Diare
Diare
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk
atau frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau
frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali dalam sehari.
2.2 Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih
besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hamper sama dengan anak perempuan.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Di Negara yang sedang berkembang, prevalensi yang paling tinggi dari
penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,kekurangan
protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan badan(McCormick
MC,1982).
Untuk bayi, baik di Negara-negara maju, penurunan angka kejadian dare erat
kaitannya dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya
pensemaran minum anak dan sebagian lagi leh karena factor pencegah imunologik
dari pada ASI(Learsen SA dan Homer DR,1978). Sejauh ini imunitas spesifik usus
merupakan peran dari limposit dalamPlaque peyeri yang membuat immunoglobulin,
tetapi anti body spesifik dengan kuman pathogen usus terdapat di dalam kolostrum
dari ASI ( Mata L dan Black RE,1982).
2.3 Etiologi
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral
Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi : Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella,
Campylobacter, dsb.
Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb
Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
Jamur (Kandida Albican)
Infeksi parenteral
Yaitu; infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA,
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Factor non infeksi
Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non
sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayidan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
Faktor makanan : Makanan basi, baracun, alergi terhadap makanan
Faktor psikologis : rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
Factor resiko tejadinya diare
1) Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan
makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari
anak pada umur di bawah 24 bulan.
2) Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada
laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3) Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke
musim penghujan.
4) Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir
lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih
sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau
disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
5) Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi
yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah
satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang
tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3
tahun.
6) Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka
cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang
memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah
biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga
memudahkan seseorang untuk terkena diare.
2.6 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah:
Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada a nak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi.
3) Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
2.7 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram)
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.