Sop Okta
Sop Okta
:
Revisi
ke :
Hari / tanggal
:
Ditetapkan Kepala
Puskesmas Sitiung I
Dr.DWINANDA EMIRA
NIP.197907242007012004
Gagal Jantung Akut dan Kronik
No. Dokumen :
Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :
Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan
yang menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya
rehospitalisasi karena kekambuhan yang tinggi dan peningkatan
angkan kematian.
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan a. Modifikasi gaya hidup:
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan),
maksimal 1 liter (berat)
Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari
(ringan), 1 maksimal gram (berat)
Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
b. Aktivitas fisik:
Pada kondisi akut berat: tirah baring
Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja
sampai 70% sd 80% dari denyut nadi maksimal (220/
umur)
c. Penatalaksanaan farmakologi:
1. Pada gagal jantung akut:
Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan
pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
Cari pemicu gagal jantung akut
Segera rujuk
2. Pada gagal jantung kronik:
Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila
perlu dapat dikombinasikan Thiazid (HCT), bila
dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke Layanan
Sekunder
ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor
blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi
dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam
beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan
titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif dalam
beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai
dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk
Kriteria Rujukan
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas
peayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
jantung atau Sp. Penyakit Dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami
perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk Layanan
Sekunder (Sp. Jantung/Sp. Penyakit Dalam) untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut
No. :
Dokumen
DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK
No Revisi :
Halaman :
NO KEGIATAN
1
2
3
4
Cardiorespiratory Arrest
(CRA)
No. Dokumen :
Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :
Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Cardiorespiratory Arrest (CRA) adalah kondisi kegawatdaruratan
karena berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang
mengakibatkan kegagalan sistem sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh
malfungsi mekanik jantung paru atau elektrik jantung. Kondisi
yang mendadak dan berat ini mengakibatkan kerusakan organ
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien dan melakukan
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk ke spesialis berdasarkan kemungkinan
penyebab (SpPD, SpJP atau SpB, dan seterusnya) untuk
tatalaksana lebih lanjut
NO KEGIATAN
1
2
3
4
5
Hipertensi
No. Dokumen :
Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :
Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah
sistolik lebih
dari 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
Kriteria Rujukan
1. Hipertensi dengan komplikasi.
2. Resistensi hipertensi.
3. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi)
Hipertensi
No. :
Dokumen
DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK No Revisi :
Halaman :
UNIT Dr.Dwinanda
LAYANAN Emira
PUSKESMAS NIP.19790724200
SITIUNG I 7012004
NO KEGIATAN
1
2
3
Infark
Serebral/Stroke
No. Dokumen :
Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :
Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi
mendadak, lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh
faktor vaskuler. Berdasarkan Riskesdas 2007, stroke
merupakan penyebab kematian yang utama di
Indonesia
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
Pertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor
atau koma atau gagal nafas.
Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9%
dengan kecepatan 20 ml/jam (jangan memakai
cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air
dan SALIN 0,45% karena dapat memperhebat
edema otak).
Berikan O2: 2-4 liter/menit via kanul hidung.
Jangan memberikan makanan atau minuman
lewat mulut.
Stroke Hemoragik
Menurunkan tekanan darah untuk mencegah
perdarahan ulang pada orang yang dasarnya
normotensif (tensi normal) diturunkan sampai
sistolik 160 mmHg, pada orang dengan
hipertensi sedikit lebih tinggi.
Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan
dengan cara meninggikan posisi kepala 15-
30% (satu bantal) sejajar dengan bahu
Kriteria Rujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan
diagnosis dan diberikan penanganan awal
selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter
spesialis saraf
No. :
Dokumen
DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK
No Revisi :
Halaman :
UNIT Dr.Dwinanda
LAYANAN Emira
PUSKESMAS NIP.197907242007
SITIUNG I 012004
NO KEGIATAN
1
2
3
Fraktur Terbuka
No. Dokumen :
Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :
Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Prinsip penanganan fraktur terbuka
a. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
b. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang
dapat mengancam jiwa.
c. Lakukan irigasi luka
d. Lakukan stabilisasi fraktur
e. Pasang cairan dan berikan antibiotika intravena yang
sesuai dan adekuat misalnya setriakson dan segera rujuk
ke layanan sekunder.
