1. Latar belakang
Bidang akuntansi sendiri sebagai salah satu bidang yang tidak terlepas dari
diskriminasi gender karena sebagai salah satu profesi yang sulit bagi wanita
dilihat dari intensitas pekerjaannya (Schwartz, 1996 dalam Trisnaningsih, 2004).
Hal ini karena banyak KAP lain berusaha menghindari dalam menerima auditor
perempuan meskipun ada sebagian yang masih merekrutnya dengan alas an
bahwa auditor perempuan harus bekerja di likungan laki-laki. Audtor perempuan
menghadapi kendala bahwa sebagian klien menolak dilayani oleh auditor
perempuan dan adanya pembatasan bagi manajemen bahwa perempuan tidak
mungkin ditugasi di lapangan.
Masuknya wanita di pasar kerja pada saat ini menunjukkan jumlah yang
semakin besar, sehingga meskipun jumlah wanita karier meningkat secara
signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita tetap menjadi suatu masalah
yang cukup besar. Terdapat suatu stereotype tentang wanita mengenai
anggapan yang menyatakan bahwa wanita mempunyai keterikatan (komitmen)
yang lebih besar pada keluaraga dari pada keterikatan (komitmen) terhadap
karier. Antara keluarga dan karier dapat menimbulkan konflik, konflik tersebut
dinamakan work-family confict. Greenhauss dan Beutell (1985) dalam Anisa
Romadaniati dan Joko Suyono (2008) mendefinisikan work-family conflict sebagai
bentuk konflik interrole dimana tekanandatang dari kerja dan keberadaan
keluarga yang tidak bisa melengkapi.
2. Rumusan masalah
a. apakah terdapat perbedaan kepuasan kerja antara auditor pria dan auditor
wanita
4. Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja antar auditor pria dan wanita
yang bekerja di kantor akuntan public di Jakarta.
2. Tidak terdapat perbedaan motivasi antara auditor pria dan wanita yang
bekerja di kantor akuntan public di Jakarta
3. Tidak terdapat perbedaan prospek kerier antara auditor pria dan wanita
yan bekerja di kantor akuntan public di Jakarta