Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN

UJI MARSHAL

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Jalan Raya di
Laboratorium Bahan Bangunan

Mata Kuliah:
Konstruksi Jalan Raya

Dosen Pengampu:
Faqih Maarif, M.Eng.

LAPORAN

Disusun Oleh:
Fauzi Satyagraha (15510134030)

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Konstruksi Jalan ini. Praktikum Konstruksi Jalan bertujuan agar mahasiswa
memiliki gambaran tentang keguanaan dan manfaat di dalam suatu pekerjaan di
lapangan. Pada kesempatan ini ijinkanlah kami mengucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak yang telah tulus dan memberikan bantuannya kepada kami yang
sangat berharga bagi kami yaitu:
1 Bapak Faqih Maarif, M.Eng, selaku Dosen Pengampu yang selalu
membimbing kami,
2 M. Nuruzzaman, selaku asisten dosen,
3 Bapak Kimin selaku teknisi di ruang praktikum yang selalu membantu dalam
penyiapan alat dan bahan pengujian, dan
4 Semua pihak yang telah mendukung dan memberi bantuan dalam proses
Praktikum Konstruksi Jalan tersebut sehingga dapat berjalan dengan lancar.

Pembuatan laporan Praktikum Konstruksi Jalan ini tentunya masih banyak


kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang bersifat memberi dorongan dan membangun sangat kami harapkan. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi kami mahasiswa khusunya, bagi jurusan Teknik Sipil
dan semua pihak pada umumnya.

Yogyakarta, 18 Desember 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI
Judul Laporan ..............................................................................................i
Kata Pengantar ............................................................................................ii
Daftar Isi .....................................................................................................iii
A. Jenis Pengujian ....................................................................................... 1
B. Kajian Teori ............................................................................................ 1
C. Alat Dan Bahan ...................................................................................... 2
D. Langkah Kerja ........................................................................................8
E. Penyajian Data ........................................................................................9
F. Pembahasan .............................................................................................12
G. Kendala Praktikum .................................................................................18
H. Kesimpulan ............................................................................................9
I. Saran ........................................................................................................19
J. Daftar Pustaka .........................................................................................20

3
A. JENIS PENGUJIAN
Praktikum yang dilaksanakan yaitu pengujian Marshall Test, adapun
tujuan dari praktikum ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas dan kelelehan
(flow) serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur
turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk
campuran perkerasan jalan.Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan
berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan
volume campuran, (Sukirman, 2003: 26).
Pengujian masrshall bertujuan untuk memeriksa dan menentukan
stabilitas campuran agregat dan aspal, terhadap kelelehan plastis. Benda uji
dibentuk dengancara menumbuk campuran di dalam cetakan (mold) berbentuk
silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm. Penumbuk (Hammer) yang
digunakan mempunyai berat 4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh 45,7 cm (18
inch), jumlah pukulan tergantung pada beban rencana lalu lintas, (Saodang,
2005 : 169).
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan campuran
aspal dengan alat marshall dengan tujuan untuk mendapatkan suatu campuran
aspal yang memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan di dalam kriteria
perencanaan. Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk
menerima beban sampai terjadi terjadi alir (flow) yang dinyatakan dalam
kilogram sedangkan alir flow (flow) adalah keadaan perubahan bentuk akibat
suatu beban, dinyatakan dalam mm, (SNI 06-2489-1991).

1
C. ALAT dan BAHAN
Di dalam praktik ini di perlukan alat dan bahan untuk menunjang lancarnya
pelaksanaan dalam praktik, alat dan bahan yang perlu di gunakan dalam praktik
ini, antara lain:
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pemanasan aspal antara lain:
a. Saringan/ Ayakan
Fungsi saringan adalah sebagai alat untuk menyaring agregrat dengan
macam variasi ukuran-ukuran ayakan. Dengan spesifikasi ukuran ,
1/2, 3/8, No.4, No.8, No.30, No.100 dan No.200.

