Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan (archipelagic state)
terbesar di dunia dengan jumlah pulau yang mencapai sekitar 17.504 buah. Data
Kelautan dan Perikanan dalam Angka (2011) menyebutkan bahwa Indonesia juga
menjadi salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia
setelah Amerika Serikat, diikuti Kanada dan Rusia, dengan panjang mencapai lebih
dari 95.181.000 meter. Wilayah perairan Indonesia yang luas ini memiliki potensi
sumberdaya hayati laut yang cukup tinggi. Sumberdaya hayati tersebut terutama
bidang perikanan memegang peranan yang cukup penting dalam pembangunan
nasional dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Salah satu komoditas pangan hewani yang sangat potensial di Indonesia
adalah ikan. Komoditas ini menjadi sumber protein hewani utama bagi
masyarakat. Sekitar 65% protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat berasal
dari berbagai jenis ikan dan makanan laut (seafood), sedangkan kosumsi protein
dari daging, telur, dan susu hanya sekitar 35%. Pada tahun 2007 tingkat konsumsi
ikan perkapita masyarakat Indonesia sekitar 24.3 kg/tahun. Nilai tersebut lebih
tinggi dibandingkan konsumsi perkapita sumber protein hewani lainnya, seperti
daging sapi (1.87 kg/tahun), telur (4.96 kg/tahun), daging ayam ras (4.33 kg/tahun)
dan susu (8.9 kg/tahun) (BPS 2009). Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
yang dapat menjaga ketersediaan ikan secara berkelanjutan baik dalam bentuk segar
maupun olahan. Perikanan tangkap di laut merupakan penghasil utama komoditas
ikan tangkapan, dimana sekitar 84.7% ikan tangkapan diperoleh dari jenis usaha
mandiri, terutama dalam pemenuhan kebutuhan protein, maka pemerintah harus
perikanan tangkap ini Sebagai negara bahari, Indonesia dapat mengandalkan
sumber pangan hewani dari komoditas ikan hasil tangkapan. Potensi lestari
(maximum sustainable yield) sumber daya perikanan tangkap Indonesia sebesar 6,4
juta ton pertahun, sedangkan potensi yang dapat dimanfaatkan sebesar 80% dari
MSY yaitu 5,12 juta ton pertahun (KKP 2011).
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap secara geografis terletak di Desa
Tegalkamulyan, kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa
Tengah. Pada posisi 090118,4BT dan 074331,2LS, dan merupakan satu-
satunya pelabuhan perikanan samudera yang berada di pantai selatan jawa serta
berhadapan langsung dengan samudera Indonesia (WPP 573) yang dikenal
memiliki potensi sumber daya ikan yang cukup melimpah dan merupakan salah
satu daerah perikanan yang potensial di Indonesia. Produksi ikan di PPS Cilacap
meningkat tajam dari 6.995,43 ton tahun 2009 menjadi 11.226,58 ton pada tahun
2013. Volume ekspor ikan ke Jepang dan AS melalui PPS Cilacap meningkat dari
3.448,05 ton dengan nilai 16,84 juta dollar AS tahun 2009 menjadi 4.554,02 ton
dengan nilai 29,79 juta dollar AS (SETKAB RI 2014).
Potensi perikanan yang besar ini belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya,
untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan ini, Kementerian
Kelautan Perikanan melalui Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) pada
setiap periodenya sering mengeluarkan peta prakiraan daerah penangkapan ikan
(PPDPI) untuk masyarakat nelayan di Indonesia. Pembuatan PPDPI didasarkan
pada informasi sebaran konsentrasi klorofil-a, suhu permukaan laut, dan anomali
tinggi permukaan air laut dari citra satelit atau yang sering disebut dengan
penginderaan jauh.
Perbedaan karakteristik parameter oseanografi yang disenangi oleh ikan
berbeda antara satu spesies dengan spesies yang lainya. Oleh karena itu, PPDPI
belum bisa dipakai secara umum untuk semua jenis ikan karena variabel tingkah
laku ikan yang harus dipertimbangkan. Sebagai konsekuensinya, PPDPI
seharusnya dibuat untuk setiap jenis ikan. Saat ini ada 3 jenis PPDPI yang
dihasilkan BPOL, yaitu PPDPI Nasional, PPDPI Laut Sawu, dan PPDPI Pelabuhan
Perikanan. PPDPI Nasional dibagi menjadi 5 Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP), yaitu Sumatera, Jawa Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku dan Papua dan dibuat secara rutin seminggu dua kali, yaitu pada hari Senin
dan Kamis, sedangkan PPDPI Laut Sawu dan Pelabuhan Perikanan dibuat setiap
hari (BPOL-KKP 2016).
Sabins (1996) dalam Kerle et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan
jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang
telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan
suatu objek. Pemanfaatannya telah lama dilakukan di beberapa negara maju seperti
Jepang, Australia dan beberapa negara di Eropa. Hal ini banyak membantu berbagai
penelitian untuk memahami dinamika lingkungan laut, termasuk memahami
sumberdaya alam yang terkandung didalamnya. Pola distribusi citra suhu
permukaan laut dapat dilihat fenomena oseanografi seperti upwelling, front dan
pola arus permukaan. Daerah yang mempunyai fenomena-fenomena seperti diatas
umumnya merupakan perairan yang subur atau dalam kondisi yang baik. Dengan
diketahuinya daerah perairan yang subur tersebut, maka daerah perairan
penangkapan ikan bisa diketahui keberadaannya.
Nelayan di perairan Cilacap belum sepenuhnya memanfaatkan keberadaan
peta prakiraan daerah penangkapan ikan. Dalam penentuan daerah penangkapan
ikan, nelayan masih melakukan hal tersebut secara tradisional yang hanya
berdasarkan pengalaman dan tanda-tanda alam. Nelayan menentukan daerah
penangkapan ikan melakukan cara seperti melihat ada tidaknya kawanan burung-
burung laut, bongkahan kayu, dan riak-riak air. Cara seperti itu akan mengakibatkan
ketidakpastian hasil tangkapan cukup tinggi, karena nelayan tidak mengetahui
lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan sehingga akan mengakibatkan biaya
yang besar dan waktu yang lama.
Uraian di atas menunjukan bahwa Kementerian Kelautan Perikanan melalui
Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) ingin meningkatkan efesiensi melalui
penyediaan PPDPI. Namun, nelayan di Cilacap lebih memilih menggunakan cara-
cara tradisional. Oleh karena itu, persepsi terhadap PPDPI perlu dipelajari dan
faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi tersebut.

