Anda di halaman 1dari 31

STEP 1

1. Poliuria : Salah satu gejala pada penderita diabetes melitus yang ditandai
dengan volume urin yang meningkat, umunya terjadi pada malam hari.
2. Obat anti diabetic : Obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan kadar
gula dalam darah.
3. Polidipsi : Salah satu gejala pada penderita diabetes melitus yang ditandai
dengan seringnya rasa haus, hal ini disebabkan karena banyaknya cairan
dalam tubuh yang berkurang akibat poliuria.
4. Polifagia : Salah satu gejala pada penderita diabetes yang ditandai dengan
selalu merasa lapar dan ingin makan, hal ini karena berkurangnya cadangan
glukosa, sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel dengan baik.
5. Gula darah acak : Gula darah acak atau gula darah sewaktu yaitu gula darah
yang diketahui melalui pemeriksaan gula darah yang dilakukan tanpa
mempertimbangkan waktu makan terakhir penderita. Jadi kadar glukosa
dalam darah yang dihitung saat tidak sedang berpuasa atau tidak setelah
makan.

STEP 2

1. Mengapa gula darah pasien pada skenario melebihi normal?


2. Bagaimana mekanisme poliuri, polidipsi dan polifagia?
3. Bagaimana hubungan DM dengan kondisi rongga mulut?
4. Apa pengaruh obat antidiabetic yang diberikan pada pasien dalam skenario?
5. Bagaimana tindakan pertama seorang dokter gigi pada pasien dalam
skenario tersebut?
6. Bagaimana rencana perawatan dokter gigi pada pasien dalam skenario
tersebut?

STEP 3

1.
saat sampai di dalam pankreas, Insulin Makanan akan dipecah
diproduksi oleh sel beta pankreas menjadibahan dasar makanan
(Karbohidrat menjadi Glukosa, Protein
menjadi asam amino, Lemak menjadi Asam
lemak)

insulin akan membawa masuk bahan dasar


makanan ke dalam sel untuk menghasilkan
energi

JIKA INSULIN TURUN

Glukosa tidak akan dapat masuk ke dalam sel dan glukosa akan tetap berada di
darah

Kadar insulin dalam darah menurun kurang energi sehingga lemas


Kadar gula darah setiap orang tidak selalu normal. Kadar gula darah
sewaktu-waktu bisa naik dan sewaktu-waktu bisa turun. Kadar gula darah
naik biasanya saat 2 jam setelah makan. Sedangkan kadar gula darah turun
biasanya saat seseorang kekurangan asupan nutrisi dan kurang istirahat.
Level gula darah setiap orang berbeda beda tergantung pola hidup,
mencakup asupan glukosa dalam konsumsi makanan, stress, olahraga dan
waktu istirahat. Telah dijelaskan pada bagan diatas bahwa kadar gula
seseorang diatur oleh kinerja pankreas. Pada kelenjar pankreas terdapat sel
beta yang akan mengeluarkan hormon insulin sebagai hormon utama yang
mengatur kadar gula darah agar tetap stabil. Ketika seseorang mengalami
kadar gula darah berlebih dan tubuh tidak mampu menstabilkannya ke level
yang seharusnya maka telah terjadi gangguan pada kerja pankreas. Kadar
gula berlebih yang tidak mampu ditanggulangi oleh tubuh ini menyebabkan
penyakit Diabetes Mellitus. Selain itu, stress yang berpengaruh terhadap
meningkatnya gula darah dikarenakan stress yang berlebih dapat memicu
produksi hormone epinephrine, kortisol dan adrenalin dimana kedua
hormone ini berfungsi untuk meningkatkan gula darah.
2. Mekanisme poliuri, polidipsi dan polifagia
Poliuri : Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi karena ambang batas
untuk gula darah dalam tubuh adalah 180 mg%, sehingga bila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak dapat menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah. Ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar bila kosentrasi gula dalam darah cukup tinggi,
akibatnya glukosa tersebut diekskresikan melaluin urin, atau disebut
glukosuria.Ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan , keadaan ini disebut dengan diueresis osmotic.
Akibatnya, penderita akan mengalami peningkatan dalam berkemih atau
poliura
Polidipsi : Rasa haus yang amat sering merupakan akibat reaksi tubuh
karena banyak mengeluarkan urine. Gejala ini merupakan usaha tubuh
untuk menghindari kekurangan cairan oleh karena tubuh banyak
mengeluarkan air (dalam bentuk urine). Dengan banyaknya air yang keluar
dalam bentuk urine akan menimbulkan rasa haus. Selama kadar gula dalam
darah belum terkontrol dengan baik maka akan berkeinginan terus untuk
minum. Semakin banyak minum maka akan semakin banyak juga urine
yang dikeluarkan. Dimana keduanya merupakan serangkaian sebab akibat
yang akan terus terjadi jika tubuh belum bisa mengendalikan kadar gula
dalam darah.
Polifagia : Pada penderita Diabetes Mellitus, glukosa yang merupakan
sumber energi bagi metabolisme sel tidak dapat disalurkan ke dalam sel
karena ada gangguan pada reseptor insulin atau karena sekresi insulin yang
kurang. Sehingga metabolisme sel yang nantinya akan menghasilkan energi
akan terganggu, energi yang dihasilkan menjadi kurang sehingga tubuh
menjadi lemas. Tubuh yang lemas ini akan memberi sinyal kepada otak dan
mempresepsikan bahwa tubuh kekurangan makan sehingga tubuh akan
berusaha untuk meningkatkan intake makanan dengan menghasilkan respon
adanya rasa lapar.

