Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AGAMA HINDU
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Perbandingan Agama
Dosen pengampu : Muhammad Taufiq Zamzami, S.H.I., M.A.

Oleh :
Arfan Imam Pamungkas 111-13-142
Andrean Odiansah 111-13-270
Siti Nafsatul Rohmah 111-13-081
Novie Purnia Putri 111-14-388

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami haturkan kehadirat


Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Perbandingan Agama dengan tepat waktu tanpa halangan
suatu apapun. Kami selaku penyusun makalah menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para
pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa
yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan
suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca
semuanya. Amin.
Salatiga, 2 Mei 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama hindu adalah agama yang dianut oleh penduduk
India. Agama ini telah melewati agama yang sangat panjang
yang bermula dari abad ke-15 SM hingga sekarang. Bisa jadi,
agama hindu adalah agama yang paling tua yang tersisa hingga
saat ini. Sejatinya, hindu merupakan sebuah agama yang
memadukan nilai-nilai ruhani dan etika. Selain itu, agama ini
pun memiliki konsep politeisme, yaitu bertuhan banyak. Setiap
tuhan dalam hindu memiliki kinerja dan tugas masing-masing.
Umat hindu juga menyakini setiap tempat, perbuatan, dan
fenomena memiliki tuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah agama Hindu?
2. Bagaimana kepercayaan agama hindu?
3. Bagaimana keyakinan umat hindu?
4. Bagaimana Kasta dalam agama hindu?
5. Apa Kitab suci agama hindu?
6. Bagaimana konsep ketuhanan agama Hindu?
7. Bagaimana Ibadat Dalam Agama Hindu?
8. Bagaiman Hakikat Ajarah Agama Hindu
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kemunculan dan tokoh-tokoh utama agama Hindu.
2. Untuk mengetahui kepercayaan agama hindu.
3. Untuk mengetahui keyakina umat hindu.
4. Untuk mengetahui Kasta dalam agama hindu.
5. Untuk mengetahui Kitab suci agama hindu.
6. Untuk mengetahui konsep ketuhanan agama hindu
7. Untuk mengetahui Ibadat dalam agama Hindu
8. Untuk mengetahui Hakikat Ajarah Agama Hindu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Agama Hindu
Dalam membicarakan agama hindu, perlu mengetahui sejarah yang panjang
dari gejala-gejala keagamaan yang telah terlebur di dalam agama hindu. Dimulai
dari zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan besar di Meisopotamia dan
Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000 sebelum masehi di lembah
sindhu atau Indus sudah ada bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai
kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Eufrat dan Tigris, maka terdapat
peradaban yang sama di sepanjang pantai dari laut tengah sampai ke Teluk
Benggala.
Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa di Punjab dan sebelah utara
Karachi, ditemukan puing-puing kota yang sangat tua yang berasal dari masa
2500-2000 SM, yang memberikan gambaran tentang suatu masyarakat yang
teratur baik.
Penduduk india pada zaman itu terkenal dengan bangsa Dravida. Mula-mula
mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama kelamaan hanya tinggal
disebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah
utara hidup sebagai orang taklukan dan bekerja pada bangsa-banggsa yang
merebut negeri itu.
Antara tahun 2000-1000 sebelum masehi dari sebelah utara masuk ke India
kaum Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran yang
memasuki India. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman,Yunani,
Romawi dan bangsa-bangsa lain di Eropa dan Asia. Namun peradabannya lebih
rendah dari bangsa Dravida. Setelah bangsa pendatang tadi menetap di dataran
sungai Sindhu bercampurlah mereka lama kelamaan dengan penduduk asli
bangsa Dravida tadi.1

1 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: Pt Raja Gravindo persanda, 1996), hlm.
7-8
Jadi, Dalam sejarah agama hindu, tidak diketahui siapa
pendiri agama tersebut secara pasti dan jelas. Kepercayaan dan
agama yang dibawa oleh bangsa penakluk (Arya) itu tidak merta
menghapuskan kepercayaan penduduk india setempat (asli),
tetapi berasimilasi, berpadu, bercampur dan mempengaruhi
satu sama lain.
B. Kepercayaan Agama Hindu
Banyak orang yang merasa kagum sekaligus heran dengan
konsep ketuhanan yang dimiliki agama hindu, yaitu politeisme.
Sejarawan ternama Will Durant dalam karya besarnya The Story
of Civilization, mengemukakan konsep ketuhanan agama hindu.
Durant mengatakan bahwa tuhan atau dewa orang-orang hindu,
mungkin akan mencapai seratus jilid buku.
Sebagian dewa mereka adalah benda-benda langit, Semisal
matahari, bulan dan setengahnya hewan ternak atau burung-
burung. Gajah misalnya, dalam agama hindu menjadi dewa
bernama Ganesa. Mereka menganggap sebagai putra Dewi
Shiva (Siwa). Dalam diri Ganesa, terjadi peleburan sifat antara
hewan dan manusia. Begitu juga kera dan kobra sebagai dewa
sumber petaka. Dalam sosok kobra misalnya, terdapat tabiat
ketuhanan, yaitu dapat mematuk racun ketubuh mahkluk dan
menjadikannya mati seketika. Dalam hal ini, dewa kobra
dinamakan juga Naja.
Namun demikian, banyak dewa yang diyakini oleh orang-
orang hindu semuanya berporos pada trimurti, yaitu:
1. Dewa Brahma, disebut dengan Sang hyang Widhi atau
dalam bahasa Sanskerta India disebut dengan Utpathi
yang berarti Sang Pencipta.
2. Dewa Wisnu, dipercaya oleh orang hindu sebagai Dewa
Pemelihara alam raya. Dalam bahasa mereka dewa wisnu
disebut juga dengan nama Sthiti. Umat hindu
menggambarkan jika Wisnu dapat menjelma sebagai
sosok manusia yang menebar kebaikan, juga
memeberikan pertolongan kepada segenap mahluk,
bahkan turut memebantu tugas dewi-dewi yang lain.
Sosok seperti demikian dapat ditemukan dalam diri Rama
dan Kresna. Dalam tradisi pemujaan umat hindu, wisnu
adalah sosok yang sangat di sakralkan dan istimewa.
3. Dewa Siwa (Shiva) adalah dewa pelebur segala sesuatu
yang sudah using. Dia bisa menghancurkan dunia.
Tugasnya adalah kebalikan dari Dewa Wisnu. Dalam
bahasa Sanskerta India, Shiva disebut dengan nama
Sang Kan Paean.2
Jadi, di dalam agama hindu memiliki banyak dewa akan
tetapi yang menjadi poros pada trimurti yaitu Brahmana, Wisnu
dan Siwa.
C. Keyakinan Umat Hindu
Umat hindu memiliki kenyakinan tentang siklus kehidupan
manusia yang tiada henti. Mereka menyakini bahwa arwah
manusia tercipta dari bagian dewa yang kekal kemudian
hinggap dan bersemayam jasad manusia yang fana.
Umat hindu tidaklah mengimani adanya surga dan neraka
seperti yang diyakini oleh umat islam. Namun, mereka
mengimani adanya bentuk ganjaran lain selain surga dan neraka
bagi orang-orang yang berbuat baik dan buruk. Mereka
berargumentasi Sebenarnya, ketika seseorang yang baik itu

2Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, Almahira. (Jakarta: Almahira, 2012), hlm.
483- 496.
mati, maka yang mati hanyalah jasadnya, sementara arwahnya
tetap hidup kekal. Sebab, arwah adalah bagian dari Dzat Tuhan.
Arwah orang yang baik akan menyusup dan bersemanyam pada
jasad orang baik lainnya. Keyakinan ini disebut dengan
reinkarnasi.
Keadaan akhir yang diimpikan oleh umat hindu adalah dapat
bersatunya arwah mereka dengan Dzat Dewa Brahmana.
Namun, hal tersebut hanya akan tercapai setelah jiwa manusia
itu terbebas dari segala sisi buruk jahatnya, syahwat juga
dengan keinginan. Hal ini merupakan tingkatan seorang
kehidupan hindu, sebagai tercantum dalam salah satu kitab suci
mereka: Arnik. Dalam kitab itu disebutkan, siapa saja yang
sudah tidak mempunyai kesenangan kepada sesuatu, berarti dia
tidak akan memiliki lagi, serta sudah membebaskan dirinya dari
kungkungan hawa nafsu. Jiwanya pun akan merasa tenang. Pada
akhirnya, dia telah lepas dari materi. Dia telah berhasil bersatu
dengan Brahma itu sendiri. Dalam hal ini, sesuatu yang fana
telah berubah menjadi kekal. Proses tersebut merupakan
tingkatan terakhir dari serangkaian proses hukum ganjaran dan
pahala menurut umat hindu, yaitu kembalinya arwah adalah
bagian dari Dewa karenanya ia pun akan kembali dan menyatu
dengan-Nya.3
Jadi di dalam agama hindu tidak mempercayai adanya surga
dan neraka akan tetapi mempercayai adanya ganjara. Mereka
menyakini adanya reinkarnasi dan tujuan akhir dari mereka
adalah kembalinya arwah adalah bagian dari Dewa karenanya
ia pun akan kembali dan menyatu dengan-Nya.
D. Kasta dalam Agama Hindu.

