1. Poliuria : Salah satu gejala pada penderita diabetes melitus yang ditandai
dengan volume urin yang meningkat, umunya terjadi pada malam hari.
2. Obat anti diabetic : Obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan kadar
gula dalam darah.
3. Polidipsi : Salah satu gejala pada penderita diabetes melitus yang ditandai
dengan seringnya rasa haus, hal ini disebabkan karena banyaknya cairan
dalam tubuh yang berkurang akibat poliuria.
4. Polifagia : Salah satu gejala pada penderita diabetes yang ditandai dengan
selalu merasa lapar dan ingin makan, hal ini karena berkurangnya cadangan
glukosa, sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel dengan baik.
5. Gula darah acak : Gula darah acak atau gula darah sewaktu yaitu gula darah
yang diketahui melalui pemeriksaan gula darah yang dilakukan tanpa
mempertimbangkan waktu makan terakhir penderita. Jadi kadar glukosa
dalam darah yang dihitung saat tidak sedang berpuasa atau tidak setelah
makan.
STEP 2
STEP 3
1.
saat sampai di dalam pankreas, Insulin Makanan akan dipecah
diproduksi oleh sel beta pankreas menjadibahan dasar makanan
(Karbohidrat menjadi Glukosa, Protein
menjadi asam amino, Lemak menjadi Asam
lemak)
Glukosa tidak akan dapat masuk ke dalam sel dan glukosa akan tetap berada di
darah
STEP 4
STEP 5
STEP 7
1. Diabetes Melitus
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta yaitu agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
D. PATOGENESIS
Peran Glukagon dan Insulin dalam Diabetes Mellitus
Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel alfa pulau
langerhans pada pankreas sebagai respons terhadap kadar glukosa darah
yang rendah dan pencetus glukoneogenesis pada hati. Jika kadar glukosa
dalam darah itu rendah, maka glukagon akan menstimuli metabolisme
lemak dan protein untuk menghasilkan glukosa, sehingga glukosa dalam
darah kembali normal. Namun, jika terjadi gangguan, maka glukagon akan
terus-menerus membuat glukosa dan menyebabkan kadar glukosa dalam
darah lebih tinggi (hiperglikemia).
Sedangkan, insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta
pulau langerhas pada pankreas. Jika kadar glukosa dalam darah tinggi, maka
insulin akan memasukkan glukosa tersebut ke dalam sel agar sel dapat
memetabolisme glukosa tersebut menjadi energi (ATP). Namun,
dikarenakan sel beta pankreas yang tidak bisa menghasilkan insulin atau
karena gangguan reseptor insulin yang ada di sel yang tidak bisa menangkap
insulin, maka insulin tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Oleh karena itu,
glukosa tetap tinggi dalam darah. Hal ini yang mencetuskan terjadinya
hiperglikemia pula.
Terjadinya hiperglikemia ini bisa menyebabkan Diabetes Mellitus
(DM) dan non-Diabetes Mellitus (non-DM). Seseorang yang mengalami
stress bisa menyebabkan hiperglikemia, namun, setelah beberapa saat,
glukosa dalam darah akan kembali normal. Selain itu, setelah kita makan,
glukosa dalam darah pun akan meningkat, namun hal ini bisa dinormalkan
pula. Penjelasan di atas tersebut, bisa menyebabkan hiperglikemia, namun
tidak sampai pada penyakit Diabetes Mellitus atau disebut sebagai non-
Diabetes Mellitus.
Jika keadaan hiperglikemia tidak bisa diatasi dikarenakan insulin tidak
bekerja dengan baik, maka glukosa dalam darah tidak bisa kembali dalam
kadar normal. Selain itu, karena gangguan reseptor insulin yang ada di sel
yang tidak bisa menangkap insulin juga dapat menyebabkan glukosa dalam
darah tidak bisa kembali dalam kadar normal, dan hal ini bisa menyebabkan
Diabetes Mellitus.