3. Hubungan DM dengan kondisi rongga mulut


Pasien bisa mengalami xerostomia karena kondisi poliuria, jadi
poliuria ini menyebabkan cairan di dalam tubuh berkurang, sehingga
sekresi saliva juga berkurang, karena inilah terdapat tanda xerostomia pada
rongga mulut pasien. Keadaan yang kering dalam rongga mulut dapat
menyebabkan pH asam sehingga mudah terjadi karies. Selain itu juga bisa
menyebabkan candidiasis. Selain dikarenakan ketidak seimbangan cairan
di dalam tubuh yang disebabkan oleh poliuria, keadaan xerostomia pada
pasien DM juga dikarenakan flow saliva yang menurun. Penurunan aliran
saliva ini disebabkan karena kadar gula darah yang tinggi pada pasien DM
menyebabkan gangguan neuropati, gangguan neuropati ini mempengaruhi
kerja saraf otonom, dimana saraf otonom merupakan pusat pengendali
sekresi saliva. Gannguan ini menyebabkan penurunan sekresi saliva dan
berdampak pada xerostomia pada rongga mulut.
Pada hiperglikemia atau kadar glukosa dalam darah yang tinggi
ternyata dapat meningkatkan kolagenase dan menurunkan sintesis kolagen.
Dimana disini enzim kolagenase mengurai kolagen sehingga membuat
ligament periodontal rusak dan menyebabkan gigi goyang
Adanya perubahan fungsi sel seperti monosit, neutrofil dan
makrofag pada penderita diabetes mellitus menyebabkan proses
kemotaksis dan fagositosis terganggu. Dimana sel-sel tersebut merupakan
garis pertahanan pertama tubuh dan penghambatan fungsinya mencegah
penghancuran bakteri dalam poket periodontal, jika terjadi perubahan
fungsi sel-sel imun maka terjadilah kerusakan periodontal periodontitis
4. Pengaruh obat antidiabetic yang diberikan pada pasien dalam
skenario.
Obat anti diabetik oral merupakan obat obatan yang dikonsumsi
per-oral guna menurunkan kadar gula dalam darah. Pemakaian anti
diabetik oral hanya diindikasikan apabila tidak terdapat diabetes tipe 1,
tindakan diet tidak cukup, dan tidak perlu diberikan insulin sebagai
pengganti antidiabetik oral.
Salah satu contoh obat antidiabetik oral adalah golongan
tiazolidinedion. Senyawa ini dapat mengurangi resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang
merangsang transfort glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam
lemak. Selain itu juga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan
asam lemak bebas di plasma. Senyawa ini digunakan untuk DM tipe II
yang tidak memberi respon dengan diet dan latihan fisik. Sebagai
monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak memberi respons
pada obat hipoglikemik lain .
Pengkonsumsian obat ini harus melalui kontrol dan resep dokter.
Apabila obat obatan ini dikonsumsi tanpa kontrol dokter, maka dapat
menyebabkan kadar gula darah menurun secara drastis dan mengakibatkan
hipoglikemia. Hipoglikemia ini dapat menyebabkan tremor, kelemahan,
pucat, gemetaran dsb.
5. Tindakan pertama dokter gigi pada psien DM
Tindakan pertama yang dilakukan terhadap pasien Diabetes
Mellitus ini adalah memeriksa kesehatan umumnya. Jika pasien adalah
penderita Diabetes Mellitus tidak terkontrol, maka harus dirujuk ke dokter
umum atau dokter spesialis penyakit dalam agar gula darahnya terkontrol
terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan kedokteran gigi. Jika
langsung dilakukan perawatan misalnya ekstraksi gigi dalam keadaan gula
darahnya tidak terkontrol maka akan berbahaya karena dapat
menyebabkan perdarahan yang lama dan luka yang sulit sembuh
6. Perawatan RM pada penderita DM
Dari gambaran klinis dalam rongga mulut pada skenario, dapat dilakukan
beberapa perawatan di bawah ini :
- OM : pada oral medicine dapat dilakukan pemberian obat anti jamur
secara topikal, hal ini dilakukan untuk meminimalisir dari adanya
candidiasis. Sedangkan untuk xerostomia dapat dilakukan perawatan
untuk menstimulasi sekresi saliva, seperti mengunyah permen karet,
makan buah-buahan dan memakan makanan asam misalnya.
- Konservasi : pada konservasi bisa dilakukan penambalan pada gigi
yang karies, agar tidak terjadi karies yang semakin melebar dan untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi.
- Periodonsia : pada periodonsia, dokter gigi bisa melakukan
pembersihan karang gigi untuk menghilangkan kalkulus pada gigi dan
mengurangi halitosis, serta bisa juga dilakukan root planing.

STEP 4

STEP 5

1. Memahami dan menjelaskan tentang diabetes melitus.


2. Memahami dan menjelaskan tentang kesehatan rongga mulut pasien pada
penderita diabetes melitus.
3. Memahami dan menjelaskan tata cara merujuk pasien.
4. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan pada rongga mulut pasien
yang menderita diabetes melitus.

STEP 7

1. Diabetes Melitus
A. DEFINISI

Diabetes melitrus merupakan penyakit gangguan metabolisme tubuh


dimana hormon tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Seperti yang
kita tahu bahwa insulin diproduksi oleh kelenjar pankreas yang gunanya
untuk mengontrol kadar gula dalam tubuh. Penderita DM kadar gulanya
melebihi normal, jika normalnya 120 mg/dl, maka pada pasien DM kadar
gula darah sewaktu 200 mg/dl dan kadar gula puasa 126 mg/dl. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pembentukan insulin atau keaktifan insulin
yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans di pankreas atau
adanya kerusakan pada pulan Langerhans itu sendiri.