3 Ibid., hlm. 489.


1. Kasta Brahma (kelas putih) : terdiri dari kalangan pendeta
dan pemuka agama hindu.
2. Kastra Ksatria (kelas merah) : terdiri dari pengusaha dan
tentara.
3. Kasta Waisya (kelas kuning) : terdisi dari kalangan petani dan
pedagang
4. Kasta Sudra (Kelas hitam) : terdiri dari pengrajin.
5. Kasta Paria terdiri dari kelompok yang dipandang paling
rendah dari prespektif agama hindu, seperti penggali kubur,
petugas kebersihan dan semacamnya.4
Jadi, di dalam agama Hindu memiliki kasta yang terdiri dari
kasta Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria.
E. Kitab Suci Agama Hindu
1. Weda : Kata Weda berarti pengetahuan (Wid = tahu).
Menurut tradisi kitab hindu kitab-kitab ini adalah ciptaan
Dewa Brahma sendiri. Isinya diwahyukan oleh Dewa Brahma
kepada para Resi atau para pendeta dalam bentuk mantra-
mantra, yang kemudian disusun sebagai pujian oleh para
resi tadi sebagai pernyataan rasa hatinya.5 Kitab weda
terbagi menjadi empat kitab ( Catur Weda):
a) Regweda. Berisi mantra-mantra dalam bentuk pujian-
pujian, yang digunakan untuk mengundang para dewa,
agar berkenaan hadir pada upacara-upacara yang akan
diadakan bagi mereka. Imam-imam atau pendeta yang
akan mengadakan pujian-pujian ini disebut Hotr.
b) Ayurweda. Kitab ini di baca oleh para biara saat
persembahan.6 Berisi yajus atau rapal, diucapkan oleh

4 Ibid., hlm. 490.

5Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2013), hlm. 17

6 Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, hlm. 496.


imam atau pendeta yang disebut Adwarya, yaitu pada
saat ia melakukan upacara kurban. Rapal-rapal ini bukan
di pakai untuk memuja dewa, melainkan untuk
mengubah kurban-kurban menjadi makanan dewa.7
c) Samaweda. Kitab ini berisi lagu pujian dalam doa dan
permohonan.8
d) Atharweda. Kitab ini memuat beberapa tulisan dan
ungkapan magis untuk menolak sihir, ilusi, takhayul serta
setan.9
Masing-masing Catur Weda mencakup bagian-bagian
berikut:
1) Samhita; memuat tentang penjelasan doktrin agama dan
kumpulan doa-doa yang dirapalkan orang-orang india
kuno kepada dewa-dewa mereka sebelum datangnya
Arya.
2) Brahmana : memuat petunjuk penggunaan mantra dalam
rangkaian upacara.
3) Mengandung doa-doa yang dibacakan pada pendeta saat
dia berada di gua, hutan, sungai atau tempat-tempat
asing lainnya.
4) Upanisad : berisikan ungkapan-ungkapan kebenaran
spiritual tertinggidan berbagai anjuran mengenai cara
utuk mencapai kebenaran.

2. Hukum Manu (Code of Manu)

7 Harun Hadiwijono, Agama-Agama Hindu dan Budha, hlm. 18.

8 Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, hlm. 496.

9 Ibid., hlm. 496.


Hukum ini ditetapkan pada abad ke-3 SM, masa
kemenangan umat hindu terhadap atheteisme yang
dicontohkan adalah agama Jainisme dan Budha, hukum ini
sebagai ungkapan atas penjelasan Weda antara rambu-
rambu dan prinsip dan dasar-dasar agama hindu.
3. Kitab Kesustraan Hindu lain:
a. Mahabarata : Epic india kuno yang dikarang oleh byasa
pada tahun 950 SM. Epik tersebut menyerupai epic
Yahudi kuno Illiad dan Oddyssey. Kitab ini menceritakan
konflik para pandawa lima dengan sepupu mereka yang
juga diikuti oleh para dewa.
b. Kayana: berita tentang perang dalam perang kerajaan. Di
dalam kitab tersebut Krisna banyak menurunkan ajaran-
ajaran filsafat dan sosialnya.
c. Yoga : memuat 64 ribu bait yang disusun mulai abad ke-6
melalui periode panjang dan sekelompok orang. Di
dalamnya memuat ajaran-ajaran filsafat dan teologi.
d. Ramayana : epic tentang kerajaan dan pencintaan yang
di dalamnya diterangkan pula ajaran-ajaran, etika,
filsafat, pemikiran, politik dan pidato sang Rama- sang
Raja.10
Jadi, agama hindu memiliki tiga kitab yaitu Weda, Hukum
Manu dan Kitab Kesustraan Hindu. Pada kitab Weda terbagi
menjadi empat kitab yaitu Regweda, Ayurweda, Samaweda,
Atharweda. Di dalam Catur Weda mencakup bagian-bagian yaitu
Samhita, Brahmana, Upanisad. Kitab Kesustraan Hindu terdapat
Mahabarata, Kayana, Yoga dan Ramayana.

10 Ibid., hlm. 496-497.


F. Konsep Ketuhanan Agama Hindu
1. Monoteisme: tidak ada batasan yang jelas tentang konsep
monoteisme dalam agama hindu.
2. Politeisme : mereka berpendapat bahwa setiap benda, baik
manfaat maupun tidak memiliki dewa tersendiri yang
mereka sembah, seperti dewa Air, Udara, Sungai, dan
Gunung. Seluruh Dewa tersebut di sembah oleh umat hindu
melalui berbagai macam, ritual dan sajian.
3. Trimurti : pada abad ke-9 SM, para pendeta hindu sepakat
ada tiga kekuatan Brahmana dalam menciptakan,
memelihara dan melebur alam beserta isinya:
a) Dewa Brahma : Dewa pencipta
b) Dewa Wisnu : Dewa Pemelihara
c) Dewa Siwa : Dewa Pelebur
Siapa saja yang menyembah salah satu dari tiga dewa
diatas, maka ia telah menyembah semua dewa sekaligus.
Hal ini karena ketiga dewa tersebut tidaklah ada perbedaan.
Orang-orang hindu sangat mensyakralkan sapi dan
hewan lainya, seperti kobra dan kera. Namun, sapi adalah
hewan paling sakral dari semuanya. Patung-patung sapi akan
banyak ditemukan disetiap kuil, rumah dan pusat keramaian.
Keberadaan sapi sangatlah di jaga. Hewan tersebut tidaklah
boleh disembelih dan disakiti. Jika seekor sapi mati, maka
seekor sapi tersebut harus di kuburkan dengan tata cara
tertentu.
Umat hindu juga menyakini bahwa sosok dewa mereka
telah melebur dalam sosok diri manusia , yaitu Krisna. Pada
diri Krisna, telah terjadi persemaian dan peleburan antara
sisi ketuhanan dan sisi kemanusiaan.11
Jadi, Konsep Ketuhanan Agama Hindu ada tiga yaitu
Monoteisme, Politeisme dan Trimurti. Di konsep ketuhanan
Trimuti (Brahma, Wisnu, Siwa), barang siapa yang telah
menyembah dari salah satu dewa maka dia telah menyembah
semua dewa tersebut karena mereka menyakini diantara
ketiganya tidak terdapatperbedaan.
G. Ibadat Dalam Agama Hindu
Ibadat dan pemujaan tidaklah hanya dihadapkan kepada
maha dewa Brahmana, Wisynu dan Syiwa tetapi lebih dahulu
langsung kepada tenaga dan daya alam yang dianggap sebagai
dewa, yang langsung mempengaruhi kehidupan manusia.
Tenaga dan kekuatan alam inilah yang sebenarnya dipuja. Nama
dari masing-masing dewa itu adalah daya alam itu sendiri.
Diantara dewa-dewa itu ialah:
1. Surya (Dewa Matahari)
2. Agni (Dewa Api Suci)
3. Wayu (Dewa Angin)
4. Candra (Dewa Bulan)
5. Waruna (Dewa Alam/Angkasa)
6. Marut (Dewa Badai/Topan)
7. Paryania (Dewa Hujan)
8. Acwin (Dewa Kembar atau Dewa Kesehatan)
9. Usa (Dewa Fajar)
10. Indra (Dewa Perang)
11. Wertra (Dewa Jahat)
Diantara semua dewa-dewa itu yang terutama sekali dan
paling banyak mendapat puji-pujian adalah Dewa Indra dan
Agni. Dewa Indra dipandang juga sebagai Dewa Rahmat yang
membawa kebahagiaan. Dewa Indra juga mendapat julukan

11 Ibid., hlm. 497.


dengan sebutan Puramdara yaitu Dewa Penggempur Benteng.
Hal ini mengingatkan mereka ketika bangsa Arya mula-mula
datang kelembah Sindhu dengan peperangan, bertemu dengan
bangsa Dravida yang bertahan dengan sembilan puluh benteng,
akhirnya bangsa Dravida dapat dikalahkan. Bagi bangsa Arya
kemenangan ini sebagai pertolongan dari Dewa Indra.
Dewa Indra adalah Dewa yang terus-menerus berperang
menggempur Dewa Wertra, yaitu Dewa jahat yang selalu
menahan air hujan dalam gumpalan-gumpalan awan. Dewa
pertolongan Indra memaksa Wertra akhirnya hujan turun ke
bumi.
Dalam memuja Dewa Indra, biasa dipersembahkan saji yang
berisi soma yaitu semacam minuman dari getah tumbuh-
tumbuhan candu yang biasa memabukkan. Maksud saji ini agar
Dewa Indra terus berperang dalam keadaan mabuk dan tak
peduli, sehingga Wretra dapat dikalahkannya.
Dewa kedua yang dianggap mulia dan lebih banyak dapat
pujaan ialah Dewa Api (Agni), karena Agni sebagai sahabat bagi
manusia dalam hidupnya. Pada setiap upacara pemujaan, api
tidak boleh ketinggalan, api menjadi syarat utama.
Pada waktu upacara pemujaan Dewa yang disembah
dimohon agar turun, duduk diatas selembar tikar kuca (Tikar
rumput) yang dibentangkan, lalu barang-barang sajian
dimasukkan kedalam api, sebagai khayalan bahwa sajian ini
dimasukkan kedalam mulut Dewa.
Selain kepada Dewa Indra dan Agni ada juga yang dilakukan
pemujaan, menurut kebutuhan masing-masing yang memuja.
Dan bagi tiap-tiap keluarga dan rumah tangga, kepala
keluargalah yang berkewajiban melakukan saji dalam pemujaan
menurut apa yang dibutuhkan oleh keluarganya.
Tentang hal saji ini tuntunan pokoknya diuraikan di salam
kitab Brahmana. Suatu kitab suci agama Hindu yang disusun
sesudah keempat samhita weda itu.
Di dalam melakukan saji orang-orang kasta Brahmana
mempunyai kedudukan yang penting. Karena menurut agama
Brahma, tergantungnya keselamatan manusia di dunia, terletak
pada cara pemujaan dan melakukan sajian dan tiadalah yang
dapat melakukan saji itu dengan cara setepat-tepatnya dan
sebenar-benarnya selain dari kaum Brahmana. Demikian
tingginya kedudukan kaum Brahmana.
Bahkan keadaan dewa-dewa itupun tergantung kepada kaum
Brahmana. Karena saji yang mereka berikan maka dewa-dewa
itu dapat hidup dan berbuat sesuatu. Dengan anggapa yang
demikian, Brahmana sebenarnya pun sudah dianggap dewa,
dewa yang menguasai saji, saji yang menguasai segala
keadaan.12
H. Hakikat Ajarah Agama Hindu
Hakikat ajaran agama hindu adalah Panca Craddha artinya
lima Keyakina, yaitu:
1. Widhi Craddha adalah keyakinan terhadap Hyang Widhi /
atau tuhan yang maha Esa sebagai pencipta Allam
semesta beserta isinya, memelihara hasil ciptaannya itu
dan melebur segala yang diciptakan serta mengembalikan
lagi ke asalnya.

12 Agus Hakim, Perbandingan Agama Pandangan islam Mengenai Keercayaan : Majusi-Shabiyah-


Yahudi-Kristen-Hindu-Budha dan Sikh, ( Bandung: CV. Diponegoro, 1985), hlm. 130-132.
2. Atma Cradda adalah keyakinan terhadap adanya Atma
pada tiap-tiap mahluk
3. Karmapala Cradda adalah keyakinan terhadap hukum
perbuatan, Segala karma(Perbuatan) akan mendapat
phala (hasil perbuatan).
4. Punarbhawa Cradda adalah keyakinan adanya reinkarnasi.
Reinkarnasi akan berakhir apabila atma itu akan bersati
dengan sumbernya yaitu Paramatma atau hiyang Widhi.
5. Moksah Cradda adalah keyakinan terhadap adanya
kebahagiaan kekal yang disebut Suka tanpa wali duka
atma yang telah bebas dari ikatan pengaruh duniawi akan
dapat mencapai kebahagiaan kekal abadi, dimana atma
bersatu kembali bersama asalnya yaitu hyang widhi .
manunggalnya kembali dengan Atma dengan Hyang Widhi
itulah yang disebut Moksha.13

Kesimpulan
Dalam sejarah agama hindu, tidak diketahui siapa pendiri
agama tersebut secara pasti dan jelas. Kepercayaan dan agama
yang dibawa oleh bangsa penakluk (Arya) itu tidak merta
menghapuskan kepercayaan penduduk india setempat (asli), tetapi
berasimilasi, berpadu, bercampur dan mempengaruhi satu sama
lain.
Agama hindu memiliki banyak dewa akan tetapi yang menjadi
poros pada trimurti yaitu Brahmana, Wisnu dan Siwa.
Agama hindu tidak mempercayai adanya surga dan neraka akan
tetapi mempercayai adanya ganjara. Mereka menyakini adanya
reinkarnasi dan tujuan akhir dari mereka adalah kembalinya arwah

13 Mukti Ali, Agama dalam Pengumpulan Masyarakat Dunia,. (Yogya: Tiara Wacana, 1998), hlm.
197.
adalah bagian dari Dewa karenanya ia pun akan kembali dan
menyatu dengan-Nya.
Agama Hindu memiliki kasta yang terdiri dari kasta Brahmana,
Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria.
Agama hindu memiliki tiga kitab yaitu Weda, Hukum Manu dan
Kitab Kesustraan Hindu. Pada kitab Weda terbagi menjadi empat
kitab yaitu Regweda, Ayurweda, Samaweda, Atharweda. Di dalam
Catur Weda mencakup bagian-bagian yaitu Samhita, Brahmana,
Upanisad. Kitab Kesustraan Hindu terdapat Mahabarata, Kayana,
Yoga dan Ramayana.
Konsep Ketuhanan Agama Hindu ada tiga yaitu Monoteisme,
Politeisme dan Trimurti. Di konsep ketuhanan Trimuti (Brahma,
Wisnu, Siwa), barang siapa yang telah menyembah dari salah satu
dewa maka dia telah menyembah semua dewa tersebut karena
mereka menyakini diantara ketiganya tidak terdapatperbedaan.
Ibadat dan pemujaan Agama Hindu tidaklah hanya dihadapkan
kepada maha dewa Brahmana, Wisynu dan Syiwa tetapi lebih
dahulu langsung kepada tenaga dan daya alam yang dianggap
sebagai dewa, yang langsung mempengaruhi kehidupan manusia

Daftar Pustaka

Ali, Mukti. 1998. Agama dalam Pengumpulan Masyarakat Dunia. Yogya : Tiara
Wacana
Al-Maghlouth, Sami bin Abdullah. 2012. Atlas Agama-Agama, Almahira. Jakarta:
Almahira.
Hadiwijono, Harun. 2013. Agam Hindu dan Budha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Hakim, Agus. 1985. Perbandingan Agama Pandangan islam Mengenai Keercayaan :
Majusi-Shabiyah-Yahudi-Kristen-Hindu-Budha dan Sikh. Bandung: CV.
Diponegoro.
Manaf, Mudjahid Abdul. 1996, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: Pt Raja Gravindo
persanda.

Anda mungkin juga menyukai