Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN
Kegiatan logistik sudah ada sejak manusia masih di dalam kandungan, ketika lahir ke

dunia sampai dewasa bahkan ketika manusia dipanggil Sang Penciptapun masih memerlukan

logistik, bagaimana seorang bayi yang masih di dalam kandungan sudah memerlukan logistik

berupa asupan makanan dari ibunya, ketika bayi itu lahir logistik yang dibutuhkan lebih

banyak lagi seperti susu, pakaian, mainan bahkan ketika bayi itu sudah dewasa tetap

membutuhkan logistik yang lebih beragam macamnya sehingga kegiatan kehidupan sehari-

harinya dapat terlaksana. Setiap manusia baik ketika melakukan kegiatannya di rumah, kantor

serta organisasi sekalipun sangat memiliki unsur kegiatan logistik meskipun kadang-kadang

tidak selalu menggunakan istilah logistik. Kegiatan logistik di rumah contohnya seperti

cerita ini ketika orang tua memenuhi kebutuhan anak-anaknya baik untuk sandang, pangan

dan papan sehingga kebutuhan logistik keluarganya terpenuhi, Setiap hari Ayah pergi ke

kantor jam 6 pagi dan pulang jam 4 sore untuk bekerja mencari nafkah sebelum ke kantor

ibu menyiapkan logistik yang diperlukan Ayah misalnya tas kantor beserta peralatannya serta

bekal makan siang sedangkan Ibu pada saat Ayah pergi bekerja dan Anak-anak pergi ke

sekolah menyiapkan semua logistik yang diperlukan pada saat Suami dan Anak-anaknya

pulang seperti Makanan, pakaian dan lain-lain. Sedangkan di Kantor setiap bagian

memerlukan logistik yang berbeda, seperti bagian keuangan memelukan logistik seperti

peralatan hard ware dan soft ware, kertas, peralatan alat tulis untuk mendukung kegiatan

keuangannya berbeda dengan bagian transportasi logistik yang diperlukan seperti kendaraan

roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) dan peralatan tehnisnya jadi bagaimana mengelola dan

mengatur kebutuhan peralatan kantornya dengan baik sehingga logistik terpenuhi sesuai

dengan yang telah direncanakan. Kegiatan pengelolaan dan pemenuhan kebutuhan inilah

merupakan kegiatan logistik.

1
Kegiatan logsitik yang tradisional tersebut kemudian berkembang menjadi lebih luas

lagi, di mana kebutuhan akan logistik ini tidak saja hanya mengenai kebutuhan seorang

keluarga seperti contoh di atas akan tetapi berkembang dan meluas terhadap kebutuhan

logistik terhadap seluruh lapisan masyarakat dari suatu bangsa atau Negara. Segenap lapisan

masyarakat Indonesia misalnya membutuhkan pula akan terpenuhinya keperluan logistik bagi

mereka. Pada masa sekarang ini manajemen logistik dalam perkembangannya menuju pada

manajemen logistik terpadu dimana semakin meningkatnya kegiatan pembangunan

mempunyai hubungan yang erat dengan tersedianya perlengkapan dan peralatan yang akan

digunakan. Perlengkapan dan peralatan yang tersedia yang akan digunakan untuk

pembangunan yang sedang dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan membutuhkan

ketepatan dalam hal perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pengawasan dan pemeliharaan

sehingga pembangunan itu bisa berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah Indonesia merdeka kegiatan pembangunan dilaksanakan diseluruh daerah

yang ada di Indonesia, semakin meningkatnya kegiatan pembangunan berati semakin banyak

peralatan dan perlengkapan barang yang dibutuhkan dan semakin beragam jenis peralatan

dan perlengkapan barang yang akan digunakan serta semakin majunya tekhnologi yang

digunakan sehingga semakin mempercepat kegiatan pembangunan tersebut.


Akibat dari meningkatnya kegiatan pembangunan maka pengelolaan di bagian

perlengkapan dan peralatan semakin rumit dan tidak mudah, semakin banyak masalah

masalah serta hambatan yang akan muncul. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan dan

penggunaan yang lebih teliti, lebih hati hati dan lebih serius. Agar tidak terjadi hal hal

yang menimbulkan kerugian seperti :


- Pengelolaan barang yang tidak tepat ;
- Penggunaan barang yang kurang efisien serta tidak pada tempatnya sehingga

menimbulkan pemborosan ;
- Tidak menghargai nilai suatu barang seperti peralatan ;
- Administrasi yang tidak tertib

2
Berdasarkan kenyataan diatas maka peranan pengelolaan peralatan dan perlengkapan

harus lebih diperhatikan.

Pembinaan dan pelatihan dalam pengelolaan peralatan dan perlengkapan tidak bisa

berjalan sendiri karena berkaitan erat dengan bagian-bagian lainnya. Oleh karena itu

Pembinaan dan pelatihan dalam pengelolaan peralatan dan perlengkapan harus

dikoordinasikan, diintegrasikan dan disinkronisasi dengan sistim pembinaan dan pelatihan

lainnya seperti Pimpinan, Staf atau yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam

segi operasionalnya sehingga benar-benar merupakan usaha terpadu dengan baik.

Bentuk ruang lingkup dan sifat administrasi yang diperlukan berbeda dari zaman ke

zaman, masyarakat ke masyarakat yang lain, satu waktu dan kondisi ke lain waktu, tujuan

yang berbeda-beda, tingkat kebutuhan yang berlain-lainan dan kecerdasan yang beraneka

ragam.

BAB II
PENGERTIAN UMUM MANAJEMEN LOGISTIK

3
2.1. Sejarah Manajemen Logistik

Secara etimologi, logistik berasal dari bahasa yunani kuno yaitu logstikos artinya

pandai yang artinya pandai dalam menghitung atau memperkirakannya. Istilah ini sudah

dipakai sejak lama dan mulai terkenal setelah perang dunia ke II yaitu ketika Amerika Serikat

memakai kembali istilah tersebut dalam organisasi angkatan perangnya, bahkan tentara

Romawi telah lebih dulu mempergunakan istilah logistik itu. Pada era globalisasi istilah ini

masih dipakai walaupun dalam arti yang lebih luas.

Berikut ini adalah perkembangan manajemen logistik dari tahun 1950 sampai sesudah

tahun 1978 yaitu :

a. Tahun 1950

Sebelum tahun 1950 Organisasi perusahaan biasanya hanya menangani proses

manajemen logistik secara terpisah pisah. Masing masing bagian berjalan

sendiri sendiri walau kadang sering berbenturan satu sama lain.

Pada tahun 1950an menunjukkan perubahan besar dalam praktik manajemen

logistik. Baik komputer maupun teknik teknik kuantitatif telah digunakan secara

efektif dalam logistik seperti bidang manajemen yang lain.

b. Tahun 1956 Tahun 1965

Tahun 1956 Tahun 1965 merupakan dasawarsa Kristalisasi. Ada 4 (empat)

konsep menunjang kristalisasi yaitu :

1. Perkembangan Analisa Total Biaya

Usaha untuk menjelaskan alasan ekonomis bagi tingginya biaya transport

udara. Total biaya yang dikemukakan sebagai suatu ukuran dari seluruh

pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu misi logistik.

2. Perkembangan Pendekatan Sistim

4
Pendekatan sistim ini pada khususnya menyoroti kelemahan penanganan

terhadap pusat kegiatan logistik sebagai daerah usaha yang terpisah. Jika

dinilai dari sudut pandangan sistim, maka logistik terpadu ini menciptakan

suatu kebutuhan baru untuk kompromi di antara kebijaksanaan

kebijaksanaan manajerial yang tradisional.

3. Peningkatan Perhatian Terhadap Rekan Kerja

Untuk mengembangkan suatu sistim logistik yang efektif dan efisien, maka

hubungan antara biaya dengan pelayanan haruslah dinilai secara serentak.

Tugas manajemen adalah mengembangkan suatu operasi logistik yang mampu

mencapai prestasi pelayanan yang dibutuhkan dengan total biaya yang

serendah mungkin.

4. Perbaikan Perhatian Terhadap Pengaturan Saluran Distribusi

Pengaturan saluran secara keseluruhan. Kebanyakan sistim logistik pada

mulanya dipelajari dari sudut yang menguntungkan bagi suatu perusahaan

saja. Selama dasawarsa kristalisasi, banyak perhatian ditujukan kepada

pengakuan bahwa aktivitas dan tanggung jawab logistik itu jarang yang

berhenti pada sudut kepemilikannya saja.

Suatu perspektif yang menyeluruh dari logistik terpadu menunjukan bahwa

biaya besar terjadi akibat praktek praktek masing masing perusahaan yang

bergerak dalam pengaturan saluran.

c. Tahun 1965 Tahun 1970

Periode ini merupakan periode pengujian terhadap relevansi, dimana kurun waktu

ini organisasi perusahaan mulai merasakan manfaatnya dengan adanya manajemen

5
logistik. Perhatianpun semakin dipusatkan kepada hasil hasil operasi karena

banyak sekali perusahaan perusahaan mulai melaksanakan logistik terpadu.

d. Tahun 1970 Tahun 1978

Periode tahun 1970 sampai tahun 1978 merupakan perubahan periode prioritas.

Dalam periode prioritas ini pihak manajemen mulai merumuskan rencana terhadap

penyimpanan atau pergudangan, pengangkutan, manufacturing atau pengolahan

dan bukan hanya merencanakan operasi untuk bereaksi terhadap permintaan pasar.

e. Sesudah tahun 1978

Perkembangan logistik pada arah pengelolaan manajemen logistik terpadu. Hal ini

ditandai oleh beberapa penyempurnaan, yaitu :

1. Dengan semakin besarnya ketergantungan antara pengelolaan manajemen

material seperti bahan baku, suku cadang, barang jadi yang dikaitkan dengan

distribusi fisik;

2. Semakin terkoordinasi antara pengelola manajemen material dengan distribusi

Fisik, sehingga kemungkinan timbulnya gangguan kelancaran operasional

dapat dihindarkan;

3. Integrasi aktivitas manajemen material dengan distribusi fisik merupakan

kebutuhan pengawasan. Pengawasan dalam setiap jenis operasional harus

disesuaikan dengan permintaan operasional distribusi;

4. Integrasi operasi logistik akan meningkatkan kesadaran timbal balik antara

ekonomi manufaktur dengan kebutuhan pemasaran yang diintegrasikan oleh

sistim logistik yang didesain dengan baik. Pola dominan manufaktur adalah

pembuatan produk yang berkualitas, ukuran yang tepat, warna yang menarik,

kuantitas yang sesuai, kepemimpinan biaya dan harga yang cukup bersaing.

Sedangkan sistim logistik akan mengintegrasikan hal tersebut di atas dengan

6
kegiatan penyimpanan, pengangkutan, pemeliharaan, pembungkusan dan

pendistribusiannya kepada konsumen;

5. Faktor yang cukup penting bagi logistik terpadu adalah bahwa kebutuhan misi

logistik sekarang dan masa yang akan datang tidak cukup dapat dipenuhi oleh

penyebaran teknologi perangkat keras, melainkan pengembangan cara baru

guna memenuhi kebutuhan manajemen logistik yang baik dan benar

merupakan kebutuhan pengawasan. Pengawasan dalam setiap jenis

operasional harus disesuaikan dengan permintaan operasional distribusi;

2.2. Definisi Manajemen

Manajemen merupakan proses perencanaan (Planning), pengorganisasian

(Organizing), pengarahan (Actuating) dan pengawasan (Controlling) usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumber daya organisasi lainnya agar

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Manajemen merupakan Ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua

sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Manajemen :

Sebagai Ilmu (Science) ilmu terus berkembang utk pembuatan keputusan

Sebagai Seni (Art) perencanaan, kepemimpinan, komunikasi & segala sesuatu yang

menyangkut manusia.

Sebagai Profesi Profesional : pembuatan keputusan berdasarkan prinsip umum

pendidikan formal Para profesinal mendapatkan status

karena prestasi bukan favorit, suku dan kriteria lain.

2.3. Definisi Logistik

7
Logistik pada era globalisasi lebih luas tidak hanya mencakup masalah logistik di

bidang kemiliteran tetapi sudah mencakup seluruh kegiatan.

Sedangkan Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses

mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan

pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat.

Logistik modern yaitu proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahaan dan

penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-

fasilitas perusahaan dan kepada para langganan.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 19

Tahun 2010 tentang Pedoman Penghapusan Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana

Logistik adalah segala sesuatu yang berwujud dan dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan, dan papan atau

turunannya. Termasuk dalam kategori logistik adalah barang yang habis pakai atau

dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan pokok), obatobatan, pakaian dan

kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan sebagainya.

Menurut H. Subagya M.S. (1990) Kegiatan logistik akan berjalan dengan efektif dan

efisien apabila 7 (tujuh) fungsi manajemen logistiknya yaitu fungsi perencanaan dan

penentuan kebutuhan, fungsi penganggaran, fungsi pengadaan, fungsi penyimpanan dan

penyaluran, fungsi pemeliharaan , fungsi penghapusan dan fungsi pengendalian dilaksanakan

sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Kegiatan logistik baru akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila setiap fungsi

manajemen logistiknya yaitu fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, fungsi

penganggaran, fungsi pengadaan, fungsi penyimpanan dan penyaluran, fungsi pemeliharaan ,

8
fungsi penghapusan dan fungsi pengendalian dilaksanakan sesuai dengan fungsinya masing-

masing.

Manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan logistik, bagaimana

manusia mengelola dan mengatur logistik dalam kehidupan sehari-harinya atau bagaimana

organisasi yang merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang akan dicapai

dapat mengelola, mengurus dan mengatur logistik yang tersedia sehingga dapat digunakan

sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

Istilah lain logistik yaitu :

a. Perbekalan (Supplies);
b. Peralatan (Equipment);
c. Perlengkapan;
d. Material (Materials);
e. Materiil;
f. Barang.

2.3. Hubungan Fungsi Manajemen dengan Fungsi Logistik

Unsur Manajemen Fungsi Manajemen Fungsi Logistik


1. Man 1. Planning 1.
2. Money 2. Organizing Perencanaan
3. Material 3. Actuating dan Penentuan
4. Machine 4. Controling Kebutuhan
5. Method 2.
6. Market Penganggaran
7. Minute 3. Pengadaan
4.
Penyimpanan
5. Penyaluran
6.

9
Manajemen sangat berperan dalam logistik sektor Publik yaitu :

Manusia tidak dapat bekerja sendiri dan kemampuan manusia untuk bekerja ada

batasnya sedangkan keinginan dan kebutuhan manusia tidak terhingga sehingga terjalinlah

suatu kerjasama dengan cara membagi pekerjaan, tugas, kewajiban, hak, wewenang, dan

tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan oleh karena itu pekerjaan yang dikerjakan

secara bersama-sama akan terasa lebih ringan dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan dan tujuan yang diinginkan dalam suatu organisasi dapat tercapai

dengan baik.