Kadar glukosa (mg/dl ) Bukan DM Belum pasti DM


DM
Sewaktu Plasma Vena < 110 110 199 200
Darah Kapiler < 90 90 199 200
Puasa Plasma Vena < 110 110 125 126
Darah Kapiler < 90 90 109 110

B. ETIOLOGI

Diabetes Melitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana


berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan
genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas Diabetes
Millitus. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi Diabetes
Millitus yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta yaitu agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas yang menyebabkan disertai pembentukan sel


sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus

Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan


terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.

C. TANDA DAN GEJALA UMUM


Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapat perhatian ialah18,25 :
Keluhan Klasik :
1. Penurunan berat badan (BB)
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
2. Poliuria
Poliuria adalah volume urin yang banyak dalam periode tertentu
karena, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
3. Polidipsia
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering
disalahtafsirkan dengan menyebabkan rasa haus karena udara yang panas
atau beban kerja yang berat sehingga untuk menghilangkan rasa haus itu
penderita banyak minum.
4. Polifagia
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu
merasa lapar.
Keluhan lain
1. Gangguan saraf tepi / kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki
di waktu malam, sehingga menganggu tidur.
2. Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
3. Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan
atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudarah. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lama sembuhnya. Luka ini dapat
timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk
peniti.
4. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering
tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,
apalagi manyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
5. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.

D. PATOGENESIS
Peran Glukagon dan Insulin dalam Diabetes Mellitus
Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel alfa pulau
langerhans pada pankreas sebagai respons terhadap kadar glukosa darah
yang rendah dan pencetus glukoneogenesis pada hati. Jika kadar glukosa
dalam darah itu rendah, maka glukagon akan menstimuli metabolisme
lemak dan protein untuk menghasilkan glukosa, sehingga glukosa dalam
darah kembali normal. Namun, jika terjadi gangguan, maka glukagon akan
terus-menerus membuat glukosa dan menyebabkan kadar glukosa dalam
darah lebih tinggi (hiperglikemia).
Sedangkan, insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta
pulau langerhas pada pankreas. Jika kadar glukosa dalam darah tinggi, maka
insulin akan memasukkan glukosa tersebut ke dalam sel agar sel dapat
memetabolisme glukosa tersebut menjadi energi (ATP). Namun,
dikarenakan sel beta pankreas yang tidak bisa menghasilkan insulin atau
karena gangguan reseptor insulin yang ada di sel yang tidak bisa menangkap
insulin, maka insulin tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Oleh karena itu,
glukosa tetap tinggi dalam darah. Hal ini yang mencetuskan terjadinya
hiperglikemia pula.
Terjadinya hiperglikemia ini bisa menyebabkan Diabetes Mellitus
(DM) dan non-Diabetes Mellitus (non-DM). Seseorang yang mengalami
stress bisa menyebabkan hiperglikemia, namun, setelah beberapa saat,
glukosa dalam darah akan kembali normal. Selain itu, setelah kita makan,
glukosa dalam darah pun akan meningkat, namun hal ini bisa dinormalkan
pula. Penjelasan di atas tersebut, bisa menyebabkan hiperglikemia, namun
tidak sampai pada penyakit Diabetes Mellitus atau disebut sebagai non-
Diabetes Mellitus.
Jika keadaan hiperglikemia tidak bisa diatasi dikarenakan insulin tidak
bekerja dengan baik, maka glukosa dalam darah tidak bisa kembali dalam
kadar normal. Selain itu, karena gangguan reseptor insulin yang ada di sel
yang tidak bisa menangkap insulin juga dapat menyebabkan glukosa dalam
darah tidak bisa kembali dalam kadar normal, dan hal ini bisa menyebabkan
Diabetes Mellitus.

DIABETES TIPE 1
Pada diabetes melitus tipe 1 terdapat kekurangan insulin absolut
sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini
disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun
yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas
diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap
jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel
beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas
telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami gangguan.
Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin sehingga
akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana
glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa
masuk glukosa ke dalam sel.

DIABETES MELITUS 2
Pada diabetes melitus tipe ini, terjadi defisiensi insulin relatif
sehingga pasien tidak mutlak bergantung ada suplai insulin dari luar.
Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target
memiliki sensitivitas yang berkurang terhadap insulin.

Di dalam sel terdapat berbagai protein yang berperan dalam


memasukkan glukosa ke dalam sel yaitu:

- Protein enpp-1 yang digunakan utuk menerima insulin atau reseptor


insulin
- Protein irs yang digunakan untuk fosforilasi insulin sehingga dapat
mengaktifkan protein GLUT-4
- Protein GLUT-4 yang digunakan untuk menerima glukosa
- Protein CAPN-10 yang digunakan untuk mengatasi supaya tidak terjadi
kelebihan lemak

Apabila salah satu protein di atas terjadi mutasi atau kerusakan maka
proses perubahan glukosa menjadi bahan energi akan terjadi gangguan.
Sehingga akan terjadi peumpukan glukosa dalam darah.
Catatan : patofisiologi antara diabetes tipe 1 dan 2 sebenarnya sama
namun yang membedakan hanyalah pada etiologinya saja.

