyai kelebihan, juga
tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill
juga mempunyai kelemahan, yaitu:
a.
Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius
mudah sekali menimbulkan kebosanan.
18
________, Drill and Practice (April 20, 2011)
http://blog.persimpangan.com/blog/
2007/08/15/drill-and-practice.html
19
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Stra
tegi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), 108-109.
20
Pak Guru, Pendidikan (April 12, 20
11) http:// pakguruonline.pendidikan.id
17
b.
Latihan yang selalu diberikan di
bawah bimbingan guru, perintah guru
dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
c.
Kadang-kadang latihan yang dilaks
anakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
21
90

Maka dari itu, guru yang


ingin mempergunakan metode ini ada baiknya
memahami karakteristik metode ini terl
ebih dahulu. Akan te
tapi ada beberapa
cara untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan tersebut, yaitu:
a.
Janganlah seorang guru menuntut dari
murid suatu respons yang sempurna.
b.
Jika terdapat kesulitan pada muri
d pada saat merespon, hendaknya guru
segera meneliti penyebabnya.
c.
Berikanlah segera penjelasan-penjela
san, baik respon yang betul maupun
yang salah.
d.
Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan
merespon.
e.
Istilah-istilah baik berupa kata
maupun kalimat yang digunakan dalam
latihan hendaknya dimengerti oleh murid.
22
91

DAFTAR RUJUKAN
Nurnamawi, Eko. 2013. Aktivitas
Belajar Siswa.http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/aktivitas-belajar-
siswa.html
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011.
P s i k o l o g i B e l a j a r.
Jakarta : Rineka Cipta
http://sherlyrachmasanie.blogspot.com/2012/12/faktorfaktor-yang-
mempengaruhi- belajar.html
metode drill dan penggunaannya

Pujiono (202008062)
Metode pembelajaran
Metode mengajar adalah cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan suasana pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar
anak yang memuaskan. (Sunaryo, 1995).

METODE DRILL (LATIHAN)

Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang
telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan
mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga
antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha
melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut
respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang
membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja
kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.

Drill wajar digunakan untuk :


o Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari,
pertukangan dan sebagainya).
o Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
o Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat
mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
o Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus
dikerjakan.
o Lama latthan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
o Selingilah latihan agar tidak membosankan.
o Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara
kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula.
92

Langkah langkah penggunaan metode drill tingkat SD:

a. Siswa diberikan latihan soal perkalian bersusun satu angka


dikalikan tiga angka secara terus menerus.
b. Siswa diminta menghafalkan perkalian seperti pada tabel perkalian
sehingga siswa mudah dalam menyelesaikan soal perkalian bersusun.
c. Siswa diberikan latihan soal perkalian bersusun dua angka dengan
tiga angka.

Dengan metode drill ini, akan meningkatkan penguasaan siswa


mengenai operasi perkalian bersusun dan menumbuhkan minat siswa
dalam pelajaran matematika.

Contoh Langkah Mengerjakan Perkalian Bersusun Pada Anak SD

Contoh perkalian 1 angka dengan tiga angka


Cara bersusun panjang

Alat Penilaian
Untuk mengetahui hasil pembelajaran digunakan tes sebagai
tolak ukurnya.
Tes adalah latihan keterampilan dan kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu atau kelompok.

Macam macam tes :


a. Tes Awal (Pre Tes)
Tes awal dilakukan sebelum pembelajaran inti dimulai. Tes awal
dimaksudkan untuk menjajagi kemampuan siswa.
b. Tes Akhir (Post Tes)
Tes akhir dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tes ini untuk mengetahui keberhasilan siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan sebagai acuan untuk melihat
kemajuan prestasi siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Serta
untuk menganalisa data dan merefleksi tindakan berikutnya. Hasil
pembelajaran siswa diperiksa, dianalisa untuk menentukan letak kesulitan
dalam menyelesaikan soal.

Kelebihan dan kelemahan :

Kelebihan :
o Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
o Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan.
93

Kelemahan :
o Siswa cenderung belajar secara mekanis.
o Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada
penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
o Dapat rnenyebabkan kebosanan.
o Mematikan kreasi siswa.
o Menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti).

Cara mengatasi kelemahan metode drill


o menggunakan variasi metode pembelajaran yang lain
o Mengajak siswa belajar dengan penemuan terbimbing

Metode role playing (bermain peran)


adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati
Langkah-langkah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup

Kelebihan role playing


Untuk mengajar peserta didk supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain
Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik
Sosiodrama dan permainan peran menimbulkan diskusi yang hidup
Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik
Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi

Kelemahan Metode Sosiodrama


Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memcahkan masalah
tersebut
Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjadi pasif
Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan
94

Dalam kegiatan sehari hari ditemukan adanya kebiasaan belajar


yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
a. Belajar pada akhir semester
b. Belajar tidak teratur
c. Menyia - nyiakan kesempatan belajar
d.Bersekolah hanya untuk bergengsi
e.Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
f. Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
g. Bergaya minta belas kasihan tanpa belajar.

