RETINOBLASTOMA
Dokter Pembimbing
dr. Sonny Kusuma Yuliarso, Sp. A
Disusun Oleh:
Vita Paramitha Teken
11 2016 053
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA, JAKARTA
RS BHAKTI YUDHA, DEPOK 2017
BAB I
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
2
yang begitu besar. Mahalnya pengobatan kanker ini membuat tingkat penderita
penyakit kanker retina begitu tinggi. Dan ini juga tidak dilakukan sekali saja tetapi
bisa samapai 3 atau 5 kali pengobatan sehingga pasien penderitanya semakin
terbebani dengan biaya tersebut. Dan juga minimnya masyarakat mengetahui
tentang gejala dan info masalah kanker retina tersebut atau retinoblastoma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vitreus ( badan kaca )
3
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dengan retina,tidak berwarna, bening dan konsistensi lunak. Bagian
luar merupakan lapisan tipis ( membran hiolid). Struktur badan kaca tidak
mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jeringan sekitarnya :
koroid, badan siliar dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90 % sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungs badan kaca sama dengan fungs cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Pelekatan itu terdapat pada bagian yang disebut oraserata, pars
plana, dan papil saraf optik. Kejernihan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan
kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. 2
Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata, membentang dari
papil saraf optic ke depan sampai Oraserata. 2 Retina mempunyai ketebalan 0,23 pada
polus posterior dan 0,1 pada Oraserata yang merupakan lapisan paling tipis.
Retina berasal dari bagian dalam cawan optic yang timbul dari bagian cefal
tabung neural embrio. Bagian luar cawan ini akan menjadi satu lapisan epitel
pigmen. Sel bakal retina tersebut terus berkembang dari satu jenis sel embrional
akhirnya menjadi 5 jenis sel yang tersusun teratur.3
4
a. Tidak ada sel saraf
b. Sel sel ganglion sangat banyak di pinggir
c. Lebih banyak sel kerucut daripada sel batang. Pada fovea sentralis
hanya terdapat sel kerucut.
Pada nasal dari macula lutea terdapat papilla nervi optisi yaitu tempat
dimana nervus II menembus sclera. Papil ini hanya terdiri dari serabut
saraf, tidak mengandung sel batang atau sel kerucut sama sekali. Oleh
karena itu, tidak dapat melihat sama sekali dan disebut titik buta (skotoma
fisiologis, blind spot). Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya
lebih tinggi dari retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang
tampak agak pucat besarnya 1/3 diameter papil yang disebut ekskavasasi
fisiologis. Dari tempat ini keluarlah arteri dan vena retina sentral yang
kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal, keatas dan ke
bawah.3,4
Fungsi sel kerucut adalah untuk photoptic vision ( melihat warna,
cahaya intensitas tinggi dan penglihatan sentral / ketajaman penglihatan ).
persepsi detail dan warna pada cahaya yang cukup terang. Pada cahaya
yang remang-remang sel kerucut ini kurang berfungsi. Didalam sel kerucut
terdapat 3 macam pigmen yang masing-masing peka terhadap sinar merah,
hijau, biru. Pigmen yang peka terhadap sinar merah, spectrum absorbsinya
luas, 575 mA. Pigmen yang peka terhadap sinar hijau mempunyai
frekuensi maksimal 540 mA, sedang pigmen yang peka terhadap sinar
biru frekuensi absorbs maksimalnya 430 mA. Sel-sel batang lebih banyak
di bagian perifer terutama di sekitar macula. Fungsinya adalah untuk
penglihatan di tempat gelap, untuk scotoptic vision, yaitu untuk melihat
cahaya dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat warna, untuk
penglihatan perifer dan orientasi ruangan.4
2. Sel-sel bipolar
Yaitu penghubung dari sel sel reseptor dengan sel ganglion.