E. KLASIFIKASI DM
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat
kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti
tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya lebih
rendah dari kebutuhan atau daya kerjanya kurang. Hormon insulin dibuat
dalam pankreas. Tipe DM, antara lain :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan
sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya
normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan
insulin seumur hidup.
DM type II Dikenal dengan nama Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) atau disebut DM yang tidak tergantung pada
insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan
meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glokosa tidak
ada/kurang . Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga
terjadi hiperglikemia, 75 % dari penderita DM type II dengan obesitas
atau sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30
tahun.
Pada diabetes mellitus tipe II ditandai dengan kelainan sekresi insulin,
serta kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselular yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya responsive terhadap
insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsic.

Gejala dari diabetes type 2 adalah meningkatnya rasa haus, lapar, dan
intensitas pengeluaran urin ( berkemih). Namun bila diabetes tidak
terkendali, maka komplikasi yang sering terjadi antara lalin retinopathy,
serangan jantung, gangguan metabolisme, penyembuhan luka yang lama,
gagal ginjal dan infeksi serta luka pada kaki. Pertama-tama diceritakan
kondisi dimana setelah kita mengonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat, zat kimia dalam pencernaan akan memecah karbohidrat
tersebut menjadi molekul yang lebih sederhana disebut glukosa. Selanjutnya
sel di dalam pencernaan akan menyerap glukosa tersebut , melewati
pembuluh darah. Ketika darah mencapai pankreas, dengan bantuan ion
kalsium , sel beta akan melepaskan insulin. Untuk menurunkan kadar
glukosa, sel beta akan melepaskan insulin ke dalam darah. Kemudian
Insulin, glukosa, dan lemak melalui aliran darah menuju ke dalam sel untuk
mengalami metabolisme di dalam sel. Sebagian sel tubuh memiliki reseptor
insulin yang berperan dalam tranduksi sinyal insulin. Insulin seperti kunci
pada reseptornya sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk
menghasilkan energi.

Terdapat empat protein yang berperan dalam metabolisme substansi


ini antara lain ENPP-1 yang bertugas menerima insulin, IRS berfungsi
memfosforilasi insulin, GLUT 4 berfungsi menerima glukosa, dan CAPN-
10 bertugas memecah lemak. Keempat protein tersebut disintesis oleh DNA,
selanjutnya RNA polimerase akan mennyintesis RNA messenger (mRNA)
sehingga dihasilkan RNA yang telah disandi. Dengan bantuan ribosom ,
mRNA akan diterjemahkan menjadi protein IRS. Hal yang sama juga
terjadi untuk ketiga protein lain. Keempat protein ini penting untuk
metabolisme glukosa dan lemak. Pertama, CAPN-10 akan memecah lemak.
Selanjutnya ENPP-1 membawa insulin ke dalam sel dan akan diterima oleh
protein IRS untuk mengalami fosforilasi. Hal tersebut digunakan untuk
mengaktivasi GLUT-4 yang akan menyebabkan glukosa masuk ke dalam
sel. Glukosa yang dihasilkan ada yang bergabung membentuk glykogen ,
dan glukosa lain akan menerima elektron menjadi piruvat dan
dimetabolisme ke dalam mitokondria sehingga dihasilkan energi melalui
siklus kreb.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diabetes type 2 antara


lain:

Mutasi gen yang menyintesis protein IRS


DNA yang telah termutasi, menyebabkan RNA polimerase
menyintesis mRNA yang telah disandi menjadi termutasi.Ketika
Ribosom menerjemahkan mRNA akan dihasilkan protein IRS yang
rusak. Ketika insulin datang dan masuk malalui ENPP-1, IRS yang
rusak ( IRS termutasi) tidak dapat memfosforilasi insulin. Hal ini akan
menyebabkan glukosa akan terakumulasi di daerah ekstraseluler, dan
akan menyebabkan meningkatnya kadar glukosa dalam darah.
Mutasi reseptor insulin ENPP-1
ENPP-1 yang termutasi tidak dapat menyebabkan insulin masuk,
sehingga glukosa dan insulin terakumulasi di daerah ekstraseluler,
sehingga juga menyebabkan meningkatnya kadar glukosa dan insulin
didalam darah.

Mutasi reseptor GLUT-4


Ketika insulin masuk melalui protein ENPP-1, kemudian difosforilasi
oleh protein IRS. GLUT-4 yang termutasi tidak dapat menstransport
glukosa masuk ke dalam sel . Hal ini menyebabkan glukosa
terakumulasi di daerah ekstraseluler, yang pada akhirnya juga
menyebabkan meningkatnya kadar glukosa di dalam darah.
Lemak yang berlebihan
Hal ini disebabkan protein CAPN-10 tidak mampu memecah lemak
yang sangat banyak. Akumulasi lemak di daerah ekstraseluler ,
menghalangi saluran ENPP-1 dan GLUT-4. Hal ini menyebabkan
akumulasi lemak, glukosa, dan insulin di daerah ekstraseluler, dan
menyebabkan meningkatnya kadar glukosa, insulin, dan lemak
didalam darah.

Diabetes Melitus tipe lain


Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi
sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang
jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus.

Diabetes Melitus Gestasional,


Tipe ini timbul pada wanita hamil yang kemudian gejala
menghilang setelah melahirkan bayi biasanya dengan berat badan yang
lebih besar dibanding dengan bayi lain pada umumnya. Wanita yang telah
menderita Gestasional Diabetes Mellitus meningkatkan faktor resiko untuk
terjadinya diabetes mellitus tipe II.

F. KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS


Komplikasi diabetes mellitus berhubungan dengan terjadinya
hiperglikemia dan perubahan patologis pada sistem pembuluh darah dan
sistem saraf perifer. Perubahan patologis pada sistem pembuluh darah dan
sistem saraf perifer, dapat berupa microangiopathy dan macroangiopathy.
Kedua kelainan pada pembuluh darah ini merupakan salah satu penyebab
yang paling sering dijumpai dalam komplikasi diabetes mellitus.
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Dimana kadar gula darah < 60 mg/ dl dan merupakan komplikasi yang
biasa dari diabetes yang menggunakan insulin. Hipoglikemia dapat
disebabkan oleh perasaan lapar yang tinggi, diikuti dengan iritabilitia,
takikardia, palpitasi, keringat dingin, pengurangan kemampuan mental dan
diikuti dengan kegelisahan dan koma jika tidak dirawat.
b. Diabetik Ketoasidosis
Simtom meliputi demam, malaise, sakit kepala, mulut kering, poliuria,
polidipsia, nausea, vomitus, sakit perut dan lesu.
c. Hipersomolar hiperglikemia non ketotik sindrom
Kondisi akut dari hiperglikemia (lebih cair 600 mg/dl) dengan tidak
adanya keton ditemukan pada diabetes mellitus tipe II, penderita
memerlukan terapi insulin dan cairan untuk menyempurnakan perawatan.

2. Komplikasi Kronis
a. Diabetik retinopati
Rusaknya pembuluh darah pada retina yang merupakan jaringan
sensitif cahaya di belakang mata yaitu berperan mengartikan cahaya
kedalam impuls elektrik yang diinterpretasikan sebagai penglihatan oleh
otak.
b. Katarak
Katarak adalah kristalisasi lensa yang opak sebagai hasil dari
pengaburan penglihatan normal. Penderita diabetes dua kali lebih besar
terkena katarak dibandingkan dengan yang non diabetes. Katarak cenderung
berkembang pada usia pertengahan.
c. Glaucoma
Penyakit ini timbul ketika terjadi peningkatan tekanan cairan didalam
mata yang memicu terjadinya kerusakan saraf mata secara progresif.
Penderita orang dengan diabetes 2 kali lebih besar keyakinan terkena
glaucoma dibandingkan dengan yang non diabetes.
d. Diabetic neuropati
Kerusakan saraf dengan karakteristik sakit dan kelemahan pada kaki
sehingga kehilangan atau penurunan sensasi di kaki, dan pada beberapa
kasus terjadi pada tangan. Tanda awal dari penyakit ini adalah kekakuan,
sakit, atau perasaan geli pada kaki dan tangan.
e. Diabetik nefropati
Merupakan stadium akhir dari penyakit ginjal. Setelah mengidap
diabetes selama 15 tahun, satu sampai tiga orang penderita tipe 1 diabetes
mellitus berkembang menjadi penyakit ginjal. Diabetes merusak pembuluh
darah kecil di ginjal sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyaring
kotoran yang kemudian diekresikan melalu urin. Penderita dengan gangguan
ginjal harus melakukan transplantasi ginjal atau cuci darah.
f. Stroke
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama, merokok, dan
tingginya tingkat kolesterol LDL yang tinggi adalah sebagai penyebab
lainnya.
g. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah komplikasi yang biasa terlihat pada
penderita diabetes. Arterosklerosis adalah terpenting dari semua komplikasi
kronis karena merupakan 80 % dari penyebab kematian penderita diabetes.
Beberapa diantaranya adalah :
- Penyakit jantung koroner
Merupakan perkembangan dari arterosklerosis di dalam arteri jantung yang
merupakan hasil dari obstruksi aliran darah ke otot jantung. Pengurangan
dari hiperlipidemia oleh kontrol glikemik yang baik membatasi komplikasi.
- Akut miokardial infarksi
Diabetes meningkatkan resiko infarksi berulang sebanyak 100% dan
penyebab kematian jantung tiba-tiba 100-200%. Penderita yang selamat
akan mengalami kehilangan masa otot yang besar, sehingga dapat
menyebabkan Congestive Heart Failure (CHF) kronik, insiden meningkat
600% pada pria dan 950% pada wanita dengan diabetes dibandingkan
dengan yang non diabetes.
- Penyakit vaskular perifer
Penyakit ini 4 kali lebih besar dibanding yang non diabetes. Disebabkan
oleh ulser yang tidak dirawat, sakit, dan amputasi pada orang dengan atau
tanpa diabetes. Faktor resiko meliputi hipertensi, merokok, hiperlipidemia,
obesitas, dan riwayat keluarga.
i. Komplikasi dental
Dihubungkan dengan kontrol glikemik yang buruk. Beberapa
diantaranya adalah penyakit periodontal, xerostomia dan infeksi.

2. Kesehatan rongga mulut pasien pada penderita diabetes melitus

Pada penyakit diabetes melitus terdapat 3 kelainan yang dapat


memicu terjadinya manifestasi di dalam rongga mulut yaitu:
- Gangguan metabolisme lemak : dimana hasil pemecahan sel lemak yang
berupa keton akan menyebabkan halitosis
- Gangguan metabolisme protein yang akan menyebabkan :
Menurunnya sistem imun: dimana gangguan metabolism protein
akan menyebabkan gangguan fungsi system imun. Bila terjadi
gangguan fungsi imun maka pembasmian terhadap bakteri di
rongga mulut akan terganggu sehingga akan terjadi peumpukan
bekteri sehingga menyebabkan karies, periodontitis, dan halitosis.
Penurunan proliferasi sel akan menyebabkan periodontitis, dan
regenerasi sel
- Gangguan neuritik akan menyebabkan xerostomia dimana xerostomia ini
akan menyebabkan beberapa penyakit mult seperti karies, periodontitis,
dan juga halitosis.

