ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Riwayat.
Pemeriksaan neurologi : mental status, LOC, fungsi saraf cranial, serebral, refleks, motor /
sensorik.
Pasien kritis fokus pada pemeriksaan pupil, nerves kranial khusus, vital sign, ICP, GCS.
3.3 Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya refleks pelindung (batuk,
muntah)
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas yang paten
Intervensi :
Suctioning sekret hati-hati meningkatkan ICP
Hiperoksigenasi sebelum suctioning
Kurangi batuk
Kaji suara paru tiap 8 jam kongesti
Elevasi tempat tidur bagian kepala
2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neurologis (kompresi batang otak,
perpindahan struktural)
Tujuan : Mencapai pola nafas adekuat
Intervensi :
Monitor irama napas Cheyene-Stokes (tekanan pada struktur nidline), Hyperventilasi
(tekanan pada otak tengah), ireguler / henti (tekanan batang otak)
Monitor PaCO2 pertahankan level 35-45 mmHg
3. Perfusi jaringan otak tidak efektif berhubungan dengan efek dari Peningkatan Tekanan
Intrakranial (PTIK)
Tujuan : Optimalisasi perfusi jaringan otak
Intervensi :
Proper Positioning :
- Posisi netral kepala (midline) bila perlu pakai servical collar
- Elevasi kepala 0 60 derajat atau sesuai advis
- Hindari rotasi ekstrem atau fleksi leher
Hindari fleksi ekstreme hip meningkatkan tekanan intraabdomen dan thoraks.
Meminimalkan perubahan posisi pasien :
- memutar tempat tidur, mengatur linen, memegang kepala pasien saat merubah posisi
- meminimalkan stimuli yg meningkatkan ICP.
Hindari valsalva maneuver stool softener high fiber diet, hidari enema cathartic. Saat
pindah posisi, instruksikan pasien membuka glotis.
Oksigen 100 % sebelum suction
Suction tidak boleh lebih dari 15 detik
Hindari PEEP (Post End Ekspiratory Pressure)
Monitor ICP saat intervensi tidak boleh lebih dari 25 mmHg, harus kembali ke baseline setelah 5
menit.
Pasien mungkin perlu sedasi atau agen paralitik sebelum intervensi.
Hindari stress emosi atau gangguan saat tidur lingkungan yang tenang.
5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan sistem pemantauan Tekanan Intrakranial (serat
optik atau kateter intraventrikuler)
Tujuan : Mencegah Infeksi
Intervensi :
Tenik aseptik saat mengganti kantung drainase, memasang kateter IV / urine.
Cek tidak boleh kateter leakage atau terlepas.
Observasi drainase CSF laporkan adanya kekeruhan atau adanya darah.
Monitor tanda demam, menggigil, kaku kuduk, sakit kepala yang meningkat.
Masalah Kolaboratif
Potensial komplikasi Brain Stem Herniation
Potensial komplikasi Diabetes insipidus
Potensial komplikasi SIADH
2.1 Pengertian
Peningkatan tekanan intracranial atau hipertensi intracranial adalah suatu keadaan
terjadinya peningkatan tekanan intracranial sebesar >15 mmHg atau >250 mmH 2O. Peningkatan
tekanan intracranial merupakan komplikasi yang serius yang biasanya terjadi pada trauma
kepala, perdarahan subarahnoid, hidrosefalue, SOL, infeksi intracranial, hipoksia, iskemi pada
otak yang dapat menyebabkan herniasi sehingga bisa terjadi henti nafas dan jantung (Hudak &
Gallo, 1998).
Tekanan intrakranial adalah tekanan yang diakibatkan cairan cerebrospinal dalam
ventrikel otak. Secara umum istilah (PTIK) adalah fenomena dinamik yang berfluktuasi sebagai
respon dari berbagai faktor penyebab. Dalam keadaan normal PTIK harus kurang dari 10 mmHg,
bila diukur dengan alat pengukur yang dipasang setinggi foramen Monro dalam posisi
bwebaring. Beberapa pakar menganggap nilai normal antara 0 10 mmHg. Meninggikan letak
kepala atau berdiri akan menurunkan PTIK, sedangkan batuk, bersin, atau mengeden (manuver
Vaisava) akan meningkatkan PTIK. Istilah PTIK jangan dianggap sebagai peninggian
menyeluruh di dalam kranial. Karena tekanan sebenarnya berbeda-beda didalam otak. Sebagai
contoh, tekanan pada jaringan otak yang berdekatan dengan suatu tumor mungkin dapat
meningkat, tetapi tekanan di dalam ventrikel beluym tentu. PTIK juga tidak selalu dapat
disamakan dengan adanya meninggian tekanan dispinal saat melakukan punksi lumbal. Berarti
dikenal adanya istilah PTIK Regional (PTIK pada suatu daerah tertentu di otak).
Peningkatan Tekanan Intrakranial / Intra Cranial Pressure (ICP) merupakan
keseimbangan volume dari Jaringan Otak (1400 g) + Darah (75 mL) + CSF (75 mL). Karena
keterbatasan ekspansi tulang tengkorak, peningkatan ketiga komponen di atas akan
meningkatkan tekanan intrakranial. Tekanan intratorak (batuk, bersin, mengejan), postur, tekanan
darah, oksigen sistemik, level karbondioksida meningkatkan ICP. Tekanan intrakranial normal
berkisar dari 0 - 15 mmHg; tekanan intrakranial diatas 15 mmHg dianggap meninggi.
2.2 Etiologi
Penyebab yang paling sering dari Peningkatan Tekanan Intrakranial, yaitu trauma
kepala, tumor otak, perdarahan subarachnoid, encephalopaties toxic dan viral.
Peningkatan TIK paling sering berhubungan dengan lesi otak yang meluas (seperti
perdarahan), obstruksi pada aliran CSF (seperti pada tumor) dan formasi CSF meningkat (seperti
hidrocepalus) dan swelling dan edema otak.
Tanda awal dari Peningkatan Tekanan Intrakranial yaitu Perubahan Tingkat Kesadaran /
Level Of Consciousness (LOC). Berikutnya respiasi abnormal, dan respon-respon vasomotor.
Perubahan tiba2 kondisi restlessness (tanpa penyebab yang jelas), bingung, ngantuk bisa
karena komprsi otak akibat edema otak, perluasan lesi intrakranial, atau kombinasi keduanya.ICP
meningkat stupor. Pasien menjadi komatose, responmotor abnormal :
- Decortication (abnormal flexi ekstremitas atas dan ekstensi ekstremitas bawah).
- Decerebration (ekstensi ekstrem ekstremitas atas dan bawah) flasiditas.Koma dalam pupil
dilatasi, tidak ada refleks, respirasi terganggu / absen kematian.
2. Disfungsi pupil
Akibat peninggian TIK supratentorial atau oedema otak, perubahan ukuran pupil
terjadi.Tidak saja ukuran pupil yang berubah, tetapi dapat juga bentuk dan reaksi terhadap
cahaya.
Pada tahap awal ukuran pupil menjadi berdiameter 3,5 mm atau disebut sebagai ukuran
tengah. Lalu makin melebar (dilatasi) secara bertahap. Bentuknya dapat berubah menjadi
melonjong dan reaksi tyerhadap cahaya menjadi lamban. Perlambatan reaksi cahaya dan tau
perubahan melonjong, merupakan gejala awal dari penekanan pada saraf okulomotor. Karena
sumber PTIK cenderung berdampak sesuai kompartemen pada tahap awal, disfungsi pupil masih
ipsilateral (pada sisi yang yang sama terhadap penyebabnya). Pada tahap lanjut PTIK, pupil
ipsilateral berdilatasi bilateral dan non reaktif terhadap cahaya. Pupil menjadi berdilatasi bilateral
dan non reaktif pada fase terminal, karena PTIK menyebabkan proses herniasi.
Tanda pupil kompresi nerves okulomotor (N. III) oleh herniasi. Lesi sebelah /
ipsilateral.Bila tekanan terus meningkat kedua hemisfere terganggu dilatasi pupil bilateral.
3. Abnormalitas visual
Devisit visual dap[at terjadi sejak gejala masih awal. Gangguan tersebut dapat berupa
Ketajaman visus, Kabur dan Diplopia. Menurutnya ketajamanpenglihatan danpenglihatan kabur
adalah keluhan yang sering terjadi, karena diperkirakanakibat penekanan saraf-saraf nervus
optikus (N. 11) melintasi hemisfer cerebri. Diplopia berkaitan dengan kelumpuhan dari satu atau
lerbih saraf-saraf penggerak bola mata ekstra-okuler(N. III, IV, VI) Sehingga pasien melihat
dobel pada posisi tertentu.Gejala-gejala visual semakin menonjol seiring semakin meningkatnya
TIK.
Gangguan Diplopia / Blurring / penurunan ketajaman biasannya terjadi pada pasien
dengan peningkatan ICP. Diplopia biasa karena paralisis otot yang mengatur gerakan mata.
5. Nyeri kepala
Pada tahap paling awal PTIK, beberapa penderita mengeluh nyeri kepala ringan atau
samar-samar.Secara umum, nyeri kepala sebenarnya tidak terlalu sering terjkadi seperti
diperkirakan banyak orang.
Nyeri kepala terjadi akibat pereganggan struktur intrakranial yang peka nyeri
(duramater, pembuluh darah besar basis kranji, sinus nervus dan bridging veins).Nyeri
terjadiakibat penekanan langsung akibat pelebaran pebuluh darah saat kompensasi.Nyeri kepala I
pada kelainan ini sering dilaporkan sebagi nyeri yang bertambah hebat saat bangkit dari tidur di
pagi hari. Hal ini dikarenakan secara normal terjadipeningkatan aktivitas metabolisme yang
paling tinggi saat pagi hari, dimana pada saat tidurmenjelangbangun pagi fase REM
mengaktifkan metabolisme dan produksi CO2. Dengan peningkatan kadar CO2 terjadilah
vasodilatasi.
Sakit Kepala karena kongesti vena dan tegangan pada pembuluh
intrakranial.Biasanya meningkat dengan adanya batuk, defekasi, membungkuk.Sering sakit
kepala mendadak pada pagi hari sampai membangunkan penderita.
6. Muntah
Muntah Projectile vomiting akibat peningkatan ICP.Muntah akibat PTIK tidak selalu
sering dijumpai pada orang dewasa.Muntahdisebabkan adanya kelainan di infratentorial atau
akibat penekanan langsungpada pusat muntah.Kita belum mengerti secara lengkap bagaimana
mekanismerefleks muntah terjadi. Muntah dapat didahului oleh mual / dispepsia atau
tidak.Seandainya didahului oleh perasaan mual / dispepesia, berarti terjadi aktivasi saraf-saraf ke
otot. Bantu pernafasan akibat kontraksi mendadak otot-otot abdomen dan thoraks.
11. Papiledema
Tergantung keadaan yang ada, pail oedema dapat terjadi akibat PTIK, ataumemang
sudah ada sejak awal. Papiloedema akibat PTIK tak akan terjadi seandainya belum menjadi
tingkat yang sangat tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa tak adanya papiloedema tak beraarti tak
ada PTIK.Pada beberapa orang dapat ada jika PTIK terjadi secara bertahap.Papiledema
perbesaran blindspot ketajaman penglihatan turun.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari Peningkatan Tekanan Intrakranial, yaitu :
- Herniasi batang otak ireversible anoxia otak.
- Diabetes Insipidus akibat penurunan sekresi ADH kelebihan urine, penurunan osmolaritas
urine, serum hiperosmolaritas dengan terapi : cairan, elektrolit, vasopresin.
- Sindrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) peningkatan sekresi ADH
kebalikan Diabetes insipidus terapi : batasi cairan, 3 % hipertonic saline solution hati-hati
central pontine myelolysis tetraplegia dengan defisit nerves cranial. Terapi lain SIADH
lithium carbonate / demeclocycline blok aksi ADH.
penyakit jantung
yang mendasari.
Tipe dari pola
rnapasan merupakan
adanya peningkatan
TIK/daerah serebral
yang terkena.
Peningkatan aliran
akan menurunkan
TIK
Terjadinya asidosis
dapat menghambat
masuknya oksigen
memperburuk
iskemia serebral.
Dapat menurunkan
permeabilitas kapiler
untuk membatasi
pembentukan edema
terjadinya
fenomena rebound
ketika menggunakan
manitol.
2. Post-op pasien mengatakan Kaji tingkat nyeri yang Membantu dalam
analgetik. nyeri.