Bentuknya ada yang khusus menyambungkan satu sel reseptor kerucut
5
dengan sel ganglion dan ada pula bercabang banyak yang menghubungkan
beberapa sel batang ke satu sel ganglion.3
3. Sel ganglion
Sel ganglion menyampaikan impuls ke arah otak. Aksonnya
panjang meliputi lapisan permukaan retina, yang terus berkumpul di saraf
optic dan selanjutnya sampai di badan genikulatum lateral untuk bersinaps
di sini dengan sel sel saraf yang melanjutkan impuls visual kekorteks ke
daerah fissure calcarina lobus oksipitalais.3
4. Neuron Lainnya : sel Horizontal dan sel amakrin
Diduga berfungsi mengatur atau menggabungkan dan menyaring
aliran impuls dari masing-masing sel saraf sebelumnya.3
5. Sel Muller
Bukan sel saraf tapi fungsinya penting sebagai membentuk system
kerangka penunjang jaringan retina. Membran limitasi interna dan
eksterna adalah bagian yang dibentuknya. Sel muller berfungsi sebagai
depot glikogen yang penting untuk energi sel lainnya.3
6
6. Lapisan flexiform luar, merupakan lapisan aselular mengandung
sambungan-sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan
fotoreseptor.
7. Lapisan nuklearis luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut
dan sel batang
8. Lapisan membrane limitan eksterna, merupakan membrane ilusi
9. Lapisan segmen luar dari sel reseptor
10. Epitel pigmen
7
Fisiologi Retina
8
banyak jumlah energy cahaya yang mengenai sel batang, maka semakin besar
muatan elektro negatifnya, semakin besar pula derajat hiperpolarisasinya.
Fotokimiawi kerucut hampir sama persis dengan komposisi kimiawa
rhodopsin dalam sel batang. Perbedaaannya hanya terletak pada bagian protein,
opsin, yang disebut fotopsin dalam sel keucut berbeda dengan sel batang. Pigmen
peka terhadap warna dari sel kerucut merupakan kombinasi antara retinal dan
fotopsin. Pigmen warna ini dinamakan sesuai dengan sifatnya, pigmen peka warna
biru, pigmen peka warna hijau, dan pigmen peka warna merah. Sifat absorbs dari
pigmen yang terdapat di dalam ketiga macam kerucut itu menunjukkan bahwa
puncak absorbsi adalah pada panjang gelombang cahaya, berturut turut sebesar
445, 535, dan 570 nanometer. Panjang gelombang ini merupakan puncak
sensitifitas cahaya untuk setiap tipe kerucut, yang dapat mulai dipakai untuk
menjelaskan bagaimana retina dapat membedakan warna.4
Definisi
9
intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam
vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti
nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Gen retinoblastoma adalah tumor dengan gen yang resesif, berada pada
lengan kromosom 13 pada daerah 14, kode itu untuk protein RB. Penyakit terjadi
dari mutasi yang yang membuat allel normal menjadi inactive.7
Patogenesis
10
Retinoblastoma ada 2, yaitu :
2. Tumor eksofitik yang tumbuh ke arah luar menembus koroid, sklera dan
ke N. Optikus, diagnosis lebih sukar. Perluasan retinoblastoma ke dalam
koroid biasanya terjadi pada tumor yang masif dan mungkin menunjukkan
peningkatan kemungkinan metastasis hematogen. Perluasan tumor melalui
lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapat menyebabkan keterlibatan
susunan saraf pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan resiko
penyakit metastase.
Klasifikasi
11
Klasifikasi yang digunakan untuk menentukan derajat keparahan
retinoblastoma guna menentukan hasil terapi yang akan digunakan adalah
menggunakan stadium menurut Nana Wijaya SD, yaitu :9
1. Stadium tenang
Pupil lebar. Dipupil tampak refleks kuning yang disebut amaorotic cats
eye hal inilah yang menarik perhatian orang tuanya untuk kemudian
berobat. Pada funduskopi, tampak bercak yang berwarna kuning
mengkilap. Dapat menonjol ke dalam badan kaca. Dipermukaannya ada
neovaskularisasi dan perdarahan. Dapat disertai dengan ablasio retina.
2. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokuler
meninggi. Glaulpma sekunder yang disertai rasa sakit yang Sangay. Media
refrakta menjadi keruh, sehingga pada funduskopi sukar menentukan
besarnya tumor.
10
Klasifikasi Reese-Ellsworth (R-E), yaitu :
Group I
a. Tumor soliter, ukuran diameter kurang dari 4 disk, pada atau dibelakang
garis equator.
12
Group II
Group III
b. Tumor soliter, ukuran diameter lebih besar dari 10 disk, dibelakang garis
ekuator.
Group IV
Group V
b.penyebaran ke vitreus
13
Prinsip umum klasifikasi IIRC:
Grup A :
Mata dengan tumor ukuran kecil jauh dari macula dan nervus optikus yang
secara primer hanya dilakukan fokal terapi.
Grup B :
Mata dengan tumor berukuran sedang atau tumor pada macula dan nervus
optikus yang saat dilakukan beberapa kali kemotherapi mengecil, kemudian
selanjutnya dilakukan dengan terapi fokal.
Group C :
Mata dengan dengan ukuran tumor besar dengan berbatas pada vitreous
dan atau menyebar ke subretinal yang secara primer dilakukan terapi dengan
kemoterapi dilanjutkan dengan fokal terapi.
14
Gambar 4 Retinoblastoma Grup C
Group D :
Mata dengan ukuran tumor besar dengan penyebaran yang luas pada
vitrous dan subretinal yang juga secara primer dilakukan kemoterapi dan fokal
terapi.
Banyak dari pusat kesehatan menggunakan radiasi sinar eksternal namun hanya
efektif untuk tingkat mortalitas pada group B, C, D, mata yang telah gagal dengan
kemoterapi dan fokal terapi lebih baik dilakukan terapi elektif .
15
Group E:
Mata dengan resiko tinggi di masa dating seperti tumor yang telah
mencapai lensa, neovaskularisasi, glaukoma, selulitis orbita, segmen anterior,
bilik mata depan, keterlibatan iris dan siliaris dalam berkerja.
Group A
Mata dengan ciri-ciri tumor yang tidak mengubah struktur dari mata
Tumor berukuran 3mm atau lebih kecil yang dengan batas ke retina >3mm
dari fovea, >1,5 mm dari nervus optikus, tidak ada penyebaran ke vitreus
dan subretinal
Group B
Tumor yang tidak termasuk dalam group A dengan tidak ada penyebaran
ke vitreus dan subretina, cairan subretina > 3mm dari dasar tumor
Group C
16
Diskret fokal dengan penyebaran minimal pada vitreus dan subretinal
Cairan subretina pada saat sekarang atau lampau tanpa penyebaran dan
melibatkan hingga 0.25 retina.
Grup D
Cairan subretina pada saat sekarang atau lampau tanpa penyebaran yang
melibatkan seluruh perlekatan retina.
Penyebaran subretina yang difus pada saat sekarang atau lampau yang
mungkin termasuk plak subretina atau nodul tumor
Penyakit vitreus yang massif atau difus berupa gambaran yang kotor atau
massa tumor yang avaskuler
Group E
Munculnya salah satu atau lebih prognosis yang buruk dimasa depan
Neovaskuler glaukoma
17
Tumor nekrosis dengan celulitis orbital aseptic
Pthisis bulbi
Manifestasi Klinis
5. Bila mata kena sinar akan memantul seperti mata kucing yang disebut
amurotic cats eye.
6. Buphthalmos
7. Kerusakan retina
8. Endopthalmitis
9. Panophthalmitis
10. Protopsis
11. Hifema
18
Pada anak yang sehat dilakukan pemeriksaan sejak lahir hingga usia 3
tahun dan kepada orangtua harus ditanyakan tentang keluhan terhadap mata anak.
Pemeriksaan fisik termasuk evaluasi untuk refleks mata merah atau kelainan mata
lain hingga anak berusia 3 tahun dan kemudian pemeriksaan tajam penglihatan
dapat dilakukan. Jika leukokoria diperiksa atau jika ada keraguan tentang refleks
merah anak harus diperiksakan ke dokter spesialis mata dalam seminggu sekali.
Tanda kedua yang paling umum dari retinoblastoma adalah strabismus.
Massa tumor yang cukup besar dalam rongga vitreous dapat mendorong
iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup akibat gangguan aliran aqueous
dan menimbulkan glaukoma. Glaoukoma yang timbul pada anak dibawah usia 3
tahun akan menyebabkan buphthalmos, gejala yang cukup sering setelah
leukokoria.
Sel-sel tumor yang terlepas dari masa tumor kedalam vitreous ( vitreous
seeding ) dalam jumlah banyak dan cukup massif akan memperlihatkan gejala
endophthalmitis atau uveitis posterior.
Manifestasi lain yang mungkin terjadi adalah mata merah, berair, kornea
yang berawan, perubahan warna iris (disebabkan oleh neovaskularisasi),
inflamasi, hifema(darah diruangan anterior) .
Massa tumor yang tumbuh kearah dinding bola mata ( exophyttic ) dapat
menyebabkan ablasio retina exudativa. Pada stadium lanjut tumor dapat
menembus sklera masuk kedalam jaringan orbita menyebabkan mata merah dan
menonjol ( protopsis ) memberi gambaran seperti panophthalmitis dan selulitis
orbita. Pada stadium lanjut sel-sel tumor dapat juga meluas ke intrakranial melalui
N-II atau bermetastasis ke sumsum tulang melalui darah atau melalui saluram
lymph regional. 1
Diagnosis
19
Gejala subyektif
Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini
dapat dicurigai bila ditemukan adanya leukokoria (Refleks putih pada pupil dan
dapat disebabkan karena kelainan pada retina, badan kaca, dan lensa),
strabismus, glaukoma (suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap
ditandai oleh peninggian tekanan intraokluler, penggunaan dan degenerasi papil
saraf optik serta defek lapang pandangan yang khas), mata sering merah atau
penglihatan yang menurun pada anak-anak.
Gejala obyektif
a. Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
b. Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada
retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam
badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
c. Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna
merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua
mata.
d. Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
e. Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau Teleangiektasi.
f. Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda
peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis RB tidak sama seperti dianosis keganasan lainnya, yang
didahului dengan biopsi, karenaRB terletak didalam rongga mata yang merupakan
kesatuan organ yang berisi cairan, sehingga tidak mingkin dilakukan pengambilan
cairan. Biopsi akan menyebabkan kemungkinan metastasis ekstraokuler sehingga
memperburuk prognosis.2
20
membantu menegakkan diagnosa, walaupun kesalahan diagnosa dapat
dijumpai.
Ultrasonografi. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang belum
protopsis. Dengan USG dapat diketahui : (1) ukuran panjang bola mata
( axial lenght) yang biasanya normal pada RB, kecuali bila terdapat
buphthalmos. (2) letak, besar dan bentuk massa tumor di dalam bola mata,
perluasan tumor ke N. Optikus atau ke dalam bola orbita. RB
memperlihatkan gambaran USG yang khas sehingga memberikan
ketepatan diagnosi sampai 90 %, yaitu adanya reflektivitas yang tinggi
mencapai 100% pada A scan yang menunjukkaan tanda kalsifikasi dan
shadowing effect positif.
Diagnosis Banding
21
Penyakit coats adalah suatu penyakit mata idiopatik yang muncul secara
predominan pada anak laki-laki. Karakter dari penyakit ini adalah
telengiektasi pembuluh darah retina yang bocor dan terjadi akumulasi dari
cairan subretinal dan lipid yang terlihat seperti leukokoria. Penyakit coats
adalah penyakit yang sering salah didiagnosis dengan retinoblastoma,
namun ini bisa disingkirkan dengan tidak adanya kalsifikasi dari retina.
Penatalaksanaan
22
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara dramatis sejak
beberapa tahun belakangan sehubungan dengan evolusi dari kemajuan teknik
operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan untuk menyelamatkan hidup pasien
dan juga mata pasien. 7
1. Tumor intraokular
a. Dini : besar tumor < 4 disc diameter dan tebal < 2,5 mm
tergantung lokasi tumor dapat dilakukan tindakan fotoagulasi dan
atau krioterapi.