Gambar 1. Saringan/ Ayakan

b. Cetakan Silinder
Fungsi cetakan silinder (mold) adalah sebagai alat untuk pencetak aspal
yang sudah bercampur agregat pada saat masuk pada mesin penumbuk.
Berdasarkan SNI 06-2489-1991 cetakan silinder berukuran diameter 10
cm dan tinggi 7,5 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.

Gambar 2. Cetakan Silinder

2
c. Mesin Penumbuk
Fungsi mesin penumbuk adalah sebagai alat pemadat campuran aspal
dengan agregat. Penumbuk benda uji mempunyai permukaan rata
berbentuk silinder dengan berat 10 pound dan tinggi jatuh 18 inch. Yang
dilengkapi dengan landasan pemadat terdiri dari balok kayu berukuran 20
x 20 x 45 cm yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30 x 30 x 2,5 cm
dan di ikatkan pada lantai dengan 4 bagian siku.

d. Timbangan
Fungsi timbangan adalah sebagai alat untuk menimbang agregat dan
aspal. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan dengan ketelitian 0,1
gram.

Gambar 3. Timbangan
e. Alat Pengeluar Benda Uji
Fungsi alat pengeluar benda uji adalah sebagai alat bantu untuk
mengeluarkan benda uji dari cetakan silinder.

3
Gambar 4. Alat Pengeluar Benda Uji
f. Kompor Listrik
Sebagai alat yang berfungsi memanaskan bejana.

Gambar 5. Kompor Listrik


g. Alat Marshall
Alat Marshall adalah sebagai alat untuk menekan benda uji setelah benda
uji menjadi aspal bercampur agregat menjadi campuran keras berbentuk
silinder. Berdasarkan SNI 06-2489-1991 alat marshall dilengkapi dengan:
1) Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head)
2) Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12,5 kg
3) Arloji tekan denganketelitian 0,0025 cm (0,001 inch)

Gambar 6. Alat Marshall

4
h. Sendok
Fungsi sendok adalah sebagai alat pengaduk campuran agregat halus,
kasar, dan aspal ketika proses pemasakan campuran.

Gambar 7. Sendok
i. Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengukur suhu pada saat aspal
dipanaskan.

Gambar 8. Thermometer
j. Hooper
Hooper adalah sebagai tempat atau wadah untuk proses pemasakan aspal
dengan agregat sehingga menjadi sebuah campuran.

Gambar 9.
Hooper

5
k. Piring Seng
Fungsi piring seng adalah tempat atau wadah agregat halus dan kasar
yang telah ditimbang dan juga tempat pemanasan aspal.

Gambar 10. Piring Seng

l. Scrap
Fungsi scrap adalah sebagai alat pembersih nampan ketika campuran di
masukkan ke dalam cetakan (mold) dan juga sebagai alat penusuk atau
pemadatan saat pengisian aspal ke cetakan (mold).

6
2. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum pemanasan aspal adalah sebagai
berikut:

a. Aspal
Aspal AC 60/70 yang digunakan pada praktikum marshall telah
disediakan di laboratorium bahan bangunan.

Gambar 11. Aspal

b. Agregat
Agregat yang digunakan dari ukuran lolos tertahan hingga ukuran
filler dengan detail sebagai berikut:
Agregat kasar lolos tertinggal = 120 gr
lolos tertinggal 3/8 = 120 gr
lolos 3/8 tertinggal #4 = 192 gr
lolos tertinggal 3/8 = 198 gr
Agregat halus lolos #8 tertinggal #30 = 270 gr
lolos #30 tertinggal #100 = 132 gr
lolos #100 tertinggal #200 = 84 gr
Filler lolos #200 tertinggal pan = 84 gr +
1200 gr