Perumusan Masalah
Penggunaan PPDPI belum efektif dan aplikatif di tingkat nelayan. Akibatnya
PPDPI belum dapat meningkatkan efisiensi operasi penangkapan sebagaimana
yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian secara sistematis tentang
hal-hal berikut:
1. Persepsi masyarakat nelayan terhadap PPDPI
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi perpsepsi nelayan terhadap PPDPI
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi persepsi nelayan tradisional terhadap Peta daerah penangkapan
ikan di perairan Cilacap.
2. Mengidentifikasi faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi
masyarakat nelayan terhadap peta daerah penangkapan ikan di perairan Cilacap.
3. Mengetahui tingkat pemanfaatan peta prakiraan daerah penangkapan ikan oleh
nelayan di perairan Cilacap

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
perikanan dan kelautan terutama terkait peta daerah penangkapan ikan.
2. Sebagai masukan terhadap pemerintah dalam menyusun kebijakan dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan
3. Memberikan tambahan pengetahuan sekaligus berdampak positif pada nelayan
secara khusus tentang peta prakiraan daerah penangkapan ikan
4. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana Fakultas Perikanan dan ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Perikanan
Perikanan merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan ikan, termasuk
memproduksi ikan, baik melalui penangkapan (perikanan tangkap) maupun
budidaya (perikanan budidaya), atau mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan
manusia akan pangan sebagai sumber protein dan non pangan (pariwisata dan ikan
hias). Ruang lingkup kegiatan usaha perikanan tidak hanya memproduksi ikan saja
(on farm), tetapi juga mencakup kegiatan off farm, seperti pengadaan sarana dan
prasarana produksi, pengolahan, pemasaran, pemodalan, riset dan pengembangan,
perundangundangan, serta faktor usaha pendukung lainnya. Jenis usaha perikanan
dibagi menjadi tiga antara lain usaha melalui penangkapan, usaha melalui budidaya,
dan usaha pengolahan ikan.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang No. 31
Tahun 2004, perikanan dikatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan, mulai dari
pra-produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan. Aktifitas perikanan sangat beragam dan
berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Sebagai aktifitas primer,
perikanan dibedakan ke dalam aktifitas penangkapan (capture fisheries) dan
budidaya (culture fisheries atau aquaculture) (Wiadnya 2012).

Definisi Perikanan Tangkap


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no 45 tahun 2009,
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan
di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, atau mengawetkannya.
Perikanan tangkap adalah kegiatan yang sangat tergantung pada
ketersediaan dan daya dukung sumberdaya ikan dan lingkungannya.
Keberlanjutan perikanan memerlukan pengelolaan sumberdaya ikan yang tepat,
yaitu pemanfaatan sumberdaya perikanan yang mempertimbangkan keberlanjutan
sumberdaya ikan. Konteks pembangunan perikanan berkelanjutan, Charles (2001)
mengatakan bahwa keberlanjutan harus dilihat secara lengkap, tidak sekedar tingkat
penangkapan perikanan tangkap atau biomasa, tetapi aspek-aspek lain perikanan,
seperti ekosistem, struktur sosial dan ekonomi, komunitas nelayan dan pengelolaan
kelembagaannya. Keberlanjutan perikanan tangkap harus dilihat dari empat aspek
keberlanjutan, yaitu aspek keberlanjutan ekologi (memelihara keberlanjutan stok
atau biomasa dan meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem), keberlanjutan
sosio-ekonomi (kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu),
keberlanjutan komunitas (keberlanjutan kesejahteraan komunitas) dan
keberlanjutan kelembagaan (pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang
sehat).