Manajemen sangat berperan karena :

a. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik jika manajemennya dikelola secara

baik ;

b. Manajemen dapat meningkatkan kemampuan yang ada dengan sumber daya yang

tersedia ;

c. Manajemen dapat meningkatkan pencapaian tujuan organisasi ;

d. Manajemen menjadi aturan dalam pencapaian tujuan ; dan

e. Manajemen dapat meningkatkan efisiensi.

Menurut James A.F. Stoner (2009) Manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan

penggunaan seluruh sumber daya organisasinya demi tercapainya tujuan organisasi.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sarana-sarana 6 M yaitu :

a. Man ( Sumber Daya Manusia)

10
Faktor manusia merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian suatu

tujuan karena manusialah yang merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan

itu sehingga tampa adanya manusia maka tidak akan terjadi suatu kegiatan.
b. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan, Karena dengan

uang itulah kita bisa mendanai biaya operasional dan Logistik yang dibutuhkan

dalam suatu organisasi pemerintahan.


Contohnya : Bahan-bahan dan peralatan mesin yang dibutuhkan dalam

pembuatan E-KTP, serta membayar gaji pegawai.


c. Material (Bahan)
Material atau bahan merupakan penunjang terlaksananya suatu kegiatan dimana

jika bahan-bahan yang digunakan kualitasnya baik dan manusianya juga bisa

menggunakan bahan-bahan itu sehingga hasil yang di dapat akan baik.


Contohnya : Bahan-bahan pembuat E-KTP yang terbuat dari PVC/PC serta

plastik.

d. Machines (Mesin)

Dalam kegiatan pelayanan E-KTP peralatan mesin sangat diperlukan sehingga

akan memberi kemudahan dalam pembuatan E-KTP dan menghasilkan E-KTP

yang berkualitas dan lebih efisien baik dari segi biaya.

Contohnya : Mesin pencetak kartu (printing), Mesin pengepresan kartu dengan

listrik (Spot welding), dan penutupan kartu dengan plastik

pengaman (Laminating).
e. Methods (Metode)
E-KTP merupakan Metode pembuatan KTP dengan cara elektronik sehingga

dengan hanya satu KTP dapat memuat dokumen kependudukan secara elektronik

yang di dalamnya terdapat sistim keamanan atau pengendalian baik dari sisi

administrasi maupun tehnologi informasi dengan berbasis data kependudukan

nasional. Dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan maka pekerjaan akan

dapat diselesaikan dengan baik. Ketika sebuah metode ditetapkan sebagai

11
pelaksanaan suatu kerja maka semuanya dapat terlaksana jika didukung dengan

fasilitas-fasilitas yang tersedia serta uang, Yang paling penting adalah manusianya

sendiri mampu atau tidak melaksanakannya Dengan demikian, peranan utama

dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

f. Market (Pasar)

Pemberlakuan E-KTP tentu memerlukan sosialisasi yang tidak mudah kepada

masyarakat dimana masyarakat sudah terbiasa dengan sistim KTP bukan elektronik

sehinga pemerintah khususnya Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

harus bekerja keras memberikan sosialisasi kepada Masyarakat Indonesia sehingga

ditargetkan pada akhir tahun 2012 tercapai 172 juta penduduk sudah memeiliki E-

KTP. Berhasil tidaknya program E-KTP terlihat dari berapa banyak masyarakat

yang memiliki E-KTP tersebut. Mensosialisasikan program E-KTP merupakan hal

yang sangat penting dalam berhasil tidaknya program tersebut karena apabila tidak

berhasil maka program,peralatan,bahan-bahan pembuat E-KTP menjadi mubazir.

Agar manajemen dapat berjalan dengan baik, 6 (enam) unsur-unsur manajemen

diproses melalui fungsi-fungsi manajemen, yaitu :

a. Planning ( Perencanaan )

Perencanaan yaitu suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk menetapkan tujuan

terlebih dahulu pada suatu jangka waktu periode tertentu serta tahapan/langkah2

yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.

1. Apa yang akan di ramalkan atau diperkirakan ?

2. Sistim apa yang akan dijalankan ?


3. Waktu untuk melaksanakan rencana itu ?
Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making),

proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan

suatu masalah tertentu

12
b. Organizing (Organisasi)

Pengorganisasian yaitu : suatu proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian

kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan,

penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta pemberian

lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang kondusif.

Aspek utama proses proses penyusunan struktur organisasi ada 2 (dua) yaitu:

1. Departementalisasi yaitu pengelompokkan kerja;

2. Pembagian kerja yaitu pemerincian tugas pekerjaan.

Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi

dapat mencapai tujuannya, yg tercermin pada struktur organisasi yg mencakup :

1. Pembagian kerja;

2. Departementalisasi;

3. Bagan organisasi formal;

4. Rantai perintah dan kesatuan perintah;

5. Tingkat-tingkat hirarki manajemen;

6. Saluran komunikasi;

7. Penggunaan komite;

8. Rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yg tidak dapat

dihindarkan;

c. Actuating (Pengarahan)

Pengarahan yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk memberikan petunjuk atau

instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orangyang

diorganisasikan dalam kelompok formal dan pencapaian tujuan bersama.

d. Controlling (Pengawasan)

13
Pengawasan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan

tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,

menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil koreksi

yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

dipergunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-

tujuan perusahaan.

Pengawasan dikelompokkan menjadi 3 tipe pengawasan yaitu :

1. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).

Pengawasan yang terjadi sebelum kerja dilakukan. Pengawasan Pendahuluan

menghilangkan penyimpangan penting pada kerja yang diinginkan yang

dihasilkan sebelum penyimpangan tersebut terjadi. Pengawasan Pendahuluan

mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa

hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil

yang direncanakan.

Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi-deviasi

pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan pada

organisasi-organisasi. Sumber-sumber daya ini harus memenuhi syarat-syarat

pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang bersangkutan.

Dengan ini, manajemen menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-

prosedur dan aturan-aturan yang ditujukan pada hilangnya perilaku yang

menyebabkan hasil kerja yang tidak diinginkan di masa depan. Dipandang dari

sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan - kebijaksanaan merupakan

pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan masa mendatang.

Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan sumber daya

14
manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan

modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial.

2. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)

Pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan. Memonitor pekerjaan

yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran telah dicapai.

Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor

yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.

Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu

mereka berupaya untuk:

a). Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-

metode serta prosedur-prsedur yang tepat;

b). Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana

mestinya.

3. Pengawasan Feed Back (feed back control)

Pengawasan Feed Back yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah

dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak

sesuai dengan standar.

Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa lalu. Tindakan

korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya atau operasi-operasi

aktual. Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik)

adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan

untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.

Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh

dunia bisnis yaitu:

a). Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis);

15
b). Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis);

c). Pengawasan Kualitas (Quality Control);

d). Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation).

Tahap Proses Pengawasan yaitu :

a. Tahap Penetapan Standar

Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang

digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang

umum yaitu :

1. Standar phisik;

2. Standar moneter;

3. Standar waktu.

b. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Digunakan sebagai dasar atas

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.

c. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Beberapa proses yang berulang-ulang

dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan

sampel;

d. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan

Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan

menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat

pengambilan keputusan bagai manajer.

e. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi

penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.

Pentingnya Pengawasan adalah :

Suatu prganisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu,

banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan

16
yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting

dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan

menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri

maupun bagi para pekerjanya.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :

1. Perubahan lingkungan organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat

dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya

bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi

perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu

menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan

perubahan yang terjadi.

2. Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan

hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan

profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi

pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.

3. Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan

Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana

melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering

membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi

kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

4. Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang

Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab

atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan

17
apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan

sistem penga-wasan.

5. Komunikasi

Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi Langkah terakhir adalah

pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi

perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.

BAB III
FUNGSI FUNGSI MANAJEMEN LOGISTIK
3.1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

18
3.1.1. Fungsi Perencanaan

Agar perubahan dapat berkembang kearah yang lebih baik maka perlu adanya cara -

cara yang terencana dan memuat keinginan serta usaha dalam bentuk rumusan dasar dan

pedoman yang berguna dalam suatu tindakan.

Perencanaan adalah Proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara

mencapainya yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan dan harus

diimplementasikan atau dijabarkan.

Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas agar mampu

menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin

Aspek penting dalam perencanaan adalah pembuat keputusan (decision making),

proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu

masalah tertentu.

Dengan adanya perencanaan dapat meningkatkan perubahan-perubahan kegiatan

organisasi ke arah yang lebih baik karena dengan rencana itulah yang menjadi panduan

terlaksananya kegiatan itu, dimana di dalam rencana itu terdapat hal-hal pokok seperti sistim,

tugas, waktu, tujuan serta perkiraan-perkiraan yang akan dicapai pada masa yang akan

datang.

Di dalam pelaksanaanya, seperti di Era globalisasi sekarang ini pengelolaan logistik

cenderung semakin beragam dan kompleks, akan sangat sulit dalam pengendaliannya apa bila

tidak didasari dengan perencanaan yang baik. Perencanaan akan lebih baik dengan adanya

sistim pengawasan (monitoring), penilaian (evaluasi) dan pelaporan (reporting) yang

sistematis, yang berfungsi sebagai tindakan pengendalian ketika terjadi penyimpangan-

penyimpangan.

19
Kadang-kadang perencanan kebutuhan tidak sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan karena adanya masalah-masalah yang timbul baik faktor internal maupun

eksternal, oleh karena itu para perencana hendaknya memperhatikan sebaik-baiknya tentang

masalah-masalah di luar kemampuan pengawas atau pengendali.

Suatu rencana perlu di analisa sebaik-baiknya sebelum rencana itu dilaksanakan dan

rencana itu harus mendapatkan persetujuan, dukungan, dan kerja sama dari seluruh pihak

yang berkepentingan dengan rencana itu. Apabila rencana itu tidak didukung dan tidak ada

kerja sama maka rencana itu tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan bahkan tidak

ada realisasinya sama sekali.

Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode- periode sebagai berikut :

1. Rencana jangka panjang (long term plan) perodenya lebih dari 5 (lima ) tahun;
2. Rencana jangka menengah (middle term plan) periodenya antara 2 (dua) sampai 5

(lima) tahun;
3. Rencana jangka pendek ( short term plan) peride antara 1 (satu) sampai dengan 2

(dua) tahun.

Ada 4 (Empat) Tahapan Kegiatan Perencanaan yaitu :

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan yaitu tentang keinginan atau kebutuhan

organisasi agar organisasi menggunakan sumber dayanya secara efektif;


2. Merumuskan keadaan saat ini yaitu untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih

lanjut dan memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistik yang

didapatkan melalui komunikasi di dalam orgainisasi.


3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan yaitu untuk itu harus

diketahui faktor2 lingkungan Intern dan Ekstern untuk mencapai tujuan atau yang

mungkin menimbulkan masalah;

20
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan yaitu

mengembangkan alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan dan memilih

alternatif yang terbaik.

Alasan Dasar Perlunya Perencanaan yaitu :

1. Perencanaan dilakukan untuk mencapai tujuan Protective Benefits adalah yang

dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan

keputusan;
2. Perencanaan dilakukan untuk mencapai Positif Benefits adalah meningkatnya

kesukseskan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Ada 9 ( Sembilan) Manfaat Perencanaan yaitu :

1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan;


2. Membantu dalam kristalisasi (memberikan kesimpulan singkat) penyesuaian pada

masalah2 utama;
3. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional lebih jelas;
4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
5. Menyarankan cara pemberian perintah untuk menjalankan operasional;
6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian organisasi;
7. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti;
9. Menghemat waktu, usaha dan dana.

Ada 5 (Lima) Kekurangan dengan adanya Perencanaan yaitu :

1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada

kontribusinya;
2. Perencanaan cenderung menundang kegiatan;
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan inovasi;
4. Kadang2 hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individu dalam

penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi;


5. Ada rencana2 yang diikuti dengan cara tidak konsisten.

3.1.1 Fungsi Perencanaan Kebutuhan

21
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan

merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan

barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan

tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang.

Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun dengan memperhatikan

kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat

daerah serta ketersediaan Barang Milik Negara/Daerah yang ada.

Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah meliputi perencanaan

pengadaan, pemeliharaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik

Negara/Daerah.

Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah merupakan salah satu dasar

bagi Kementerian/ Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dalam pengusulan penyediaan

anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan

rencana kerja dan anggaran.

Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah, kecuali untuk Penghapusan,

berpedoman pada:

a. standar barang;

b. standar kebutuhan; dan/atau

c. standar harga.

Standar barang dan standar kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah, ditetapkan oleh:

a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara setelah berkoordinasi dengan

instansi terkait; atau

22
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah setelah berkoordinasi

dengan dinas teknis terkait.

Penetapan standar kebutuhan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota dilakukan berdasarkan

pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri. Standar harga ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang diajukan oleh

Kuasa Pengguna Barang yang berada di lingkungan kantor yang dipimpinnya.

Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan Barang Milik

Negara/Daerah kepada Pengelola Barang.

Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usul rencana kebutuhan Barang Milik

Negara/Daerah bersama Pengguna Barang dengan memperhatikan data barang pada

Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dan menetapkannya sebagai rencana kebutuhan

Barang Milik Negara/Daerah.

Dalam melakukan perencanaan kebutuhan barang Milik Daerah dilaksanakan

berdasarkan pertimbangan yaitu:

a. Untuk mengisi kebutuhan barang pada masing-masing Unit/Satuan Kerja sesuai

besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi;


b. Adanya barang-barang yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain

yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan penggantian;


c. Adanya peruntukan barang yang didasarkan pada peruntukan standar perorangan,

jika terjadi mutasi bertambah personil sehingga mempengaruhi kebutuhan barang;


d. Untuk menjaga tingkat persediaan barang milik daerah bagi setiap tahun anggaran

bersangkutan agar efisien dan efektif; dan


e. Pertimbangan teknologi.

23
Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun oleh masing - masing unit sesuai

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD) dengan

memperhatikan standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi

harga yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah;

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016 Kegiatan Perencanaan

Kebutuhan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan didasarkan atas beban tugas dan

tanggungjawab masing-masing unit sesuai anggaran yang tersedia dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1) Barang apa yang dibutuhkan;
2) Dimana dibutuhkan;
3) Bilamana dibutuhkan;
4) Berapa biaya;
5) Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan;
6) Alasan-alasan kebutuhan; dan
7) Cara pengadaan.