Penatalaksanaan
Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi
dengan NaCl fisiologis secara mekanis untuk
mengeluarkan benda asing yang melekat.
Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada fraktur
dengan tulang menonjol keluar sedapat mungkin
dihindari memasukkan komponen tulang tersebut
kembali ke dalam luka.
Fraktur dengan luka yang berat memerlukan suatu traksi
skeletal. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi
dengan fiksasi eksterna. Alat sederhana yang bisa
digunakan dalam
Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif
mencegah terjadinya infeksi pada fraktur terbuka.
Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang
besar. Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan
adalah golongan cephalosporin, dan dikombinasi
dengan golongan aminoglikosida.
Pencegahan tetanus: Semua penderita dengan fraktur
terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat
diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia)
Jika pengobatan tidak menunjukkan hasil maka lakukan
rujukan dengan tetap mengawasi tanda vital dan
memberikan penanganan awal
Kriteria Rujukan
Langsung dirujuk dengan tetap mengawasi tanda vital dan
memberikan penanganan awal.
Fraktur Terbuka
No. :
Dokumen
DAFTA Tgl.Terbit :
R TILIK
No Revisi :
Halaman :
NO KEGIATAN
1
2
3
Fraktur Tertutup
No. Dokumen :
Tgl.Terbit :
SPO
No Revisi :
Halaman :
UNIT LAYANAN Dr.Dwinanda
PUSKESMAS Emira
SITIUNG I NIP.19790724200
7012004
1.Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial.
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
2.Ruang Lingkup Rencana penatalaksanaan komprehensif
Konseling dan Edukasi
Kriteria Rujukan
3.Acuan/Referensi Permenkes no 5 tahun 2014
4.Kegiatan yang Rencana penatalaksanaan komprehensif
dilakukan Semua fraktur dikelola secara emergensi.
Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat
mengancam jiwa.
Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah yang
tidak terlihat misalnya pada fraktur pelvis dan fraktur tulang
panjang
Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk, waspadai adanya
tanda-tanda kompartemen syndrome seperti odema, kulit
yang mengkilat dan adanya nyeri tekan.
Kriteria Rujukan
pasien segera dirujuk ke RS
Diuretik
2. Persiaan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik:
Peningkatan tekanan vena jugular
Frekuensi pernapasan meningkat
Frekuensi nadi dan regularitasnya
Tekanan darah
Kardiomegali
Gangguan bunyi jantung (gallop)
Ronkhi pada pemeriksaan paru
Hepatomegali
Asites
Edema perifer
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor
5. Penatalaksaan
d. Modifikasi gaya hidup:
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter
(berat)
Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1 maksimal
gram (berat)
Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
e. Aktivitas fisik:
Pada kondisi akut berat: tirah baring
Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd
80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
f. Penatalaksanaan farmakologi:
1. Pada gagal jantung akut:
Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
Cari pemicu gagal jantung akut
Segera rujuk
2. Pada gagal jantung kronik:
Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat
dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada respon
rujuk ke Layanan Sekunder
ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB)
mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang
efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis
maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk.
Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai
tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan
sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai, dirujuk
Konseling dan edukasi pada Pasien
a) tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung
kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering
adalah tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau
kadar gula darah.
b) Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah
pengobatan di rumah sakit.
c) Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d) Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas
dan berinteraksi.
e) Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-
faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien,
serta menyepakati bersama peran keluarga pada masalah
kesehatan pasien.
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau Sp.
Penyakit Dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan: pasien tidak sadar, tidak ada nafas, tidak
teraba nafas, tidak teraba denyut nadi di arteri-arteri besar (karotis dan femoralis)
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan anamnesis berguna untuk
mengidentifikasi penyebabnya
5. Penatalaksaan
Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien.
Konseling dan edukasi pada Pasien dengan cara Memberitahu keluarga mengenai
kondisi pasien dan tindak lanjut dari tindakan yang telah dilakukan, serta meminta
keluarga untuk tetap tenang dan tabah menemani pasien pada kondisi tersebut dan
dengan Memberitahu keluarga untuk melakukan pola hidup sehat seperti
mengurangi konsumsi makanan berlemak, menghentikan konsumsi rokok dan
alkohol, menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga
ringan secara teratur
Jika pengobatan tidak menunjukkan hasil maka lakukan rujukan.
