Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL AAI

SKENARIO 3

PANDANGAN MENGENAI PENGUNAAN PLASENTA

Disusun Oleh :

Ivonny Rembulan Z

G 0011120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER/ FAKULTAS


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011
BAB I

PENDAHULUAN
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu di bidang kesehatan
khususnya bidang kedokteran menawarkan berbagai metode pengobatan terbaru.
Hal ini mendorong manusia untuk memperbaiki kualitas kehidupannya, salah
satunya dalam perawatan kulit (skin care). Namun, penggunaan plasenta pada
bahan kosmetik untuk perawatan kulit menimbulkan kontroversi khususnya dalam
bidang agama islam.

Skenario 3:

Anda sebagai seorang dokter spesialis kulit dan kelamin, membuka


sebuah klinik perawatan kulit (skin care) di suatu kota besar. Pada suatu hari
datang seorang supplier produk perawatan kecantikan kulit wajah menawarkan
produknya pada anda. Supplier tersebut mengatakan bahwa produknya itu sangat
bagus dan terbukti secara ilmiah dapat menjaga peremajaan kulit wajah seraya
menunjukkan beberapa hasil tes laboratorium produk tersebut (tes dilaukan oleh
laboratorium ternama di luar negeri). Namun anda membaca pada data produk
tersebut, ternyata salah satu unsur pembuatan produk tersebut adalah
placenta. Kemudian anda bertanya pada supplier tersebut dan memang benar
produknya mengandung placenta janin manusia, namun menurut pengakuan
supplier tersebut placenta itu diambil dari janin yang tidak berkembang atau
telah mati.
BAB II

PEMBAHASAN DAN TINJAU PUSTAKA

A. Definisi Istilah

Plasenta
Organ media nutrisi untuk janin dalam kandungan.
Dokter spesialis
Dokter yang memiliki kemampuan dan keahlian tertentu dibidangnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan penggunaan plasenta bayi untuk kosmetik
menurut Al-Quran?
2. Bagaimana pandangan penggunaan plasenta bayi untuk kosmetik
menurut Al-Hadist?
3. Bagaimana pandangan penggunaan plasenta bayi untuk kosmetik
menurut ilmu kedokteran?
4. Tindakan apa yang harus dilakukan, jika anda sebagai dokter yang
memutuskan perkara di atas?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pandangan Al-Quran terhadap penggunaan plasenta bayi
untuk kosmetik.
2. Mengetahui pandangan Al-Hadist terhadap penggunaan plasenta bayi
sebagai kosmetik.
3. Mengetahui pandangan ilmu kedokteran terhadap penggunaan plasenta
bayi sebagai kosmetik.
4. Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan seorang dokter dalam
memutuskan perkara di atas.

D. Pembahasan
Munurut Al-Quran menggunakan plasenta manusia untuk
kosmetika hukumnya haram. Sebab plasenta manusia termasuk najis,
sesuai kaidah fiqih : Kullu maa`i`in kharaja min al-sabilain najisun illa al-
maniy (setiap cairan yang keluar dari dua jalan [dubur dan kemaluan]
adalah najis, kecuali mani). (Taqiyuddin Al-Husaini, Kifayatul Akhyar,
I/64). Padahal memanfaatkan najis dilarang oleh syara, sesuai firman
Allah SWT (artinya) : Maka jauhilah dia [rijsun/najis] agar kamu
mendapat keberuntungan. (QS Al-Ma`idah [5] : 90).
Najisnya plasenta ini adalah salah satu pendapat madzhab Syafii. Ada
pendapat lain dalam madzhab Syafii yang menyatakan plasenta itu suci,
tidak najis. (Al-Mausuah Al-Fiqhiyah, 37/282; Imam Nawawi, Al-
Majmu, II/563-564; Imam Syarbaini Khatib, Mughni Al-Muhtaj, I/130;
Imam Ramli, Nihayatul Muhtaj, I/98).
Namun meski dikatakan tak najis, plasenta manusia tetap tak boleh
dimanfaatkan. Sebab bagian tubuh manusia yang telah terpisah atau
terpotong, misal tangan yang terpotong karena hukum potong tangan,
hanya ada satu perlakuannya, yaitu ditanam (dikuburkan), bukan yang
lain, sebagai penghormatan akan kemuliaan manusia (karamah al-insan).
Jadi pemanfaatan plasenta manusia tidak boleh karena bertentangan
dengan prinsip kemuliaan manusia. (QS Al-Isra` [17] : 70). (Imam
Syarani, Al-Mizan Al-Kubra, III/139; Al-Fahkhrur Razi, At-Tafsir Al-
Kabir, II/89; Imam Qurthubi, Tafsir Qurthubi, II/229; Ibnu Hazm, Al-
Muhalla, V/117; Imam Nawawi, Al-Majmu, III/139. Dikutip oleh Ahmad
Syarafuddin, Al-Ahkam Al-Syariyah Li Al-Amal Al-Thibbiyah, hlm.
102).
Kedua, menggunakan plasenta hewan untuk kosmetika hukumnya
boleh, dengan 2 (dua) syarat; pertama, hewannya suci dan halal dimakan,
seperti sapi. Maka tak boleh menggunakan plasenta dari hewan najis dan
haram dimakan, seperti babi. Kedua, hewannya telah mati melalui cara
penyembelihannya yang syari. Sebab organ yang terpisah dari hewan
yang masih hidup, adalah bangkai yang najis. Dalilnya sabda Nabi
SAW,Apa saja bagian yang dipotong dari binatang ternak, sedang
binatang itu masih hidup, maka potongan itu adalah bangkai. (HR
Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud. Lihat Imam Syaukani, Nailul Authar, hadis
no 3690, hlm. 1700; Imam Shanani, Subulus Salam, I/28).
Ketiga, menggunakan plasenta untuk kepentingan pengobatan
(farmasi), hukumnya boleh (ja`iz), baik plasenta manusia maupun hewan,
baik hewannya memenuhi dua syarat di atas maupun tidak. Sebab
melakukan upaya pengobatan dengan zat yang najis, hukumnya makruh,
tidak haram. (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyah Al-Islamiyah,
III/116). Dalil kemakruhannya karena meski ada hadis yang melarang
berobat dengan zat yang haram (HR Abu Dawud, no 3376), tapi ada hadis
lain yang membolehkan berobat dengan zat yang najis, yaitu air kencing
unta. (Shahih Bukhari, no 226; Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari,
1/367). Wallahu alam.
2.Tinjauan syar I pada kosmetik yang di dalanya terdat bahan orok bayi
(plasenta).
Dalam kitab Fiqih Kontemporer dijelaskan bahwasannya
menggunakan alat-alat atau sesuatu benda yang haram tidak
diperbolehkan. Dan tidak disyariatkan memakainya walaupun seandainya
bahan itu dapat hancur tanpa bekas dan berubah menjadi satu jenis ke jenis
lain serta tidak meninggalkan bekas.
Allah SWT telah berfirman,
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al-Isra:70)
Dalam keterangan ayat di atas telah jelas bahwasannya Allah telah
mengaruniakan segala kenikmatan untuk hambanya dengan suatu yang
baik, bukan suatu yang haram ataupun berbahaya. Sebagaimana plasenta
yang jelas-jelas dibuat dari sesuatu yang haram. Plasenta organ manusia
yang berfungsi sebagai nutrisi embrio dalam kandungan. Plasenta biasanya
menjadi bahan baku untuk regenerasi kulit.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Aisyah r.a berkata, bahwasannya Nabi
SAW bersabda,
,
Memecahkan tulang mayat itu sama seperti memecah tulangnya di saat
masih hidup
Telah banyak sekali masyarakat yang telah terjebak dalam produk
haram dan jelas diharam oleh agama. Walaupun banyak kasiatnya, jikalau
bahan itu tidak halal tetap saja tidak halal. Karena dari situlah terlihat
benar tidaknya pijakan seorang muslimah dalam agamanya.
Beginilah wahai muslimah jika hidup di bawah cengkraman musuh
Allah. Yang meskipun ia beridentitas muslim, ia tidak peduli dengan halal
dan haramnya yang ia produksi. Akhirnya untuk sekadar hidup bersih,
sehat, dan terbebas dari zat zat haram pun terasa sangat sulit. Ketika kita
ingin badan kita bersih, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak
kosmetik bahkan sabun dan juga shampoo yang kita pakai mengandung
gelatin babi, atau khamr (alkohol). Dan itu tersamar. Semoga Allah
melindungi kita dari segala yang syubhat. Wallahu Alam.

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
1. Plasenta manusia haram untuk dimanfaatkan dalam kosmetik,
namun diperbolehkan untuk plasenta hewan asalkan hewan
tersebut halal.
2. Untuk kondisi yang mengancam nyawa plasenta boleh digunakan.
3. Walaupun penggunaan plasenta masih kontroversi, tetapi
pengunaan plasenta tergantung keyakinan dokter masing-masing.

B. Saran
1. Sebagai dokter kita harus kita tidak hanya berfikir dari saru aspek
saja, harus memperhatikan aspek agama, etika kedokteran, dan
disiplis ilmu sebelum menentuksn suatu intervensi klinik.
2. Sebagai konsumen kita harus cermat dalam memilih produk
kosmetik yang akan digunakan, dengan memperhatikan
kandungannya.

Anda mungkin juga menyukai