Standarisasi dan spesifikasi barang-barang yang dibutuhkan, baik jenis,

macam maupun jumlah dan besarnya barang yang dibutuhkan. Standarisasi

merupakan penentuan jenis barang dengan titik berat pada keseragaman,

kualitas, kapasitas dan bentuk yang memudahkan dalam hal pengadaan dan

perawatan, yang berlaku untuk suatu jenis barang dan untuk suatu jangka

waktu tertentu.

Pembantu pengelola melaksanakan koordinasi, menyiapkan/ menyusun dan

menghimpun:

a. Rencana kebutuhan barang milik daerah untuk satu tahun anggaran yang

diperlukan oleh setiap SKPD; dan

b. Standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi

harga;

24
c. Standarisasi disusun oleh Panitia dan/atau Konsultan yang ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Daerah.

Tahapan kegiatan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

adalah sebagai berikut :

a. Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pengguna barang merencanakan dan

menyusun kebutuhan barang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai bahan dalam penyusunan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD);

b. Masing-masing SKPD menyusun Rencana Kebutuhan Barang dan Rencana

Kebutuhan Pemeliharaan Barang kemudian menyampaikan kepada Pengelola

melalui pembantu pengelola untuk meneliti dan menyusun menjadi Rencana Daftar

Kebutuhan Barang Milik Daerah (RDKBMD) dan Rencana Kebutuhan

Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD);

c. Rencana kebutuhan barang SKPD disusun berdasarkan standarisasi sarana dan

prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan Kepala Daerah;

d. Setelah APBD, ditetapkan setiap SKPD menyusun Daftar Rencana Tahunan Barang

dan disampaikan kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

e. Berdasarkan rencana tahunan barang dari semua SKPD, diteliti dan dihimpun

menjadi Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) untuk satu tahun

anggaran;

f. Daftar kebutuhan barang daerah tersebut dijadikan pedoman dalam pelaksanaan

pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah; dan

g. Format Rencana Kebutuhan Barang SKPD (RKB SKPD) (Lampiran 1) dan

Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang SKPD (RKPB SKPD) (Lampiran 2)

3.1.2. Fungsi Penentuan Kebutuhan

25
Penentuan kebutuhan merupakan perincian dari perencanaan dan merupakan dasar

serta pedoman dalam melakukan suatu tindakan dibidang kebutuhan peralatan dan

perlengkapan.

Faktor faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan yaitu :

a. Faktor Yuridis, meliputi tentang :

1. Peraturan2 dan ketentuan2 serta batasan2 terhadap keamanan, desain,

penyediaan barang,pengadaan dll;

2. Prosedur dan Persyaratan dana2 yg digunakan.

b. Persyaratan Proyek : Faktor ini mencakup tujuan (obyektif) proyek dalam waktu

tertentu (operasional & administratif), kondisi lokasi (keadaan medan,tanah, cuaca,

geografis & demografis) serta perhubungan (kondisi angkutan, perhubungan

darat,laut dan udara serta pelabuhan).

c. Evaluasi Sosio Ekonomi

1. Tehnologi Padat Alat (Equipment Intensive)

Yaitu Tekhnologi yang menggunakan secara keseluruhan berupa alat;

2. Tehnologi Padat Karya (Labour Intensive)

Yaitu Tekhnologi yang menggunakan tenaga gerak yang berasal dari tenaga

manusia dan sama sekali tidak atau sedikit saja yang menggunakan alat-alat

yang digunakan oleh bahan bakar;

3. Tekhnologi Madya (Intermediate Tekhnologi)

berdasarkan jenis-jenis tenaga gerak (motive power) yang digunakan.

Tekhnologi ini merupakan diantara dua Tekhnologi diatas.

d. Evaluasi Tekno Ekonomi : dengan mempertimbangkan faktor tekno ekonomi ini

dimaksudkan agar dalam pemilihan teknologi dipertimbangkan pula hal2 sbb :

1. Untung rugi penggunaan suatu barang, alat yang dibutuhkan;

26
2. Pemilihan komposisi barang alat yang dibutuhkan;

3. Penggantian barang/alat;

4. Perkembangan Tekhnologi.

e. Perkembangan Swadaya dan Swasembada : kebutuhan suatu proyek hendaknya

sejauh mungkin dapat dipenuhi sendiri tampa tergantung pada bantuan luar.

f. Inventarisasi dan Pemeliharaan :

1. Data-data jumlah, nilai dan waktu;

2. Penerapan identifikasi,klasifikasi, standardikasi, kodefikasi dan katalogisasi;

3. Laporan Depresiasi dan Efisiensi;

4. Parameter-parameter yang digunakan;

5. Laporan inspeksi (inspection Report);

6. Laporan tentang hasil penggunaan (Perfomance);

7. Data-data pelayanan purna jual (after sales service); oleh tiap-tiap manufacture

maupun supplier (value analysis) ;

8. Hasil-hasil pengawasan tentang persediaan (stock control)

g. Perkembangan biaya : memberi pengaruh kepada seluruh fungsi logistics.

Pembagian anggaran tiap fungsi sebaiknya seimbang hingga pemanfaatan barang

atau alat akan lebih optimum.

h. Perkembangan Industri dan Suplai : hal2 yg perlu diperhatikan yaitu

1. Apakah pabrik2 membuat barang yang dibutuhkan itu cukup menjamin

kontinuitas perbekalan suku cadangnya;

2. Apakah tidak perlu diadakan pre-award survey (survey sebelum memutuskan

untuk membeli);

3. Cara2 mendapatkan keterangan dan wawancara dengan salesman dan pabrik,

pameran dagang atau survey melalui pembelian.

27
i. Perkembangan Politis : perlu diperhatikan dengan pengertian keputusan politis

mempunyai peringkat tertinggi dibandingkan dengan masalah tehnis dan ekonomis

dengan tetap memperhatikan tingkat keamanan dan keselamatan.

j. Perkembangan khusus penggunaan alat-alat besar .

Keuntungannya :

1) Fleksibilitas penggunaannya yang besar, karena umumnya alat2 besar dapat

diubah penggunaannya dengan mudah;

2) Mobilitasnya relative tinggi, karena alat-alat besar dapat dengan mudah

dipindah2kan lokasinya;

3) Dapat segera disediakan atau digunakan (ready for use) pada saat dibutuhkan.

Kerugiannya :

1) Modal tertanam secara tidak efisien, terutama bila tingkat kegunaannya

rendah;

2) Resiko usaha yang harus ditanggung besar;

3) Biaya pemeliharaan besar;

4) Relative sukar mengikuti perkembangan teknik alat-alat besar karena periode

penggantian lambat.

Dalam menetapkan suatu kebutuhan dapat disimpulkan beberapa masalah pokok yaitu

a. Apakah yang dibutuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat (the

right item and the right quality);

b. Berapa yang dibutuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang

tepat (the right quantity);

c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat (the right time);

d. Di mana dibutuhkan (when) untuk menentukan tempat yang tepat (the right place);

28
e. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan

orang atau unit yang tepat (the right person or unit);

f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat (the right

processing);

g. Mengapa dibutuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang diambil benar-

benar tepat (the right decision).

3.2. Fungsi Penganggaran

H. Subagya M.S (1990) Penganggaran (budgeting) adalah semua kegiatan dan usaha

untuk merumuskan perincian penemuan kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu

skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang

berlaku baginya

Dalam Fungsi Penganggaran semua rencana dari fungsi-fungsi perencanaan dan

penentuan kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan (adjust) dengan besarnya

pembiayaan dari dana-dana yang tersedia.

Fungsi perencanaan penganggaran merupakan rangkaian kegiatan dalam pemenuhan

kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/ketersediaan keuangan daerah;

Perencanaan penganggaran untuk pemenuhan kebutuhan barang harus terinci dengan

memuat banyaknya barang, nama barang, waktu dan jumlah biaya yang diperlukan;

Dengan mengetahui hambatan-hambatan (constrains) dan keterbatasan (limitations)

yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang dapat

diandalkan (reliable).

Apabila segala perencanaan dan penentuan kebutuhan telah dicek berulang kali dan

diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan maka

29
penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi kecuali dalam keadaan memaksa agar

pelaksanaan program pengadaan, program penghapusan dan program pengendalian tidak

terganggu karenanya.

Jenis jenis Anggaran yaitu :

a. Anggaran Pembelian;

b. Anggaran Perbaikan dan Pemeliharaan;

c. Anggaran Penyimpanan dan Penyaluran;

d. Anggaran Penelitian dan Pengembangan Barang;

e. Anggaran Penyempurnaan Administrasi Barang;

f. Anggaran Pengawasan Barang;

g. Anggaran Penyediaan dan Peningkatan Mutu Personil.

3.3. Fungsi Pengadaan

Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 (tiga puluh empat

Provinsi) yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang,

dengan melaksanakan pembangunan berati memerlukan berbagai macam logistik, semakin

meningkatnya pembangunan secara otomatis kegiatan logistik juga akan meningkat maka

akan semakin kompleks permasalahan logistik yang dihadapi.

Pengadaan merupakan salah satu fungsi di dalam kegiatan logistik yang memerlukan

perhatian khusus baik dalam hal perencanaan maupun pelaksanaan pengadaan karena

berkaitan erat dengan pihak kedua.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah mengalami beberapa

perubahan (revisi) sebanyak 4 (empat) kali, yaitu melalui Peraturan Presiden Nomor 35

Tahun 2011 (perubahan pertama), Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 (perubahan

30
kedua), Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 (perubahan ketiga) dan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 (perubahan keempat). Diharapkan dengan adanya Peraturan

Presiden seperti di atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat mendorong

peningkatan belanja Pemerintah yang berdampak positif pada pembangunan Negara dan

peningkatan peran Usaha Kecil dan Menengah serta Koperasi.

3.3.1. Definisi Pengadaan

H.Subagya M.S. (1990) Pengadaan ialah segala kegiatan dan usaha untuk menambah

dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan

menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. (Termasuk di dalamnya usaha

untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi).

Pengadaan H. Subagya M.S (1990) dapat dilakukan dengan cara :

a. Pembelian
Membeli merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan dengan jalan

organisasi membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier untuk

mendapatkan sejumlah perbekalan sesuai dengan kesepakatan kedua belah

pihak.Setelah transaksi jual beli ini selesai, barang/perbekalan yang telah dibeli

menjadi hak milik organisasi. Pengadaan perbekalan dengan cara pembelian ini

merupakan cara yang dominan dilakukan oleh organisasi.


b. Penyewaan
Menyewa merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan yang diperoleh dari

pihak lain dengan memberikan kontraprestasi (imbalan) sesuai kesepakatan kedua

belah pihak. Pemenuhan kebutuhan perbekalan dengan cara ini hendaknya

dilakukan apabila kebutuhan perbekalan bersifat sementara dan temporer serta

juga harus didasarkan atas suatu perjanjian tertulis. Cara seperti ini, khususnya

untuk jenis mesin, ditinjau dari segi ekonomi perusahaan menguntungkan, karena:

a. Perusahaan tidak disibukkan dengan pemeliharaan mesin, termasuk biayanya,

31
b. Dalam waktu tertentu mesin dapat diganti yang lebih baru oleh pihak yang

menyewakan, sehingga dapat diharapkan pekerjaan tidak terganggu karena

kemacetan-kemacetan mesin.

c. Perbaikan-perbaikan dilakukan oleh pihak yang menyewakan, sehingga dapat

diharapkan pekerjaan tidak terganggu karena kemacetan-kemacetan mesin.

c. Peminjaman
Meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan yang diperoleh dari

pihak lain dengan tanpa memberikan kontraprestasi (imbalan) dalam bentuk

apapun. Pemenuhan kebutuhan dengan cara ini hendaknya dilakukan hanya untuk

memenuhi kebutuhan perbekalan yang sifatnya sementara dan harus

mempertimbangkan citra baik suatu organisasi.


d. Pemberian (hibah)
Pemberian/hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan dengan

menggunakan perbekalan yang merupakan pemberian/hibah dari pihak lain. Cara

pengadaan ini sebaiknya harus disertai dengan suatu perjanjian serah terima,

sebab hal ini menyangkut pada pemindahan hak dan perubahan milik, baik bagi

yang memberi maupun bagi yang menerima.


e. Penukaran
Menukarkan merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan dengan jalan

menukarkan perbekalan yang dimiliki dengan perbekalan yang dibutuhkan

organisasi dari pihak lain. Pemilihan cara pengadaan perbekalan ini harus

mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah pihak,

dan perbekalan yang ditukarkan harus merupakan perbekalan yang sifatnya

berlebihan atau perbekalan yang dipandang dan dinilai sudah tidak berdaya guna

maupun bernilai guna.


f. Pembuatan
Membuat sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan dengan jalan

membuat sendiri yang dilakukan oleh pegawai atau suatu unit kerja

32
tertentu. Pemilihan cara ini harus mempertimbangkan tingkat efektivitas dan

efisiensinya apabila dibandingkan dengan cara pengadaan perbekalan yang lain.


g. Perbaikan
Perbaikan merupakan cara pemenuhan kebutuhan perbekalan dengan jalan

memperbaiki perbekalan yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan

satu unit perbekalan maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di

antara instrumen perbekalan yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik

tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit perbekalan, dan pada

akirnya satu atau beberapa unit perbekalan tersebut dapat dioperasikan, dan

kebutuhan perbekalan dapat dipenuhi.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh

Kemeterian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya

dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk

memperoleh Barang/Jasa.

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Pasal 3 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah bahwa Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui :

a. Swakelola; dan/atau
b. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

Pada Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah meliputi :

a. Barang;
b. Pekerjaan Kontruksi;
c. Jasa Konsultasi; dan
d. Jasa Lainnya.