Kebiasaan- kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah


yang ada dikota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain.
Untuk sebagian orang,kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak
mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat
diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

Cita-cita siswa pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-


cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada
kalanya gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum
ada.

13

Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.Cita-cita sebagai motivasi


instrinsik perlu dididikan. Penanaman memilikicita-cita harus dimulai
sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita- cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud
eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan
dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan
berprestasi,dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan
berprestasi,maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuan dirinya sendiri.

2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini,
Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang
95

memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu


factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

A. Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru , administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baik disekolah.Perilaku yang simpatik dan
dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat


tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.

c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi


kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak,kakak, atau adik
yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.

14
B. Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan factor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terlambat.

b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat


digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain
sebagainya.
96

c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini


hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapatditerapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

BAGAIMANA
MENGUKUR AKTIVITAS SISWA DALAMPEMBELAJARAN
?
Oleh: Dr. Supinah(Widyaiswara PPPPTK Matematika)
A. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengahharus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasipeserta didik untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yang cukupbagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik
(Permendiknas RI No. 41,2007: 6). Apabila dicermati apa yang
dikemukakan dalam Permen tersebutmenunjukkan bahwa peran
aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatukeharusan.
Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru
harusberorientasi pada aktivitas siswa.Menurut Asari (2000)
perilaku pembelajaran yang diharapkan seharusnyaadalah
97

sebagai berikut: (1) pemberian informasi, perintah, dan


pertanyaanoleh guru mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan
30 %, selebihnyasebaiknya berasal dari siswa; (2) siswa mencari
informasi, mencari danmemilih serta menggunakan sumber
informasi (3) siswa mengambil inisiatiflebih banyak; (4) siswa
mengajukan pertanyaan; (5) siswa berpartisipasidalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran; (6)ada
penilaian diri dan ada penilaian sejawat.

2
Untuk mengetahui kadar aktifitas siswa didalam pembelajaran,
tentunya perlubagi seorang guru mengetahui tentang penertian
aktifitas dan bagaimanacara mengukurnya.
B. PENGERTIAN AKTIVITAS BELAJAR
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkansiswa berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri baik dalambentuk interaksi antar siswa
maupun siswa dengan guru dalam prosespembelajaran
tersebut. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatanyang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa
selamaproses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginansiswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yangterjadi selama proses belajar
mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksudadalah kegiatan
yang mengarah pada proses belajar seperti
bertanya,mengajukan pendapat, mengerjakan tugastugas,
dapat menjawabpertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan
siswa lain, serta
tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (http://ipotes.wo
rdpress.com/2008/ 05/24/prestasi-belajar/ , diakses tanggal 19
Agustus 2009).Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satuindikator adanya keinginan atau motivasi
siswa untuk belajar. Siswadikatakan memiliki keaktivan apabila
ditemukan ciriciri perilaku seperti:sering bertanya kepada guru
atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yangdiberikan oleh
guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugasbelajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut
pada dasarnyadapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan
dari segi hasil(.http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-
belajar/, diakses tanggal 19Agustus 2009)
98

3
Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang paling
mendasar yangdituntut dalam proses pembelajaran adalah
keaktivan siswa. Keaktivansiswa dalam proses pembelajaran
akan menyebabkan interaksi yang tinggiantara guru dengan
siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini
akanmengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
dimana masing masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin.Aktivitas yang timbul dari
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknyapengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatanprestasi
(http://ipotes.wordpress.com/ 2008/05/24/prestasi-belajar/,
diaksestanggal 19 Agustus 2009).Menurut Bonwell (1995),
pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut.a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada
penyampaian informasioleh pengajar melainkan pada
pengembangan ketrampilan pemikirananalitis dan kritis
terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,b. Siswa tidak
hanya mendengarkan kuliah secara pasif
tetapi mengerjakansesuatu yang berkaitan dengan materi
kuliah,c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap b
erkenaan denganmateri kuliah,d. Siswa lebih banyak
dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa danmelakukan
evaluasi,e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi
pada proses pembelajaran.Menurut Streibel, aktivitas belajar
siswa terutama di kelas lebih ditekankankepada interaksi antara
guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa atauantara siswa
dengan media instruksional. Aktivitas belajar siswa yang
baikdapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan
kondisi pembelajaranyang mendukung. Upaya terebut meliputi:
(a) perencanaan pembelajaran

11
5 = selalu muncul 3 = kadang-kadang muncul 1= tidak pernah
muncul4= sering muncul 2 = jarang muncul

No
Pernyataan 5 4 3 2 1
1 Siswa pada umumnya menggunakan berbagai strategi
berpikir kompleks dengan efektif
99