DIABETES TIPE 1
Pada diabetes melitus tipe 1 terdapat kekurangan insulin absolut
sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini
disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun
yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas
diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap
jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel
beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas
telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami gangguan.
Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin sehingga
akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana
glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa
masuk glukosa ke dalam sel.
DIABETES MELITUS 2
Pada diabetes melitus tipe ini, terjadi defisiensi insulin relatif
sehingga pasien tidak mutlak bergantung ada suplai insulin dari luar.
Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target
memiliki sensitivitas yang berkurang terhadap insulin.
Apabila salah satu protein di atas terjadi mutasi atau kerusakan maka
proses perubahan glukosa menjadi bahan energi akan terjadi gangguan.
Sehingga akan terjadi peumpukan glukosa dalam darah.
Catatan : patofisiologi antara diabetes tipe 1 dan 2 sebenarnya sama
namun yang membedakan hanyalah pada etiologinya saja.
E. KLASIFIKASI DM
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat
kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti
tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya lebih
rendah dari kebutuhan atau daya kerjanya kurang. Hormon insulin dibuat
dalam pankreas. Tipe DM, antara lain :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah
terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan
sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya
normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan
insulin seumur hidup.
DM type II Dikenal dengan nama Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) atau disebut DM yang tidak tergantung pada
insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan
meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glokosa tidak
ada/kurang . Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga
terjadi hiperglikemia, 75 % dari penderita DM type II dengan obesitas
atau sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30
tahun.
Pada diabetes mellitus tipe II ditandai dengan kelainan sekresi insulin,
serta kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselular yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya responsive terhadap
insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsic.
Gejala dari diabetes type 2 adalah meningkatnya rasa haus, lapar, dan
intensitas pengeluaran urin ( berkemih). Namun bila diabetes tidak
terkendali, maka komplikasi yang sering terjadi antara lalin retinopathy,
serangan jantung, gangguan metabolisme, penyembuhan luka yang lama,
gagal ginjal dan infeksi serta luka pada kaki. Pertama-tama diceritakan
kondisi dimana setelah kita mengonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat, zat kimia dalam pencernaan akan memecah karbohidrat
tersebut menjadi molekul yang lebih sederhana disebut glukosa. Selanjutnya
sel di dalam pencernaan akan menyerap glukosa tersebut , melewati
pembuluh darah. Ketika darah mencapai pankreas, dengan bantuan ion
kalsium , sel beta akan melepaskan insulin. Untuk menurunkan kadar
glukosa, sel beta akan melepaskan insulin ke dalam darah. Kemudian
Insulin, glukosa, dan lemak melalui aliran darah menuju ke dalam sel untuk
mengalami metabolisme di dalam sel. Sebagian sel tubuh memiliki reseptor
insulin yang berperan dalam tranduksi sinyal insulin. Insulin seperti kunci
pada reseptornya sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk
menghasilkan energi.
2. Komplikasi Kronis
a. Diabetik retinopati
Rusaknya pembuluh darah pada retina yang merupakan jaringan
sensitif cahaya di belakang mata yaitu berperan mengartikan cahaya
kedalam impuls elektrik yang diinterpretasikan sebagai penglihatan oleh
otak.
b. Katarak
Katarak adalah kristalisasi lensa yang opak sebagai hasil dari
pengaburan penglihatan normal. Penderita diabetes dua kali lebih besar
terkena katarak dibandingkan dengan yang non diabetes. Katarak cenderung
berkembang pada usia pertengahan.
c. Glaucoma
Penyakit ini timbul ketika terjadi peningkatan tekanan cairan didalam
mata yang memicu terjadinya kerusakan saraf mata secara progresif.
Penderita orang dengan diabetes 2 kali lebih besar keyakinan terkena
glaucoma dibandingkan dengan yang non diabetes.
d. Diabetic neuropati
Kerusakan saraf dengan karakteristik sakit dan kelemahan pada kaki
sehingga kehilangan atau penurunan sensasi di kaki, dan pada beberapa
kasus terjadi pada tangan. Tanda awal dari penyakit ini adalah kekakuan,
sakit, atau perasaan geli pada kaki dan tangan.
e. Diabetik nefropati
Merupakan stadium akhir dari penyakit ginjal. Setelah mengidap
diabetes selama 15 tahun, satu sampai tiga orang penderita tipe 1 diabetes
mellitus berkembang menjadi penyakit ginjal. Diabetes merusak pembuluh
darah kecil di ginjal sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyaring
kotoran yang kemudian diekresikan melalu urin. Penderita dengan gangguan
ginjal harus melakukan transplantasi ginjal atau cuci darah.
f. Stroke
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama, merokok, dan
tingginya tingkat kolesterol LDL yang tinggi adalah sebagai penyebab
lainnya.
g. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah komplikasi yang biasa terlihat pada
penderita diabetes. Arterosklerosis adalah terpenting dari semua komplikasi
kronis karena merupakan 80 % dari penyebab kematian penderita diabetes.
Beberapa diantaranya adalah :
- Penyakit jantung koroner
Merupakan perkembangan dari arterosklerosis di dalam arteri jantung yang
merupakan hasil dari obstruksi aliran darah ke otot jantung. Pengurangan
dari hiperlipidemia oleh kontrol glikemik yang baik membatasi komplikasi.
- Akut miokardial infarksi
Diabetes meningkatkan resiko infarksi berulang sebanyak 100% dan
penyebab kematian jantung tiba-tiba 100-200%. Penderita yang selamat
akan mengalami kehilangan masa otot yang besar, sehingga dapat
menyebabkan Congestive Heart Failure (CHF) kronik, insiden meningkat
600% pada pria dan 950% pada wanita dengan diabetes dibandingkan
dengan yang non diabetes.
- Penyakit vaskular perifer
Penyakit ini 4 kali lebih besar dibanding yang non diabetes. Disebabkan
oleh ulser yang tidak dirawat, sakit, dan amputasi pada orang dengan atau
tanpa diabetes. Faktor resiko meliputi hipertensi, merokok, hiperlipidemia,
obesitas, dan riwayat keluarga.
i. Komplikasi dental
Dihubungkan dengan kontrol glikemik yang buruk. Beberapa
diantaranya adalah penyakit periodontal, xerostomia dan infeksi.
XEROSTOMIA
POLIURIA (sering buang air kecil) cairan tubuh
KARIES
DIABETES MELITUS
KARIES
HALITOSIS
BAU MULUT
Xerostomia INSULIN
HALITOSIS
DM
suplai O2
PERIODONTITIS
GIGI GOYANG
CANDIDIASIS
MULUT TERBAKAR
Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa
tanda-tanda klinis, walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat. Pada
pasien dengan diabetes mellitus tidak terkontrol, faktor yang menyebabkan
terjadinya sindroma mulut terbakar yaitu berupa disfungsi kelenjar saliva,
kandidiasis dan kelainan pada saraf. Adanya kelainan pada saraf akan
mendukung terjadinya gejala-gejala rasa sakit / terbakar yang disebabkan
adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut.
SARIAWAN
Penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh
penderita diabetes. Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur
dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis
sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring
naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.
ORAL THRUSH
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut.
Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap
infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat mengganggu
keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida
berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush.
4. Konservasi Gigi
Management karies bisa dengan diberikan topical seperti Fluoride
yang mengandung penyegar mulut dan pengganti saliva untuk
mencegah karies dan mengurangi ketidaknyamanan pasien. Hal ini
disebabkan karena pada penderita DM mengalami gangguan aliran
saliva, dimana saliva itu berfungsi sebagai self cleansing gigi, jadi
topical fluoride ini bisa sebagai ganti saliva.
Sedangkan untuk melakukan tumpatan gigi yang berlubang
sebaiknya menghindari amalgam karena seperti yang kita ketahui
amalgam itu jika mengenai jaringan lunak atau mukosa mulut bisa
mengiritasi. Jadi berbahaya untuk penderita DM yang jika terkena
luka, sukar untuk sembuh.