33
Pada Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yaitu :

a. Pengadaan Barang meliputi, namun tidak terbatas pada :


1. Bahan Baku;
2. Barang Setengah Jadi;
3. Barang Jadi/Peralatan;
4. Mahluk Hidup.
b. Pekerjaan Kontruksi adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan

kontruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.


c. Pengadaan Jasa Konsultasi meliputi, namun tidak terbatas pada :
1. Jasa Rekayasa (engineering);
2. Jasa Perencanaan (planning), perancangan (design) dan pengawasan

(supervision) untuk Pekerjaan Kontruksi;


3. Jasa Perencanaan (planning), perancangan (design) dan pengawasan

(supervision) untuk pekerjaan selain Pekerjaan Kontruksi, seperti transportasi,

pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan, lingkungan hidup,

kedirgantaraan, pengembangan usaha, perdagangan, pengembangan SDM,

pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian, pertambangan

dan energy;
4. Jasa Keahlian Profesi seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa

pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, dan konsultasi hukum;


5. Pekerjaan Survei yang membutuhkan telaahan Tenaga Ahli.
d. Pengadaan Jasa Lainnya meliputi, namun tidak terbatas pada :
a. Jasa boga (catering service);
b. Jasa layanan kebersihan (cleaning service);
c. Jasa penyedia tenaga kerja;
d. Jasa asuransi, perbankan dan keuangan;
e. Jasa layanan kesehatan, pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia

dan kependudukan;
f. Jasa penerangan, iklan/reklame, film dan pemotretan;
g. Jasa percetakan dan penjilidan;
h. Jasa pemeliharaan/perbaikan;
i. Jasa pembersihan, pengendalian hama (pest control) dan fumigasi;
j. Jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan, dan penyampaian barang;
k. Jasa penjahitan/konveksi;
l. Jasa impor/ekspor;
m. Jasa penulisan dan penerjemahan;
n. Jasa penyewaan;

34
o. Jasa penyelaman;
p. Jasa akomodasi;
q. Jasa angkutan penumpang;
r. Jasa pelaksanaan transaksi instrument keuangan;
s. Jasa penyelenggara acara (event organizer);
t. Jasa pengamanan;
u. Jasa layanan internet;
v. Jasa pos dan telekomunikasi;
w. Jasa pengelolaan asset;
x. Jasa pekerjaan survei yang tidak membutuhkan telaahan tenaga ahli.

3.3.2. Prinsip-Prinsip Pengadaan

Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 pada Pasal 5 tentang Prinsip-prinsip

Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Efisien, berati Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan

dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu

yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai

hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum;


b. Efektif, berati Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang

telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya;


c. Transparan, berati semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan

Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia

Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya;


d. Terbuka, berati Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia

Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/criteria tertentu berdasarkan ketentuan

dan prosedur yang jelas;


e. Bersaing, berati Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang

sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan

memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan

35
secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya

mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa;


f. Adil/tidak diskriminatif, berati memberikan perlakuan yang sama bagi semua

calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk member keuntungan

kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;


g. Akuntabel, berati harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan

Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

3.3.3. Etika Pengadaan

Pada Pasal 6 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Etika Pengadaan

Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai

sasaran, kelancaran dan ketetapan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;


b. Bekerja secara professional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen

Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk

mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa;


c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat

terjadinya persaingan tidak sehat;


d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai

dengan kesepakatan tertulis para pihak;


e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang

terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan

Barang/Jasa;
f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan

Negara dalam Pengadaan Barang/Jasa;


g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan

tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung

atau tidak langsung merugikan Negara; dan


h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau

menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada

36
siapapun yang diketahui atau patut di duga berkaitan dengan Pengadaan

Barang/Jasa.

3.3.4. Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa

3.3.4.1. Organisasi Pengadaan

Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 pada Pasal 7 tentang Organisasi Pengadaan

Barang/Jasa terdiri dari :

a. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaaan melalui Penyedia

Barang/Jasa terdiri dari :

1. PA/KPA ;

2. PPK ;

3. ULP/Pejabat Pengadaan ; dan

4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

b. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola terdiri atas :

1. PA/KPA ;

2. PPK ;

3. ULP/Pejabat Pengadaan/Tim Pengadaan ; dan

4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat sebagaimana disebut pada ayat (a) dan

(b) tidak terikat tahun anggaran.

37
c. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa.

d. Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan-

undangan.

3.3.4.2. Pengguna Anggaran (PA)

Pada Pasal 8 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang tugas pokok dan

kewenangan Pengguna Anggaran adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;


b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website

K/L/D/I;
c. Menetapkan PPK;
d. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
f. Menetapkan :
1. Pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk

paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas

Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau


2. Pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan langsung untuk paket

Pengadaan Jasa Konsultan dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah).

g. Mengawasi pelaksanaan anggaran;

h. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

i. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan, dalam

hal terjadi perbedaan pendapat; dan

j. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan

Barang/Jasa.

38
Selain tugas pokok dan kewenangan Pengguna Anggaran dapat :

a. Menetapkan tim teknis; dan / atau

b.Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui

Sayembara/Kontes.

Menurut Pasal 9 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 atas dasar pertimbangan

besaran beban pekerjaan atau rentang kendali organisasi yaitu :

a. PA pada Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya menetapkan seorang atau

beberapa orang KPA;

b. PA pada Pemerintah Daerah mengusulkan 1 (satu) atau beberapa orang KPA kepada

Kepala Daerah untuk ditetapkan.

3.3.4.3. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 pada Pasal 10 tentang Kuasa Pengguna

Anggaran yaitu :

a. KPA pada Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya merupakan Pejabat yang

ditetapkan oleh PA;

b. KPA pada Pemerintah Daerah merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh Kepala

Daerah atas usul PA;

c. KPA untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ditetapkan oleh PA pada

Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya atas usul Kepala Daerah;

d. KPA memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA.

3.3.4.4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pada Pasal 11 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pejabat Pembuat

Komitmen memiliki tugas pokok sebagai berikut :

39
a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi :
1. Spesifikasi rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi :
2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) ; dan
3. Rancangan Kontrak.

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja

(SPK)/Surat Perjanjian;

d. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

e. Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;

f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;

g. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan

Berita Acara Penyerahan (BAP);

h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan

pelaksanaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa.

Pada Pasal 11 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pejabat Pembuat

Komitmen memiliki kewenangan sebagai berikut :

a. Mengusulkan kepada PA/KPA :

1. Perubahan paket pekerjaan; dan/atau

2. Perubahan jadwal kegiatan pengadaan.

b. Menetapkan tim pendukung;

40
c. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk membantu

pelaksanaan tugas ULP; dan

d. Menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia

Barang/Jasa.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 pada Pasal 12 menyatakan

sebagai berikut :

a. PPK merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan

Pengadaan Barang/Jasa;

b. Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Memiliki Integritas;

2. Memiliki disiplin tinggi;

3. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk

melaksanakan tugas;

4. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam

sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;

5. Menandatangani Pakta Integritas;

6. Tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar

(PPSM) atau bendahara; dan

7. Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.

c. Persyaratan manajerial sebagaimana dimaksud ayat b adalah sebagai berikut :

41
1. Berpendidikan paling kurang Sarjana Strata Satu (S1) dengan bidang keahlian

yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan;

2. Memiliki pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun terlibat secara aktif dalam

kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa; dan

3. Memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam melaksanakan setiap

tugas/pekerjaannya.

3.3.4.5. Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Pada Pasal 14 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Unit Layanan

Pengadaan yaitu :

a. K/L/D/I diwajibkan mempunyai ULP yang dapat memberikan

pelayanan/pembinaaan dibidang Pengadaan Barang/Jasa;

b. ULP pada K/L/D/I dibentuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala

Daerah/Pimpinan Institusi.

Pada Pasal 17 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Anggota Kelompok

Kerja ULP/Pejabat Pengadaan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;

b. Memahami pekerjaan yang akan diadakan;

c. Memahami jenis pekerjaan yang akan diadakan;

d. Memahami isi dokumen, metode dan prosedur pengadaan;

e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat yang menetapkannya sebagai

anggota ULP/Pejabat Pengadaan;

42
f. Memiliki sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kompetensi

yang dipersyaratkan; dan

g. Menandatangani fakta integritas.

Tugas pokok dan kewenangan ULP/Pejabat Pengadaan meliputi :

a. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

b. Menetapkan Dokumen Pengadaan;

c. Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;

d. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dan website K/L/D/I masing-

masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke

LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;

e. Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau

pascakualifikasi;

f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang

masuk;

g. Khusus untuk ULP :

1. Menjawab sanggahan;

2. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk :

a). Pelelangan atau penunjukan langsung untuk Paket Pengadaan

Barang/Pekerjaaan Kontruksi/Jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.

100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

b). Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi

yang bernilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

3. Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PPK;

4. Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

h. Khusus Pejabat Pengadaan :

43
1. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk :

a). Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan

Barang/Pekerjaaan Kontruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan/atau

b). Penunjukkan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan

Jasa Konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah);

2. Menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PA/KPA;

i. Membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada Menteri/Pimpinan

Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi; dan

j. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan

Barang/Jasa kepada PA/KPA.

3.3.5. Syarat menjadi Penyedia Barang/Jasa

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 pada Pasal 19 tentang Penyedia

Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan

kegiatan/usaha;
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknik dan manajerial untuk

menyediakan Barang/Jasa;
c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa

dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik dilingkungan pemerintah

maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;


d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia

Barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

44
e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang

diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa;


f. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia

Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang

memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;


g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro,

Usaha Kecil, dan Koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang

sesuai untuk usaha non-kecil;


h. Memiliki kemampuan dasar (KD) untuk usaha non kecil, kecuali untuk Pengadaan

Barang dan Jasa Konsultasi;


i. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Kontruksi dan jasa lainnya, harus

memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut :


SKP = KP P
KP adalah nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk usaha kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima)

paket pekerjaan; dan


2. Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6

(enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.

P adalah jumlah paket yang sedang dikerjakan.

N adalah jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat

bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

j. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang

dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak

sedang dalam menjalankan sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat

pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa;


k. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah

memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki

laporan bulanan PPH Pasal 21, PPH Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal

45
25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan

terakhir dalam tahun berjalan;


l. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak;
m. Tidak masuk dalam Daftar Hitam;
n. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan
o. Menandatangani Pakta Integritas;

3.3.6. Pemilihan Sistem Pengadaan Barang

a. Pelelangan

1. ULP memilih metode pemilihan penyedia;

2. Untuk pengadaan Barang yang dilakukan melalui pelelangan metode pemilihan

dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

a). Pelelangan Umum; dan

b). Pelelangan Sederhana.

3. Pada prinsipnya pengadaan menggunakan metode Pelelangan Umum;

4. Pelelangan Sederhana dapat digunakan untuk pengadaan tidak kompleks yang

nilainya sama dengan nilai Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

b. Penunjukan Langsung

1. ULP/Pejabat Pengadaan memilih system Pengadaan Penunjukan Langsung

sesuai kriteria yang ditetapkan Peraturan Presiden ini;

2. Metode penyampaian dokumen untuk Penunjukan Langsung adalah 1 (satu)

sampul;

3. Evaluasi kualifikasi untuk Penunjukan Langsung dilakukan dengan klarifikasi

teknis dan negosiasi harga.

c. Pengadaan Langsung

46
1. Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang yang bernilai

sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan

sebagai berikut :

a). Merupakan kehidupan operasional K/L/D/I;

b). Teknologi sederhana;

c). Risko kecil; dan/atau

d). Dilaksanakan oleh penyedia orang perseorangan dan/atau badan Usaha

Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.

2. Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar

kepada penyedia yang memenuhi kualifikasi;

3. Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh satu orang Pejabat Pengadaan.

d. Kontes

1. Kontes dilakukan untuk pengadaan yang memiliki karakteristik :

a). Tidak mempunyai harga pasar; dan

b). Tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

2. Metode penyampaian dokumen untuk kontes adalah 1 (satu) sampul;

3. Evaluasi administrasi dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan dan evaluasi

teknis dilakukan oleh Tim Juri/Tim Ahli dengan member nilai terhadap kriteria

yang telah ditetapkan dalam dokumen kontes.

3.3.7. Pemilihan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran

a. ULP memilih satu dari tiga metode penyampaian dokumen pengadaan, yaitu :

1. Metode Satu Sampul

Metode satu sampul lebih tepat digunakan untuk pengadaan yang bersifat

sederhana dan spesifikasi teknisnya jelas atau pengadaan dengan standar harga

47
yang telah ditetapkan pemerintah atau pengadaan yang spesifikasi teknis atau

volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan.

2. Metode Dua Sampul

Metode dua sampul digunakan dalam hal diperlukan evaluasi teknis yang lebih

mendalam terhadap penawaran yang disampaikan oleh penyedia dan untuk

menjaga agar evaluasi teknis jangan sampai terpengaruh oleh besarnya

penawaran harga.

3. Metode Dua Tahap

Metode Dua Tahap digunakan untuk pengadaan berkaitan dengan :

a). Pekerjaan bersifat kompleks;

b). Tercapainya pemenuhan kriteria kinerja dari keseluruhan sistim termasuk

pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharaan

peralatannya; dan/atau

c). Mempunyai beberapa alternative penggunaan sistim dan disain penerapan

teknologi yang berbeda;

b. Pada prinsipnya pengadaan menggunakan metode penyampaian dokumen satu

sampul.

3.3.8. Pemilihan Metode Evaluasi

ULP memilih metode evaluasi yang paling tepat untuk pengadaan dari 3 (tiga) metode

yaitu :

a. Metode Evaluasi Sistim Gugur

Evaluasi penawaran dengan sistim gugur dapat dilakukan untuk hampir seluruh

pengadaan dengan urutan proses sebagai berikut :

1. Evaluasi Administrasi

a). Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang tidak terlambat;

48
b). Evaluasi administrasi dilakukan terhadap kelengkapan dan keabsahan syarat

administrasi yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan (tidak dikurangi,

ditambah dan/atau diubah);

c). Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat

administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi.

2. Evaluasi Teknis

a). Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan memenuhi

persyaratan administrasi;

b). Evaluasi teknis dilakukan terhadap pemenuhan syarat teknis yang ditetapkan

dalam Dokumen Pengadaan (tidak dikurangi, ditambah dan/atau diubah);

c). Bila menggunakan nilai ambang batas lulus, evaluasi teknis dilakukan

dengan memberikan penilaian (skor) terhadap unsure-unsur teknis sesuai

dengan criteria yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan;

d). Hasil evaluasi teknis menghasilkan dua kesimpulan yaitu memenuhi syarat

teknis atau tidak memenuhi syarat teknis.

3. Evaluasi Harga

a). Evaluasi harga hanya dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan

memenuhi syarat administrasi dan teknis;

b). Berdasarkan hasil evaluasi harga, ULP membuat daftar urutan penawaran

yang dimulai dari urutan harga penawaran terendah dan mengusulkan

penawar terendah yang responsive sebagai calon pemenang.

b. Metode Evaluasi Sistim Nilai

Evaluasi penawaran dengan sistim nilai digunakan untuk pengadaan kompleks

yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harganya, mengingat

penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas teknis.

49
Urutan proses penilaian dengan sistim ini adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Administrasi

1. Evaluasi Administrasi dilakukan terhadap penawaran yang tidak terlambat;

2. Evaluasi Administrasi dilakukan terhadap kelengkapan dan keabsahan syarat

administrasi yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan (tidak dikurangi,

ditambah dan/atau diubah);

3. Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan yaitu memenuhi syarat

administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi.

b. Evaluasi Teknis dan Harga

1. Evaluasi Teknis dan Harga dilakukan terhadap penawaran penawaran yang

dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, dengan memberikan penilaian

(skor) terhdap unsur unsur teknis dan harga penawaran sesuai dengan kriteria

yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan;

2. Besaran bobot harga antara 70 % (tujuh puluh perseratus) sampai dengan 90 %

(sembilan puluh perseratus) dari total bobot keseluruhan;

3. Bila menggunakan nilai ambang batas lulus, hal ini harus dicantumkan dalam

Dokumen Pengadaan. Panitia membuat daftar urutan yang dimulai dari

penawaran harga terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai di

atas atau sama dengan nilai di atas atau sama dengan nilai ambang batas lulus;

4. Rincian unsur dan sub unsur beserta besaran bobot teknis dan harga, tata cara,

kriteria serta formula perhitungan harus dijelaskan dan dicantumkan dalam

Dokumen Pemilihan sebagai dasar ULP untuk melakukan evaluasi penawaran;

5. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ULP membuat daftar urutan penawaran

yang memiliki nilai bobot teknis dan harga tertinggi;

50
6. ULP menetapkan calon pemenang berdasarkan urutan penawaran yang

memiliki nilai bobot dan harga tertinggi.

3.4. Fungsi Penyimpanan

Penyimpanan menurut H. Subagya M.S. (1990) merupakan suatu kegiatan dan usaha

untuk melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan didalam

ruang penyimpanan.

3.4.1. Jenis jenis Penyimpanan

a. Gudang Terbuka
1. Gudang Terbuka yang tidak diolah yaitu berupa satu lapangan terbuka yang

permukaannya hanya diratakan tampa pengerasan. Keuntungannya tidak

memerlukan biaya terlalu besar dalam penggunaan dan pemeliharaannya.

Gudang ini hanya utk brg2 yg tdk terpengaruh oleh cuaca .


2. Gudang Terbuka yang diolah yaitu suatu lapangan terbuka yang sudah

diratakan dan diperkeras atau dipersiapkan dengan melapiskan bahan yang

serasi sehingga dapat dilaksanakan pekerjaan2 pengaturan barang2 dengan

efisien.
b. Gudang Semi Tertutup merupakan kombinasi antara penyimpanan terbuka dan

penyimpanan dalam gudang. Gudang ini merupakan suatu bangunan beratap

tampa dinding2 samping dan dinding2 ujung yang lengkap dan digunakan untuk

menyimpan barang2 yg memerlukan pertukaran udara yg maksimum.

c. Gudang Tertutup merupakan suatu ruang penyimpanan dalam suatu bangunan

beratap dinding samping dan dinding ujung.Gudang tertutup yang serba guna

sifatnya dapat berwujud bangunan bertingkat satu atau lebih.

Jenis jenis Gudang Tertutup yaitu :

1. Gudang Transit;
2. Gudang Serba Guna;

51
3. Gudang Kedap Udara;
4. Gudang Pendingin;
5. Tangki Kering;
6. Gudang Penyimpanan Tahan Api;
7. Dangau Orang eskimo.

3.4.2. Penyimpanan Barang Daerah

Penyimpanan barang daerah dilaksanakan dalam rangka pengurusan, penyelenggaraan

dan pengaturan barang persediaan di dalam gudang/ruang penyimpanan sehingga dalam

pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan

tepat.

Kegiatan penyimpanan barang milik daerah yaitu;

a. Menerima, menyimpan,mengatur, merawat dan menjaga keutuhan barang dalam

gudang/ruang penyimpanan agar dapat dipergunakan sesuai dengan rencana

secara tertib, rapi dan aman;


b. Menyelenggarakan administrasi penyimpanan/pergudangan atas semua barang

yang ada dalam gudang;


c. Melakukan stock opname secara berkala ataupun insidentil terhadap barang

persediaan yang ada didalam gudang agar persediaan selalu dapat memenuhi

kebutuhan;
d. Membuat laporan secara berkala atas persediaan barang yang ada di gudang.

Penyimpan/pengurus barang adalah pegawai yang ditugaskan untuk menerima,

menyimpan dan mengeluarkan barang milik daerah yang diangkat oleh pengelola untuk masa

1 (satu) tahun anggaran dan bertanggungjawab kepada pengelola melalui atasan langsung

nya.

Penyimpan barang dapat diangkat kembali pada tahun anggaran berikutnya dengan

memperhatikan ketentuan jabatan, dimana jabatan penyimpan barang tersebut dapat

52
dirangkap dengan pengurus barang sepanjang beban tugas/volume kegiatan tidak terlalu

besar.

Setiap tahun pengelola menunjuk/menetapkan kembali penyimpan barang dalam

lingkungan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Diusulkan oleh Kepala SKPD yang bersangkutan;


b. Serendah-rendahnya menduduki golongan II dan setinggi tingginya golongan III,

mengacu kepada Undang-undang kepegawaian;

c. Minimal mempunyai pengalaman dalam pengurusan barang/telah mengikuti kursus

penyimpan barang;

d. Mempunyai sifat dan akhlak yang baik, antara lain jujur, teliti, dan dapat

dipercaya.

Dalam keputusan penunjukan/penetapan kembali penyimpan barang oleh pengelola

sekaligus ditunjuk atasan langsung nya yang antara lain berkewajiban memberikan

persetujuan atas setiap pengeluaran barang dan melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaannya, serta ditetapkan pula jumlah atau besarnya insentif bagi penyimpan barang

dimaksud.

Tugas dan tanggungjawab penyimpan/pengurus barang:

a. Menerima, menyimpan dan menyerahkan barang milik daerah ke unit pemakai;


b. Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang, pengeluaran barang dan

keadaan persediaan barang ke dalam buku/kartu barang menurut jenisnya terdiri

dari:
1. Buku barang inventaris;
2. Buku barang pakai habis;
3. Buku hasil pengadaan;
4. Kartu barang;
5. Kartu persediaan barang.

53
c. Menghimpun seluruh tanda bukti penerimaan barang dan pengeluaran/ penyerahan

secara tertib dan teratur sehingga memudahkan mencarinya apabila diperlukan

sewaktu-waktu terutama dalam hubungan dengan pengawasan barang;

d. Membuat laporan mengenai barang yang diurusnya berdasarkan Kartu Persediaan

Barang apabila diminta dengan sepengetahuan atasan langsungnya;

e. Membuat laporan, baik secara periodik maupun secara insidentil mengenai

pengurusan barang yang menjadi tanggungjawabnya kepada pengelola melalui

atasan langsungnya;

f. Membuat perhitungan/pertanggung jawaban atas barang yang diurusnya;

g. Bertanggungjawab kepada pengelola melalui atasan langsung mengenai barang -

barang yang diurusnya dari kerugian, hilang, rusak atau dicuri dan sebab lainnya;

h. Melakukan perhitungan barang (stock opname) sedikitnya setiap 6 (enam) bulan

sekali, yang menyebutkan dengan jelas jenis jumlah dan keterangan lain yang

diperlukan, untuk selanjutnya dibuatkan Berita Acara perhitungan barang yang

ditandatangani oleh penyimpan barang.

i. Dalam hal penyimpan barang karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan

tugasnya, maka untuk menjaga kelangsungan tugas/ pekerjaan penyimpan barang

tersebut, dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

1. Penyimpan barang yang tidak mampu melaksanakan tugasnya, ditunjuk

seorang pegawai lainnya sebagai penyimpan barang pengganti. Penunjukan

pegawai lainnya dilakukan oleh Pengelola Barang atas usul Kepala SKPD.

Penyerahan tugas tersebut harus dibuat berita acara pemeriksaan gudang oleh

atasan langsung dan dibuat berita acara pemeriksaan serta dilaporkan kepada

Pengelola;

54
2. Penyimpan/pengurus barang yang akan meninggalkan tugas sementara, dapat

ditunjuk seorang pegawai lainnya untuk melakukan tugas sementara

penyimpan/pengurus barang.
3. Penyerahan tugas tersebut harus dibuat berita acara pemeriksaan gudang oleh

atasan langsung dan dibuat berita acara pemeriksaan serta dilaporkan kepada

Pengelola, apabila Penyimpan Barang yang bersangkutan kembali melakukan

tugasnya, maka penunjukan pengganti sementara tersebut harus dicabut dan

penyerahannya dibuat berita acara dan harus dilaporkan kepada Pengelola.


4. Kewajiban Atasan Langsung Penyimpan.
a) Atasan langsung penyimpan/pengurus barang wajib secara berkala 6

(enam) bulan sekali mengadakan pemeriksaan atas penyelenggaraan

tugas penyimpan barang, yaitu pemeriksaan pembukuan/pencatatan dan

pemeriksaan gudang. Hasil pemeriksaan harus dibuat dalam berita acara

pemeriksaan dan dicatat dalam buku pemeriksaan penyimpan barang

yang bersangkutan. Hasil pemeriksaan dimaksud dikirim kepada

Pengelola dan tembusannya masing-masing untuk Kepala SKPD yang

bersangkutan, Pembantu Pengelola dan Pengawas Fungsional Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal atasan langsung penyimpan barang

berhalangan maka Pengelola atau pejabat yang berwenang menunjuk

pejabat lain sebagai atasan langsung penyimpan/pengurus barang;


b) Dalam hal terjadi kerugian akibat kelalaian penyimpan barang, atasan

langsung turut bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi.

3.5 Fungsi Penyaluran

Penyaluran menurut H. Subagya M.S. (1990) merupakan suatu kegiatan dan usaha

untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari satu

tempat ke tempat lain yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat pemakainya.

55
Penyaluran menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

merupakan kegiatan untuk melakukan pengiriman barang dari gudang ke unit kerja.

Fungsi penyaluran adalah menyelenggarakan pengurusan pembagian/pelayanan

barang secara tepat, cepat dan teratur sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan Penyaluran yaitu :

a. Menyelenggarakan penyaluran barang kepada unit kerja;

b. Menyelenggarakan adminstrasi penyaluran dengan tertib dan rapi;dan

c. Membuat laporan realisasi penyaluran barang milik daerah.

Contoh dokumen penerimaan, penyimpanan dan penyaluran yaitu

a. format Surat Keputusan Pembentukan Panitia Pemeriksaan Barang/Jasa

(Lampiran5);
b. Berita Acara Pemeriksaan Barang (Lampiran 6);
c. Berita Acara Penerimaan Barang (Lampiran 7);
d. Buku Penerimaan Barang (Lampiran 8);
e. Buku Pengeluaran Barang (Lampiran 9);
f. Buku Barang Inventaris (Lampiran 10);
g. Buku Barang Pakai Habis (Lampiran 11);
h. Kartu Barang (Lampiran 12);
i. Kartu Persediaan Barang (Lampiran 13);
j. Laporan Semester tentang Penerimaan dan Pengeluaran Barang Inventaris

(Lampiran 14);
k. Laporan Semester tentang Penerimaan dan Pengeluaran Barang Pakai Habis

(Lampiran 15);
l. Bukti Pengambilan Barang dari Gudang (Lampiran 16); m. Berita Acara Serah

Terima Gudang (Lampiran 17);


m. Berita Acara Serah Terima Terdapat Selisih (Lampiran 18);
n. Berita acara serah terima selisih (Lampiran 17)
o. Surat Pernyataan Penggantian Penyimpan Barang Sementara (Lampiran 19);
p. Berita Acara Pemeriksaan Barang Yang Berubah Keadaan (Lampiran20);
q. Berita Acara Pemeriksaan Barang karena Bencana Alam, Dicuri,Kebakaran

(Lampiran 21); dan


r. Surat Perintah Pengeluaran/Penyaluran Barang (Lampiran 22)

3.5.1. Asas-asas Penyaluran

56
a. Ketepatan jenis dan spesifikasi perbekalan yang disampaikan

Kegiatan ini dilakukan agar secara fungsional dapat mencapai batas yang optimal,

baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas output yang dihasilkan, disamping

dilihat dari nilai efisiensi, baik ditinjau dari sisi waktu, tenaga maupun finansial.

b. Ketepatan nilai perbekalan yang disampaikan

Hal ini terkait dengan pertimbangan pelaksanaan program efisiensi unit kerja dan

organisasi secara keseluruhan, maupun pertimbangan prestise.

c. Ketepatan jumlah perbekalan yang disampaikan


Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari pemborosan ataupun juga

kekurangan perbekalan sehingga dapat menghambat aktivitas unit kerja tersebut.

d. Ketepatan waktu penyampaian

Hal ini bertujuan agar aktivitas unit kerja tertentu tidak terganggu atau berhenti

karena keterlambatan penyampaian perbekalan yang dibutuhkan.

e. Ketepatan tempat penyampaian

Hal ini dapat mengakibatkan tidak berjalannya kegiatan operasional suatu unit

kerja tertentu. Tentu ini juga akan mempengaruhi tingkat efektivitas dan efisiensi

organisasi secara keseluruhan.

f. Ketepatan kondisi perbekalan yang disampaikan

Guna mendukung kelancaran aktivitas suatu unit kerja dalam organisasi hendaknya

barang yang disampaikan ke unit kerja merupakan barang yang siap pakai (ready

for use)sehigga kondisi barang tersebut harus dalam keadaan baik, bukan

barang/perbekalan yang rusak.

3.6. Fungsi Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua barang selalu dalam

kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemeliharaan

57
dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah,

menambah atau mengurangi bentuk maupun kontruksi asal, sehingga dapat dicapai

pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit pemakaian maupun

dari segi keindahan.

H. Subagya M.S. (1990) Pemeliharaan adalah suatu usaha atau proses kegiatan untuk

mempertahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja dengan

jalan merawat,memperbaiki,merehabilitasi dan penyempurnaan.

3.6.1. Tujuan Pemeliharaan dan Manfaat Pemeliharan

Tujuan Pemeliharaan logistik adalah

a. Meningkatkan tingkat kegunaan peralatan;

b. Menambah umur peralatan;

c. Meningkatkan efisiensi peralatan;

d. Penghematan anggaran.

Manfaat Pemeliharaan logistik adalah

a. Dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi;

b. Menjaga kualitas produksi yang tepat guna,memenuhi apa yang dibutuhkan oleh

produk dan tidak mengganggu kegiatan produksi;

c. Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan diluar batas dan menjaga

modal untuk waktu yang ditentukan sesuai kebijakan;

d. Melaksanakan biaya serendah mungkin dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan

secara efektif dan efisien.

3.6.2. Jenis Pemeliharaan

a. Preventive maintenance

58
Yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah

timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi/keadaan yang

tidak terduga dan menemukan kondisi/keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas

produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan;

b. Corrective maintence

Yaitu kegiatan pemeliharaan setelah timbul atau pada saat timbul kerusakan sering

disebut perbaikan dan perlu memperhatikan biaya yang timbul.

Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa :

a. Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari hari oleh Unit

pemakai / pengurus barang tanpa membebani anggaran;

b. Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara

berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang mengakibatkan pembebanan anggaran;

dan

c. Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara

sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga

sebelumnya, tetapi dapat diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan

pembebanan anggaran.

Tata cara Pemeliharaan adalah

a. Pengelola Barang, Pengguna Barang, atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung

jawab atas pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah yang berada di bawah

penguasaannya;

b. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang;

c. Biaya pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah;

59
d. Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah dilakukan Pemanfaatan dengan Pihak Lain,

biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam,

mitra Kerja Sama Pemanfaatan, mitra Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna,

atau mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur;

e. Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan Barang yang

berada dalam kewenangannya dan melaporkan secara tertulis Daftar Hasil

Pemeliharaan Barang tersebut kepada Pengguna Barang secara berkala;

f. Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan dan menyusun daftar

hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran sebagai

bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan Barang Milik

Negara/Daerah.

3.6.3. Sasaran Pemeliharaan

Barang yang dipelihara dan dirawat adalah barang inventaris yang tercatat dalam

buku inventaris

3.6.4. Rencana Pemeliharaan Barang

a. Rencana pemeliharaan barang yaitu penegasan urutan tindakan atau gambaran

pekerjaan yang akan dilaksanakan terhadap barang inventaris, yang dengan tegas

dan secara tertulis memuat macam/jenis barang, jenis pekerjaan, banyaknya atau

volume pekerjaan, perkiraan biaya, waktu pelaksanaan dan pelaksanaannya;


b. Setiap unit diwajibkan untuk menyusun rencana pemeliharaan barang dimaksud

dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Harus memuat ketentuan mengenai macam/jenis barang, jenis pekerjaan,

banyaknya atau volume pekerjaan, perkiraan biaya, waktu dan pelaksanaannya;


2. Menjadi bahan dalam menyusun rencana APBD, khususnya Rencana Tahunan

Pemeliharaan Barang; dan

60
3. Rencana Tahunan Pemeliharaan Barang disampaikan kepada Pengelola melalui

Pembantu Pengelola untuk dipergunakan sebagai pedoman selama tahun

anggaran yang bersangkutan.

c. Untuk Rencana Tahunan pemeliharaan barang bagi SKPD ditandatangani oleh

Kepala SKPD dan diajukan pada waktu dan menurut prosedur yang ditetapkan,

dengan demikian maka Rencana Tahunan Pemeliharaan barang merupakan

landasan bagi pelaksanaan pemeliharaan barang. Setiap perubahan yang akan

diadakan pada Rencana Pemeliharaan Barang harus dengan sepengetahuan Kepala

SKPD yang bersangkutan, sebelum diajukan kepada Pengelola melalui Pembantu

Pengelola.

3.6.5. Pelaksanaan pemeliharaan

a. Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah dilaksanakan oleh pembantu

pengelola, pengguna dan kuasa pengguna sesuai dengan daftar kebutuhan

pemeliharaan barang milik daerah (DKPBMD) yang ada di masing-masing SKPD;


b. Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah ditetapkan dengan Surat Perintah

Kerja/Surat Perjanjian/Kontrak yang ditandatangani oleh Kepala SKPD.


c. Dalam rangka tertib pemeliharaan setiap jenis barang milik daerah, harus dibuat

kartu pemeliharaan/perawatan yang memuat:


1. Nama barang inventaris;
2. Spesifikasinya;
3. Tanggal perawatan;
4. Jenis pekerjaan atau pemeliharaan;
5. Barang-barang atau bahan-bahan yang dipergunakan;
6. Biaya pemeliharaan/perawatan;
7. Yang melaksanakan pemeliharaan/perawatan;
8. Lain-lain yang dipandang perlu

d. Pencatatan dalam kartu pemeliharaan/perawatan barang dilakukan oleh pengurus

barang;

e. Penerimaan pekerjaan pemeliharaan/perawatan barang:

61
1. Pekerjaan pemeliharaan barang yang akan diterima harus dilakukan

pemeriksaan oleh Panitia Pemeriksa Barang;


2. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan yang

ditandatangani oleh Panitia Pemeriksa Barang;


3. Pelaksanaan pekerjaan/pemeliharaan barang dilaporkan kepada Pengelola

melalui pembantu pengelola;


4. Pembantu pengelola menghimpun seluruh pelaksanaan pemeliharaan barang

dan dilaporkan kepada Kepala Daerah;

f. Format Kartu Pemeliharaan (lampiran 42).

3.7. Fungsi Penghapusan

Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara (logistik dan

peralatan) dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang

berwenang untuk membebaskan pengguna barang (logistik dan peralatan) dari tanggung

jawab administrasi dan fisik logistik dan peralatan yang berada dalam penguasaannya.

Penghapusan meliputi:

a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna;

b. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara/Daerah;

c. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna

dilakukan dalam hal Barang Milik Negara/Daerah sudah tidak berada dalam

penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.

d. Penghapusan dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan dari:

1. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang, untuk

Barang Milik Negara; atau

2. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota,

untuk Barang Milik Daerah.

62
e. Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan Penghapusan dari Pengelola

Barang dan Gubernur/ Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Negara/Daerah yang

dihapuskan karena:

1. Pengalihan Status Penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;

2. Pemindahtanganan; atau

3. Pemusnahan.

f. Gubernur/Bupati/Walikota dapat mendelegasikan persetujuan Penghapusan Barang

Milik Daerah berupa barang persediaan kepada Pengelola Barang;

g. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara dilaporkan kepada Pengelola

Barang;

h. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Daerah dilaporkan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara/Daerah

dilakukan dalam hal Barang Milik Negara/Daerah tersebut sudah beralih

kepemilikannya, terjadi Pemusnahan, atau karena sebab lain.

i. Penghapusan barang milik Negara/Daerah dilakukan:

1. Berdasarkan keputusan dan/atau laporan Penghapusan dari Pengguna Barang,

untuk Barang Milik Negara/Daerah yang berada pada Pengguna Barang;

2. Berdasarkan keputusan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang

berada pada Pengelola Barang; atau

3. Berdasarkan keputusan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah

yang berada pada Pengelola Barang.

Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan penghapusan barang

Pengguna/Kuasa Pengguna dan penghapusan dari Daftar Inventaris Barang Milik Daerah.

63
Penghapusan tersebut di atas, dengan menerbitkan Keputusan Kepala Daerah tentang

Penghapusan Barang Milik Daerah.

3.7.1. Dasar penghapusan barang

Pada prinsipnya semua barang milik daerah dapat dihapuskan, yakni :

a. Penghapusan barang tidak bergerak berdasarkan pertimbangan/ alasan-alasan

sebagai berikut:

1. Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure;


2. Tidak dapat digunakan secara optimal (idle);
3. Terkena planologi kota;
4. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas;
5. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi;
6. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam.

b. Penghapusan barang bergerak berdasarkan pertimbangan/alasan-alasan sebagai

berikut :

1. Pertimbangan Teknis, antara lain:


a) Secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak dan tidak

ekonomis bila diperbaiki;


b) Secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi;
c) Telah melampaui batas waktu kegunaannya/kedaluwarsa;
d) Karena penggunaan mengalami perubahan dasar spesifikasi dan

sebagainya;
e) Selisih kurang dalam timbangan/ukuran disebabkan penggunaan/susut

dalam penyimpanan/pengangkutan.

2. Pertimbangan Ekonomis, antara lain :

a) Untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau idle;


b) Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dihapus,

karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat

yang diperoleh;

3. Karena hilang/kekurangan perbendaharaan atau kerugian, yang disebabkan:

a) Kesalahan atau kelalaian Penyimpan dan/atauPengurus Barang;

64
b) Diluar kesalahan/kelalaian Penyimpan dan/atauPengurus Barang;
c) Mati, bagi tanaman atau hewan/ternak.
d) Karena kecelakaan atau alasan tidak terduga ( force majeure ).

3.7.2. Wewenang Penghapusan Barang Daerah

Penghapusan barang milik Daerah berupa barang tidak bergerak seperti tanah

dan/atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat

persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang inventaris lainnya selain tanah dan/atau

bangunan sampai dengan Rp. 5.000.000.000,-00 (lima milyar rupiah) dilakukan oleh

Pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah.

3.7.3. Kewajiban Pelaporan

Barang milik daerah yang rusak, hilang, mati (hewan dan tanaman), susut, berlebih

dan tidak efisien lagi supaya dilaporkan kepada Kepala Daerah melalui pengelola. Laporan

tersebut harus menyebutkan nama, jumlah barang, lokasi, nomor kode barang, nilai barang

dan lain-lain yang diperlukan.

3.7.4. Proses Penghapusan Barang Milik Daerah

Kepala Daerah membentuk Panitia Penghapusan Barang milik Daerah yang susunan

personilnya terdiri dari unsur teknis terkait.

Tugas Panitia Penghapusan meneliti barang yang rusak, dokumen kepemilikan,

administrasi, penggunaan, pembiayaan, pemeliharaan/ perbaikan maupun data lainnya yang

dipandang perlu.

Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk Berita Acara dengan melampirkan

data kerusakan, laporan hilang dari kepolisian, surat keterangan sebab kematian dan lain-lain.

65
Selanjutnya Pengelola mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala Daerah

mengenai rencana penghapusan barang dimaksud dengan melampirkan Berita Acara hasil

penelitian Panitia Penghapusan.

Setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah, penghapusan ditetapkan dengan Surat

Keputusan Pengelola atas nama Kepala Daerah, juga menetapkan cara penjualan dengan cara

lelang umum melalui Kantor Lelang Negara atau lelang terbatas dan/atau

disumbangkan/dihibahkan atau dimusnahkan.

Apabila akan dilakukan lelang terbatas, Kepala Daerah membentuk Panitia

Pelelangan terbatas untuk melaksanakan penjualan/pelelangan terhadap barang yang telah

dihapuskan dari Daftar Inventaris Barang Milik Daerah.

Khusus penghapusan untuk barang bergerak karena rusak berat dan tidak dapat

dipergunakan lagi seperti alat Kantor dan Alat Rumah Tangga yang sejenis termasuk

kendaraan khusus lapangan seperti Alat Angkutan berupa kendaraan Alat Berat, Mobil

Jenazah, Truk, Ambulance atau kendaraan lapangan lainnya ditetapkan penghapusannya oleh

Pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah.

3.7.5. Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Daerah

a. Penghapusan barang milik daerah dilakukan dalam hal barang tersebut sudah

tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang (mutasi);


b. Penghapusan barang milik daerah dilakukan dalam hal barang tersebut sudah

tidak berada pada Daftar Barang Daerah;


c. Penghapusan tersebut di atas dilakukan setelah mendapat persetujuan Kepala

Daerah dan penetapan oleh Pengelola atas nama Kepala Daerah;


d. Penghapusan barang daerah dengan tindak lanjut pemusnahan dilakukan apabila

barang dimaksud :

1. Tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat di

pindahtangankan;

66
2. Alasan lain sesuai peratuan perundang-undangan.

3.7.6. Pelaksanaan penghapusan secara khusus

Penghapusan gedung milik daerah yang harus segera dibangun kembali (rehab total)

sesuai dengan peruntukan semula serta yang sifatnya mendesak dan membahayakan,

penghapusan nya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Dalam keadaan bangunan yang membahayakan keselamatan jiwa dapat dilakukan

pembongkaran terlebih dahulu sambil menunggu Keputusan Kepala Daerah.

Alasan-alasan pembongkaran bangunan gedung dimaksud adalah :

a. Rusak berat yang disebabkan oleh kondisi konstruksi bangunan gedung sangat

membahayakan keselamatan jiwa dan mengakibatkan robohnya bangunan gedung

tersebut;
b. Rusak berat yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, banjir,

angin topan, kebakaran dan yang sejenis.

3.8. Fungsi Pengendalian

Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar

pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Pengendalian merupakan tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan dengan

maksud agar tujuan tertentu dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Dengan demikian pengendalian merupakan fungsi yang mengatur dan mengarahkan

cara pelaksanaan dari suatu rencana,program proyek dan kegiatan (disamping manajemen

lainnya) baik dengan pengaturan dalam bentuk tata laksana yaitu : manual, standar, kriteria,

norma, instruksi dan lain-lain prosedur ataupun melalui tindakan turun tangan untuk

memungkinkan optimal dalam penyelenggaraan suatu rencana, program, proyek dan kegiatan

oleh unsur dan unit pelaksana.

67
3.8.1.Bentuk Kegiatan Pengendalian

Bentuk kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh unsur-unsur pembantu Pimpinan

Lembaga/Departemen baik bidang administrasi maupun bidang teknis meliputi kegiatan-

kegiatan yang terdiri dari :


a. Merumuskan tata laksana dalam bentuk : manual,standard, kriteria, norma,

instruksi dan lain-lain prosedur;


b. Melaksanakan pengamatan (monitoring), evaluasi dan laporan guna mendapatkan

gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari

rencana;
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasikan permasalahan serta

memberikan pengarahan dan bimbingan tentang cara-cara pelaksanaan dalam

rangka pencapaian tertib administrasi dan tertib teknis;


d. Melakukan tindak turun tangan sebagai tindak lanjut dari hasil pengawasan.

3.8.2.Sarana Pengendalian

a. Struktur Organisasi
Agar dapat melaksanakan pengendalian seefektif mungkin, maka harus jelas

tugas pokok dan ruang lingkup organisasi suatu unit, jelas wewenang dan

tanggung jawabnya, terang akan tingkat-tingkat tenggang pengendaliannya

sehingga dengan demikian jelas mana yang harus dilaksanakan dan mana yang

harus disempurnakan serta dikoreksi kekurangan-kekurangannya.


b. Sistim dan Prosedur
Landasan peraturan merupakan dasar utama pengendalian, khusus merupakan

titik tolak dimana persoalan-persoalan harus diselesaikan.


Untuk itu sistim merupakan alat bantu yang flexible dalam memperlancar

penyelesaian. Sistim informasi yg kontinu dengan pemberitaan bahan yang

lengkap, dapat dipercaya dan modern dapat lebih membantu pengendalian yang

efektif, efisien dan produktif;


c. Petugas

68
Personil yang berdisiplin, cakap dan trampil sangat meringankan beban

pengendalian.Dengan demikian peningkatan akan kecerdasan, ketrampilan dan

mental para karyawan perlu diperhatikan. Sebab kekurangan pengetahuan akan

tugas, wewenang dan tanggung jawab, jelas menghambat jalannya pengendalian

bahkan dapat merupakan suatu hambatan yang membahayakan seluruh

organisasi.

d. Peralatan

Peralatan yang dimaksud tidak selalu harus berwujud barang fisik seperti alat-alat

bantu dan lain-lain tapi bisa merupakan suatu buku petunjuk, standar-standar dan

sebagainya yang merupakan pula sarana dalam memperlancar suatu sistim.

