1 Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Gejala tersering dari TB adalah batuk. Batuk pada penderita TB
menghasilkan sekitar 3000 droplet yang mengandung kuman dan penyakit ini menyebar
melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Salah satu upaya untuk
mengendalikan infeksi TB paru, yaitu dengan penemuan pasien TB paru itu sendiri dan
dilakukannya pengobatan.1
Di Indonesia, diperkirakan kasus baru TB 460.000 kasus per tahun. Ada sekitar
136.000 kasus belum terdeteksi. Dengan metode pengukuran lebih sensitif, yakni foto toraks
dan kultur bakteri, jumlah kasus baru TB di Indonesia diperkirakan 1 juta pasien per tahun,
dua kali dari yang diketahui selama ini atau 10 persen dari kasus baru TB di dunia. 2 Menurut
hasil Riskesdas 2013, prevalensi TB berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah
penduduk. Menurut provinsi, prevalensi TB paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu Jawa
Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan
Provinsi Riau, Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan prevalensi TB paru terendah
berdasarkan diagnosis yaitu masing-masing sebesar 0,1%.3 Berdasarkan riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi TB paru di Kalimantan Barat pada tahun
2013 sebesar 0,2%.4 Menurut dinkes kota Pontianak tahun 2015, terdapat 719 kasus TB paru
dan menunjukkan angka tertinggi di kecamatan Pontianak Utara dengan angka 178 kasus TB
atau 24,75% dari seluruh kota Pontianak. 5 Kecamatan Pontianak Utara juga mengalami
peningkatan CNR (Case Notification Rate) di tahun 2014 sebesar 137,9 per 100 ribu
penduduk menjadi 147,75 per 100 ribu penduduk pada tahun 2015.4,6
Keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan TBC diukur dari pencapaian
angka penemuan penderita TBC (Case Detection Rate = CDR), angka kesembuhan penderita
(cure rate) dan angka sukses pengobatan. Case Detection Rate menggambarkan cakupan
penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah pasien baru TB
BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif
dikali dengan jumlah penduduk. Target Case Detection Rate Program Penanggulangan
Tuberkulosis Nasional minimal 70%. Angka penemuan kasus (CDR) pronvinsi Kalimantan
Barat pada tahun 2011 didapatkan sebesar 50,8% dan menurun pada tahun 2012 menjadi
40,1%.7 Menurut data dinas kesehatan Kota Pontianak pada tahun 2015 angka penemuan
pasien baru TB BTA positif di Kota Pontianak sebesar 69,66% dengan target pencapaian
70%.8
Laporan tahunan capaian kinerja pelayanan kesehatan dasar di UPTD (Unit Pelaksana
Teknis Daerah) Kecamatan Pontianak Utara, pada tahun 2013 mencapai 48,48%, pada tahun
2014 sebesar 67,74%, terjadi kenaikan pada tahun 2015 yaitu menjadi 83,87% dan terjadi
penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 35,48%. Angka penemuan TB BTA positif masih
belum mencapai target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan pemerintah Kota Pontianak
pada tahun 2016, yaitu >80%.9
Penurunan angka penemuan pasien baru TB BTA (+) tersebut menjadi catatan penting
mengingat bahwa penemuan pasien baru TB paru merupakan langkah pertama dalam
penanggulangan TB. Penurunan angka penemuan kasus baru TB BTA positif mencerminkan
pengendalian TB paru kurang maksimal Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu
untuk melakukan evaluasi terhadap program angka penemuan TB BTA positif di wilayah
kerja UPTD Kecamatan Puskesmas Pontianak Utara sehingga diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam upaya meningkatkan pencapaian program
penemuan TB BTA positif paru selanjutnya, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh dinas
kesehatan kota dan provinsi, serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Tabel 5.1. Indikator dan Tolak Ukur Program
NO Indikator Target Realisasi
% Masyarakat mengakses sanitasi yang
1 layak 80% 76,19%
% Tempat pengolahan makanan yang
2 memenuhi syarat 90% 34,44%
% Cakupan Jaminan pemeliharaan
3 kesehatan pra bayar 85% 67,93%
4 Penemuan penderita pneumonia balita 82% 81,25%
5 Angka Bebas Jentik 80% 69,94%
6 Penemuan pasien baru TB BTA(+) 80% 35,48%
% Masyarakat melakukan deteksi dini
7 faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) 25% 4,1%
% WUS melakukan deteksi dini kanker
8 leher rahim dan kanker payudara 7,5% 4,27%
9 % Rumah tangga sehat ber PHBS 45% 37,75%
10 % Sekolah ber PHBS 45% 41,67%
11 % Tempat Ibadah berPHBS 55% 33,33%
12 % Tempat kerja berPHBS 45% 25%
% Pengobatan tradisional memenuhi syarat
13 STPT dan SIPT 30% 12,50%
14 % Puskesmas ISO 20% 4,35%
% Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh
15 petugas kesehatan 15% 11,6%
16 % Rumah sehat 68% 3,71%