2. Tumor ekstraokular
23
Klinis dengan protopsis :
Pada stadium lanjut ini gambaran kliniknya dapat sangat bervariasi pada
masing-masing penderita, oleh karenanya pengobatan berdasarkan
penilaian secara tersendiri kasus demi kasus. Pilihan pengobatan ialah
kemoterapi dan radioterapi dapat dipertimbangkan kemudian.
Pengamatan lanjut
Dilakukan dengan ketat secara periodik dengan jadwal pasca operasi tiap bulan
selama I tahun ; tahun ke II dan ke III tiap 3 bulan ; tahun ke IV dst tiap 6 bulan
sampai berumur 6 tahun selanjutnya tiap tahun.
1. Melihat ada tidaknya tumor residif pada soket mata yang di enukleasi /
eksenterasi atau tumor dini intraokular yang di terapi dengan fotokoagulasi
atau krioterapi;
24
2. Melihat ada tidaknya massa tumor baru di mata yang sehat;
3. Mencari ada tidaknya keganasan non ocular terutama tulang yang biasanya
pada kasus bilateral;
Komplikasi
1) Glaucoma
Kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler
(TIO), dimana dapat mengakibatkan pencekungan papil syaraf optik
25
sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan
2) Osteosarkoma
3) Kebutaan
4) Kematian
Adanya metastase ke :
Prognosis
26
BAB III
Kesimpulan
Mata sebagai salah satu organ tubuh tidak luput dari pengaruh kongenital,
inflamasi, tumor, trauma dan degenerative. Pengaruh tersebut dapat berupa
kelainan patalogi anatomi ringan sampai ke tingkat yang lebih parah. Penyakit
kongenital dapat bersifat fatal pada pasien.
Salah satu manifestasi penyakit kongenital adalah retinoblastoma.
Penyakit ini berupa kelainan pada sel glia di retina. Kelainan kongenital ini sering
terjadi pada anak-anak yang diturunkan secara genetik atau terjadinya mutasi gen.
Biasanya kelainan ini lambat diditeksi oleh orang tua pasien, karena anak-anak
sukar untuk mengeluh kelainan yang terjadi padanya.
Retinoblastoma dapat menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan
seperti:
1.Pertumbuhan endofilik: Terjadi saat menembus internal limiting membrane ke
arah korpus vitreous dan memiliki gambaran massa berwarna putih sampai krim.
2. Pertumbuhan eksofitik: Terjadi pada celah subretina.Berhubung dengan
akumulasi cairan subretinal dan terjadi sobekan pada retina.
3. Pertumbuhan infiltrasi difus: Jarang terjadi hanya 1.5% dari seluruh
retinoblastoma.
27
Retinoblastoma terdiri daripada tiga stadium yaitu:
- Stadium tenang : Pupil melebar. Di pupil tampak reflek kuning yang
disebut amourotic cats eye. Hal inilah yang menarik perhatian orang
tuanya untuk kemudian berobat
- Stadium glaukoma : Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan
tekanan intraokuler meninggi, glaucoma sekunder yang disertai dengan
rasa sakit yang sangat.
- Stadium esktra okuler : Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar,
menyebabkan eksoftalmus, kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar
dari rongga orbita, disertai nekrose diatasnya.
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
2. Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM, Ilmu Penyakit Mata , edisi ke-3, FKUI,
Jakarta, 2009
4. Guyton & Hall, buku ajar fisiologi kedokteran. EGC. Jakarta, 2005
Jakarta, 2005
7. Alex Melamud, M.D., Rakhee Palekar, M.D., dan Arun Sing, M.D.
EGC, 2000.
9. Wijaya Nana, dr. Ilmu Penyakit Mata, hal 59-69, cetakan ke-6, 1993.
29
10. American Academy of Ophtalmology, Pediatric Ophtalmology and
30