SOP Hipertensi
A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis, glukometer dan profil lipid.
EKG.
Radiologi.
Obat-obat antihipertensi
2. Persipan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral, dan
pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi) dan dengan melakukan
Pemeriksaan Penunjang seperti Urinalisis (proteinuri atau albuminuria), tes gula
darah, tes kolesterol (profil lipid), ureum kreatinin, funduskopi, EKG dan foto
thoraks.
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
5. Penatalaksaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup
A. Tahap persiapan
1. Persiapan alat
Alat pemeriksaan neurologis.
Infus set.
Oksigen.
Obat antiplatelet
2. Persipan Pasien
Memberi salam dan meperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan langkah langkah yang akan dilakukan
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu diluar
3. Persiapan lingkungan
Menutup pintu
Meletakkan alat ditempat yang mudah dijangkau
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
1. Pernapasan
2. Nadi
3. Suhu
4. Tekanan darah harus diukur kanan dan kiri
b. Pemeriksaaan jantung paru
c. Pemeriksaan bruitkarotis
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan ekstremitas
f. Pemeriksaan neurologis
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik
Inspeksi (look)
Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat berupa tusukan tulang yang tajam
keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus, misalnya oleh
peluru atau trauma langsung dengan fraktur yang terpapar dengan dunia luar.
Palpasi (feel)
Robekan kulit yang terpapar dunia luar
Nyeri tekan
Terabanya jaringan tulang yang menonjol keluar
Adanya deformitas
Panjang anggota gerak berkurang dibandingkan sisi yang sehat
Gerak (move )
Umumnya tidak dapat digerakkan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
berupa:
1. Foto polos
Umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral
2. Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan
pemeriksaan berikut, antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi,
artrografi, CT-scan, dan MR
Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah, untuk menilai kebutuhan
penambahan darah, memantau tanda-tanda infeksi
3. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang
.
4. Penatalaksaan
Prinsip penanganan fraktur terbuka
f. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
g. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa.
h. Lakukan irigasi luka
i. Lakukan stabilisasi fraktur
j. Pasang cairan dan berikan antibiotika intravena yang sesuai dan adekuat misalnya
setriakson dan segera rujuk ke layanan sekunder.
Penatalaksanaan
Pembersihan terhadap luka fraktur, dengan cara irigasi dengan NaCl fisiologis
secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
Balut luka untuk menghentikan perdarahan, pada fraktur dengan tulang menonjol
keluar sedapat mungkin dihindari memasukkan komponen tulang tersebut
kembali ke dalam luka.
Fraktur dengan luka yang berat memerlukan suatu traksi skeletal. Fraktur grade II
dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna. Alat sederhana yang bisa
digunakan dalam
Pemberian antibiotika: merupakan cara efektif mencegah terjadinya infeksi pada
fraktur terbuka. Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar.
Untuk fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan
cephalosporin, dan dikombinasi dengan golongan aminoglikosida.
Pencegahan tetanus: Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan
pencegahan tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus
imunoglobulin (manusia)
Jika pengobatan tidak menunjukkan hasil maka lakukan rujukan dengan tetap
mengawasi tanda vital dan memberikan penanganan awal
B. Tahap pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (look ) Adanya deformitas dari jaringan tulang, namun tidak menembus
kulit. Anggota tubuh tdak dapat digerakkan.
Palpasi (feel)
a. Teraba deformitas tulang jika dibandingkan dengan sisi yang sehat.
b. Nyeri tekan.
c. Bengkak.
d. Mengukur panjang anggota gerak lalu dibandingkan dengan sisi yang sehat.
Gerak (move)
Umumnya tidak dapat digerakkan
Pemeriksaan radiologi, berupa:
1. Foto polos: umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral.
2. Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan
berikut, antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan,
dan MRI.
3. Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah
4. Mendiagnosa pasien
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
5. Penatalaksaan
Semua fraktur dikelola secara emergensi.
Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa.
Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah yang tidak terlihat misalnya
pada fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang
Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk, waspadai adanya tanda-tanda
kompartemen syndrome seperti odema, kulit yang mengkilat dan adanya nyeri
tekan.
Rujuk segera ke layanan sekunder
Kriteria Rujukan : pasien segera dirujuk ke RS