Anda di halaman 1dari 34

Nomor

:
Revisi
ke :
Hari / tanggal
:

Standard Procedure Operasional (SPO)


Gagal Jantung Akut dan Kronik

Ditetapkan Kepala
Puskesmas Sitiung I

Dr.DWINANDA EMIRA
NIP.197907242007012004
Gagal Jantung Akut dan Kronik

No. Dokumen :

Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :

Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan
yang menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya
rehospitalisasi karena kekambuhan yang tinggi dan peningkatan
angkan kematian.
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan a. Modifikasi gaya hidup:
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan),
maksimal 1 liter (berat)
Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari
(ringan), 1 maksimal gram (berat)
Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
b. Aktivitas fisik:
Pada kondisi akut berat: tirah baring
Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja
sampai 70% sd 80% dari denyut nadi maksimal (220/
umur)
c. Penatalaksanaan farmakologi:
1. Pada gagal jantung akut:
Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan
pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
Cari pemicu gagal jantung akut
Segera rujuk
2. Pada gagal jantung kronik:
Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila
perlu dapat dikombinasikan Thiazid (HCT), bila
dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke Layanan
Sekunder
ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor
blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi
dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam
beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan
titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam
beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk

Konseling dan Edukasi


a. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal
jantung kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling
sering adalah tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar
lemak atau kadar gula darah.
b. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali
setelah pengobatan di rumah sakit.
c. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien
beraktivitas dan berinteraksi.
e. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi
faktor-faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan
pasien, serta menyepakati bersama peran keluarga pada
masalah kesehatan pasien

Kriteria Rujukan
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas
peayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
jantung atau Sp. Penyakit Dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami
perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk Layanan
Sekunder (Sp. Jantung/Sp. Penyakit Dalam) untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut

5. Rekaman Historis Perubahan


Yang dirubah Isi perubahan Tgl.mulai diberlakukan
Gagal Jantung Akut dan Kronik

No. :
Dokumen

DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK
No Revisi :

Halaman :

UNIT Dr.Dwinanda Emira


LAYANAN NIP.19790724200701
PUSKESMAS 2004
SITIUNG I

NO KEGIATAN
1
2
3
4
Cardiorespiratory Arrest
(CRA)

No. Dokumen :

Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :

Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Cardiorespiratory Arrest (CRA) adalah kondisi kegawatdaruratan
karena berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang
mengakibatkan kegagalan sistem sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh
malfungsi mekanik jantung paru atau elektrik jantung. Kondisi
yang mendadak dan berat ini mengakibatkan kerusakan organ
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien dan melakukan
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah

Konseling dan Edukasi


Memberitahu keluarga mengenai kondisi pasien dan tindak
lanjut dari tindakan yang telah dilakukan, serta meminta
keluarga untuk tetap tenang dan tabah menemani pasien
pada kondisi tersebut.
Memberitahu keluarga untuk melakukan pola hidup sehat
seperti mengurangi konsumsi makanan berlemak,
menghentikan konsumsi rokok dan alkohol, menjaga berat
badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga
ringan secara teratur.

Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk ke spesialis berdasarkan kemungkinan
penyebab (SpPD, SpJP atau SpB, dan seterusnya) untuk
tatalaksana lebih lanjut

5. Rekaman Historis Perubahan


Yang dirubah Isi perubahan Tgl.mulai diberlakukan

NO KEGIATAN
1
2
3
4
5
Hipertensi

No. Dokumen :

Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :

Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah
sistolik lebih
dari 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan

3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014


4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan 1. Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup
Tabel Modifikasi gaya hidup
Rerata penurunan
Modifikasi Rekomendasi
TDS
Penurunan berat Jaga berat badan ideal (BMI: 5 20 mmHg/ 10
badan 18,5 - 24,9 kg/m

Dietary Approaches Diet kaya buah, sayuran, produk 8 14 mmHg


to Stop Hypertension rendah lemak dengan jumlah lemak
(DASH) total dan lemak jenuh yang rendah
Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol per hari (2.0 g 2 8 mmHg
intake natrium natrium atau 6 5 g natrium klorida atau 1
sendok teh garam perhari)
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobik yang teratur (mis: 4 9 mmHg
aerobic jalan cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari
dalam seminggu

Pembatasan Laki-laki: dibatasi hingga < 2 kali per hari. 2 4 mmHg


konsumsi alcohol Wanita dan orang yang lebih kurus: Dibatasi
hingga <1 kali per hari