Definisi Nelayan
Nelayan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun
2009 adalah orang yang melakukan pekerjaan menangkap ikan. Nelayan adalah
orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan
dan binatang air lainnya. Aspek pendukung dalam industri perikanan tangkap
antara lain yaitu aspek pengadaan input, pemasaran, dan pengolahan. Nelayan
diartikan sebagai orang yang menjalankan usaha penangkapan ikan atau orang
yang ikut mengoperasikan peralatan tangkap dan orang yang mempunyai
kapal, Sedangkan orang yang melakukan pekerjaan membuat jaring,
mengangkat alat alat atau perlengkapan ke dalam kapal atau perahu tidak termasuk
dalam kategori sebagai nelayan. Orang yang bermata pencaharian sebagai
nelayan memiliki karakter keras, hal ini disebabkan kondisi alam yang dihadapi
oleh para nelayan yang ekstrim dan memiliki resiko yang besar.
Nelayan didefinisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan
dalam operasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air. Termasuk dalam
kategori pekerjaan pemeliharaan adalah pekerjaan pembenihan, pemberian
makanan ikan, pemupukan dan pemberantasan hama, pengairan tambak atau kolam
ikan. Berdasarkan usaha dan aktivitas ekonominya, nelayan dapat didefinisikan
sebagai sekelompok orang yang tinggal di wilayah pesisir yang secara langsung
memanfaatkan sumber daya alam pesisir dan laut, yaitu terdiri dari nelayan pemilik,
buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan,
pengolah ikan, pemasok faktor sarana produksi perikanan, dan lain-lain untuk
menyokong kehidupan kesehariannya (Nikijuluw 2001).
Tarigan (2000) mengemukakan bahwa nelayan adalah orang yang melakukan
penangkapan di laut dan di tempat yang masih dipengaruhi pasang surut.
Berdasarkan pendapatnya, nelayan dapat dibagi menjadi:
a. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya
berasal dari perikanan.
b. Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya
berasal dari perikanan.
c. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya
berasal dari perikanan.
d. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif
sebagai nelayan.
Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang
peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan
tersebut didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan
mengoperasikan alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan fishing
ground (daerah penangkapan ikan). Berdasarkan kepemilikan modal dan
peralatan, nelayan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Nelayan juragan adalah orang yang memiliki modal, kapal dan peralatan
untuk menjalankan usaha penangkapan ikan.
2. Nelayan buruh atau Anak Buah Kapal (ABK) yaitu tenaga kerja yang
melakukan penangkapan dan pengangkutan hasil tangkapan.
Antara nelayan juragan dan buruh (ABK) terdapat perbedaan status sosial, hal
ini dikarenakan pembagian hasil tangkapan dari melaut. Juragan sebagai
pemilik modal dan peralatan mendapatkan bagian yang lebih besar dan ditambah
dengan biaya perawatan kapal dan peralatan, sedangkan buruh mendapatkan
bagian lebih kecil yaitu sisa bagian hasil dari juragan dan bagian tersebut dibagi-
bagi dengan buruh lainnya berdasarkan jumlah ABK yang ikut dalam kapal.
Nelayan dapat dibedakan berdasarkan teknologi yang dipakai untuk aktivitas
menangkap ikan di laut, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan
modern menggunakan metode dan peralatan dan penangkapan yang lebih maju.
Teknologi yang digunakan dalam usaha penangkapan bertujuan untuk
meningkatkan produksi semaksimal mungkin. Sedangkan, nelayan tradisional
hanya mengandalkan alam dan pengalaman untuk mencari ikan. Pengalaman
sangat penting dalam menentukan posisi kapal dan daerah penangkapan ikan.
Peralatan dan metode untuk mengangkap ikan juga sangat sederhana, oleh karena
itu, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan tradisional jauh lebih sedikit dibanding
dengan nelayan modern.