2 Siswa pada umumnya menerjemahkan suatu tugas menjadi


langkah kerja dengan tujuan yang jelas
3 Pada umumnya perhatian siswa dalam menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
4 Siswa pada umumnya menggunakan berbagai strategi
pengumpulan informasi dan berbagai sumber informasi
dengan efektif.
5 Siswa pada umumnya menginterprestasikan dan
menyintesiskan informasi dengan efektif
6 Siswa pada umumnya mengevaluasi informasi dengan tepat
7 Siswa pada umumnya mengindentifikasi kemungkinan-
kemungkinan perolehan manfaat tambahan dari informasi
8 Siswa pada umumnya menyatakan/menyampaikan ide
dengan jelas
9 Siswa pada umumnya secara efektif dapat
mengkomunikasikan ide dengan siswa lain dengan berbagai
cara untuk berbagi tujuan
10 Siswa pada umumnya menghasilkan hasil karya yang
berkualitas
11 Selama proses pembelajaran berlangsung, pada umumnya
siswa telibat dalam mengajukan pertanyaan
Selama proses pembelajaran berlangsung, pada umumnya
12 siswa terlibat dalam menjawab pertanyaan
Siswa pada umumnya berusaha memecahkan masalah yang
13 diajukan atau yang timbul selam proses pembelajaran
berlangsung
Pada umumnya terjadi interaksi antar siswa atau antar siswa
14 dengan guru
Interaksi atau proses Tanya jawab selama pembelajaran
15 berlangsung pada umumnya melibatkan semua siswa secara
merata atau tidak didominadi oleh siswa-siswa tertentu
16 Siswa pada umumnya berusaha untuk mencapai tujuan
kelompok
17 17 Siswa pada umumnya menggunakanketera
mpilan interpersonal dengan efektif
18 Siswa pada umumnya berusaha
untukmemelihara kekompakan kelompok
Siswa pada umumnya menunjukkan
19 kemampuan untuk terlibat dalam
berbagaiperan secara efektif

Pengalaman nyata pada umumnya dilakukans


20
100

iswa dalam bentuk kerja sama dan


interaksidalam kelompok
Siswa pada umumnya memiliki keinginan
21 untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif
Siswa pada umumnya mengerti akan pola
22 pikirnya sendiri
Siswa pada umumnya membuat rencanayang
23 efektif
Siswa pada umumnya mencari, membuat,dan
24 menggunakan sumber-sumber yangdiperlukan
Siswa pada umumnya sangat peka terhadap
25 umpan balik
Siswa pada umumnya tepat menyelesaikan
26 tugas dan selalu berusaha agar tepat.
Siswa pada umumnya menerima informasi
27 dengan jelas dan akan selalu berusaha
agar jelas
Siswa pada umumnya berpikir terbuka
28
Siswa pada umumnya menahan diri agar
29 tidak impulsif
Siswa pada umumnya memperlihatkanprinsip
30 jika memang diperlukan.
31 Siswa pada umumnya peka terhadap tingkatp
engetahuan siswa lain
32 Siswa pada umumnya peka terhadap
perasaan siswa lain
33 Siswa pada umumnya tetap melaksanakan
tugas walaupun hasilnya belum jelas benar
34 Siswa pada umumnya berusaha sekuattenaga
dan semampunya untuk mengikuti jalannya
pembela-jaran
35 Siswa pada umumnya selalu mempunyai (dan
berusaha mencapai) standar ideal
yangditetapkan untuk dirinya

36 Siswa pada umumnya mempunyai cara-


carauntuk melihat situasi dari perspektif
lainselain yang ada.
101

. E. KESIMPULAN
Untuk mengukur atau mengetahui aktifitas siswa dalam
pembelajaran gurudapat mengidentifikasi aktivitas siswa
selama mengikuti proses pembelajarandi kelas dengan
menggunakan instrumen yang dibuat berdasarkan dimensi-
dimensi yang merupakan indikator dari aktivitas belajar siswa
selamamengikuti proses pembelajaran di kelas. Dimensi
tersebut antara lain adalah:keterampilan berpikir kompleks,
memroses informasi, berkomunikasi efektif,bekerja sama,
berkolaborasi, dan berdaya nalar yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Arief S Sadiman Dr., dkk. 1986.
Media Pendidikan
(Jakarta: CV.Rajawali).Ari Samadhi T.M.A.
Pembelajaran Aktif (Active Learning)
.http://eng.unri. c.id/download/teaching-
improvement/BK2_Teach& Learn_2/Active%20 learning_5.doc.
Diakses tanggal 19Desember 2008.Muhibbin Syah. 1997.
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru
,Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).Permendiknas RI
No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta:BSNP.Sumadi
Suryabrata,
Pengembangan Alat Ukur Psikologis
(Jakarta: Andi,2000), h.177

Anda mungkin juga menyukai