2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan


jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2
minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan
a. Hipertensi tanpa compelling indication
Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT
12.5-50 mg/hari, furosemid 2x20-80 mg/hari), atau
pemberian penghambat ACE (captopril 2x25-100
mg/hari atau enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari),
penyekat reseptor beta (atenolol 25-100mg/hari
dosis tunggal), penghambat kalsium (diltiazem
extended release 1x180-420 mg/hari, amlodipin
1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting 30-60
mg/hari) atau kombinasi.
Hipertensi stage-2.
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi
selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2
obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan
penghambat ACE atau antagonis reseptor AII
(losartan 1-2 x 25-100 mg/hari) atau penyekat
reseptor beta atau penghambat kalsium.
Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi
diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi yang
diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali
sehari.
b. Hipertensi compelling indication.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi
dosis atau ditambahkan obat lain sampai target tekanan
darah tercapai (kondisi untuk merujuk ke Spesialis)
c. Kondisi khusus lain
Obesitas dan sindrom metabolik
Lingkar pinggang laki-laki >90 cm/perempuan >80
cm. Tolerasi glukosa terganggu dengan GDP 110
mg/dl, tekanan darah minimal 130/85 mmHg,
trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolesterol HDL
rendah <40 mg/dl (laki-laki) dan <50 mg/dl
(perempuan) Modifikasi gaya hidup yang intensif
dengan terapi utama ACE, pilihan ain reseptor AII,
penghambat calsium dan penghambat
Hipertrofi ventrikel kiri
Tatalaksana tekanan darah agresif termasuk
penurunan berat badan, restriksi asupan natrium
dan terapi dengan semua kelas antihipertensi
kecuali vasodilator langsung, yaitu hidralazin dan
minoksidil.
Penyakit Arteri Perifer
Semua kelas antihipertensi, tatalaksana faktor
risiko dan pemberian aspirin.
Lanjut Usia
Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mh/hari.
Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit
penyerta.
Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor ,
antagonis kalsium, vasodilator. Penghambat ACE
dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan
selama kehamilan.
Konseling dan Edukasi
Edukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat
untuk mencegah dan mengontrol hipertensi seperti:
1. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak
(Dietary Approaches To Stop Hypertension).
2. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang
ideal.
3. Gaya hidup aktif/olah raga teratur.
4. Stop merokok.
5. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).

Kriteria Rujukan
1. Hipertensi dengan komplikasi.
2. Resistensi hipertensi.
3. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi)

5. Rekaman Historis Perubahan


Yang dirubah Isi perubahan Tgl.mulai diberlakukan

Hipertensi

No. :
Dokumen

DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK No Revisi :

Halaman :

UNIT Dr.Dwinanda
LAYANAN Emira
PUSKESMAS NIP.19790724200
SITIUNG I 7012004

NO KEGIATAN
1
2
3
Infark
Serebral/Stroke

No. Dokumen :

Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :

Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi
mendadak, lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh
faktor vaskuler. Berdasarkan Riskesdas 2007, stroke
merupakan penyebab kematian yang utama di
Indonesia
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
Pertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor
atau koma atau gagal nafas.
Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9%
dengan kecepatan 20 ml/jam (jangan memakai
cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air
dan SALIN 0,45% karena dapat memperhebat
edema otak).
Berikan O2: 2-4 liter/menit via kanul hidung.
Jangan memberikan makanan atau minuman
lewat mulut.
Stroke Hemoragik
Menurunkan tekanan darah untuk mencegah
perdarahan ulang pada orang yang dasarnya
normotensif (tensi normal) diturunkan sampai
sistolik 160 mmHg, pada orang dengan
hipertensi sedikit lebih tinggi.
Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan
dengan cara meninggikan posisi kepala 15-
30% (satu bantal) sejajar dengan bahu

Konseling dan Edukasi


a. Mengedukasi keluarga agar membantu
pasien untuk tidak terjadinya serangan
kedua.
b. Jika terjadi serangan berikutnya segera
mendatangi pelayanan primer. Mengawasi
agar pasien teratur minum obat.
c. Membantu pasien menghindari faktor risiko

Kriteria Rujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan
diagnosis dan diberikan penanganan awal
selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter
spesialis saraf

5. Rekaman Historis Perubahan


Yang dirubah Isi perubahan Tgl.mulai diberlakukan
Infark
Serebral/Stroke

No. :
Dokumen

DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK
No Revisi :

Halaman :

UNIT Dr.Dwinanda
LAYANAN Emira
PUSKESMAS NIP.197907242007
SITIUNG I 012004

NO KEGIATAN
1
2
3
Fraktur Terbuka

No. Dokumen :

Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :

Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Prinsip penanganan fraktur terbuka
a. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
b. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang
dapat mengancam jiwa.
c. Lakukan irigasi luka
d. Lakukan stabilisasi fraktur
e. Pasang cairan dan berikan antibiotika intravena yang
sesuai dan adekuat misalnya setriakson dan segera rujuk
ke layanan sekunder.

