Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN VARIASI SUHU PEMADATAN PADA BETON ASPAL

MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55

Syarwan
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe
E-mail: Syarwanst@yahoo.com

Abstract
The compaction temperature greatly affects the characteristics of hot mix asphalt. But in the execution, the
required temperature is often not achieved, because the transport of AMP to a remote work site, the queue
during the execution and weather cause the temperature decreases. The decreasing temperature causes the
bond between grains in hot mix asphalt, so that its density is not achieved. From the problem above, the study
concerns about the influence of temperature is required. The purpose of this study is to determine the effect of
compaction of Marshal Parameter, so that the proper compaction to produce a good quality of hot mix asphalt
using asphalts Retona Blend 55 on Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) is known. The compaction was
done from variations of 70oC, 90oC, 110oC, 130oC and 150oC. The Optimum Bitumen Content (OBC) was
obtained 5.30% and used for the various compaction temperatures. The results showed that the compaction
temperature greatly affected the parameter of Marshal hot mix asphalt AC-BC. The compaction temperature that
was still eligible for hot mix asphalt AC-BC was at 130oC-150oC, whereas for the temperature below 130oC, it
was no longer eligible. The highest stability was achieved at 150oC of the compaction temperature with the 160oC
of mixing temperature.

Keyword: Asphalt Retona Blend 55, hot mix asphalt AC-BC, Compaction Temperature, Marshall Parameter

PENDAHULUAN
Lapisan beton aspal merupakan salah satu jenis lapisan perkerasan yang digunakan
untuk pembangunan jalan menggunakan perkerasan lentur. Lapisan perkerasan ini terdiri dari
campuran agregat dan aspal yang dicampur pada Asphalt Mixing Plant (AMP) pada suhu
tertentu, kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan untuk dihamparkan dan dipadatkan pada
suhu tertentu. Suhu sangat mempengaruhi nilai parameter Marshall yang dihasilkan. Suhu
pencampuran yang sangat tinggi menyebabkan aspal kehilangan sifat viskositasnya dan bila
suhu pencampuran terlalu rendah menyebabkan aspal tidak seluruhnya menyelimuti material
dan mengisi rongga antar meterial. Suhu pemadatan yang lebih tinggi dari persyaratan
menyebabkan terjadinya bleeding pada saat pemadatan dan suhu pemadatan yang rendah
menyebabkan campuran beton aspal sulit untuk dipadatkan karena viskositas tinggi sehingga
tidak tercapai kepadatan yang diinginkan. Persyaratan beton aspal tercapai bila pelaksanaan
di lapangan, suhu pencampuran dan suhu pemadatan dikerjakan sesuai dengan persyaratan.
Kejadian di lapangan sering tidak tercapai suhu yang diinginkan, terutama suhu
pemadatan. Ini disebabkan oleh jauhnya lokasi pekerjaan dari tempat AMP, proses
pengangkutan campuran aspal beton yang tidak menggunakan terpal penutup, proses antrian
untuk menuangkan ke dalam Finisher di lokasi pekerjaan, dan pengaruh cuaca yang
menyebabkan terjadinya penurunan suhu campuran beton aspal. Penurunan suhu ini
menyebabkan berkurang ikatan antar butir pada campuran beton aspal di saat pemadatan,
sehingga tidak tercapai kepadatannya. Akibat dari suhu pemadatan yang tidak sesuai, lapisan
beton aspal cepat mengalami kerusakan berupa keretakan dan bergelombang sebelum umur
rencana tercapai.
Dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu, maka diperlukan
suatu kajian mengenai pengaruh suhu pemadatan terhadap karakteristik beton aspal,

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1


terutama penggunaan aspal Retona Blend 55 yang masih sedikit dalam pelaksanaan jalan di
Indonesia.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Bahan campuran beraspal panas


Agregat Kasar mempunyai fungsi dalam campuran panas aspal adalah selain
memberikan stabilitas dalam campuran juga sebagai pengisi mortar sehingga campuran
menjadi ekonomis. Persyaratan teknis agregat kasar untuk bahan campuran beraspal
diberikan dalam Tabel. 1. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu)
atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan no. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan
no.200 (75 micron), agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak
mengandung lempung atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki (Departemen Pekerjaan
Umum, 2008).

Tabel 1. Ketentuan Agregat Kasar


Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 03-3407-1994 Maks. 12 %
Abrasi
natriumdengan Mesin Lossulfat.
dan magnesium Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40%
Kelekatan agregat terhadap Aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95%
Kepipihan ASTM D-4791 Maks. 10%
Partikel Lonjong ASTM D-4791 Maks. 10%
Berat Jenis SNI03-1969-1991 Min 2,5
Penyerapan Terhadap Air SNI03-1969-1991 Maks. 3%
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008)

Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal
dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan
pori-pori yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai pelumas pada saat
penghamparan di lapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan.
Aspal Retona Blend 55 merupakan produksi PT. Olah Bumi Mandiri. Aspal retona
blend 55 adalah aspal yang telah dimodifikasi/hasil dari campuran antara aspal minyak pen 60
atau pen 80 dengan asbuton hasil olahan semi ekstraksi (refinery buton asphalt). Kegunaan
campuran beraspal panas yang menggunakan Retona Blend 55 lebih diutamakan untuk
melapisi ruas jalan dengan temperatur perkerasan beraspal yang tinggi untuk melayani lalu
lintas berat dan padat yaitu beban lalu lintas rencana > 10.000.000 ESA atau LHR > 2000
kendaraan per hari dengan jumlah kendaraan truk lebih dari 15 % (Dept. Pekerjaan Umum,
2008). Karakteristik aspal Retona Blend 55 ditampilkan pada Tabel 2.

Suhu Pencampuran dan Pemadatan Beton Aspal


Menurut Sukirman (2003), suhu pencampuran beton aspal adalah antara 140 OC
sampai dengan 160OC. Menurut Bina Marga (1989), pada saat keluar dari instalasi
pencampuran, campuran aspal beton harus mempunyai suhu 135 OC sampai dengan 170OC.
Menurut Bina Marga (1989), suhu pemadatan bekisar antara 90 OC sampai dengan
110OC. Temperatur pencampuran adalah pada temperatur viscositas 170+20 cSt, sedangkan
temperatur pemadatan pada temperature viscositas 280+30 cSt (Sukirman, 2008). Untuk
penggunaan aspal Retona Blend 55 pada beton aspal, persyaratan suhu pencampuran dan
suhu pemadatan terlihat pada Tabel 3.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 2


Tabel 2. Karakteristik Retona Blend 55 dan Persyaratan Aspal yang Dimodifikasi dengan
Asbuton.

Karakteristik
No Jenis Pengujian Metode Syarat
Retona
1. Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 SNI 06-2456-1991 40-50 40-55
detik;0,1 mill
2. Titik Lembek; C, SNI 06-2434-1991 55-56 Min. 55
3. Titik Nyala; C, SNI 06-2433-1991 270-330 Min.225
4. Daktalitas, 25 C; cm SNI 06-2432-1991 50-100 Min.50
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 1.05-1,13 Min.1,0
6. Kelarutan dalam Triclilor RSNI M-04-2004 90-93 Min. 90
Ethylen; %berat
7. Penurunan Berat (dengan SNI 06-2440-1991 0,01-2 Max. 2
TOFT);% berat
8. Penetrasi setelah penurunan SNI 06-2456-1991 Min. 55 Min. 55
berat;% asli
9. Daktilitas setelah TFOT, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 Min. 50
10. Mineral Lolos saringan No. SNI 03-1968-1990 Min. 90 Min. 90
100, %*
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008)

Tabel 3. Temperatur Campuran Panas dengan Retona Blend 55


Temeratur
No Kegiatan
( OC )
1. Pencampuran benda uji Marshall 160
2. Pemadatan benda uji Marshall 150
3. Pencampuran maks. di AMP 170 180
4. Menuangkan campuran beraspal dari alat pencampur ke
160 165
alat pengangkut
5. Pemasokan ke alat penghampar 150 160
6. Pemadatan awal ( roda baja) 130 150
7. Pemadatan utama (roda karet) 95 130
8. Pemadatan akhir (roda baja) 70 95
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008)

Metode Marshall Pada Pengujian Campuran Beraspal


Parameter Marshall campuran beton aspal dapat diperiksa dengan menggunakan
alat Marshall. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan: stabilitas, kelelahan plastis
(flow), berat volume (density), persen rongga dalam campuran (VIM), persen rongga terisi
aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat (VMA) , Marshall Quotient (MQ). Parameter
dan spesifikasi Marshall untuk lalu lintas berat dengan menggunaan aspal Retona Blend 55
diperlihatkan pada Tabel 4.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 3


Tabel 4 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston Modifikasi (AC- Asb.Modified)
LASTON
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
WC BC Base
Penyerapan Aspal (%) Maks 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rongga dalam campuran (%) Min 3,5
Maks 5,5
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min 1000 1800
Maks - -
Pelelehan (mm) Min 3 5
Maks - -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 300 350
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah Min
perendaman selama 24 jam, 60 o C 75

Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan Min


membal (refusal) 2,5
Stabilitas dinamis, Lintasan/mm Min 2500
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008)

Durabilitas
Menurut Sukirman (2003) durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima
repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air
atau perubahan temperatur. Rasio antara stabilitas benda uji yang direndam 24 jam pada
suhu 60oC, dengan stabilitas benda uji yang direndam selama 30 menit pada suhu yang sama
disebut stabilitas sisa (retained stability). Benda uji campuran beraspal dikategorikan awet
(durable), bila nilai stabilitas sisa 75 %.

METODE PENELITIAN
Metode pengujian mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen
Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada dalam kedua prosedur tersebut.

Pengujian material agregat


Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan adalah dari jenis batu kali yang
dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal dari Seulimum
Kabupaten Aceh Besar dan diproduksi oleh PT. Perapen Prima Mandiri. Sedangkan filler
berupa abu batu dari lokasi yang sama.

Pengujian material aspal


Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Retona Blend 55 yang diproduksi
oleh PT. Olah Bumi Mandiri. Dipilihnya Retona Blend 55 karena pertimbangan deposit yang
sangat besar di Indonesia dan mampu meningkatkan kestabilan, ketahanan fatigue dan
keretakan akibat temperatur.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 4


Pemilihan Gradasi agregat
Kurva gradasi yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam titik kontrol gradasi
Beton Aspal Lapis Aus (AC-BC), seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rancangan Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos
Gradasi Uji
ASTM (mm) Spesifikasi
Rencana
1 25 100 100
3/4 19 90 - 100 95
1/2 12,5 Maks. 90 70
3/8 9,5 60
No.4 4,75 23 - 49 40
No.8 2,36 30
No.16 1,18 20
No.30 0,6 16
No.50 0,3 13
No.200 0,075 4-8 6
PAN 0 0 0

Perencanaan Campuran dengan Metode Marshall


Banyaknya benda uji untuk mengetahui sifat-sifat campuran dan penentuan kadar
aspal masing-masing campuran dapat dilihat pada Tabel 6. Total keseluruhan benda uji
adalah 45 Benda Uji.

Tabel 6. Jumlah Benda Uji untuk Metode Marshall


No. Kadar Aspal Jumlah
1. 4,5 % 3 Buah
2. 5,0 % 3 Buah
3. 5,5 % 3 Buah
4. 6,0 % 3 Buah
5. 6,5 % 3 Buah
Total 15 Buah

Setelah didapat kadar aspal optimum (KAO), maka dibuat benda uji dengan persen
aspal KAO untuk variasi suhu pemadatan. Benda uji pada variasi suhu ini dibuat untuk
pengujian dengan rendaman pada suhu 60oC selama 30 menit dan rendaman 60oC selama
24 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit dan 24 jam
Suhu Lama Rendaman
No
Pencampuran Pemadatan 30 Menit 24 Jam
70oC 3 buah 3 buah
90 C
o 3 buah 3 buah
1 160oC 110oC 3 buah 3 buah
130 C
o 3 buah 3 buah
150oC 3 buah 3 buah
Jumlah 15 buah 15 buah
JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat


Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat atau karakteristik agregat kasar
memperlihatkan bahwa agregat tersebut hampir semua dapat digunakan dan menunjukkan
bahwa agregat yang diuji memenuhi persyaratan agregat berdasarkan spesifikasi
Departemen Pekerjaan Umum 2008. Hasil pemeriksaan sifat fisis agregat disajikan pada
Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Agregat


No Sifat-sifat Fisis yang Satuan Hasil Syarat
1. Diperiksa
Berat jenis ; gr/cm3 2.765 Min. 2.5
2. Penyerapan; % 0,764 Min. 3
3. Berat isi; Kg/dm3 1.564 Min.1
4. Kekerasan ; % 8.57 Mak.30
5. Keausan; % 22.79 Mak. 40
6. Indeks Kepipihan; % 18,04 Mak.10
7. Indeks Kelonjongan; % 12,40 Mak. 10
Kelekatan Agregat Terhadap
8. % 97 Min. 95
Aspal

Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal


Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal Retona Blend 55 memperlihatkan
bahwa aspal tersebut dapat digunakan karena memenuhi persyaratan spesifikasi Departemen
Pekerjaan Umum 2008 (Tabel 9.).

