Anda di halaman 1dari 5

Khotbah pertama

Jamaah jumat yang dirahmati Allah..

Marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur kepada Allah subhanahu wataala atas segala
karunia yang dilimpahkannya kepada kita. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah untuk Rasulullah
shallallahu alahi wasallam, beserta seluruh keluarga, shahabat dan generasi penerusnya.

Dari mimbar jumat ini, khatib berwasiat kepada diri kami sendiri dan jamaah sekalian. Hendaklah kita
bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Dan tetap mempertahankannya sampai kita
menghadap Allah kelak. Allah taala berfirman:

()

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(Q.S. Ali-Imran:
102)

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Tanpa terasa, hari ini kita sudah memasuki bulan Syaban. Itu artinya kurang sedikit lagi kita akan
kedatangan tamu agung, tamu istimewa yang dinanti-nantikan kedatangannya oleh setiap orang yang
beriman. Dialah bulan suci Ramadhan, bulan penuh berkah.

Maka, marilah kita perbanyak doa kepada Allah subhanahu wataala, semoga Allah memberkahi kita di
bulan Syaban, dan diberi kesempatan untuk bisa menemui bulan suci Ramadhan.

Sebagai wujud kesungguhan kita menyambut tamu istimewa tersebut, dan sebagai bukti keseriusan kita
dalam memuliakannya, tentunya kita harus mempersiapkan segala sesuatunya, jauh-jauh hari sebelum
kedatangannya.

Lalu apakah yang harus kita persiapkan?


Yang pertama:di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah seperti membaca
Al-Quran, berdzikir, beristighfar, shalat dhuha, shalat tahajjud dan witir, serta bersedekah. Untuk mampu
melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqomah, kita perlu banyak berlatih. Di sinilah bulan
Syaban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk berlatih membiasakan diri
beramal sunnah dengan berkelanjutan. Dengan latihan tersebut, di bulan Ramadhan kita akan terbiasa dan
merasa ringan untuk mengerjakannya, sehingga tanaman iman dan amal shalih akan membuahkan takwa
yang sebenarnya.

Abu Bakar al-Warraq al-Balkhiberkata:

Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Syaban adalah bulan menyirami tanaman. Dan
bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.(Lathaif al-Maarif hal:30).

Dan diantara amalan yang paling urgen untuk kita latih adalah puasa. Karena bulan Ramadhan adalah
bulan puasa, maka dengan membiasakan puasa sunnah sejak bulan Syaban, kita akan mampu
melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik. Sehingga di bulan Ramadhan produktifitas, kinerja, dan
ibadah kita akan meningkat. Bukan justru menurun dengan alasan lemas karena puasa.

Yang kedua: kita perlu menyiapkan diri dari sisi keilmuan, yaitu dengan mendalami ilmu yang terkait
dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak menghasilkan apa-apa selain lapar dan
dahaga. Hal ini disebabkan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang
beramal tanpa ilmu hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Dan Rasulullah shallallahu alahi
wasallam jauh-jauh hari sudah memperingatkan umatnya agar jangan sampai puasa mereka sia-sia.
Rasulullah bersabda:

Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut
.kecuali rasa lapar dan dahaga. (H.R. al-Hakim dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani)

Kita bisa mendapatkan banyak referensi buku-buku yang mengupas tentang seputar Ramadhan atau
masalah seputar bahasan puasa ditulis para ulama-ulama klasik misalnya dalam Fathul Bari ditulis oleh
Ibn Hajar al-Asqalani, Kitab Zadul- Ma'ad ditulis oleh Ibn Qoyyim al-Jauziyyah, dan lain-lain.

Begitu juga kita bisa dapatkan buku-buku karya ulama kontemporer sekarang ini seperti buku Fiqh Puasa
ditulis oleh as-Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, Durus Ramadhaniyyah ditulis oleh as-Syaikh Salman bin Fahd
Al-Audah, Sifat Puasa Nabi ditulis oleh as-Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali & as-Syaikh Ali Hasan,
Pedoman Puasa ditulis oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash- Shiddieqy, atau di Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq Bab
Puasa, dan sebagainya.

Bisa juga dengan mengikuti kajian fiqh Ramadhan yang diselenggarakan di masjid-masjid atau majelis
ilmu yang lain.
Yang ketiga:Ramadhan adalah syahrul quran, bulan diturunkannya Al Quran. Allah taala berfirman:

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil).(Q.S. al-Baqarah: 185)

Agar dibulan Ramadhan kita bisa memaksimalkan interaksi dengan dengan al-Quran, mari kita tingkatkan
kemesraan kita dengan al quran sejak sekarang. Mulai saat inilah kesempatan kita untuk belajar membaca
al-Quran bagi yang belum bisa. Juga untuk memperbaiki bacaan bagi yang belum baik bacaannya. Dan
bagi yang sudah mampu membaca dengan baik sesuai kaidah tajwid, maka bulan ini kita bisa gunakan
untuk menambah hafalan, menambah pemahaman, memperbanyak tilawah.

Yang keempat:Allah subhanahu wataala berfirman pada ayat selanjutnya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S al-Baqarah: 186)

Bulan Ramadhan adalah bulan kita bermunajat kepada Allah. Maka marilah kita perbanyak doa kepada
Allah, dalam berbagai kesempatan. Sehingga saat Ramadhan tiba, waktu-waktu istimewa yang mustajab,
tidak kita lewatkan begitu saja tanpa munajat kepada Allah subhanahu wataala. Untuk memohon dan
mengadukan segalanya kepada Allah. Saat waktu sahur, menunggu shalat, setelah shalat, menjelang
berbuka dan waktu-waktu lain yang diberikan disebutkan keutamaannya oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam.

Dan yang terakhir:masih pada ayat yang sama, Allah melanjutkan firman-Nya:

dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
)bertakwa.(Q.S al-Baqarah: 187

Ramadhan tidak bisa dipisahkan dari Itikaf di masjid. Rasulullah mengajarkan untuk melakukan Itikaf
pada sepuluh hari terkhir dari bulan Ramadhan. Artinya, kita diajarkan untuk menjadikan Ramadhan
sebagai kesempatan untuk meningkatkan kecintaan kita dengan masjid. Maka mari kita latih mulai dari
sekarang, mari kita tingkatkan frekuensi interaksi kita dengan masjid, baik dari sisi durasinya maupun
kualitasnya. Mari kita biasakan shalat jamaah di masjid, dan menjadi orang yang pertama duduk kita di
masjid, agar saat Ramadhan tiba, hati kita pun sudah tertambat dengan masjid.

Demikianlah persiapan yang seharusnya kita lakukan agar bulan Ramadhan tahun ini lebih berkualitas
dari Ramadhan-ramadhan sebelumnya.

Khotbah kedua


:



.

.
.

...

Anda mungkin juga menyukai