XEROSTOMIA
POLIURIA (sering buang air kecil) cairan tubuh

Jumlah saliva POLIDIPSI (sering haus)


XEROSTOMIA

KARIES
DIABETES MELITUS

Kadar Gula darah saliva

Gula di saliva self cleansing

Jumlah KBH yang dipengaruhi oleh bakteri PH menjadi asam

KARIES

HALITOSIS
BAU MULUT

Xerostomia INSULIN

Self cleansing Kekurangan energi

Bakteri/kuman tubuh membongkar cadangan energi dari lemak

Mengeluarkan senyawa sulfur pemecahan sel lemak hasilkan KETON

BAU MULUT ASIDOSIS METABOLIK


Ventilasi untuk mengeluarkan CO2 melalui NAFAS Tindakan kompensasi

HALITOSIS

Pada saat tubuh kekurangan energi karena glukosa tidak dapat


ditransfer menuju sel sehingga tubuh kekurangan energi, maka tubuh akan
berusaha mendapatkan energi dari lemak. Sehingga tubuh akan
membongkar cadangan lemak secara drastis, dimana penggunaan asam
lemak di dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber
energi alternatif. Meningkatnya penggunaan lemak di hati akan
menyebabkan meningkatnya pengeluaran berlebihan badan keton ke dalam
tubuh. Peningkatan benda keton mengakibatkan penumpukan benda keton
dalam darah yang disebut ketosis. Ketosis menyebabkan penurunan pH
darah. Sehingga benda keton yang berlebihan tersebut harus dibuang.
Pembuangan tersebut dapat melalui urin dan juga meningkatkan
pengeluaran karbondioksida pembentuk asam melalui nafas. Sehingga bau
mulut penderita diabetes bau mulutnya tidak enak.

Halitosis juga bisa terjadi melalui xerostomia. Ketika saliva


seseorang menurun padahal air liur berfungsi untuk menjaga
keseimbangan pH dalam mulut, kelembapan mulut, membunuh bakteri
jahat, dan membilas mulut dari sisa makanan. Oleh sebab itu, bakteri
dalam mulut pun merajalela. Bakteri ini kemudian memetabolisme sisa
makanan dalam mulut menjadi gas sulfur dan VSC (volatile sulfur
compound), Setelah makanan di cerna senyawa sulfur tersebut diserap
kedalam pembuluh darah dan di bawa oleh darah langsung ke paru-paru
sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat mengeluarkan nafas.
KARANG GIGI

DM

Glukosa di dalam darah POLIURIA

glukosa banyak menyerap cairan DEHIDRASI

cairan tubuh banyak yang masuk ke PD volume darah

aliran darah melambat


trombosit menempel di PD pembekuan PD

suplai O2

bakteri anaerob mudah berkembang

memfermentasikan makanan PLAK

KARANG GIGI OH BURUK

Pada penderita DM memiliki gejala yaitu poliuria, maka hal


tersebut akan menyebabkan tubuh penderita DM akan kehilangan banyak
cairan sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Apabila seseorang
kekurangan air dalam tubuh akan berdampak buruk bagi tubuhnya. Sebab
mayoritas dalam tubuh manusia terdiri dari air. Dalam otak dan darah
terdiri dari 80% air di dalamnya. Jadi, apabila tubuh kekurangan air maka
volume darah akan menurun sebab air memelihara volume normal dan
konsistensi cairan seperti darah. Sehingga darah akan kekurangan suplai
oksigen dan pertumbuhan bakteri anaerob akan semakin menumpuk dan
sekresi saliva menurun sehingga bakteri tersebut akan memfermentasikan
makanan sehingga akan terbentuk plak. Dan apabila OH pasien buruk
maka akan terjadi karang gigi.

Selain itu karang gigi dapat terjadi karena adanya peningkatan


glukosa dalam darah. Glukosa akan menyerap cairan, sehingan banyak
cairan tubuh yang masuk ke pembuluh darah sehingga akan menyebabkan
melambatnya aliran darah. Pada keadaan normal, trombosit akan
digunakan sebagai pembekuan darah, namun di sini trombosit menempel
pada pembuluh darah sehingga di dalam pembuluh darah akan terjadi
pembekuan dan pembuluh darah akan menyempit sehingga produksi
oksigen akan menurun. Pertumbuhan bakteri anaerob akan semakin
menumpuk dan sekresi saliva menurun sehingga bakteri tersebut akan
memfermentasikan makanan sehingga akan terbentuk plak. Dan apabila
OH pasien buruk maka akan terjadi karang gigi.

PERIODONTITIS

Periodontitis merupakan salah satu manifestasi oral dari penyakit


Diabetes Mellitus. Pada penderita Diaetes Mellitus, kadar glukosa darah
tinggi akan memicu pembentukan AGEs (Advance Glycocylation End
Product) , AGEs ini akan berikatan dengan reseptor pada monosit dan
makrofag sehingga akan merangsang produksi sitokin pro-inflamasi (IL-6
dan TNF-) dalam cairan krevikular gingiva. Adanya respon berlebih dari
immunoinflamatory oleh TNF- dan IL-6 ini akan meningkatkan
kerusakan jaringan pejamu dan meningkatkan prevalensi dan tingkat
keparahan penyakit periodontal.

Sel utama dalam periodonsium yaitu fibroblast tidak mampu


berfungsi pada kadar gula darah yang tinggi. Selain itu, kolagen yang
diproduksi oleh fibroblast ini rentan terhadap enzim matriks
metalloproteinase yang dihasilkanoleh makrofag. Dimana, enzim matriks
metalloproteinase akan meningkat pada orang Diabetes Mellitus. Oleh
karena itu, proses penyembuhan luka pada jaringan periodontal berubah
pada orang dengan hiperglikemia yang berkelanjutan, yang mengakibatkan
bone loss dan kehilangan perlekatan pada ligamen periodontalnya.

PERIODONTITIS MENYEBABKAN GIGI GOYANG

Penumpukan plak dan karang gigi di antara gigi dan gusi

Infeksi meluas terbentuk kantung diantara gigi &gusi

Infeksi bakteri anaerob Mengandung plak yg bebas O2


Kantung semakin meluas sampai ke tulang alveolar

Tulang alveolar dirusak

GIGI GOYANG

CANDIDIASIS

Manifestasi oral dari penyakit diabetes melitus cukup banyak.


Salah satu yang paling sering adalah infeksi dari jamur candida albicans.
Infeksi jamur ini cukup sering di temukan pada pasien diabetes meitus
disebabkan karena kadar glukosa darah yang tinggi mempengaruhi aliran
saliva sehingga terjadi xerostomia. Pada keadaan mulut kering, jamur
candida albicans akan mudah berkembang dan dapat menjadi patogen.
Selain itu, kadar gula yang tinggi dalam rongga mulut juga merupakan
media yang baik bagi jamur ini untuk tumbuh hingga menjadi patogen dan
menginfeksi rongga mulut pasien. Beberapa penyakit seperti trush,
glositis, dan candidiasis merupakan contoh infeksi oportunistik dari jamur
ini.

MULUT TERBAKAR
Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa
tanda-tanda klinis, walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat. Pada
pasien dengan diabetes mellitus tidak terkontrol, faktor yang menyebabkan
terjadinya sindroma mulut terbakar yaitu berupa disfungsi kelenjar saliva,
kandidiasis dan kelainan pada saraf. Adanya kelainan pada saraf akan
mendukung terjadinya gejala-gejala rasa sakit / terbakar yang disebabkan
adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut.

SARIAWAN
Penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh
penderita diabetes. Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur
dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis
sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring
naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.

ORAL THRUSH
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut.
Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap
infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat mengganggu
keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida
berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush.

3. Tata Cara Merujuk Pasien


Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan
suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada
dokter lainnya yang lebih ahli. Contoh kasus pada skenario dimana pasien
datang ingin dibuatkan gigi tiruan ke seorang dokter gigi dengan keadaan
pasien tersebut mengidap diabetes melitus yang tidak terkontrol. Maka
dokter gigi tersebut harus mengajukan konsultasi ke internist atau dokter
spesialis penyakit dalam untuk mengetahui kondisi sistemik pasien,
terutama gar internist dapat melakukan tindakan untuk mengontrol gula
darah pasien. Apabila gula darah pasien sudah terkontrol, maka internist
akan mengirim kembali pasien kepada dokter gigi untuk dilakukan
perawatan terhadap giginya.
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh
seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai. Contoh seorang pasien
datang ke dokter gigi untuk dilakukan operasi pada palatumnya. Dokter
gigi yang dapat mengerjakan kasus ini adalah dokter gigi spesialis bedah
mulut. Maka, dokter gigi tersebut merujuk pasien ini kepada dokter gigi
spesialis bedah mulut yang lebih berwenang menangani kasus ini.

Tata Cara Rujukan :


- Dokter harus memberikan penjelasan yang lengkap kepada pasien
mengenai alasan dilakukannya konsultasi dan rujukan.
- Dokter harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang
dimintai konsultasi atau rujukan. Komunikasi ini biasanya berupa surat
atau tulisan yang didalamnya memuat informasi mengenai pasien secara
lengkap, seperti : identitas, riwayat penyakit, dan penanganan yang telah
atau sedang dilakukan.
- Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus
selengkap mungkin. Tujuan konsultasi dan rujukan pun harus jelas, apakah
hanya untuk memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil
pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.
- Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi
wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa
diluar keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli
lain yang lebih seuai.
- Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
- Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta
rujukan
- Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing
pihak

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan


Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk, kriteria pasien yang layak untuk dirujuk adalah sebagai berikut :
a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi.
b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih
lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang
bersangkutan.
d. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua
pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima
rujukan dengan standar prosedur operasional sebagai berikut :
a. Standar Prosedur Operasional Merujuk Pasien
1. Prosedur Klinis:
- Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis
banding.
- Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
- Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
- Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan
yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
- Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans, agar
petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di
IGD mendapat kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau
ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
- Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub
spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I
(Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk
langsung ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi
tersebut
2. Prosedur Administratif:
- Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
- Membuat rekam medis pasien.
- Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan /
penolakan rujukan).
- Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim
ke rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip.
- Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
- Menyiapkan sarana transportasi
- Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan
sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien.
- Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat
rujukan yang dituju.
- Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk membuat laporan.