Penatalaksanaan
Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi
dengan NaCl fisiologis secara mekanis untuk
mengeluarkan benda asing yang melekat.
Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada fraktur
dengan tulang menonjol keluar sedapat mungkin
dihindari memasukkan komponen tulang tersebut
kembali ke dalam luka.
Fraktur dengan luka yang berat memerlukan suatu traksi
skeletal. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi
dengan fiksasi eksterna. Alat sederhana yang bisa
digunakan dalam
Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif
mencegah terjadinya infeksi pada fraktur terbuka.
Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang
besar. Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan
adalah golongan cephalosporin, dan dikombinasi
dengan golongan aminoglikosida.
Pencegahan tetanus: Semua penderita dengan fraktur
terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat
diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia)
Jika pengobatan tidak menunjukkan hasil maka lakukan
rujukan dengan tetap mengawasi tanda vital dan
memberikan penanganan awal
Kriteria Rujukan
Langsung dirujuk dengan tetap mengawasi tanda vital dan
memberikan penanganan awal.

5. Rekaman Historis Perubahan


Yang dirubah Isi perubahan Tgl.mulai diberlakukan

Fraktur Terbuka

No. :
Dokumen

DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK
No Revisi :

Halaman :

UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda


PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.1979072420
07012004

NO KEGIATAN
1
2
3
Fraktur Tertutup

No. Dokumen :

Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :

Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial.
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Semua fraktur dikelola secara emergensi.
Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat
mengancam jiwa.
Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah yang
tidak terlihat misalnya pada fraktur pelvis dan fraktur tulang
panjang
Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk, waspadai adanya
tanda-tanda kompartemen syndrome seperti odema, kulit
yang mengkilat dan adanya nyeri tekan.
Kriteria Rujukan
pasien segera dirujuk ke RS

5. Rekaman Historis Perubahan


Yang dirubah Isi perubahan Tgl.mulai diberlakukan
SOP Gagal Jantung Akut dan Kronik
A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Oksigen
Digitalis
ACE Inhibitor

Diuretik

2. Persiaan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau

B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik:
Peningkatan tekanan vena jugular
Frekuensi pernapasan meningkat
Frekuensi nadi dan regularitasnya
Tekanan darah
Kardiomegali
Gangguan bunyi jantung (gallop)
Ronkhi pada pemeriksaan paru
Hepatomegali
Asites
Edema perifer

Pemeriksaan penunjang esential


Rontgen thoraks (kardiomegali, gambaran edema paru/alveolar
edema/butterfly appearance
EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan
gambaran abnormal lainnya.
Darah perifer lengkap

4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor
5. Penatalaksaan
d. Modifikasi gaya hidup:
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter
(berat)
Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1 maksimal
gram (berat)
Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
e. Aktivitas fisik:
Pada kondisi akut berat: tirah baring
Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd
80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
f. Penatalaksanaan farmakologi:
1. Pada gagal jantung akut:
Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
Cari pemicu gagal jantung akut
Segera rujuk
2. Pada gagal jantung kronik:
Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat
dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada respon
rujuk ke Layanan Sekunder
ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB)
mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang
efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis
maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai
tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan
sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk
Konseling dan edukasi pada Pasien
a) tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung
kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering
adalah tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau
kadar gula darah.
b) Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah
pengobatan di rumah sakit.
c) Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d) Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas
dan berinteraksi.
e) Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-
faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien,
serta menyepakati bersama peran keluarga pada masalah
kesehatan pasien.
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau Sp.
Penyakit Dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan

SOP Cardiorespiratory Arrest


(CRA)
A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Elektrokardiografi (EKG)
Alat intubasi
Defibrilator
Tabung oksigen
Obat-obatan
2. Persiaan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau

B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan: pasien tidak sadar, tidak ada nafas, tidak
teraba nafas, tidak teraba denyut nadi di arteri-arteri besar (karotis dan femoralis)
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan anamnesis berguna untuk
mengidentifikasi penyebabnya

