TINJAUAN PUSTAKA
A. Hiperemesis Gravidarum
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah bentuk berat dari mual dan muntah
persisten, yang tidak dapat dihentikan selama kehamilan, sehingga
mengganggu keadaan umum dan biasanya mencapai puncaknya antara
minggu kedelapan dan keduabelas. Dalam 1-10% kehamilan, hiperemesis
gravidarum bisa berlanjut hingga mingu ke 20-22 atau trimester II (Arisman,
2010; Varney, 2007; Wiknjosastro, 2014).
2. Epidemiologi
5
6
lebih dari 80% wanita hamil di Indonesia mengalami mual dan muntah saat
kehamilan. Dan yang berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum sekitar
15%.
3. Etiologi
a. Faktor Endokrin
Menurut Verberg et al dalam Widyasari (2015) HCG
merupakan faktor endoktrin yang paling mungkin menjadi
penyebab hiperemesis gravidarum. Kesimpulan ini didasarkan
pada hubungan antara peningkatan kadar HCG dan fakta bahwa
insiden hiperemesis gravidarum tertinggi adalah saat kadar HCG
mencapai puncaknya saat kehamilan (sekitar minggu ke-9) dan
dihubungkan dengan kondisi dimana kadar HCG meningkat seperti
pada kehamilan mola dan kehamilan ganda.
Jueckstock dalam Widyasari (2015) mengatakan HCG
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan pada saluran cerna
bagian atas dengan cara mempengaruhi transport ion yang diikuti
dengan perpindahan cairan secara pasif. Tidak semua wanita
dengan kadar HCG yang tinggi mengalami mual dan muntah.
Interaksi hormone-reseptor HCG pada kelompok wanita tertentu
dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, namun belum tentu
menyebabkan hiperemesis gravidarum kelompok wanita lainnya.
Hal ini mungkin disebabkan karena variasi aktivitas biologis dari
isoform HCG yang berbeda-beda serta perbedaan sensitivitas tiap
individu terhadap stimulus emetogenik.
7
b. Faktor Alergi
c.Faktor Infeksi
Verberg et al dalam Widyasari (2015) mengatakan, sebuah
penelitian menggunakan biopsi mukosa telah dilakukan pada
pasien hiperemesis gravidarum. Pada studi ini didapatkan hasil
bahwa pada pasien hiperemesis gravidarum 95% positif terdapat
H. pylori sedangkan pada kelompok kontrol 50%. Penelitian ini
juga menemukan densitas H. pylori yang tinggi pada antrum dan
corpus gaster pasien hiperemesis gravidarum. Densitas ini dapat
dikaitkan dengan keparahan gejala yang dialami oleh pasien dan
menjadi penjelasan perbedaan antara morning sickness biasa
dengan hiperemesis gravidarum. Infeksi H. pylori pada wanita
hamil dapat disebabkan oleh perubahan pH lambung atau
perubahan sistem imun karena kehamilan. Perubahan pH lambung
disebabkan karena peningkatan akumulasi cairan di lambung oleh
karena peningkatan hormone steroid pada wanita hamil. Perubahan
sistem imun humoral selama kehamilan dapat menyebabkan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi H. pylori.
d. Faktor Psikologi
e. Faktor Gravida
8
f. Faktor Usia
Selanjutnya yang juga mempengaruhi kejadian hiperemesis
gravidarum yaitu usia, dimana usia yang termasuk dalam
kehamilan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas
35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk
hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna sehingga
dapat menimbulkan mual dan muntah. Mual dan muntah terjadi
pada usia dibawah 20 tahun disebabkan karena belum cukupnya
kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu sehingga
dapat menimbulkan keraguan jasmani, cinta kasih, dan perawatan
serta asuhan bagi anak yang akan dilahirkannya. Sedangkan mual
dan muntah yang terjadi diatas umur 35 tahun disebabkan oleh
faktor psikologis, dimana ibu belum siap hamil atau bahkan tidak
menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa
sedemikian tertekan dan menimbulkan stress pada ibu (Manuaba,
2010; Putri, 2011).
4. Patofisiologi
a. Fisiologi Muntah
Mual merupakan perasaan tidak nyaman subjektif di balik
kerongkongan yang merupakan sinyal terhadap muntah. Sementara
muntah merupakan eliminasi paksa isi perut melalui mulut yang
9
b. Patofisiologi Gejala
Menurut Ogunyemi (2007) hiperemesis gravidarum dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih.
Pada pasien ini terdapat penurunan kadar kalium dalam darah.
Selain itu dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa,
berupa alkalosis metabolik akibat hilangnya asam karena muntah-
muntah berlebihan ataupun asidosis metabolik akibat peningkatan
asam (ketosis). Selain itu juga terjadi dehidrasi yang menyebabkan:
c. Patofisiologi Gestosis
Menurut Manuaba (2010), hiperemesis gravidarum diawali
dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis
menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun
untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu,
dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik
yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang
berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi.
2) Ginjal
a) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme
tertimbun, seperti:
(1) Asam laktat
(2) Benda keton
b) Terjadi perdarahan diuresis sehingga sisa metabolisme
tertimbun, seperti:
(1) Diuresis berkurang bahkan dapat anuria.
(2) Mungkin terjadi albuminuria.
c) Sistem Saraf Pusat
(1) Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya
perdarahan ventrikel.
12
6. Manifestasi Klinis
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering
dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialisme (salivasi
yang berlebihan). Tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural
takikardi, Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan,
yaitu (Prawirohardjo, 2010):
a. Tingkat I (Ringan)
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu,
dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali
permenit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan
lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih
normal.
b. Tingkat II (Sedang)
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-
140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg,
13
7. Penegakan Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang
terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang (Goldberg D, 2007) :
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
14
c. Pemeriksaan Penunjang
8. Komplikasi
Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Encephalopathy Wernicke.
Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot
ekstrinsik bola mata (oftamoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia),
dan bingung. Penyulit lainnya yang mungkin timbul adalah ruptur esofagus,
robekan Mallory Weiss pada esofagus, pneumotoraks dan neuropati perifer.
Pada janin dapat ditemukan kematian janin, pertumbuhan janin terhambat,
preterm, berat badan lahir rendah, kelainan kongenital (Ogunyemi, 2012;
15
Sheehan, 2007).
9. Prognosis
Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini,
diukur dalam satuan waktu, dipandang dari segi kronologik invididu normal, yang
memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik (Notoatmodjo,
2012).
Menurut Manuaba (2010), Ridwan dan Wahidudin (2007), Razak (2010)
pembagian usia reproduksi wanita ialah:
C. Gravida
Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan ibu hamil sangat
mempengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil
harus mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 2010).
16
1. Primigravida
Adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya atau kehamilan
yang pertama.
2. Multigravida
Adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali dimana kehamilan
tersebut tidak lebih dari 5 kali atau kehamilan selanjutnya.
3. Grande multigravida
Adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali.
Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-
organ reproduksi belum sempurna, kehamilan di usia kurang 20 tahun dapat
menyebabkan hiperemesis karena pada kehamilan di usia kurang 20 secara
biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang. Hal
17
ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu
kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung
yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada
pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf
spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Mengakibatkan
kurangnya pemenuhan zat-zat gizi selama kehamilannya (Manuaba, 2010; Ridwan
dan Wahidudin, 2007).
E. Penelitian Terkait
F. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan kepustakaan di atas, berikut ini disajikan kerangka
teori dari penelitian:
Faktor Infeksi
Faktor Hormonal
Faktor Metabolik
Faktor Alergi
Hiperemesis
Gravidarum
Faktor Psikosomatik
Faktor Gravida
Faktor Usia
Keterangan:
: Tidak Diteliti
: Diteliti