Surat rujukan harus mencantumkan :


- Unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang
merujuk atau yang menerima rujukan.
- Alasan tindakan rujukan.
- pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
- tanda tangan persetujuan pasien atau keluarga
4. Penatalaksanaan pada rongga mulut pasien yang menderita diabetes
melitus
1. Bedah Mulut
Yang perlu diperhatikan pada perawatan bedah mulut pasien DM,
antara lain :
a Melakukan pemeriksaan gula darah (pada setiap pasien, tidak
hanya pasien DM). Gula darah harus dalam batas normal : gula
darah puasa 70-110 mg/dL dan gula darah sewaktu 100-140 mg/dL.
Apabila didapatkan angka diluar batas normal, perwatan berupa
pencabutan harus ditunda, pasien dirujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam (internist) untuk mengontrol kadar gula darah
sebelum pencabutan dilakukan.
b Pasien tidak dalam keadaan stress / tegang / takut, karena stress
dapat mengakibatkan KGD meningkat.
c Penggunaan bahan anestesi noradrenalin, bukan adrenalin. Hal ini
dikarenakan adrenalin menyebabkan vasokonstriktor yang dapat
memperkecil pembuluh darah. Pada pasien DM, pembuluh darah
akan semakin kecil (mikroangiopati) menghambat aliran darah ke
daerah luka. Padahal sirkulasi darah yang baik dibutuhkan untuk
menghantarkan hemoglobin (Hb) pada sel darah merah, yang akan
membantu pembekuan darah.
d Trauma pencabutan seminimal mungkin. Pada pasien DM
disarankan hanya mencabut satu gigi pada suatu kunjungan dan
menjahit luka untuk mempercepat penyembuhan. Selain itu, pasien
DM mudah terkena infeksi karena jumlah leukosit yang berkurang
seiiring dengan mengecilnya pembuluh darah (mikroangiopati).
Padahal leukosit berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
alami terhadap infeksi.
e Pada tindakan pembedahan
Diabetes mellitus tipe 1 : sebelum pembedahan harus dilakukan
terapi insulin, dengan member suntikan insulin karena jumlah
insulinnya tidak mencukupi kebutuhan.
Diabetes mellitus tipe 2 : tidak diperlukan suntikan insulin, selain
itu pemberian anestesi lokal pada penderita diabetes mellitus harus
dihindari dari bahan vasokontriktor karena mengandung adrenalin
yang dapat meningkatkan glukosa dalam darah .
2. Periodonsia
Di dalam mulut Diabetes Militus dapat meningkatkan jumlah bakteri
sehingga menyebabkan adanya kelainan pada jaringan periodontal,
dan bila berlanjut dapat menyebabkan gigi menjadi goyah. Pasien
dengan penyakit diabetes, resiko terinfeksi jaringan periodontal
semakin besar bahkan mencapai 2-4 kali daripada pasien non diabetes.
Infeksi periodontal kronis menyebabkan inflamasi sistemik yang
nantinya meningkatkan resistensi insulin dan hiperglikemia.
Manifestasi klinik yang dilakukan antara lain :
Meminimalkan penggunaan epinefrin, karena epinefrin dapat
meningkatkan penggunaan insulin secara cepat.
Menggunakan antibacterial mouthwash.
Menggunakan aplikasi subgingival dengan gel metronidazol dan
gel chlorhexidine.
Scalling dan root planing dengan perawatan antibiotik.
3. Prostodonsia
Menggunakan Gigi Tiruan Lepasan (GTL) agar mudah dibersihkan
sehingga mencegah terjadinya infeksi jamur.
Menggunakan reservoir saliva pada basis gigi tiruan dimana
reservoir saliva merupakan suatu kantong air atau wadah yang
terdapat pada basis gigi tiruan yang berfungsi untuk menampung,
melembabkan mukosa dibawah basis gigi tiruan dan membuat gigi
tiruan tetap retensi pada mukosa rongga mulut. Reservoir untuk
rahang atas biasanya terdapat pada bagian palatum sedangkan pada
rahang bawah terdapat pada regio posterior. Reservoir saliva ini
hanya bisa digunakan untuk full denture.
Pada pasien Diabetes Mellitus, terdapat komplikasi xerostomia
maka dalam pembuatan gigi tiruan perlu dihindari bahan bahan
yang dapat memperparah kekurangan aliran saliva, misalnya bahan
cetak plaster. Bahan cetak plaster mampu mengabsorbsi
kelembaban dan berpengaruh terhadap kekeringan jaringan.
Diperlukan stimulasi saliva misalnya pengunyahan dengan permen
karet.

4. Konservasi Gigi
Management karies bisa dengan diberikan topical seperti Fluoride
yang mengandung penyegar mulut dan pengganti saliva untuk
mencegah karies dan mengurangi ketidaknyamanan pasien. Hal ini
disebabkan karena pada penderita DM mengalami gangguan aliran
saliva, dimana saliva itu berfungsi sebagai self cleansing gigi, jadi
topical fluoride ini bisa sebagai ganti saliva.
Sedangkan untuk melakukan tumpatan gigi yang berlubang
sebaiknya menghindari amalgam karena seperti yang kita ketahui
amalgam itu jika mengenai jaringan lunak atau mukosa mulut bisa
mengiritasi. Jadi berbahaya untuk penderita DM yang jika terkena
luka, sukar untuk sembuh.

5. Oral Medicine (OM)


Karena pada pasien Deiabetes Mellitus, infeksi mikroorganisme
meningkat. Hal ini disebabkan oleh fagositosis yang menurun. Oleh
karena itu, infeksi jamur pun meningkat pada rongga mulut, seperti
Candida albicans. Oleh sebab itu, diperlukan obat anti jamur, seperti
Nistatin.

Anda mungkin juga menyukai