Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk menentukan aktivitas lipase
pada serum. Serum yang digunakan pada praktikum merupakan serum ayam. Reagen yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya adalah emulsi gum acasia serta minyak olive. Reagen emulsi gum acasia berfungsi agar asam lemak yang terdapat dalam minyak olive dapat di hidrolisis oleh enzim lipase yang dihasilkan dalam serum darah. Goff (2000) menjelaskan bahwa gum acasia banyak digunakan sebagai penstabil atau stabilizer pada pembuatan es krim karena yang berasal dari polisakarida pada tumbuhan. Salah satu fungsi dari gum acacia sendiri adalah untuk mencegah penyebaran atau distribusi yang tidak merata dari lemak solid yang lain serta meningkatkan efektivitas hidrolisis lemak secara menyeluruh (Marshal and Arbuckle, 1996). Minyak olive digunakan sebagai sumber lemak karena didalam minyak olive terkandung berbagai macam asam lemak berantai panjang yang diantaranya adalah asam lemak oleat, asam lemak linoleat, asam lemak palmitrat, dan asam lemak stearat. Dalam kehidupan sehari hari, minyak olive biasa digunakan sebagai bahan utama saat diet karena terdapat High Density Lipoprotein (HDL) yang tinggi yang terkandung di dalam minyak olive (Estruch et al., 2006). Minyak zaitun juga dapat berfungsi sebagai sumber flavonoid yang baik (selain madu) untuk mencegah plak aterosklerosis yang merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular (Fito et al., 2007). Praktikum kali ini menggunakan 2 tabung yang masing masing diisi dengan 3 ml aquades dan 1 ml serum. Salah satu dari tabung tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit dan dijadikan sebagai kontrol. Pemanasan tabung tersebut bertujuan agar enzim yang terkandung dalam lipase serum menjadi inaktif dan mengalami denaturasi. Terjadinya denaturasi pada enzim berakibat pada perubahan warna larutan menjadi hitam. Poedjiadi (1994) cit Murni dkk. (2011) menjelaskan bahwa, salah satu faktor rusaknya enzim atau terdenaturasinya enzim adalah suhu dan pH. Menurut Christakopoulos (1992) cit Murni dkk. (2011), lipase yang dihasilkan oleh Calvatia gigantean dapat mencapai aktivitas tertingginya pada suhu 30C dan pH 7. Sedangkan menurut penelitian Sharon dkk. (1998), lipase dari Pseudomonas aeroginusa memiliki aktivitas maksimum pada pH 8,5 dan suhu 30C. Tabung lainnya yang dijadikan sampel kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan buffer dan 2 ml minyak olive, digojog, kemudian di inkubasikan pada suhu 37C selama 24 jam. Penambahan minyak olive menyebabkan warna larutan menjadi coklat pada permukaan dan merah pada begian dalam larutan. Inkubasi yang dilakukan selama 24 jam bertujuan agar lemak dapat terhidrolisis secara sempurna serta emulsi gum acasia yang berfungsi mencegah penyebaran atau distribusi yang tidak merata dari lemak solid (Marshal and Arbuckle, 1996) dapat terjadi secara sempurna. Penggunaan suhu 34C dikarenakan suhu kisaran tersebut (30C - 35C) merupakan suhu optimum pada lipase untuk bekerja (Sharon dkk., 1998). Warna yang dihasilkan pada sampel setelah di inkubasi adalah coklat keruh. Penambahan larutan buffer berupa Na 2HPO4 bertujuan agar menetralkan larutan dengan kondisi asam karena hidrolisis lemak akan menghasilkan asam lemak dan monogliserol (Stryer, 1996) serta bertujuan agar lipase dapat bekerja secara optimum pada pH 7 8,5 (Murni dkk., 2011). Larutan selanjutnya diberi 3 ml alkohol 95% dan indikator PP. Penambahan Alkohol 95% dikarenakan lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam alkohol (Murray, 2003). Lemak yang telah larut kemudian dapat di titrasi dengan NaOH sehingga menghasilkan warna merah muda. Akan tetapi, warna yang dihasilkan setelah titrasi bukanlah merah muda, melainkan warna coklat muda. Hal tersebut dikarenakan serum yang digunakan pada praktikum kali ini sudah terlalu lama disimpan. Hasil percobaan didapat bahwa unit aktivitas lipase pada serum adalah sebesar 0,021 unit lipase/ml serum/menit atau terdapat sebanyak 30 unit/ml. Menurut Kompiang dkk. (2007), unit aktivitas lipase adalah sebesar 2,62 3,12 unit/ml pada sistem pencernaan ayam petelur. Perbedaan hasil yang kami peroleh dengan literatur disebabkan karena perbedaan perlakuan yang diberikan pada ayam, perbedaan kondisi pada ayam sebelum dilakukan uji, dan perbedaan jenis ayam yang diuji. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya menurut Poedjiadi (1994) cit Murni dkk. (2011), adalah suhu dan pH, konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat, dan pengaruh inhibitor pada enzim. Konsentrasi enzim dapat menaikan kerja enzim sedangkan pada konsentrasi enzim yang tetap dan konsentrasi substrat diperbesar, pada waktu tertentu tidak dapat menaikan kecepatan reaksi pada enzim. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya kontak yang dapat membentuk kompleks enzim-substrat. Suhu juga berpengaruh pada enzim karena pada dasarnya enzim merupakan suatu protein. Inhibitor berpengaruh pada enzim karena dapat mengurangi peluang terbentuknya kompleks enzim-substrat dan menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi pada enzim.