7
Gambar 12. Agregat

D. LANGKAH KERJA
Melaksanakan praktikum tentunya terdapat langkah kerja atau prosedur agar
praktikum dapat berjalan lancar dan hasil yang dicapai sesuai tujuan
praktikum, adapun urutan langkah kerja sebagai berikut:
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
a. Persiapkan benda uji : aspal yang sudah ditimbang berdasarkan berat
rencana.
b. Mengeringkan agergat kasar dan agregat halus yang lolos pada saringan
dari ukuran tertentu, timbang berdasarkan dengan berat yang telah
ditentukan atau direncanakan. Kondisi agregat diharuskan kering oven.
c. Bersihkan cetakan silinder kemudian diolesi dengan minyak oli agar
benda uji mudah di keluarkan dari cetakkan silinder.
2. Kompor dinyalakan, tunggu hingga panas.
3. Panaskan agregat kasar dan agregat halus di dalam nampan seng hingga
mencapai 140 C di atas suhu pencampur untuk aspal panas.
4. Aduk merata pencampuran agergat kasar dan halus tersebut.
5. Pada saat bersamaan panaskan aspal hingga mencapai suhu 110C.
6. Tuangkan aspal yang telah dipanaskan ke dalam campuran agregat, aduk
hingga tercampur merata.
7. Panaskan campuran agregat kasar, halus yang sudah dicampur dengan aspal
hingga mencapai suhu 140 C.
8. Letakkan selembar kertas saring kedalam dasar cetakan silinder.
9. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan (mold) yang sudah
dipanaskan sampai dengan suhu 80 C secara bertahap, yaitu 1/3 dari
volume cetakan (mold) dan perlahan-lahan kemudian padatkan dengan cara
menusukakan scrap sebanyak 15 kali tusukan pada bagian tepi dan 5 kali

8
pada bagian tengah. Lakukan pengisian hingga penuh dengan cara seperti
diatas. Kemudian ratakan permukaan benda uji.
10. Tutup bagian atas benda uji dengan kertas saring.
11. Letakkan cetakkan silinder bagian atas supaya pada saat proses pemadatan,
aspal tidak tumpah keluar cetakkan.
12. Letakkan cetakan benda uji di atas landasan pemadat dalam pemegang
cetakan.
13. Lakukan penumbukkan dengan alat penumbuk sebanyak 2 x 112 kali.
14. Pada 112 kali tumbukan pertama, ditumbuk dibagian atas benda uji,
kemudian benda uji dibalik dan ditumbuk 112 kali lagi.
15. Sesudah penumbukkan lepaskan keping alas kemudian pasanglah alat
pengeluar benda uji atau dongkrak pada permukaan atau ujung alat.
16. Setelah keluar dari cetakan, benda uji didiamkan pada suhu ruangan hingga
dingin dan campuran agregat dengan aspal mulai mengeras.
17. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel. Diatas
merupakan langkah kerja pembuatan benda uji untuk pengujian marshall.

E. PENYAJIAN DATA
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan mengenai pengujian marshall ini,
diperoleh data sebagai berikut:
1 Tempat pengujian
Pengujian pemanasan aspal dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
2 Waktu pengujian
Hari/tanggal : 7 November 2016
Pukul : 10.00 WIB
Cuaca : Cerah
3 Hasil pengujian
a Kelompok 1
Agregat kasar lolos tertinggal = 120 gram
lolos tertinggal 3/8 = 120 gram
lolos 3/8 tertinggal #4 = 192 gram
lolos #4 tertinggal #8 = 198 gram

9
Agregat halus lolos #8 tertinggal #30 = 270 gram
lolos #30 tertinggal #100 = 132 gram
lolos #100 tertinggal #200 = 84 gram
Filler lolos #200 tertinggal pan = 84 gram +
1200 gram
nhzqashyKadar aspal : 6,5% x 1200 = 78 gram
15% x 78 = 11,7 gram +
89,7 gram
Suhu aspal : 105 C
Suhu agregat : 120 C
Suhu campuran : 160 C
Tabel 1. Data Pengukuran Benda Uji I
Keadaan Benda Uji Sebelum Pengujian
No
Keterangan Sebelum di Uji Setelah di Uji
.
1 Diameter 10,23 cm 9,75 cm
2 Tinggi 6,95 cm 8,02 cm
3 Berat 1214 gram 1211 gram
Dial reading : 1070
Tekanan (P) : 12,7843 kN = 1278,43 kg

b Kelompok 2
Agregat kasar lolos tertinggal = 120 gram
lolos tertinggal 3/8 = 120 gram
lolos 3/8 tertinggal #4 = 192 gram
lolos #4 tertinggal #8 = 198 gram
Agregat halus lolos #8 tertinggal #30 = 270 gram
lolos #30 tertinggal #100 = 132 gram
lolos #100 tertinggal #200 = 84 gram

10
Filler lolos #200 tertinggal pan = 84 gram +
1200 gram
Kadar aspal : 6% x 1200 = 72 gram
15% x 72 = 10,8 gram +
82,8 gram
Suhu aspal : 110 C
Suhu agregat : 120 C
Suhu campuran : 160 C
Tabel 2. Data Pengukuran Benda Uji II
Keadaan Benda Uji Sebelum Pengujian
No
Keterangan Sebelum di Uji Setelah di Uji
.
1 Diameter 10,2 cm 9,83 cm
2 Tinggi 6,8 cm 7,6 cm
3 Berat 1192 gram 1192 gram
Dial reading : 1740
Tekanan (P) : 20,7359 kN = 2073,59 kg

c Kelompok 3
Agregat kasar lolos tertinggal = 120 gram
lolos tertinggal 3/8 = 120 gram
lolos 3/8 tertinggal #4 = 192 gram
lolos #4 tertinggal #8 = 198 gram
Agregat halus lolos #8 tertinggal #30 = 270 gram
lolos #30 tertinggal #100 = 132 gram
lolos #100 tertinggal #200 = 84 gram
Filler lolos #200 tertinggal pan = 84 gram +
1200 gram

Kadar aspal : 7% x 1200 = 84 gram


15% x 84 = 12,6 gram +
96,6 gram

11
Suhu aspal : 115 C
Suhu agregat : 120 C
Suhu campuran : 160 C

Tabel 3. Data Pengukuran Benda Uji III


Keadaan Benda Uji Sebelum Pengujian
No
Keterangan Sebelum di Uji Setelah di Uji
.
1 Diameter 10,25 cm 9,82 cm
2 Tinggi 6,9 cm 7,55 cm
3 Berat 1180 gram 950 gram
Dial reading : 1445
Tekanan (P) : 17,2380 kN = 1723,80 kg

F. PEMBAHASAN
Berdasarkan SNI 06-2489-1991, pengujian marshall meliputi
pengukuran stabilitas dan alir (flow) dari suatu campuran aspal dengan agregat
ukuran maksimum 2,54 cm. Yang dimaksud dengan stabilitas adalah
kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi alir
(flow) yang dinyatakan dalam kilogram. Sedangkan alir (flow) adalah keadaan
perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban,
dinyatakan dalam mm.

Pengujian marshall ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan tiga benda
uji yang berbeda. Berdasarkan pengujian marshall yang telah kami lakukan,
maka diperoleh hasil nilai kelelehan, nilai beban dan stabilitas diperoleh dari
hasil penelitian asisten dosen. Di bawah ini adalah hasil analisis dari pengujian
yang telah kami lakukan:

1. Percobaan kelompok 1
a. Kelelahan (flow)

Kelelahan (flow) = diameter awal diameter akhir

= 10,23 9,75 cm

12
= 0,48 cm

= 4,8 mm

b. Angka korelasi

Angka korelasi = 0,88775

c. Kadar aspal total

Berat aspal
Kadar aspal total = x 100
Berat total campuran

89,7
= x 100
1200

= 7,475 %
d. Stabilitas
Stabilitas = beban x angka korelasi
= 1278,43 x 0,88775
= 1134,926 kg
e. MQ (Marshall Quotient)
Stabilitas
MQ = Kelelehan

1134,926
= 4,8

= 236,44 kg/mm
Berdasarkan analisa data diatas, pengujian marshall telah
memenuhi nilai stabilitas standar dari Direktorat Jenderal Bina Marga
Bidang Jalan dan Jembatan 2010 untuk kriteria Laston AC-WC minimum
sebesar 800 kg. Sedangkan untuk nilai MQ belum memenuhi standar dari
Direktorat Jenderal Bina Marga Bidang Jalan dan Jembatan 2010 untuk
kriteria Laston AC-WC minimum sebesar 250 kg/mm.

2. Percobaan kelompok 2
a. Kelelahan (flow)

13
Kelelahan (flow) = diameter awal diameter akhir
= 10,2 9,83 cm
= 0,37 cm
= 3,7 mm
b. Angka korelasi
Angka korelasi = 0,92675
c. Kadar aspal total
Berat aspal
Kadar aspal total = x 100
Berat total campuran

82,8
= x 100
1200

= 6,9 %
d. Stabilitas
Stabilitas = beban x angka korelasi
= 2073,59 x 0,92675
= 1921,699 kg
e. MQ (Marshall Quotient)
Stabilitas
MQ = Kelelehan

1921,699
= 3,7

= 519,378 kg/mm

Berdasarkan analisa data diatas, pengujian marshall telah memenuhi


standar dari Direktorat Jenderal Bina Marga Bidang Jalan dan Jembatan
2010 untuk kriteria Laston AC-WC yaitu nilai stabilitas minimum
sebesar 800 kg dan nilai MQ minimum 250 kg/mm.

3. Percobaan kelompok 3
a. Kelelahan (flow)
Kelelahan (flow) = diameter awal diameter akhir

14
= 10,25 9,82 cm
= 0,43 cm
= 4,3 mm
b. Angka korelasi
Angka korelasi = 0,888688
c. Kadar aspal total
Berat aspal
Kadar aspal total = x 100
Berat total campuran

96,6
= x 100
1200

= 8,05 %
d. Stabilitas
Stabilitas = beban x angka korelasi
= 1723,80 x 0,888688
= 1531,92 kg
e. MQ (Marshall Quotient)
Stabilitas
MQ = Kelelehan

1531,92
= 4,3

= 356,26 kg/mm
Berdasarkan analisa data diatas, pengujian marshall telah memenuhi
standar dari Direktorat Jenderal Bina Marga Bidang Jalan dan Jembatan
2010 untuk kriteria Laston AC-WC yaitu nilai stabilitas minimum
sebesar 800 kg dan nilai MQ minimum 250 kg/mm.
Dari analisa pengujian kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3
didapatkan nilai seperti tabel dibawah ini:
Tabel 4. Perbandingan Nilai Pengujian
Kadar aspal Stabilitas MQ
Kelompok Flow (mm)
(%) (kg) (kg/mm)
1 7,475 4,8 1134,926 236,44

15
2 6,9 3,7 1921,699 519,378
3 8,05 4,3 1531,92 356,26

2000

1750

1500

1250
Stabilitas (kg)
1000

750

500
6 6.5 7 7.5 8 8.5

Kadar Aspal (%)

Gambar 13. Grafik Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal

Berdasarkan data grafik diatas dapat dilihat nilai stabilitas


berturut-turut dari kelompok 1, 2, 3 yaitu 1134,93 kg; 1921,7 kg: 1531,92
kg. Dapat diartikan bahwa kadar aspal yang berbeda akan memiliki
stabilitas yang berbeda pula. Serta kadar aspal yang banyak tidak
menentukan stabilitas yang dihasilkan akan baik. Seperti contohnya
kadar aspal kelompok dua lebih rendah dari kelompok tiga, tetapi nilai
stabilitasnya justru lebih besar milik kelompok 2. Hal ini dapat
disebabkan oleh berat benda uji, perbedaan suhu pengujian, dan dimensi
benda uji.
Data yang disajikan pada Tabel 4 dapat dibuat grafik hubungan antara
kadar aspal dan nilai flow. Berikut grafik hubungan antara nilai flow
dengan kadar aspal:

16
6

3
Flow (mm) Kelompok 1
2 Kelompok 2
Kelompok 3
1

0
6.8 7 7.2 7.4 7.6 7.8 8 8.2

Kadar Aspal (%)

Gambar 14. Grafik Hubungan Flow dengan Kadar Aspal

Berdasarkan data grafik diatas dapat dilihat nilai flow berturut-


turut dari kelompok 1, 2, 3 yaitu 4,8 mm; 3,7 mm: 4,3 mm. Dapat
diartikan bahwa kadar aspal yang berbeda akan memiliki nilai flow yang
berbeda pula. Semakin rendah nilai flow maka kekuatan benda uji
tersebut akan semakin baik. Kadar aspal yang tinggi tidak menentukan
nilai flow akan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh berat benda uji,
perbedaan suhu pengujian, dan dimensi benda uji.

Data yang disajikan pada Tabel 4 dapat dibuat grafik hubungan antara
kadar aspal dan MQ. Berikut grafik hubungan antara kadar aspal dengan
MQ:

17
600

500

400

300
MQ (kg/mm) Kelompok 1
200 Kelompok 2
Kelompok 3
100

0
6.8 7 7.2 7.4 7.6 7.8 8 8.2

Kadar Aspal (%)

Gambar 15. Grafik Hubungan MQ dengan Kadar Aspal

Berdasarkan data grafik diatas dapat dilihat nilai MQ berturut-


turut dari kelompok 1, 2, 3 yaitu 236,44 kg/mm; 519,378 kg/mm: 356,26
kg/mm. Dapat diartikan bahwa kadar aspal yang berbeda akan memiliki
nilai MQ yang berbeda pula. Semakin tinggi nilai MQ maka semakin
baik kekuatan benda uji tersebut. Kadar aspal yang tinggi tidak
menentukan nilai MQ akan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh berat
benda uji, perbedaan suhu pengujian, dan dimensi benda uji.

G. KENDALA PRAKTIKUM
Selama praktikum yang telah kami lakukan di Laboratorium Bahan Bangunan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri
Yogyakarta, kami menemui beberapa kesulitan dalam pelaksanaan praktikum,
diantaranya adalah:
1. Kesulitan saat menimbang agregat yang akan digunakan, karena agregat
yang ditimbang harus benar-benar sesuai dengan ukuran yang sudah
ditentukan.
2. Keterbatasan alat, cetakan dan penumbuk hanya ada 1 sehinggan dalam
pembuatan benda uji harus bergantian.

18
3. Alat penumbuk yang rusak sehingga proses penumbukan harus dilakukan
secara manual sehingga membutuhkan tenaga yang ekstra.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Nilai stabilitas benda uji berturut- turut dari kelompok 1, 2, 3 sebesar
1134,926 kg; 1921,699 kg; 1531,92 kg yang telah memenuhi standar
Direktorat Jenderal Bina Marga Bidang Jalan dan Jembatan 2010 untuk
kriteria Laston AC-WC minimum 800 kg.
2. Nilai MQ benda uji berturut-turut dari kelompok 1, 2, 3 sebesar 236,44
kg/mm; 519,378 kg/mm; 356,26 kg/mm. Dapat disimpulkan benda uji
kelompok 2 dan kelompok 3 telah memenuhi standar Direktorat Jenderal
Bina Marga Bidang Jalan dan Jembatan 2010 untuk kriteria Laston AC-WC
minimum 250 kg/mm. Sedangkan benda uji kelompok 1 tidak memenuhi
syarat tersebut karena benda uji kelompok 1 mempunyai nilai MQ dibawah
250 kg/mm.

I. SARAN
Di dalam suatu praktikum pasti ada suatu kekurangan, baik itu dalam segi
teknis maupun non teknis. Untuk itulah diperlukan saran yang dapat
dipertimbangkan untuk praktikum selanjutnya. Saran yang dapat saya berikan
adalah:

1 Perlu meningkatkan ketelitian dalam menimbang agregat yang akan dibuat


menjadi benda uji.
2 Perlu meningkatkan ketelitian dalam membaca suhu saat proses pemanasan.
3 Alat penumbuk perlu diganti atau diperbaiki, karena alat tersebut sudah
tidak berfungsi sebagai mana mestinya, sehingga harus dilakukan
penumbukan secara manual.

J. DAFTAR PUSTAKA

19
Saodang, Hamirhan. 2004. Konstruksi jalan raya buku I: geometrik jalan.
Bandung: Nova
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit
SNI 06-2489-1991. Badan Standarisasi Nasional. 1991. Metode Pengujian
Campuran Aspal dengan Alat Marshall. Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai