Syarwan
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe
E-mail: Syarwanst@yahoo.com
Abstract
The compaction temperature greatly affects the characteristics of hot mix asphalt. But in the execution, the
required temperature is often not achieved, because the transport of AMP to a remote work site, the queue
during the execution and weather cause the temperature decreases. The decreasing temperature causes the
bond between grains in hot mix asphalt, so that its density is not achieved. From the problem above, the study
concerns about the influence of temperature is required. The purpose of this study is to determine the effect of
compaction of Marshal Parameter, so that the proper compaction to produce a good quality of hot mix asphalt
using asphalts Retona Blend 55 on Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) is known. The compaction was
done from variations of 70oC, 90oC, 110oC, 130oC and 150oC. The Optimum Bitumen Content (OBC) was
obtained 5.30% and used for the various compaction temperatures. The results showed that the compaction
temperature greatly affected the parameter of Marshal hot mix asphalt AC-BC. The compaction temperature that
was still eligible for hot mix asphalt AC-BC was at 130oC-150oC, whereas for the temperature below 130oC, it
was no longer eligible. The highest stability was achieved at 150oC of the compaction temperature with the 160oC
of mixing temperature.
Keyword: Asphalt Retona Blend 55, hot mix asphalt AC-BC, Compaction Temperature, Marshall Parameter
PENDAHULUAN
Lapisan beton aspal merupakan salah satu jenis lapisan perkerasan yang digunakan
untuk pembangunan jalan menggunakan perkerasan lentur. Lapisan perkerasan ini terdiri dari
campuran agregat dan aspal yang dicampur pada Asphalt Mixing Plant (AMP) pada suhu
tertentu, kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan untuk dihamparkan dan dipadatkan pada
suhu tertentu. Suhu sangat mempengaruhi nilai parameter Marshall yang dihasilkan. Suhu
pencampuran yang sangat tinggi menyebabkan aspal kehilangan sifat viskositasnya dan bila
suhu pencampuran terlalu rendah menyebabkan aspal tidak seluruhnya menyelimuti material
dan mengisi rongga antar meterial. Suhu pemadatan yang lebih tinggi dari persyaratan
menyebabkan terjadinya bleeding pada saat pemadatan dan suhu pemadatan yang rendah
menyebabkan campuran beton aspal sulit untuk dipadatkan karena viskositas tinggi sehingga
tidak tercapai kepadatan yang diinginkan. Persyaratan beton aspal tercapai bila pelaksanaan
di lapangan, suhu pencampuran dan suhu pemadatan dikerjakan sesuai dengan persyaratan.
Kejadian di lapangan sering tidak tercapai suhu yang diinginkan, terutama suhu
pemadatan. Ini disebabkan oleh jauhnya lokasi pekerjaan dari tempat AMP, proses
pengangkutan campuran aspal beton yang tidak menggunakan terpal penutup, proses antrian
untuk menuangkan ke dalam Finisher di lokasi pekerjaan, dan pengaruh cuaca yang
menyebabkan terjadinya penurunan suhu campuran beton aspal. Penurunan suhu ini
menyebabkan berkurang ikatan antar butir pada campuran beton aspal di saat pemadatan,
sehingga tidak tercapai kepadatannya. Akibat dari suhu pemadatan yang tidak sesuai, lapisan
beton aspal cepat mengalami kerusakan berupa keretakan dan bergelombang sebelum umur
rencana tercapai.
Dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu, maka diperlukan
suatu kajian mengenai pengaruh suhu pemadatan terhadap karakteristik beton aspal,
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal
dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan
pori-pori yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai pelumas pada saat
penghamparan di lapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan.
Aspal Retona Blend 55 merupakan produksi PT. Olah Bumi Mandiri. Aspal retona
blend 55 adalah aspal yang telah dimodifikasi/hasil dari campuran antara aspal minyak pen 60
atau pen 80 dengan asbuton hasil olahan semi ekstraksi (refinery buton asphalt). Kegunaan
campuran beraspal panas yang menggunakan Retona Blend 55 lebih diutamakan untuk
melapisi ruas jalan dengan temperatur perkerasan beraspal yang tinggi untuk melayani lalu
lintas berat dan padat yaitu beban lalu lintas rencana > 10.000.000 ESA atau LHR > 2000
kendaraan per hari dengan jumlah kendaraan truk lebih dari 15 % (Dept. Pekerjaan Umum,
2008). Karakteristik aspal Retona Blend 55 ditampilkan pada Tabel 2.
Karakteristik
No Jenis Pengujian Metode Syarat
Retona
1. Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 SNI 06-2456-1991 40-50 40-55
detik;0,1 mill
2. Titik Lembek; C, SNI 06-2434-1991 55-56 Min. 55
3. Titik Nyala; C, SNI 06-2433-1991 270-330 Min.225
4. Daktalitas, 25 C; cm SNI 06-2432-1991 50-100 Min.50
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 1.05-1,13 Min.1,0
6. Kelarutan dalam Triclilor RSNI M-04-2004 90-93 Min. 90
Ethylen; %berat
7. Penurunan Berat (dengan SNI 06-2440-1991 0,01-2 Max. 2
TOFT);% berat
8. Penetrasi setelah penurunan SNI 06-2456-1991 Min. 55 Min. 55
berat;% asli
9. Daktilitas setelah TFOT, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 Min. 50
10. Mineral Lolos saringan No. SNI 03-1968-1990 Min. 90 Min. 90
100, %*
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2008)
Durabilitas
Menurut Sukirman (2003) durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima
repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air
atau perubahan temperatur. Rasio antara stabilitas benda uji yang direndam 24 jam pada
suhu 60oC, dengan stabilitas benda uji yang direndam selama 30 menit pada suhu yang sama
disebut stabilitas sisa (retained stability). Benda uji campuran beraspal dikategorikan awet
(durable), bila nilai stabilitas sisa 75 %.
METODE PENELITIAN
Metode pengujian mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen
Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada dalam kedua prosedur tersebut.
Setelah didapat kadar aspal optimum (KAO), maka dibuat benda uji dengan persen
aspal KAO untuk variasi suhu pemadatan. Benda uji pada variasi suhu ini dibuat untuk
pengujian dengan rendaman pada suhu 60oC selama 30 menit dan rendaman 60oC selama
24 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Benda Uji dengan Rendaman 30 menit dan 24 jam
Suhu Lama Rendaman
No
Pencampuran Pemadatan 30 Menit 24 Jam
70oC 3 buah 3 buah
90 C
o 3 buah 3 buah
1 160oC 110oC 3 buah 3 buah
130 C
o 3 buah 3 buah
150oC 3 buah 3 buah
Jumlah 15 buah 15 buah
JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454, Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Variasi Kadar Aspal
No Karakteristik Kadar Aspal( % ) Spesifikasi
Campuran 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Dept. PU
1. Stabilitas (kg) 939,88 1051,4 1043,63 856,85 669,10 >1000
2. Flow Plastis (mm) 4,0 0
3,3 3,4 3,8 5,8 36
3. MQ (Kg) 235,03 316,25 307,24 228,10 116,23 >300
4. Density (gr/cm3) 2,44 2,43 2,42 2,43 2,45 >2
5. VIM (%) 5,67 5,38 5,02 4,21 2,60 3,5 5,5
6. VMA (%) 15,66 16,44 17,14 17,45 17,09 > 15
7. VFB (%) 63,80 67,27 70,81 75,92 84,91 > 65
Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall untuk Variasi Suhu Pemadatan Pada Suhu Pencampuran
160oC
No Karakteristik Suhu Pemadatan ( o C ) Spesifikasi
Campuran 150 130 110 90 70 Dept. PU
1. Stabilitas (kg) 1089, 1023, 887,93 502,9 353,53 >1000
2. Flow Plastis 76
3,3 07
3,4 4,2 2
4,7 5,8 36
3. (mm)
MQ (Kg) 330,7 301,1 212,07 108,3 61,31 >300
4. Density (gr/cm3) 6
2,43 3
2,42 2,36 1
2,30 2,25 >2
5. VIM (%) 5,04 5,41 7,81 10,10 12,28 3,5 5,5
6. VMA (%) 16,75 17,08 19,18 21,18 23,10 > 15
7. VFB (%) 69,91 68,31 59,37 52,41 46,90 > 65
8. Durabilitas (%) 81.63 81,17 79.15 76.39 74.24 > 75
PEMBAHASAN
Dari Gambar 1 menunjukkan nilai stabilitas semakin tinggi bila suhu pemadatan
semakin tinggi. Nilai stabilitas tertinggi adalah 1.069,76 Kg pada suhu pemadatan 150 oC.
Nilai stabilitas masih memenuhi spesifikasi campuran beton aspal AC-BC pada suhu
pemadatan 130oC yaitu lebih besar dari 1.000 kg. Untuk suhu pemadatan di bawah 130 oC
tidak tercapai stabilitas yang disyaratkan. Semakin tinggi suhu pemadatan maka semakin
tinggi stabilitas beton aspal lapisan AC-BC, di sebabkan semakin mudahnya antar butiran
agregat yang terselimuti aspal untuk merapat pada saat dipadatkan. Suhu pemadatan yang
tinggi mempunyai viskositas yang rendah, sehingga lapisan mudah dipadatkan.
Nilai flow dari Gambar 1 , semakin turun bila suhu pemadatan semakin meningkat.
Nilai flow masih memenuhi spesifikasi campuran beton aspal AC-BC pada semua suhu
pemadatan yaitu antara 3 mm sampai 6 mm. Semakin tinggi suhu pemadatan, maka semakin
rendah nilai flow campuran beton aspal AC-BC, disebabkan oleh campuran beton aspal
semakin padat dan mempunyai rongga-rongga yang lebih kecil sehingga pada saat dibebani
kelenturannya kecil. Dari nilai flow yang masih memenuhi spesifikasi, maka perubahan bentuk
(deformasi plastis) akibat pembebanan bisa terhindar dari keretakan.
Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa dengan nilai Marshall quotient campuran beton
aspal AC-BC yang masih memenuhi persyaratan lebih besar dari 300 kg/mm adalah pada
suhu pemadatan 130oC sampai dengan 150oC, sedangkan untuk suhu dibawah 130oC tidak
tercapai persyaratan karena stabilitasnya tidak mencapai yang disyaratkan. Nilai Marshall
Quotient berkorelasi negatif dengan nilai flow, penurunan nilai flow mengakibatkan nilai
Marshall Quotient semakin meningkat dan bila nilai flow semakin tinggi, maka Marshall
Quantient semakin rendah.
Suhu pemadatan semakin rendah maka density juga semakin rendah pada semua
suhu pemadatan. Hal ini disebabkan oleh semakin rendah suhu pemadatan, maka volume
benda uji semakin besar sedangkan berat keringnya tidak berubah. Volume semakin besar
Gambar 1 . Hubungan Suhu Pemadatan dengan Stabilitas, Flow, MQ, Density, VIM, VMA,
VFB dan Durabilitas
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan suhu pemadatan sangat
mempengaruhi parameter Marshall dan nilai durabilitas campuran beton aspal AC-BC. Suhu
pemadatan yang masih memenuhi persyaratan untuk campuran beton aspal AC-BC
menggunakan aspal Retona Blend 55 adalah pada suhu 130oC sampai dengan 150oC,
sedangkan untuk suhu di bawah suhu 130oC tidak memenuhi lagi persyaratan. Suhu
pemadatan yang terbaik adalah pada suhu 150 oC yang menghasilkan kinerja campuran yang
lebih baik.
Saran
Pada penelitian ini pembuatan benda uji pada suhu pencampuran untuk suhu
pemadatan tidak berdasarkan pengujian viskositas aspal Retona Blend 55. Disarankan untuk
penelitian selanjutnya pembuatan benda uji didasarkan pada pencampuran yang diperoleh
dari pengujian viskositas, sehingga dapat diketahui nilai parameter Marshall yang dihasilkan
berdasarkan viskositas dibandingkan dengan spesifikasi suhu pencampuran dan suhu
pemadatan berdasarkan Bina Marga.
Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-
1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum 2008, Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal Retona Blend
55 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
PU, Jakarta.
Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung.