Anda di halaman 1dari 3

Isolasi dan Amplifikasi DNA dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction)

Khairunnisa
NIM : 10514004
Kelompok :2
Tanggal percobaan : Rabu, 12 April 2017
Tanggal pengumpulan: Rabu, 19 April 2017
Asisten : Annisa Auliya Aksa

Abstrak
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu metode untuk mengamplifikasi suatu
fragmen DNA tertentu. Pada percobaan kali ini, dilakukan amplifikasi fragmen DNA
bakteri E coli. Gen yang digunakan adalah gen 16s rDNA yang memiliki bagian yang
khas untuk tiap organisme sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tiap
organisme. Pada percobaan ini, tidak berhasil dilakukan amplifikasi fragmen DNA
dengan metode PCR yang dilakukan sebanyak 25 siklus. Hal ini ditunjukkan dari
hasil elektroforesis yang tidak menunjukkan adanya pita yang muncul. Kegagalan
amplifikasi DNA ini mungkin disebabkan adanya gelembung pada saat pencampuran
larutan DNA template menggunakan pipet mikro.
Kata kunci: PCR, DNA, amplifikasi

1. PENDAHULUAN
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan 2.2. Metodologi
suatu metode in vitro untuk mengamplifikasi Pertama sebanyak 40 L ddH2O steril
suatu fragmen DNA tertentu. PCR terdiri dari 3 dimasukkan ke dalam microtube 1.5 L.
tahap utama, yaitu denaturasi, annealing Kemudian bakteri yang sudah diinokulasi
(penempelan primer), dan extension dimasukkan ke dalam microtube menggunakan
(pemanjangan). Proses denaturasi dilakukan tusuk gigi yang steril. Lalu microtube
pada suhu 94 C, proses annealing dilakukan dipanaskan dalam penangas air mendidih selama
pada suhu 51 C, dan proses extension dilakukan 10 menit. Setelah 10 menit, micotube
pada suhu 72 C. Pemilihan suhu ini didinginkan dalam suhu ruang dan disentrifugasi
berdasarkan pada kondisi ideal masing-masing selama 1 menit. Lalu supernatan dari hasil
tahap agar tahap berjalan dengan optimal. sentrifugasi dipindahkan ke microtube steril.
Untuk proses PCR, kedalam 4 microtube steril,
2. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan dimasukkan buffer Kappa mix sebanyak 24.5
Mesin PCR L. Lalu dimasukkan: 0.5 L supernatan ke
Pipet mikro microtube 1, 0.5 L ddH2O ke microtube 2
Microtube sebagai kontrol negatif, dan 0.5 L DNA
Cetakan gel agarose kromosom ke microtube 3. Setelah itu ketiga
Chamber elektroforesis agarosa microtube dimasukkan ke dalam PCR dengan
Agarosa bagan pengaturan kondisi terlampir. Lalu hasil
Buffer Kappa mix PCR dielektroforesis pada gel agarosa 0.75%
Loading buffer DNA dalam buffer TAE 1x dengan pewarna etidium
ddH2O steril bromida. Elektroforesis dilakukan pada 80 V
Bakteri selama 35 menit dengan penyiapan sampel yang
dicampur pemberat perbandingan 5:1 dan Primer ini merupakan DNA rantai tunggal
hasilnya diamati dengan UV transilluminator. pendek yang berkomplemen dengan DNA
template. PCR terdiri dari 3 tahap utama, yaitu
denaturasi, annealing (penempelan primer), dan
HASIL DAN PEMBAHASAN extension (pemanjangan). Proses denaturasi
Pada percobaan kali ini, dilakukan isolasi dan dilakukan pada suhu 94 C. Pada tahap ini,
amplifikasi fragmen DNA menggunakan metode terjadi pemutusan ikatan hidrogen yang
PCR. Sebelum proses PCR, dilakukan tahap lisis menghubungkan untai double helix DNA. Proses
sel bakteri terlebih dahulu. Metode lisis yang selanjutnya adalah annealing atau penempelan
digunakan pada percobaan ini adalah dengan primer. Proses penempelan primer ini biasanya
melakukan sentrifugasi dan pemanasan. Selain dilakukan pada suhu 45-60 C, bergantung pada
itu juga ditambahkan ddH2O sebagai pelarut suhu optimum enzim yang digunakan. tahap
DNA yang kita inginkan, sehingga DNA akan terakhir adalah extension atau pemanjangan.
terlarut dan molekul lainnya akan mengendap. Pada tahap ini, masing-masing untai DNA
ddH2O dipilih sebagai pelarut karena tidak template akan memulai proses pemanjangan
mengandung agen pengkelat yang akan setelah ditempeli oleh primer. Proses ini
mengganggu kerja enzim polimerase dalam biasanya dijalankan ada suhu 72 C. Banyaknya
proses PCR. Supernatan hasil sentrifugasi akan fragmen DNA yang dihasilkan di proses PCR
dipisahkan dan digunakan sebagai DNA dengan jumlah n siklus dapat dihitung dengan
template. rumus:
Setelah tahap lisis selesai, kemudian dilakukan
tahap PCR. PCR (Polymerase Chain Reaction) 2n-2n
merupakan suatu metode in vitro untuk
mengamplifikasi suatu fragmen DNA tertentu. Agar amplifikasi fragmen DNA pada PCR
DNA yang akan di amplifikasi berasal dari gen berhasil, dibutuhkan beberapa reagen yang
16s rDNA. Gen jenis ini terdapat di semua jenis sudah tercampur dalam buffer Kappa mix.
organisme prokariotik. Gen 16s rDNA memiliki Buffer Kappa mix terdiri dari campuran Dream
2 daerah, yaitu daerah konservatif dan variatif. Taq polimerase, buffer Dream Taq polimerase,
Daerah konservatif adalah daerah yang sama di primer maju dan primer mundur, MgCl 2 dan
semua prokariot, sedangkan daerah variatif dNTP. Dream Taq polimerase adalah enzim
adalah daerah yang memiliki urutan basa polimerase yang digunakan untuk
nukleotida yang khas sehingga tiap organisme memperbanyak fragmen DNA yang diinginkan,
dapat dibedakan melalui DNA nya. Pada PCR di sedangkan buffer Dream Taq polimerase adalah
percobaan ini, selain mengamplifikasi DNA buffer khusus untuk enzim ini untuk menjaga
template, digunakan juga 2 campuran lain yang kondisi reaksi agar enzim dapat bekerja secara
berfungsi sebagai kontrol. Yang pertama adalah optimal. Reagen selanjutnya adalah dNTP.
campuran yang ditambahkan dengan DNA dNTP, yang terdiri dari dATP, dTTP, dGTP,
kromosom. Campuran ini merupakan kontrol dCTP, berfungsi sebagai sumber asam amino
positif karena sudah pasti mengandung DNA dan juga sebagai building block pada saat proses
sehingga saat dielektroforesis, akan nampak pita. perpanjangan rantai DNA. MgCl2 berfungsi
Campuran kedua adalah campuran yang sebagai kofaktor untuk enzim DNA polimerase.
mengandung ddH2O, tanpa DNA sama sekali. Primer adalah bagian penting dari polimerisasi
Campuran ini berfungsi sebagai kontrol negatif fragmen DNA karena primer berfungsi untuk
karena dapat dipastikan tidak akan mengandung menginisiasi proses pemanjangan rantai. Pada
DNA dan tidak akan muncul pita pada saat PCR digunakan 2 jenis primer yaitu primer maju
elektroforesis. dan primer mundur. Primer maju adalah primer
Amplifikasi DNA dengan PCR dilakukan yang menginisiasi proses pemanjangan pada
dengan menggunakan primer oligonukleotida.
bagian depan dari fragmen DNA yang kita ingin sering digunakan di bidang forensic. Dengan
amplifikasi, sedangkan primer mundur adalah menggunakan primer yang tepat, variasi
primer yang menginisiasi proses transkripsi pengulangan sekuens basa nukleotida pada DNA
pemanjangan dari bagian belakang fragmen sampel dapat diketahui.
DNA yang kita inginkan. Jika hanya digunakan
primer maju saja atau primer mundur saja, maka KESIMPULAN
proses pemanjangan akan terus berlanjut Fragmen DNA belum berhasil diamplifikasi
sehingga kita tidak akan mendapatkan fragmen menggunakan metode PCR. Ketidakberhasilan
DNA yang kita inginkan. ini dilihat dari tidak adanya pita di hasil
Berikut adalah hasil elektroforesis dari hasil elektroforesis gel agarosa hasil PCR.
PCR yang didapatkan:
DAFTAR PUSTAKA
D. Handoyo and A. Rudiretna, Prinsip
umum dan pelaksanaan Polymerase Chain
Reaction (PCR), Unitas, vol. 9, no. 1, pp. 17
29, 2001.
T. Rinanda, ANALISIS SEKUENSING
16S rRNA DI BIDANG MIKROBIOLOGI,
Jks, vol. 3, pp. 172177, 2011.
M. Radji, A. Puspaningrum, and A.
Sumiati, Deteksi Cepat Bakteri Escherichia coli
dalam Sampel Air dengan Metode Polymerase
Chain Reaction menggunakan Primer 16E1 dan
Pita yang terlihat di hasil elektroforesis hanyalah 16E2, J. Makara Sains, vol. 14, no. 1, pp. 39
pita dari kontrol positif. Pita dari hasil PCR 43, 2010.
DNA template tidak muncul mungkin karena H. Bokhari, M. A. Shah, S. Asad, S. Akhtar,
disebabkan pada saat pencampuran larutan M. Akram, and B. W. Wren, Escherichia coli
menggunakan pipet mikro terlalu banyak pathotypes in Pakistan from consecutive floods
gelembung yang muncul. Adanya gelembung in 2010 and 2011, Am. J. Trop. Med. Hyg., vol.
dapat mengacaukan susunan protein yang 88, no. 3, pp. 519525, 2013.
menyusun DNA sehingga DNA menjadi rusak S. Saxena, J. Verma, Shikha, and D. Raj
dan gagal diamplifikasi. Modi, RAPD-PCR and 16S rDNA phylogenetic
Aplikasi metode PCR sangat banyak. Salah analysis of alkaline protease producing bacteria
satunya adalah Restriction Fragment Length isolated from soil of India: Identification and
Polymorphisms PCR (RLFP-PCR). Teknik ini detection of genetic variability, J. Genet. Eng.
menggunakan enzim restriksi untuk mengetahui Biotechnol., vol. 12, no. 1, pp. 2735, 2014.
adanya polimorfisme dan kemudian hasil
digestinya dapat diamplifikasi dengan PCR.
Contoh lainnya adalah Variable Number of Ih engga salahhhhh.
Tandem Repeat Sequence (VNTR-PCR) dan
Short Tandem Repeats (STR-PCR). Teknik ini

Anda mungkin juga menyukai