3.8.3. Sasaran dan Pendekatannya

Fungsi utama dari pengendalian haruslah :

a. Menjadi sarana pengelola/pembina logistik berupa data-data informasi yang

bermanfaat bagi fungsi-fungsi logistik lainnya sehingga 7 (tujuh) tepat masalah

penentuan kebutuhan dari fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan akan

dapat diselenggarakan secara optimal;

b. Menjadi sarana bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan;

c. Menjadi sarana dalam mengikuti dan mengawasi penyelenggaraan Logistik.

Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut, fungsi pengendalian mengandung kegiatan-

kegiatan sbb :

a. Inventarisasi : Menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik;

b. Pengawasan : Menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya

deviasi-deviasi (penyimpangan dari peraturan yang berlaku) penyelenggaraan

dari rencana-rencana logistik;

69
c. Evaluasi : Menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor,menilai dan membentuk

data-data logistik yang diperlukan hingga merupakan informasi bagi fungsi-

fungsi logistik lainnya.

Untuk itu diperlukan sarana-sarana yang harus sesuai dengan perkembangan

(teknologi dan ruang lingkupnya, kondisi dan kebutuhannnya), meliputi :

1. Struktur organisasi yang sudah mantap;


2. Sistim informasi yang memadai dan ditunjang oleh prosedur/tatalaksana yang

diterapkan dengan konsukuen (Management Information System);


3. Klasifikasi dan kodefikasi yang selalu mengikuti perkembangan dalam menuju

standarisasi dan katalogisasi;


4. Pendidikan dan latihan;
5. Anggaran yang cukup memadai hingga pelaksanaan administrasi dapat menunjang

pelaksanaan operasional seoptimal mungkin;


6. Penggunaan perangkat keras (hardware) dan lunak (sofware) seperti

Computer,alat komunikasi dan sebagainya.

3.8.4. Kebutuhan Sistim Imformasi Logistik

Fungsi Pengendalian sangat erat hubungannya dengan Sistim Informasi Logistik.Pada

dasarnya kebutuhan Sistim Informasi Logistik adalah :


a. Pengenalan barang (Identifikasi, Klasifikasi dan Kodefikasi);
b. Jumlah (Quantity);
c. Mutu dan Kondisi (Quality & Condition);
d. Nilai (Value).

Kebutuhan Sistim Informasi Logistik tersebut secara menyeluruh akan tercemin pada

kebutuhan proses-proses dalam fungsi pengendalian seperti dalam :

a. Pengendalian Persediaan (Stock Control) meliputi kegiatan-kegiatan :


1. Catatan persediaan dan pengendalian persediaan (stock record and control

stock);

70
2. Petunjuk penyediaan dan kebutuhan di kemudian hari ( Profisioning and

forward requirement direction);

3. Petunjuk penyediaan ulang dan penghapusan (Obselete stock and disposal

direction);

4. Petunjuk pemeliharaan dan penelitian barang tak terpakai (Maintenance and

Survey of Return Material Direction).

b. Pengembangan Tolak Ukur dan Variabel (Development parameter and variabels)

untuk :

1. Prosedur dan sistim pelaksanaan (Procedure & System Implementation);

2. Perencanaan penyimpanan, angkutan dan penyaluran (storage, transfortation

and distribution planning);

3. Pelaksanaan pemeliharaan (Maentanance planning);

c. Penyajian data dan report untuk pertanggungjawaban dan pemeriksaaan

(accounting dan audit) dalam rangka pengawasan dan pengambilan keputusan.

3.8.5. Pentahapan Penyelenggaraan Fungsi Pengendalian

a. Sebelum adanya organisasi yang mantap bagi unit yang ada sangkut pautnya

dengan penyelenggaraan logistik, maka tidaklah dapat diharapkan pelaksanaan

prosedur-prosedur secara konsukuen. Oleh karena itu ruang lingkup dari pada

penyelenggaraan pengendalian harus dibatasi pada hal-hal prisip saja terlebih

dahulu;
b. Apabila penyediaan dana terbatas sehingga penggunaan peralatan pengendalian

mutakhir blum dapat diterapkan maka sistim informasinya harus disesuaikan

dengan kondisi-kondisi tersebut;

71
c. Apabila personil yang akan menyelenggarakan fungsi ini belum memadai maka

haruslah juga diadakan penyesuaian disamping kewajiban mencetak tenaga-tenaga

yang diperlukan;
d. Apabila personil sudah tersedia tetapi pada unit-unit yang mempunyai hubungan

dengan penyelenggaraan logistik belum siap haruslah pula dilakukan langkah-

langkah yang searah.. Artinya pendidikan logistik bukan saja bagi petugas-petugas

logistik tetapi juga para pejabat lainnya perlu mengetahui betapa pentingnya

logistik;
e. Sensus barang merupakan dasar dan mutlak dilaksanakan dalam mendapatkan

data-data menjelang pelaksanaan pengendalian.

3.8.6. Peranan Inventarisasi Dalam Pengendalian

Peranan Inventarisasi (sesnsus) dalam pengendalian adalah vital sekali. Inventarisasi

digunakan sebagai sarana dan sumber informasi baik bagi Pimpinan,Staf dan para Pengawas.
Menurut Ditjen Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan bahan keterangan

tersebut diperlukan untuk tujuan sebagai berikut :


a. Sebagai modal untuk perencanaan pembangunan;
b. Bila inventarisasi dapat dilaksanakan dengan efektif dan intensif maka sumber

efisiensi (penghematan) dapat dicapai secara optimum dan mengurangi

kemubaziran yang berlebih;


c. Dijadikan pedoman untuk menghitung kekayaan-kekayaan Negara di

Pemerintahaan dalam rangka menyusun Neraca Kekayaan Negara;


d. Bahan untuk mempermudah pengawasan (sarana);
e. Bahan untuk Pimpinan dan Staf dalam mengambil keputusan.

Dalam invenstarisasi kegiatan-kegiatan yang telah dapat kita identifikasi mencakup

hal-hal sebagai berikut :

a. Menyediakan data untuk merencanakan kebutuhan peralatan dan perlengkapan;


b. Memberikan informasi untuk dijadikan bahan pengarahan dalam pengadaan

peralatan dan perlengkapan;

72
c. Memberikan pedoman dalam fungsi penyimpanan dan penyaluran;
d. Memberikan petunjuk dalam rangka pemeliharaan peralatan dan perlengkapan;
e. Menyediakan data/informasi dalam menentukan barang lebih dan menghapus dari

pertanggung jawaban administratif;


f. Dengan menerapkan dan mengembangkan klasifikasi dan kodefikasi untuk

menuju sasaran katalogisasi dan standardisasi dapat dicapai dalam waktu yang

lebih singkat.

3.8.7. Standardisasi

a. Suatu tingkat yang lebih tinggi dari inventarisasi dimana digunakannnya sarana

klasifikasi dan kodefikasi ialah tingkat katalogisasi. Ini berati bahwa tersedianya

buku katalog lengkap dengan standar-standar barang dan peralatan.


Suatu buku katalog yang lengkap harus memuat :
1. Urutan (pencarian) secara mudah tentang kelompok dan klasifikasi barang;
2. Urutan (pemcarian) secara mudah akan Nomenclature dari barang/peralatan;
3. Urutan (pencarian) secara mudah dari nomor-nomor kode barang/peralatan;
4. Keterangan-keterangan lengkap tentang : ukuran, bentuk, mutu, cara

pengujian dll.
b. Manfaat buku katalog bagi Fungsi Pengendalian
Keuntungan dari pada penggunaan standardisasi dan nomor kode yang terbaca

dalam buku Katalog ialah :


1. Mempermudah pengenalan barang/peralatan yang berati mempermudah

komunikasi dua arah;


2. Mempermudah proses pengadaan;
3. Mempermudah proses penyimpanan;
4. Mempermudah proses penyaluran;
5. Mempermudah proses inventarisasi;
6. Mempermudah proses pemeliharaan;
7. Mempermudah pengendalian harga dan mutu;
8. Mempermudah pengawasan;
9. Mempermudah pelaksanaan pekerjaan;
10. Mengurangi jumlah macam barang dan persediaan;
11. Mengurangi kemungkinan tinggal guna;
12. Menghemat biaya dan waktu;
13. Menciptakan saling pengertian dan menghindarkan salah pengertian antara

pembeli dan penjual;


14. Menyederhanakan dan mengintegrasikan penatausahaan logistik (pengelolaan
Perlengkapan).

73
3.8.8. Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara/Daerah

Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan oleh:

a. Pengguna Barang melalui pemantauan dan penertiban; dan/atau

b. Pengelola Barang melalui pemantauan dan investigasi.

Tugas Pengguna Barang dalam melakukan pengawasan dan pengendalian barang

milik Negara/Daerah yaitu :

a. Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap Penggunaan,

Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan

Barang Milik Negara/Daerah yang berada di dalam penguasaannya;

b. Pelaksanaan pemantauan dan penertiban untuk kantor/satuan kerja dilaksanakan

oleh Kuasa Pengguna Barang;

c. Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang dapat meminta aparat pengawasan

intern Pemerintah untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan

penertiban;

d. Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang menindaklanjuti hasil audit sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Pengguna Barang menetapkan indikator kinerja di bidang pengelolaan Barang

Milik Negara pada unit yang membidangi pengelolaan Barang Milik Negara.

Tugas Pengelola Barang dalam melakukan pengawasan dan pengendalian barang

milik Negara/Daerah yaitu :

a. Pengelola Barang melakukan pemantauan dan investigasi atas pelaksanaan

Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah,

dalam rangka penertiban Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan

74
Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

b. Pemantauan dan investigasi dapat ditindak lanjuti oleh Pengelola Barang dengan

meminta aparat pengawasan intern Pemerintah untuk melakukan audit atas

pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik

Negara/Daerah;

c. Hasil audit disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditindaklanjuti sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan dan

pengendalian atas Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri

Keuangan;

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan dan

pengendalian atas Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri.

75
BAB IV
SISTIM LOGISTIK NASIONAL

Sistem Logistik Nasional yang efektif dan efisien diyakini mampu mengintegrasikan

daratan dan lautan menjadi satu kesatuan yang utuh dan berdaulat, sehingga diharapkan dapat

menjadi penggerak bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara maritim. Sistem logistik juga

memiliki peran strategis dalam mensinkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar sektor

ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif, sekaligus

menjadi benteng bagi kedaulatan dan ketahanan ekonomi nasional (national economic

authority and security). Untuk itu peran strategis Sistem Logistik Nasional tidak hanya dalam

memajukan ekonomi nasional, namun sekaligus sebagai salah satu wahana pemersatu bangsa

dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejalan dengan itu, berdasarkan kondisi geografis Indonesia yang terdiri lebih dari

17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang terbentang sepanjang 1/8 (satu per delapan) garis

76
khatulistiwa dengan kekayaan alam yang melimpah dan menghasilkan komoditas strategis

maupun komoditas ekspor. Kondisi ini semestinya mampu menjadikan Indonesia sebagai

supply side yang dapat memasok dunia dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki

dan hasil industri olahannya, sekaligus menjadi pasar yang besar atau demand side dalam

rantai pasok global karena jumlah penduduknya yang besar. Sehingga dibutuhkan Sistem

Logistik Nasional yang terintegrasi, efektif dan efisien untuk mendukung terwujudnya

peranan tersebut.

Namun kenyataannya saat ini kinerja Sistem Logistik Nasional masih belum optimal,

karena masih tingginya biaya logistik nasional yang mencapai 27% (dua puluh tujuh persen)

dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan belum memadainya kualitas pelayanan, yang ditandai

dengan :

a. Masih rendahnya tingkat penyediaan infrastruktur baik kuantitas maupun

kualitas;
b. Masih adanya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan

ekonomi biaya tinggi;


c. Masih tingginya waktu pelayanan ekspor-impor dan adanya hambatan

operasional pelayanan di pelabuhan;


d. Masih terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik

nasional;
e. Masih terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga kebutuhan bahan pokok

masyarakat, terutama pada hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan

bahkan
f. Masih tingginya disparitas harga pada daerah perbatasan, terpencil dan terluar.

Kondisi tersebut sangat mempengaruhi kinerja sektor logistik nasional, dimana

berdasarkan survey Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance

Index/LPI) oleh Bank Dunia yang dipublikasikan pada tahun 2010 posisi

Indonesia berada pada peringkat ke-75 dari 155 (seratus lima puluh lima)

negara yang disurvei, dan berada di bawah kinerja beberapa negara ASEAN

77
yaitu Singapura (peringkat ke-2), Malaysia (peringkat ke-29), Thailand

(peringkat ke-35), bahkan dibawah Philipina (peringkat ke-44) dan Vietnam

(peringkat ke-53).

Selain dihadapkan pada masih rendahnya kinerja logistik, Indonesia juga dihadapkan

pada tingkat persaingan antar negara dan antar regional yang semakin tinggi, dimana

persaingan telah bergeser dari persaingan antar produk dan antar perusahaan ke persaingan

antar jaringan logistik dan rantai pasok. Sementara itu Indonesia juga perlu mempersiapkan

diri menghadapi integrasi jasa logistik ASEAN pada tahun 2013 sebagai bagian dari pasar

tunggal ASEAN tahun 2015 dan integrasi pasar global. Persiapan tersebut perlu dirumuskan

dan dituangkan dalam suatu kebijakan yang terarah dan terintegrasi melalui kebijakan

penyusunan Cetak Biru Sistem Logistik Nasional.

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Tahun

2008-2009 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,

pada akhir tahun 2010 telah menyusun rancangan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik

Nasional. Kemudian, sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun

2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) 2011-2025, Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 2011, serta berbagai perkembangan

lingkungan internal dan eksternal maka dipandang perlu untuk segera melakukan reviu guna

menyelaraskan dan menyempurnakan Cetak Biru Sistem Logistik Nasional tersebut dengan

perkembangan terkini, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Reviu Cetak

Biru Sistem Logistik Nasional ini dikoordinasikan oleh Kementerian Perekonomian yang

melibatkan berbagai instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pengembangan Sistem

Logistik Nasional.

Kementerian dan Lembaga yang terlibat dalam penyusunan Cetak Biru

Pengembangan Sistem Logistik nasional meliputi Kementerian Koordinator Bidang

78
Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian

Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian

Komunikasi dan Informatika, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan,

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Dalam Negeri, Badan Nasional

Sertifikasi Profesi, para praktisi, professional dan akademisi dibidang rantai pasok dan

logistik, dan asosiasi terkait dalam lingkup Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)

serta dibantu oleh Kelompok Kerja Ahli. Cetak Biru Sistem Logistik Nasional perlu

ditetapkan di dalam Peraturan Presiden sebagai panduan dalam pengembangan logistik bagi

para pemangku kepentingan terkait serta koordinasi kebijakan dan pengembangan Sistem

Logistik Nasional.

4.1. Peran dan Tujuan Pengembangan Cetak Biru Sislognas

Cetak Biru (blue Print) ini bukan merupakan rencana induk (master plan) tetapi lebih

menekankan pada arah dan pola pengembangan Sistem Logistik Nasional pada tingkat

kebijakan (makro) yang nantinya dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah dan

Rencana Kerja Kementerian/Lembaga setiap tahunnya. Oleh karena itu, Sistem Logistik

Nasional diharapkan dapat berperan dalam mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, menunjang implementasi MP3EI, serta

mewujudkan visi ekonomi Indonesia tahun 2025 (RPJPN) yaitu Mewujudkan masyarakat

Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur sehingga akan tercapai sasaran PDB

perkapita sebesar 14.250-15.500 (empat belas ribu dua ratus lima puluh hingga lima belas

ribu lima ratus) dolar Amerika pada tahun 2025, seperti pada Gambar 1.1 dibawah ini.

79
Gambar 1.1 Peran Sislognas Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

Dengan demikian peran pokok Cetak Biru Sistem Logistik Nasional adalah

memberikan arahan dan pedoman bagi pemerintah dan dunia usaha untuk membangun

Sistem Logistik Nasional yang efektif dan efisien. Bagi pemerintah, Cetak Biru Sistem

Logistik Nasional diharapkan dapat membantu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

dalam menyusun rencana pembangunan di bidang logistik, serta meningkatkan transparansi

dan koordinasi lintas kementerian dan lembaga di tingkat pusat maupun daerah. Bagi dunia

usaha, Cetak Biru Sistem Logistik Nasional diharapkan dapat membantu pelaku usaha untuk

meningkatkan daya saingnya melalui penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi dengan biaya

yang kompetitif, meningkatkan peluang investasi bagi usaha menengah, kecil dan mikro,

serta membuka peluang bagi pelaku dan penyedia jasa logistik nasional untuk menggalang

kerjasama dalam skala global.

Adapun tujuan dari Cetak Biru ini adalah:

80
a. Sebagai panduan dan pedoman dalam pengembangan Sistem Logistik Nasional

bagi para pihak terkait (pemangku kepentingan), baik pemerintah maupun swasta,

dalam:
1. Menentukan arah kebijakan logistik nasional dalam rangka peningkatan

kemampuan dan daya saing usaha agar berhasil dalam persaingan global;
2. Mengembangkan kegiatan yang lebih rinci, baik pada pemerintah pusat,

pemerintah daerah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya;


3. Mengkoordinasikan, mensinkronkan dan mengintegrasikan para pihak terkait

dalam melaksanakan kebijakan logistik nasional;


4. Mengkoordinasikan dan memberdayakan secara optimal sumber daya yang

dibutuhkan, dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi nasional,

pertahanan keamanan negara, dan kesejahteraan rakyat.

b. Sebagai alat untuk mengkomunikasikan Visi, Misi, Tujuan, Arah Kebijakan, dan

Strategi, serta Rencana Aksi pengembangan Sistem Logistik Nasional.

4.2. Batasan dan Ruang Lingkup Sistem Logistik Nasional

Logistik adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani arus barang,

arus informasi dan arus uang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan

(warehousing), transportasi (transportation), distribusi (distribution), dan pelayanan

pengantaran (delivery services) sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang

dikehendaki konsumen, secara aman, efektif dan efisien, mulai dari titik asal (point of origin)

sampai dengan titik tujuan (point of destination). Pada dasarnya obyek logistik tidak terbatas

pada logistik barang, namun mencakup pula logistik penumpang, logistik bencana, dan

logistik militer (pertahanan keamanan), sedangkan aktivitas pokok logistik meliputi

pengadaan, produksi, pergudangan, distribusi, transportasi, dan pengantaran barang yang

dilakukan oleh setiap pelaku bisnis dan industri baik pada sector primer, sekunder maupun

tersier dalam rangka menunjang kegiatan operasionalnya.

81
Aktivitas logistik melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang dapat

dikategorisasikan kedalam dalam lima kelompok, yaitu:

a. Konsumen, merupakan pengguna logistik yang membutuhkan barang baik untuk

proses produksi maupun untuk konsumsi. Konsumen inilah yang menentukan

jenis dan jumlah barang yang akan dibeli, dari siapa dan dimana barang tersebut

dibeli dan kemana barang itu diantarkan;

b. Pelaku Logistik (PL), merupakan pemilik dan penyedia barang yang dibutuhkan

konsumen, yang terdiri atas:

1. Produsen yang bertindak sebagai penghasil (sumber) barang baik melalui

budidaya (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan,kehutanan),

pertambangan, maupun proses pengolahan produksi;


2. Penyalur (intermediare) yang bertindak sebagai perantara perpindahan

kepemilikan barang dari produsen sampai ke konsumen melalui saluran

distribusi (pedagang besar/wholesaler, grosir, distributor, agen, pasar,

pengecer, warung, dan sebagainya) dalam suatu mekanisme tata niaga;

c. Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Provider), merupakan institusi penyedia

jasa pengiriman barang (transporter, freight forwarder, shipping liner, EMKL,

dsb) dari tempat asal barang (shipper) ke tempat tujuannya (consignee), dan jasa

penyimpanan barang (pergudangan, fumigasi, dan sebagainya). Asal barang bisa

berasal dari produsen, pemasok, atau penyalur, sedangkan tempat tujuan bisa

konsumen, penyalur, atau produsen;

d. Pendukung Logistik, merupakan institusi yang memberikan dukungan terhadap

efektivitas dan efisiensi kegiatan logistik, dan memberikan kontribusi untuk

menyelesaikan permasalahan logistik. Yang termasuk dalam kategori ini

diantaranya adalah asosiasi, konsultan, institusi pendidikan dan pelatihan serta

lembaga penelitian;

82
e. Pemerintah, merupakan
1. Regulator yang menyiapkan peraturan perundangan dan kebijakan;
2. Fasilitator yang meyediakan dan membangun infrastruktur logistik yang

diperlukan untuk terlaksananya proses logistik, dan


3. Integrator yang mengkoordinasikan dan mensinkronkan aktivitas logistik

sesuai dengan visi yang ingin dicapai, dan pemberdayaan baik kepada pelaku

logistik, penyedia jasa logistik maupun pendukung logistik.

Untuk melakukan aktivitas logistik diperlukan infrastuktur logistik yang terdiri atas

simpul logistik (logistics node) dan mata rantai logistik (logistics link) yang berfungsi

menggerakkan barang dari titik asal (point of origin) ke titik tujuan (point of destination).

Simpul logistik dapat berupa pelaku logistik, maupun konsumen, sedangkan link logistik

meliputi jaringan distribusi, jaringan transportasi, jaringan informasi, dan jaringan

Keuangan dengan beberapa penjelasan sebagai berikut :

a. Infrastruktur dan jaringan distribusi merupakan mata rantai keterkaitan antara

penyedia (produsen, eksportir, dan importir), penyalur (pedagang besar,

distributor, grosir, agen, pengecer), dan konsumen melalui prasarana dan sarana

distribusi (Pusat Distribusi, Terminal Agri, Pasar Induk, Pasar Tradisional, Kios,

Warung, Hypermarket, Supermarket, dan Mini Market).

Fungsi Infrastruktur dan jaringan distribusi adalah memperlancar transaksi

perpindahan kepemilikan diantara konsumen, pelaku logistik dan penyedia jasa

logistik.

b. Infrastruktur dan jaringan transportasi merupakan mata rantai keterkaitan antara

simpul transportasi (transportation node) dan konektivitas antar simpul

(transportation link) yang berupa prasarana dan sarana transportasi. Simpul

transportasi dapat berupa pelabuhan laut, pelabuhan udara, stasiun, terminal,

depot, dan pergudangan, sementara transportation link adalah jalan darat, jalan

tol, jalur kereta api, jalur sungai, jalur pelayaran, jalur penerbangan, dan pipa.

83
Simpulsimpul transportasi perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan

pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan

efektif.

c. Infrastruktur dan jaringan informasi terdiri atas jaringan fisik informasi (jaringan

telekomunikasi), sarana transportasi data (messaging hub), aplikasi (keamanan,

saluran pengiriman, maupun aplikasi khusus), dan data (dokumen). Dilihat dari

keterhubungannya infrastruktur dan jaringan informasi terdiri atas Jaringan

Informasi Nasional yang terhubung melalui National Gateway dan Jaringan

Informasi Global melalui International Gateways yang merupakan satu

kesatuan dalam satu tatanan sistem e-Logistik Nasional yang berfungsi untuk

memperlancar transaksi informasi diantara pemangku kepentingan logistik secara

aman, terjamin dan handal.

d. Infrastruktur dan jaringan keuangan terdiri atas pelaku jasa keuangan (Bank,

Asuransi, dan LKBB), dan sarana jasa keuangan (ATM, i/net/sms banking, T/T,

loket tunai, langsung tunai). Jenis jasa keuangan logistik meliputi jasa

kepabeanan, perpajakan, perbankan, dan asuransi fungsi infrastruktur dan

jaringan keuangan untuk memperlancar transaksi keuangan diantara pemangku

kepentingan logistik.

Sistem Logistik Nasional tidak hanya berkaitan dengan aspek mikro sebagaimana

diuraikan di atas, tetapi juga berkaitan dengan aspek lebih luas (makro) yang diwadahi dalam

suatu tatanan nasional dalam bingkai kebijakan dan regulasi, serta berperan sebagai landasan

hukum dan acuan dalam melakukan kegiatan logistik diantara para pemangku kepentingan

sektor logistik nasional. Formatnya dapat berbentuk perundangan, aturan, ketentuan,

kebijakan, dan mekanisme interaksi aktivitas logistik diantara pemangku kepentingan, yang

mengakomodasi perspektif makro dan mikro dalam penanganan persoalan logistik nasional.

84
Secara skematis Sistem Logistik Nasional disajikan pada Gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3. Sistem Logistik Nasional

Ruang lingkup komoditas yang dijadikan obyek dan aktivitas logistik dalam Cetak

Biru Sistem Logistik Nasional ini adalah:

a. Logistik barang bukan penumpang dan tidak termasuk pos (antaran), karena pos

sudah ditangani dan diatur secara khusus dalam Undang- Undang Nomor 38

Tahun 2009 tentang Pos;

b. Difokuskan pada logistik komoditas strategis dan komoditas ekspor, sehingga

logistik bencana dan logistik militer (pertahanan keamanan) akan diatur secara

terpisah;

c. Aktivitas logistik meliputi transportasi, pergudangan, dan distribusi tidak termasuk

aktivitas pengadaan khususnya barang pemerintah, karena diatur dan ditangani

oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dan kegiatan

produksi yang ditangani oleh Kementerian atau Lembaga lain yang terkait.

4.3. Pendekatan

85
Sistem Logistik Nasional akan dikembangkan menuju Sistem Logistik terintegrasi

yang efektif dan efisien dengan menggunakan konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply

Chain Management/SCM) yang berbasis pada sinkronisasi, integrasi dan kolaborasi berbagai

pihak terkait (pemangku kepentingan), dengan memanfaatkan penggunaan teknologi

informasi yang diwadahi dalam suatu tatanan kelembagaan yang terpercaya dan sistem

organisasi yang efektif. Sistem Logistik Nasional ini diharapkan dapat dioperasionalisasikan

oleh pelaku dan penyedia jasa logistik yang profesional dan beretika, serta didukung oleh

tersedianya infrastuktur logistik yang mencukupi dan handal. Penyusunan Cetak Biru Sistem

Logistik Nasional mengacu pada modal dasar yang telah dimiliki saat ini,

mempertimbangkan perkembangan logistik nasional dan global baik regional maupun

internasional, serta mempertimbangkan best practice proses bisnis logistik di berbagai negara

maju. Mengingat kegiatan utama logistik adalah menggerakkan barang (komoditas), maka

paradigma yang digunakan adalah ship follows the trade, namun demikian juga

mempertimbangkan letak geografis Indonesia yang luas dan keterbatasan keterjangkauan

untuk beberapa daerah dan wilayah tertentu, maka digunakan paradigma ship promotes the

trade. Selanjutnya dalam menyusun profil, strategi, program, dan rencana aksi digunakan

pendekatan 6 (enam) kunci penggerak utama (key drivers) logistik.

Sesuai dengan peran dan tujuan yang ingin dicapai, secara skematis kerangka

penyusunan Cetak Biru Sistem Logistik Nasional disajikan pada Gambar 1.4.

Visi dan Misi Sistem Logistik Nasional diformulasikan berdasarkan atas praktek

logistik nasional saat ini, perkembangan lingkungan nasional dan global. Berdasarkan visi

dan misi ini dirumuskan tujuan dan strategi untuk mencapainya, yang tergambar dalam

kebijakan, road map, action plan dan tahapan implementasinya. Akhirnya, agar Cetak Biru ini

dapat mencapai sasarannya maka perlu dibentuk lembaga yang menanganinya dan

86
membangun Sumber Daya Manusia (SDM), pelaku dan penyedia bisnis jasa logistik yang

terpercaya dan profesional.

Roadmap
2011-2025
Rencana Aksi
2012-2025
Kelemb

BAB V
Manajemen Logistik Dalam Persfektif Islam

5.1. Unsur-Unsur Manajemen dalam al-Quran

a. Perencanaan

Semua dasar dan tujuan manajemen seperti tersebut di atas haruslah

terintegrasi, konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga

konsistensi ke arah pencapaian tujuan harus didahului dengan proses perencanaan

yang baik.

87
Sebagaimana penjelasan Allah dalam surat al-Hasyr ayat 18 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.

2. Pengorganisasian

Surat Az-Zuhruf ayat 13 menerangkan : Artinya : Dia Telah mensyari'atkan

bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa

yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada

Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu

berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang

kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang

dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali

(kepada-Nya).

Dienul Islam adalah suatu sistem yang lengkap dalam kehidupan untuk mengelola

manusia dan alam semesta sesuai dengan kehendak Allah. Kalimat menegakkan

dien dalam ayat di atas berarti mengatur kehidupan agar rapi, dan kalimat

janganlah berpecah belah berarti umat manusia diperintahkan untuk

mengorganisasikan kehidupan mereka dengan sebaik-baiknya.

88
89

Anda mungkin juga menyukai