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Aspal Retona Blend 55


No Sifat-sifat Fisis Satuan Hasil Syarat
yang Diperiksa
1. Berat jenis; gr/cm3 1.1 >1
2. Penetrasi; (0.1 mm) 42 Min. 40
3. Daktilitas; cm 79 Min. 50
4. Titik lembek 0C 56,5 Min. 55

Hasil pengujian Marshall dengan variasi kadar aspal


Dari hasil pengujian Marshall diperoleh parameter marshal. Rekapitulasi hasil
pengujian Marshall untuk variasi kadar aspal Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Variasi Kadar Aspal
No Karakteristik Kadar Aspal( % ) Spesifikasi
Campuran 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Dept. PU
1. Stabilitas (kg) 939,88 1051,4 1043,63 856,85 669,10 >1000
2. Flow Plastis (mm) 4,0 0
3,3 3,4 3,8 5,8 36
3. MQ (Kg) 235,03 316,25 307,24 228,10 116,23 >300
4. Density (gr/cm3) 2,44 2,43 2,42 2,43 2,45 >2
5. VIM (%) 5,67 5,38 5,02 4,21 2,60 3,5 5,5
6. VMA (%) 15,66 16,44 17,14 17,45 17,09 > 15
7. VFB (%) 63,80 67,27 70,81 75,92 84,91 > 65

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 6


Hasil pengujian Marshall untuk untuk variasi suhu pencampuran dan suhu pemadatan
pada KAO
Hasil pengujian dan perhitungan parameter Marshall beton aspal AC-BC untuk variasi
suhu pemadatan pada suhu pencampuran 160oC, rekapitulasi disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall untuk Variasi Suhu Pemadatan Pada Suhu Pencampuran
160oC
No Karakteristik Suhu Pemadatan ( o C ) Spesifikasi
Campuran 150 130 110 90 70 Dept. PU
1. Stabilitas (kg) 1089, 1023, 887,93 502,9 353,53 >1000
2. Flow Plastis 76
3,3 07
3,4 4,2 2
4,7 5,8 36
3. (mm)
MQ (Kg) 330,7 301,1 212,07 108,3 61,31 >300
4. Density (gr/cm3) 6
2,43 3
2,42 2,36 1
2,30 2,25 >2
5. VIM (%) 5,04 5,41 7,81 10,10 12,28 3,5 5,5
6. VMA (%) 16,75 17,08 19,18 21,18 23,10 > 15
7. VFB (%) 69,91 68,31 59,37 52,41 46,90 > 65
8. Durabilitas (%) 81.63 81,17 79.15 76.39 74.24 > 75

PEMBAHASAN

Dari Gambar 1 menunjukkan nilai stabilitas semakin tinggi bila suhu pemadatan
semakin tinggi. Nilai stabilitas tertinggi adalah 1.069,76 Kg pada suhu pemadatan 150 oC.
Nilai stabilitas masih memenuhi spesifikasi campuran beton aspal AC-BC pada suhu
pemadatan 130oC yaitu lebih besar dari 1.000 kg. Untuk suhu pemadatan di bawah 130 oC
tidak tercapai stabilitas yang disyaratkan. Semakin tinggi suhu pemadatan maka semakin
tinggi stabilitas beton aspal lapisan AC-BC, di sebabkan semakin mudahnya antar butiran
agregat yang terselimuti aspal untuk merapat pada saat dipadatkan. Suhu pemadatan yang
tinggi mempunyai viskositas yang rendah, sehingga lapisan mudah dipadatkan.
Nilai flow dari Gambar 1 , semakin turun bila suhu pemadatan semakin meningkat.
Nilai flow masih memenuhi spesifikasi campuran beton aspal AC-BC pada semua suhu
pemadatan yaitu antara 3 mm sampai 6 mm. Semakin tinggi suhu pemadatan, maka semakin
rendah nilai flow campuran beton aspal AC-BC, disebabkan oleh campuran beton aspal
semakin padat dan mempunyai rongga-rongga yang lebih kecil sehingga pada saat dibebani
kelenturannya kecil. Dari nilai flow yang masih memenuhi spesifikasi, maka perubahan bentuk
(deformasi plastis) akibat pembebanan bisa terhindar dari keretakan.
Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa dengan nilai Marshall quotient campuran beton
aspal AC-BC yang masih memenuhi persyaratan lebih besar dari 300 kg/mm adalah pada
suhu pemadatan 130oC sampai dengan 150oC, sedangkan untuk suhu dibawah 130oC tidak
tercapai persyaratan karena stabilitasnya tidak mencapai yang disyaratkan. Nilai Marshall
Quotient berkorelasi negatif dengan nilai flow, penurunan nilai flow mengakibatkan nilai
Marshall Quotient semakin meningkat dan bila nilai flow semakin tinggi, maka Marshall
Quantient semakin rendah.
Suhu pemadatan semakin rendah maka density juga semakin rendah pada semua
suhu pemadatan. Hal ini disebabkan oleh semakin rendah suhu pemadatan, maka volume
benda uji semakin besar sedangkan berat keringnya tidak berubah. Volume semakin besar

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 7


disebabkan oleh kepadatannya yang kurang karena viskositas aspal retona Blend 55 semakin
tinggi. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai density pada semua suhu pencampuran dan
suhu pemadatan memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 2 gr/cm3.

Gambar 1 . Hubungan Suhu Pemadatan dengan Stabilitas, Flow, MQ, Density, VIM, VMA,
VFB dan Durabilitas

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 8


Dari Gambar 1, hubungan VIM dan suhu pemadatan menunjukkan semakin rendah
suhu pemadatan, maka semakin tinggi rongga dalam campuran (VIM). Hal ini disebabkan
oleh semakin susah butiran material menjadi rapat pada saat dipadatkan disebabkan oleh
semakin tingginya viskositas aspal Retona Blend 55. Akibatnya rongga yang terbentuk
semakin besar. Nilai VIM masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC
adalah pada suhu pemadatan 130oC sampai dengan 150oC yaitu masih dalam 3,5% sampai
dengan 5,5%. Hubungan VMA dengan suhu pemadatan semakin meningkatnya suhu
pemadatan, maka nilai VMA campuran semakin kecil, karena butiran material semakin rapat
pada saat pemadatan. Akibatnya rongga antar agregat semakin kecil. Sedangkan bila suhu
pemadatan semakin rendah, maka butiran material semakin sulit merapat karena viskositas
aspal yang tinggi, akibatnya rongga antar agregat (VMA) semakin besar. Nilai VMA masih
memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 14% pada semua suhu pemadatan.
Dari Gambar 1 hubungan VFB dengan suhu pemadatan menunjukkan semakin
meningkatnya suhu pemadatan, maka nilai VFB semakin besar. Hal ini disebabkan karena
viskositas aspal Retona Blend 55 semakin rendah, sehingga aspal lebih mudah menyelimuti
butiran agregat dan mengisi ruang-ruang antar pori agregat. Semakin tingginya viskositas
aspal, maka semakin sulit aspal untuk menyelimuti butiran agregat dan mengisi ruang antar
pori dalam campuran aspal beton AC-BC, karena suhu pemadatan yang semakin rendah.
Nilai VFB masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC adalah pada
suhu pemadatan 130oC sampai dengan 150oC .
Hubungan nilai durabilitas dengan suhu pemadatan terlihat bahwa nilai durabilitas
akan semakin tinggi bila suhu pemadatannya juga semakin tinggi, karena aspal semakin
padat dan air mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam campuran beton aspal. Sedangkan
semakin rendah suhu pemadatan, maka pori dalam campuran semakin besar dan air mudah
masuk ke dalam pori campuran beton aspal, sehingga sifat adhesi dan kohesi menjadi
berkurang. Durabilitas campuran beton aspal AC-BC yang masih memenuhi persyaratan
lebih besar dari 75% adalah pada suhu pemadatan 110 oC, 130oC dan 150oC.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan suhu pemadatan sangat
mempengaruhi parameter Marshall dan nilai durabilitas campuran beton aspal AC-BC. Suhu
pemadatan yang masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC
menggunakan aspal Retona Blend 55 adalah pada suhu 130oC sampai dengan 150oC,
sedangkan untuk suhu di bawah suhu 130oC tidak memenuhi lagi persyaratan. Suhu
pemadatan yang terbaik adalah pada suhu 150 oC yang menghasilkan kinerja campuran yang
lebih baik.

Saran
Pada penelitian ini pembuatan benda uji pada suhu pencampuran untuk suhu
pemadatan tidak berdasarkan pengujian viskositas aspal Retona Blend 55. Disarankan untuk
penelitian selanjutnya pembuatan benda uji didasarkan pada pencampuran yang diperoleh
dari pengujian viskositas, sehingga dapat diketahui nilai parameter Marshall yang dihasilkan
berdasarkan viskositas dibandingkan dengan spesifikasi suhu pencampuran dan suhu
pemadatan berdasarkan Bina Marga.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 9


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-
1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum 2008, Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal Retona Blend
55 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
PU, Jakarta.
Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung.

JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 10

Anda mungkin juga menyukai