5. Penatalaksaan
Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien.
Konseling dan edukasi pada Pasien dengan cara Memberitahu keluarga mengenai
kondisi pasien dan tindak lanjut dari tindakan yang telah dilakukan, serta meminta
keluarga untuk tetap tenang dan tabah menemani pasien pada kondisi tersebut dan
dengan Memberitahu keluarga untuk melakukan pola hidup sehat seperti
mengurangi konsumsi makanan berlemak, menghentikan konsumsi rokok dan
alkohol, menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga
ringan secara teratur
Jika pengobatan tidak menunjukkan hasil maka lakukan rujukan.
SOP Hipertensi
A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis, glukometer dan profil lipid.
EKG.
Radiologi.
Obat-obat antihipertensi
2. Persipan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau

B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral, dan
pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi) dan dengan melakukan
Pemeriksaan Penunjang seperti Urinalisis (proteinuri atau albuminuria), tes gula
darah, tes kolesterol (profil lipid), ureum kreatinin, funduskopi, EKG dan foto
thoraks.
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup

Tabel Modifikasi gaya hidup


Rerata
Modifikasi Rekomendasi
penurunan TDS
Penurunan berat Jaga berat badan ideal (BMI: 18,5 - 5 20 mmHg/ 10
badan 24,9 kg/m kg
2
Dietary Approaches Diet kaya buah, sayuran, produk rendah 8 14 mmHg
to Stop Hypertension lemak dengan jumlah lemak total dan
(DASH) lemak jenuh yang rendah

Pembatasan Kurangi hingga <100 mmol per hari (2.0 g 28


intake natrium atau 6 5 g natrium klorida atau 1 sendok mmHg
natrium teh garam perhari)
Aktivitas Aktivitas fisik aerobik yang teratur (mis: jalan 49
fisik aerobic cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam mmHg
seminggu
Pembatasan Laki-laki: dibatasi hingga < 2 kali per hari. Wanita 24
konsumsi dan orang yang lebih kurus: Dibatasi hingga <1 kali mmHg
alcohol per hari

Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.


Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan
d. Hipertensi tanpa compelling indication
Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari,
furosemid 2x20-80 mg/hari), atau pemberian penghambat ACE
(captopril 2x25-100 mg/hari atau enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari),
penyekat reseptor beta (atenolol 25-100mg/hari dosis tunggal),
penghambat kalsium (diltiazem extended release 1x180-420 mg/hari,
amlodipin 1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari)
atau kombinasi.
Hipertensi stage-2.
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu,
dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid
dan penghambat ACE atau antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25-
100 mg/hari) atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari
masing-masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi
yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
e. Hipertensi compelling indication. Bila target tidak tercapai maka dilakukan
optimalisasi dosis atau ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah
tercapai (kondisi untuk merujuk ke Spesialis)
f. Kondisi khusus lain
Obesitas dan sindrom metabolik
Lingkar pinggang laki-laki >90 cm/perempuan >80 cm. Tolerasi
glukosa terganggu dengan GDP 110 mg/dl, tekanan darah minimal
130/85 mmHg, trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolesterol HDL rendah
<40 mg/dl (laki-laki) dan <50 mg/dl (perempuan) Modifikasi gaya
hidup yang intensif dengan terapi utama ACE, pilihan ain reseptor AII,
penghambat calsium dan penghambat
Hipertrofi ventrikel kiri
Tatalaksana tekanan darah agresif termasuk penurunan berat badan,
restriksi asupan natrium dan terapi dengan semua kelas antihipertensi
kecuali vasodilator langsung, yaitu hidralazin dan minoksidil.
Penyakit Arteri Perifer
Semua kelas antihipertensi, tatalaksana faktor risiko dan pemberian
aspirin.
Lanjut Usia
Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mh/hari. Obat hipertensi lain
mempertimbangkan penyakit penyerta.
Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor , antagonis kalsium,
vasodilator. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh
digunakan selama kehamilan.
Konseling dan Edukasi kepada individu dan keluarga tentang pola
hidup sehat untuk mencegah dan mengontrol hipertensi dan edukasi
tentang cara minum obat dirumah.
SOP Infark Serebral/Stroke

A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Alat pemeriksaan neurologis.
Infus set.
Oksigen.
Obat antiplatelet
2. Persipan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau

B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
1. Pernapasan
2. Nadi
3. Suhu
4. Tekanan darah harus diukur kanan dan kiri
b. Pemeriksaaan jantung paru
c. Pemeriksaan bruitkarotis
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan ekstremitas
f. Pemeriksaan neurologis

1. Kesadaran : kualitatif dan kuantitatif (Glassgow Coma Scale = GCS)


2. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, lasseque, kernig, brudzinsky
3. Saraf kranialis: sering mengenai nervus VII, XII, IX walaupun nervus kranialis
lain bisa terkena
4. Motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
5. Sensorik
6. Pemeriksaan fungsi luhur
7. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan refleks
batang otak:
Refleks kornea
Refleks pupil terhadap cahaya
Refleks okulo sefalik
Keadaan refleks respirasi
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan klasifikasinya.
5. Penatalaksaan
Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
Pertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal nafas.
Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam
(jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan SALIN
0,45% karena dapat memperhebat edema otak).
Berikan O2: 2-4 liter/menit via kanul hidung.
Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
Stroke Hemoragik
Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang pada orang
yang dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160
mmHg, pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi.
Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara meninggikan
posisi kepala 15-30% (satu bantal) sejajar dengan bahu
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis dan diberikan penanganan
awal selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis saraf.
SOP Fraktur Terbuka
A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Alat untuk memeriksa tanda vital (tensi, stetoskop, thermometer)
Meteran
Perban
Spalk
2. Persipan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau

B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik
Inspeksi (look)
Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat berupa tusukan tulang yang tajam
keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus, misalnya oleh
peluru atau trauma langsung dengan fraktur yang terpapar dengan dunia luar.
Palpasi (feel)
Robekan kulit yang terpapar dunia luar
Nyeri tekan
Terabanya jaringan tulang yang menonjol keluar
Adanya deformitas
Panjang anggota gerak berkurang dibandingkan sisi yang sehat

Gerak (move )
Umumnya tidak dapat digerakkan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
berupa:
1. Foto polos
Umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral
2. Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan
pemeriksaan berikut, antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi,
artrografi, CT-scan, dan MR
Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah, untuk menilai kebutuhan
penambahan darah, memantau tanda-tanda infeksi
3. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang
.
4. Penatalaksaan
Prinsip penanganan fraktur terbuka
f. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
g. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa.
h. Lakukan irigasi luka
i. Lakukan stabilisasi fraktur
j. Pasang cairan dan berikan antibiotika intravena yang sesuai dan adekuat misalnya
setriakson dan segera rujuk ke layanan sekunder.

Penatalaksanaan
Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi dengan NaCl fisiologis
secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada fraktur dengan tulang menonjol
keluar sedapat mungkin dihindari memasukkan komponen tulang tersebut
kembali ke dalam luka.
Fraktur dengan luka yang berat memerlukan suatu traksi skeletal. Fraktur grade II
dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna. Alat sederhana yang bisa
digunakan dalam
Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif mencegah terjadinya infeksi pada
fraktur terbuka. Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar.
Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan
cephalosporin, dan dikombinasi dengan golongan aminoglikosida.
Pencegahan tetanus: Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan
pencegahan tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus
imunoglobulin (manusia)
Jika pengobatan tidak menunjukkan hasil maka lakukan rujukan dengan tetap
mengawasi tanda vital dan memberikan penanganan awal

SOP Fraktur Tertutup


A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Alat untuk memeriksa tanda vital (tensi, stetoskop, thermometer)
Pensil untuk kulit (marker)
Meteran
Kapas
Jarum kecil
Senter saku
Goniometer
2. Persipan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau

B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (look ) Adanya deformitas dari jaringan tulang, namun tidak menembus
kulit. Anggota tubuh tdak dapat digerakkan.
Palpasi (feel)
a. Teraba deformitas tulang jika dibandingkan dengan sisi yang sehat.
b. Nyeri tekan.
c. Bengkak.
d. Mengukur panjang anggota gerak lalu dibandingkan dengan sisi yang sehat.
Gerak (move)
Umumnya tidak dapat digerakkan
Pemeriksaan radiologi, berupa:
1. Foto polos: umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral.
2. Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan
berikut, antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan,
dan MRI.
3. Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah

4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
5. Penatalaksaan
Semua fraktur dikelola secara emergensi.
Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa.
Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah yang tidak terlihat misalnya
pada fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang
Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk, waspadai adanya tanda-tanda
kompartemen syndrome seperti odema, kulit yang mengkilat dan adanya nyeri
tekan.
Rujuk segera ke layanan sekunder
Kriteria Rujukan : pasien segera dirujuk ke RS

Anda mungkin juga menyukai