Definisi Persepsi
Menurut Baron dan Byrne (2004) persepsi adalah suatu proses memilih,
mengorganisir, dan menginterpretasi informasi dikumpulkan oleh pengertian
seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Sementara menurut
Mulyana (2010) dalam Purnamasari (2012) persepsi manusia terbagi menjadi dua,
yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia.
Persepsi dilakukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan objek
dan orang.
Myers (2012) mengatakan bahwa persepsi merupakan sebuah arahan
seseorang untuk berperilaku. Persepsi dapat menjadi panduan atas tindakan
berdasarkan makna yang diberikan pada stimulus yang dirasakan. Pengertian ini
didasarkan pada saat terdapat suatu stimulus yang menarik perhatiannya, maka
yang akan terjadi adalah suatu proses perceiving dan meaning. selain itu, terdapat
pula interpretasi terhadap simbol-simbol yang ada pada stimulus tersebut. Proses
persepsi tersebut dipengaruhi oleh konteks dimana individu tersebut berada. Selain
dari hal yang telah disebutkan, kemampuan persepsi seseorang dapat pula
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor internal. Faktor lingkungan terdiri
intensitas terjadinya sebuah stimulus, ukuran sebuah stimulus, pengulangan
stimulus yang sama, kemudahan untuk dicermati, gerakan yang diberikan oleh
stimulus, serta keberadaan objek pada sebuah situasi. Sementara itu, yang dimaksud
dengan faktor internal terdiri atas faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Robbins (2001) dalam Purnamasari (2012 terdapat faktor-faktor yang dapat
memengaruhi persepsi seseorang, yaitu:
1. Individu
Seorang individu dapat dipengaruhi oleh karakteristik individualnya dalam
proses persepsi. Karakteristik individu tersebut meliputi sikap, motif, kepentingan,
minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapan.
2. Obyek persepsi
Obyek persepsi dalam hal ini dapat berupa manusia, benda, maupun
peristiwa. Karakteristik obyek persepsi dapat memengaruhi persepsi. Obyek
persepsi tidak dapat dipersepsikan sendiri, tetapi dilihat keterkaitannya antara
obyek persepsi dengan lingkungan sekitarnya.
3. Situasi
Persepsi dapat dilihat secarah menyeluruh, maksudnya situasi yang terjadi
pada saat proses persepsi terjadi juga perlu mendapatkan perhatian. Faktor-faktor
situasi ini meliputi waktu, kondisi sebuah lokasi, dan keadaan sosial.
Walgito (2004) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi
dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam 10 bentuk. Stimulus mana
yang akan mendapatkan respos dari individu tergantung pada perhatian individu
yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,
pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam
mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu
satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama
dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman, dan sudut pandangnya.
Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek
tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang
dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun
negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar
kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian
yang membukanya. Persepsi merupakan hasi kerja otak dalam memahami atau
menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi 2006).
Reksowardoyo (1983) menyatakan bahwa faktor utama dalam persepsi
adalah kemampuan seseorang mengambil sejumlah fakta dan informasi yang
terbatas dan kemudian menyesuaikannya kepada suatu gambaran secara
keseluruhan. Dua faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembentukan
persepsi yaitu :
1. Informasi yang sangat menunjang dimulainya persepsi
2. Keadaan internal yang cenderung membantu interpretasi informasi baru yang
lebih berarti terhadap kesan yang telah terbentuk.
Effendy (1993) menyatakan bahwa persepsi adalah penginderaan yang
dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan
mempersepsi antara orang yang satu dengan yang lain, tidak akan sama meskipun
mereka sama-sama dalam satu organisasi atau kelompok. Hal itu disebabkan
persepsi tersebut dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi orang tersebut baik dia
seorang komunikator atau komunikan.

Definisi Peta Prediksi Daerah penangkapan Ikan


Peta prediksi daerah penangkapan ikan (Fishing Ground) atau disingkat
PPDPI merupakan iptek yang sangat bermanfaat bagi nelayan dan pengusaha yang
bergerak pada bidang penangkapan ikan di laut. Pembuatan PPDPI untuk wilayah
Indonesia, merupakan kegiatan yang telah dirintis sejak tahun 2000 oleh
Departemen Kelautan Perikanan Republik Indonesia. Upaya ini bertujuan untuk
membantu aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan terutama dalam
hal penghematan bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan selama operasi
penangkapan ikan. Pada umumnya para nelayan hanya mengandalkan naluri dan
pengalaman dalam mendeteksi area yang diperkirakan banyak ikan, sehingga hal
ini tentunya dapat menyebabkan inefisiensi energi (bahan bakar dan tenaga), boros
waktu, dan hasil tangkapan yang relatif rendah. Oleh karena itu, cara untuk
penangkapan ikan harus mulai diubah menjadi paradigma mengambil dengan
bantuan teknologi citra satelit oseanografi tersebut. Informasi fishing ground
merupakan kebutuhan vital yang diperlukan pada usaha penangkapan ikan berupa:
1. Titik koodinat pada posisi lintang dan bujur yang terdapat pada peta lokasi
daerah penangkapan ikan yang diberi tanda gambar ikan berwarna merah.
2. Titik koordinat pada posisi lintang dan bujur yang terdapat pada peta lokasi
potensi daerah penangkapan ikan ditandai dengan gambar ikan berwarna ungu.
Pada Potensi Daerah Penangkapan ini, ikan diperkirakan berada pada sekitar
posisi lintang dan bujur yang ditetapkan. Dengan hasil menemukan titik
koordinat lintang dan bujur lokasi penangkapan maupun potensi daerah
penangkapan di laut nelayan dapat langsung mengoperasikan alat tangkap ikan
yang dibawanya.
PPDPI itu sendiri adalah salah satu produk peta tematik kelautan yang
memanfaatkan penggabungan data-data parameter oseanografi (suhu permukaan
laut, produktivitas primer, ketinggian permukaan laut, arus, dan salinitas) baik data
dari satelit oseanografi maupun data-data pada stasiun pengamatan untuk
menganalisa daerah potensi penangkapan ikan. Hal ini didukung oleh tersedianya
fasilitas data-data satelit oseanografi yang bebas penggunaan dan bersifat near real
time. Sebagai tambahan, data pengamatan lapangan dan prediksi seperti data-data
meteorologi (kecepatan angin, arah angin, gelombang laut) oleh Instansi seperti
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau Dinas Kelautan
Perikanan (DKP) untuk informasi keselamatan pelayaran.
Pembuatan peta dapat dilakukan secara rutin karena akses data utama yang
near real time salah satunya pada citra Satelit Terra dan Aqua (MODIS atau
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) oleh Instansi NASA melalui url
berikut (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/modis/). Pembuatan peta ini berdasarkan
informasi yang didapat dari data oceancolor dari MODIS, data suhu permukaan laut
dari sensor advance very high resolution radiometer (AVHRR), suhu permukaan
laut dari sensor amsr and tmi, ketinggian permukaan laut, klorofil-a, dan kecepatan
ketinggian permukaan laut serta data arah dan kecepatan angin dan gelombang laut.
Berdasarkan informasi-informasi dari data tersebut, dapat diinterpretasikan menjadi
daerah penangkapan ikan dan daerah yang berpotensi menjadi daerah penangkapan
ikan. Selanjutnya informasi daerah penangkapan ikan dan daerah yang berpotensi
menjadi daerah penangkapan ikan tersebut dikemas menjadi suatu bentuk peta yang
lengkap dengan atribut-atributnya, sehingga memudahkan penggunaannya
(BROK-KKP 2007).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakuan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang
terletak di Desa Tegalkamulyan, kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap,
Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Februari
2017 untuk mengumpulkan data.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam peneltian ini sebagai berikut:
1. Tape recorder digunakan untuk merekam hasil wawancara
2. Kamera digunakan untuk mengambil gambar saat penelitian
3. Kuisoner digunakan untuk memperoleh data primer
4. Alat tulis digunakan untuk mencatat jawaban responden

Pengumpulan Data
Populasi yang menjadi objek penelitian ini merupakan nelayan di wilayah
pelabuhan perikanan samudera Cilacap. Penentuan sampel nelayan dilakukan
dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis armada penangkapan ikan, kemudian
ditentukan jumlah sampel sebesar 10% dari setiap jenis armada penangkapan ikan
yang teridentifikasi. Dalam menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pendapat Gay diacu dalam Umar (2003) yang menyatakan
bahwa ukuran minimun sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian
yang digunakan untuk metode desktiptif adalah 10% dari populasi. Pengambilan
sampel penelitian dari masing-masing armada penangkapan ditentukan secara
Purposive Sampling, Metode sampling ini mengambil sampel secara sengaja dan
acak yang dirasa dapat mewakili populasi sehingga tujuan yang diinginkan tercapai.
Pemilihan ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui perbedaan persepsi dari
nelayan dari berbagai jenis alat tangkap yang digunakan.
Pengambilan data persepsi dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
relevan dengan variabel yang akan diteliti meliputi identitas responden dan
berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat ekonomi,
peran pemerintah, dan potensi sumberdaya ikan yang mempengaruhi persepsi
nelayan terhadap peta prakiraan daerah penangkapan ikan. Informasi atau
keterangan diperoleh dari responden dengan cara pengisian daftar pertanyaan
melalui wawancara. Daftar pertanyaan tentang persepsi dirancang dengan
memberikan beberapa alternatif pilihan jawaban yang disusun dengan
menggunakan skala jumlahan yaitu Skala Likert.
Data sekunder yang diperoleh berupa data yang mendukung penelitian
melalui penelusuran pustaka yang terdapat di instansi terkait di kota Cilacap,
Kabupaten Cilacap dan provinsi Jawa Tengah seperti Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) Cilacap, Unit Pelaksana Teknis PPS Cilacap, Dinas Kelautan
Perikanan Kabupaten Cilacap, Dinas Kelautan Perikanan Provinsi jawa Tengah,
dan lainya.

Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji Validitas instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas sebuah data
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang diperoleh dari
penyebaran kuisioner. Uji validitas digunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:

( ) ( )( )
=
[( 2 ) ( )2 |( 2 ) ( )2 ]

Keterangan:
Rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
= jumlah responden
X = skor suatu butir/item
Y = skor total

Bila diperoleh nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka tolak Ho,
artinya pertanyaan pada kuesioner sahih atau valid. Uji validitas dilakukan pada
tingkat signifikan (toleransi) 5% atau 0,05.

2. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu
alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur
seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang
konsisten. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukuran
tersebut.
Uji Reliabilitas sangat penting dalam suatu penelitian, dimana ada dua
manfaat dalam memiliki skala dengan keandalan tinggi, yaitu :
1. Dapat membedakan antara berbagai tingkatan kepuasan lebih baik daripada
skala dengan keandalan rendah
2. Besar kemungkinan bahwa kita akan menemukan hubungan yang signifikan
antara variabel yang sebenarnya memang terkait satu dengan yang lainnya
(berkorelasi)
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach sebagai berikut:
2
11 = [ ] [1 2 ]
1

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b = jumlah varian butir / item
2

Vt2 = varian total


Menurut Triton diacu dalam Mulyani (2006), Alfa Cronbach berada diantara
0 1, semakin dekat angka 1 maka semakin baik instrumen yang diujikan. Penilaian
Alfa Cronbach berdasarkan aturan berikut :
0,00 < 0,20 : Kurang reliable
0,20 < 0,40 : Agak reliable
0,40 < 0,60 : Cukup reliable
0,60 < 0,80 : Reliable
0,80 < 1,00 : Sangat reliable

3. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif adalah suatu statistik penyajian data melalui tabel, grafik,
perhitungan modus, perhitungan rata-rata, nilai distribusi serta standar deviasi
(Rangkuti 2006). Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk menghitung persentase suatu jawaban dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
F
P = ( ) x 100%
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih
N = Jumlah seluruh frekuensi alternatif jawaban yang jadi pilihan
100 = Konstanta

4. Analisis Regresi Berganda


Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada Persepsi nelayan
terhadap peta daerah penangkapan ikan di perairan Cilacap dengan regresi
berganda. Regresi berganda menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah
persamaan regresi dengan satu peubah tak bebas (Y) dengan lebih dari satu peubah
bebas ( X1, X2, Xn). Pengaruh antara peubah-peubah tersebut dirumuskan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2+..+ bnXn


Keterangan:
Y = Variabel dependen (persepsi terhadap PPDPI)
X1,X2,Xn = Variabel independen (tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat
ekonomi, peran pemerintah, potensi sumberdaya)
a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2..Xn = 0)
b = Koefisien regresi

Hasil regresi tersebut dapat dieprcaya atau pengaruh nyata apabila


mempunyai probabilitas (p) < 0.05.

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN


Rencana Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahapan yaitu prapenelitian, penelitian,
dan pasca penelitian. Jadwal kegiatan penelitian tertera ditabel dua.

Tabel 2. Tabel Rencana Pelaksanaan Penelitian


2016-2017
Kegiatan Pelaksanaan Bulan
11 12 1 2 3 4 5 6
1. Prapenelitian
1.1 Konsultasi proposal
1.2 Pembuatan proposal
1.3 Administrasi proposal
1.4 Survey penelitian
1.5 Pengambilan data
prapenelitiain
2. Penelitian
2.1 Wawancara
2.2 Pengumpulan data
3. Pascapenelitian
3.1 Pengolahan dan
analisisi data
3.2 Penyusunan draft
skripsi
3.3 Seminar
3.4 Ujian akhir
3.5 Penyelesaian akhir
Konsultasi

Anggaran Biaya
Anggaran biaya yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu sebesar Rp
4.400.000. Anggaran penelitian disajikan pada tabel tiga.

Tabel 3. Tabel Anggara Biaya Penelitian


NO Kegiatan Biaya
1 Persiapan penelitian
1.1 Pembuatan proposal Rp. 400.000
1.2 Pembuatan Kuisoner Rp. 300.000
2 Persiapan penelitian
2.1 Transportasi Rp. 600.000
2.2 Akomodasi Rp. 1.200.000
2.3 Konsumsi Rp. 400.000
3 Penyusunan skripsi
3.1 Pengolahan data Rp. 500.000
3.2 Seminar hasil penelitian Rp. 800.000
3.3 Perbaikan atau Revisi Rp. 200.000
Total Biaya Rp. 4.400.000

DAFTAR PUSTAKA
Baron RA Byrne D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta (ID): Pratama Gelora
Aksara.
[BPOL-KKP] Balai Penelitian dan Observasi Laut Kementrian Kelautan dan
Perikanan. 2016. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan. [Internet].
[diunduh 1 Desember 2016]. Tersedia Pada:
http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/peta-pdpi
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Peternakan.Jakarta (ID): BPS
[BROK-KKP] Badan Riset dan Observasi Kelautan Kementrian Kelautan dan
Perikanan. 2007. Perkembangan PPDPI di Wilayah Perairan Indonesia
tahun 2004-2006. Jakarta (ID): BROK-KKP
Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. London (UK): Blackwell Science.
Effendy OU. 1993. Dinamika Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya.
Gay LR. dan Diehl PL. (1992). Research Methods for Business and. Management.
New York (AS): Mac Millan Publishing Company.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2013. Kelautan
dan Perikanan Dalam Angka 2011 . [Internet]. [diunduh 30 Desember
2016]. Dapat diunduh dari:
http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/file/37/kpda11_ok_r06_v02.pdf/
Mattjik AA dan Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi
SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB-Press.
Nikijuluw VPH. 2001. Pengelolaan Pesisir Terpadu. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Purnamasari AI. 2013. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Desa Cipaganti Terhadap
Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan
Pelanggan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Reksowardoyo. 1983. Hubungan Berbagai Karakteristik Warga Masyarakat Desa
Sarampad Kabupaten Cianjur dan Persepsi Mereka Tentang Ternak Kelinci
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Robbins S. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta (ID): Erlangga
Sabins F. 1996. Remote Sensing Principles and Interpretation Second Edition.
New York.(AS): W. H. Freeman an Company.
[SETKAB] Sekretaris Kabinet Republik Indonesia. 2014. Meningkatkan
Kesejahteraan Nelayan Cilacap. [Internet]. [diunduh 20 Desember 2016].
Tersedia Pada: http://setkab.go.id/meningkatkan-kesejahteraan-nelayan-
cilacap/
Tarigan M.S. 2000. Pesisir dan Pantai Indonesia IV. Jakarta (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi LIPI
Umar H. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT
Raja Grafindo Persada
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Nelayan
Waidi. 2006. The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta (ID):
Gramedia.
Walgito B. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta (ID): CV Andi Offset.
Wiadnya. 2012. Karakteristik Perikanan Laut Indonesia [skripsi]. Malang (ID): Universitas
Brawijaya
KUISIONER
ANALISIS PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PETA
DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN
CILACAP

IDENTITAS PEWAWANCARA NO:


Nama : Muhammad Ridwan A Tanggal:
NIM : C44130048
Pekerjaan : Mahasiswa
No. HP : 083820583887
Identitas Responden
Nama : .....
Usia : Tahun
Pekerjaan Utama : A. ABK
B. Nahkoda
C. Pemilik
Pekerjaan Sampingan :
Tempat Tinggal :
Status : Kawin/Belum Kawin
Jumlah Keluarga Tanggungan :
No. Hp :
Jenis Armada Tangkap: :
Besar Armada Tangkap : GT
Jumlah Armada Tangkap :
A. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap PPDPI
No Pertanyaan Jawaban Skala Standar Indikator
1 Apa Pendidikan 1 Tidak Taman SD
Terakhir Bapak/ Ibu? 2 Tamat SD
3 Tamat SMP
4 Tamat SMA
2 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Perlu Tidak Pendidikan 2 Tidak
Itu? 3 Perlu
4 Sangat Perlu
3 Apakah Saat Menempuh 1 Tidak Sama Sekali
Pendidikan, Pernah 2 Sedikit
Diberi Pembelajaran 3 Banyak
Selain Materi Pelajaran? 4 Sangat Banyak
4 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Apakah Pendidikan 2 Tidak
Dapat Meningkatkan 3 Sejutu
Kualitas Dan 4 Sangat Setuju
Kemampuan Untuk
Mencapai Kedudukan
Dan Yang Lebih Baik.
B. Pengaruh Tingkat Pengalaman Kerja Terhadap PPDPI
No Pertanyaan Jawaban Skala Standar Indikator
1 Sudah Berapa Lama 1 < 1 Tahun
Bapak/Ibu Menjadi 2 1 S/D 3 Tahun
Nelayan?? 3 4 S/D 6 Tahun
4 > 6 Tahun
2 Berapa Kali Trip Kalau 1 1 Kali
Sekali Melaut??? 2 2 S/D 5 Kali
3 6 S/D 9 Kali
4 > 9 Kali
3 Berapa Kali Melaut 1 1 Kali
Dalam Setahun??? 2 2 S/D 5 Kali
3 6 S/D 9 Kali
4 > 9 Kali
4 Apakah Bapak/Ibu Tidak Ada
1
Mempuyai Sedikit (1 Keterampilan)
2
Keterampilan Selain Banyak (2-3 Keterampilan)
3
4 Sangat Banyak
Jadi Nelayan??
( >4 Keterampilan)
5 Apakah Bapak/Ibu 1 Tidak Pernah
Pernah Mengikuti 2 Terkadang (1 Kali)
Pelatihan??? 3 Sering ( 2-3 Kali)
4 Sangat Sering ( >4 Kali)
C. Pengaruh Tingkat Ekonomi Terhadap PPDPI
No Pertanyaan Jawaban Skala Standar Indikator
1 Berapa Penghasilan 1 < Rp. 500 Ribu
Dalam Satu Bulan?? 2 Rp. 500 Ribu. S/D Rp. 1 Juta
3 Rp. 1 Juta S/D Rp. 2 Juta
4 > Rp. 2 Juta
2 Berapa Pengeluaran 1 > Rp. 2 Juta
Dalam Satu Bulan?? 2 Rp. 1 Juta S/D Rp. 2 Juta
3 Rp. 500 Ribu. S/D Rp. 1 Juta
4 < Rp. 500 Ribu
3 Apakah Bapak/Ibu 1 Tidak Memiliki
Mempunyai Tabungan? 2 Punya,< Rp. 1 Juta
3 Punya 1 Juta S/D 2 Juta
4 Punya > 2 Juta
4 Apakah Bapak/Ibu 1 Punya > 2 Juta
Mempunyai Hutang? 2 Punya 1 Juta S/D 2 Juta
3 Punya, <Rp. 500 Ribu.
4 Tidak
5 Apakah Di Sini Ada 1 Tidak Ada
Modal Peminjaman Buat 2 Sedikit (1-2 Buah)
Usaha Seperti Koperasi? 3 Banyak (2-4 Buah)
4 Sangat Banyak.( >4 Buah)
D. Pengaruh Peran Pemerintah Terhadap PPDPI
No Pertanyaan Jawaban Skala Standar Indikator
1 Apakah Ada Sosialisasi 1 Tidak Ada
Terhadap Nelayan 2 Tidak Sering (1-3 Kali)
Disini??? 3 Sering ( 4-6 Kali)
4 Sangat Sering (> 6 Kali)
2 Bagaimana Sosialisasi 1 Tidak Bagus
Yang Dilakukan 2 Kurang Bagus
Terhadap Nelayan 3 Bagus
Disini??? 4 Sangat Bagus
3 Menurut Bapak/Ibu
1 Tidak Sama Sekali
Perlu Tidak Sosialisasi
2 Tidak
Yang Dilakukan
3 Perlu
Terhadap Nelayan
4 Sangat Perlu
Disini???
4 Apakah Ada Bantuan 1 Tidak Ada
Terhadap Nelayan 2 Tidak Sering (1-3 Kali)
Disini??? 3 Sering ( 4-6 Kali)
4 Sangat Sering (> 6 Kali)
5 Bagaimana Bantuan 1 Tidak Bagus
Yang Dilakukan 2 Kurang Bagus
Terhadap Nelayan 3 Bagus
Disini??? 4 Sangat Bagus
6 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Perlu Tidak Bantuan 2 Tidak
Yang Dilakukan 3 Perlu
Terhadap Nelayan 4 Sangat Perlu
Disini???
E. Pengaruh Potensi Sumberdaya Terhadap PPDPI
No Pertanyaan Jawaban Skala Standar Indikator
1 Menurut Bapak/Ibu 1 Sangat Terjaga
Apakah Sumberdaya 2 Terjaga
Disini Masih Terjaga? 3 Tidak Terjaga
4 Sangat Tidak Terjaga
2 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Apakah Sumberdaya 2 Tidak
Disini Perlu Dijaga? 3 Perlu
4 Sangat Perlu
3 Apakah Bapak/Ibu 1 Sangat Tidak Tahu
Mengetahui Ada 2 Tidak Tahu
Peraturan Atau Sanksi 3 Tahu
Untuk Menjaga 4 Sangat Susah
Sumberdaya Disini?
4 Menurut Bapak/Ibu 1 Sangat Mudah
Apakah Mencari DPI Di 2 Mudah
Sini Mudah? 3 Susah
4 Sangat Susah
5 Apakah Ada Kegiatan 1 Tidak Ada
Pelestarian Laut 2 Tidak Sering (1-3 Kali)
Disini??? 3
4 Sering ( 4-6 Kali)
Sangat Sering (> 6 Kali)
F. Persepsi Nelayan Terhadap PPDPI
No Pertanyaan Jawaban Skala Standar Indikator
1 Apakah Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Mengetahui Tentang Peta 2 Tidak
Daerah Penangkapan 3 Tahu
Ikan?? 4 Sangat Tahu
2 Apakah Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Mengetahui Kkp/ 2 Tidak
Pemerintah Sering 3 Tahu
Menerbitkan Peta Daerah 4 Sangat Tahu
Penangkapan Ikan??
3 Apakah Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali (Tidak
Menggunakan Peta Daerah 2 Pernah)
Penangkapan Ikan?? 3 Pernah Sesekali (1-5 Kali)
4 Terkadang (6- 10 Kali )
Sering ( >10 Kali)
4 Apakah Bapak/Ibu Bisa 1 Tidak Sama Sekali
Membaca Peta Daerah 2 Tidak
Penangkapan Ikan?? 3 Bisa
4 Sangat Bisa
5 Apakah Menurut 1 Tidak Sama Sekali
Bapak/Ibu Mudah 2 Tidak
Menggunakan Peta Daerah 3 Mudah
Penangkapan Ikan ?? 4 Sangat Mudah
6 Apakah Menurut 1 Tidak Sama Sekali
Bapak/Ibu Peta Daerah 2 Tidak
Penangkapan Ikan 3 Setuju
Akurat?? 4 Sangat Setuju
7 Apakah Menurut 1 Tidak Sama Sekali
Bapak/Ibu Peta Daerah 2 Tidak
Penangkapan Ikan Dapat 3 Setuju
Meningkatkan Hasil 4 Sangat Setuju
Tangkapan??
8 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Menggunakan Peta Daerah 2 Tidak
Penangkapan Ikan Sama 3 Setuju
Saja Dengan Penentuan 4 Sangat Setuju
Yang Biasa Dilakukan?
9 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Perlukah Menggunakan 2 Tidak
Peta Daerah Penangkapan 3 Perlu
Ikan Bagi Nelayan?? 4 Sangat Perlu
10 Menurut Bapak/Ibu 1 Tidak Sama Sekali
Apakah Peta Dpi 2 Tidak
Bermanfaat Bagi Nelayan? 3 Bermanfaat
4 Sangat Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai