Anda di halaman 1dari 3

Realita Ceki di Kalangan Masyarakat Kali

Pewawancara : Bagaimana kaitan antara judi (ceki) dengan penggalian dana?

Narasumber (Wayan Sana) :Nah sekarang kenyataanya masih cukup banyak umat kita,
diwaktu membangun pura, melakukan upacara di pura bersandarkan pada judi dalam bentuk ceki
sebagai arena penggalian dana. Itu berarti kita akan mewariskan judi sebagai salah satu budaya
hidup nantinya, yang mana kita telah ketahui bersama bahwa judi itu sangat dilarang oleh agama
kita.

Pewawancara :Judi (ceki) dapat merusak moral dan masa depan kita, kenapa itu masih
dilakukan?

Narasumber : Di dalam aktivitas beragama Hindu ada sebuah tatanan yang tersirat, yaitu;
melalui pelaksanaan upacara agama kita mendalami tattwa yang menerapkan etika. Setiap ada
upacara kita harus mengkaji tattwa yang terkandung di dalamnya, untuk melandasi kehidupan
kita sehari-hari, di samping itu kita harus mampu menerapkan susila (etika).Setiap upacara penuh
dengan makna tattwa dan diatur oleh tata susila. Sebagai contoh; setiap ada pujawali pasti
menggunakan sarana-sarana yang mana sarana tersebut merupakan simbol (niyasa) yang dapat
memberikan tuntunan kerohanian untuk mencapai tujuan hidup yang sejati. Dalam
mempersiapkan upacara, dan di waktu pelaksanaan upacara itu pula penuh dengan aturan yang
mengacu pada tata susila, sehingga upacara tersebut menjadi sakral dan suci.

Pewawancara :Kalau di dalam berjudi apakah ada tattwanya? Bagaimana bentuk tata susila
yang diterapkan agar dapat menuntun si penjudi menuju kesucian pikiran dan menemukan jati
dirinya?

Narasumber : Maka dari itulah saya sangat tidak setuju apabila ada judi di halaman pura, atau
mengadakan judi dengan dalih membangun pura, apalagi untuk modal melakukan upacara
agama. Karena tindakan tersebut sangat merugikan kita dan dapat menodai kesucian Agama.
Sangat malu kita jadinya jika aktivitas agama diidentikkan dengan judi.Saya menyadari dalam
ajaran agama Hindu ada juga mengajarkan mengenai RwaBhineda, yaitu dua hal yang sangat
kontradiktif. Tetapi kaitannya dengan aktivitas agama itu, judi itu dihubung-hubungkan dengan
agama, saya sangat tidak setuju. Jadi judi ya judi, silahkan membuat tempat judi khusus. Pura
sebagai tempat yang kita sucikan ya tetap tempat suci. Jangan diaduk-aduk, di samping dapat
membingungkan juga sangat mencemari kesucian pura sekaligus menodai agama.

Dilain pihak ceki yang sering diidientikkan dengan judi mulai ditepis kesan judinya
dengan menjadikan permainan ini sebagai olahraga rekreasi. Salah-satunya melalui turnamen
yang digelar oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Daerah
Bali.Turnamen Ceki sudah digelar sejak bulan Desember 2012 Ini adalah program perdana
FORMI Bali, setelah dilantik beberapa waktu yang lalu oleh Ketua FORMI Pusat, Hayono Isman
di Denpasar,.
FORMI sendiri adalah salah satu dari tiga pilar sistem keolahragaan nasional sesuai UU
no 3 Tahun 2005. Mengingat stigma judi yang begitu kuat melekat pada ceki, maka usaha
menjadikan Ceki sebagai olahraga rekreasi ini telah melalui proses pengkajian serius. Yakni,
melalui forum group discussion (FGD) , diadakan pada bulan September 2012 lalu. FGD
melibatkan dari unsur Parisadha Hindu Dharma, Majelis Utama Desa Pekraman, Akademisi dan
Kepolisian.
Kesimpulan dari FGD tersebut adalah bahwa sepanjang kegiatan ceki tersebut tidak
mengandung unsur perjudian, dalam hal ini taruhan dalam bentuk apapun, maka ceki dapat
menjadi kegiatan rekreasi yang legal dan pada ujungnya menjadi kegiatan social budaya yang
sehat dan diterima masyarakat luas. Itu sebabnya Panitia Turnamen Ceki 2012 yang digawangi
oleh Gus Marhen beberapa tahun yang lalu, telah menyusun tata tertib dan aturan main yang
sesuai dengan hasil FGD berupa Buku Panduan Turnamen Ceki. Di dalamnya unsur taruhan
tidak ada sama sekali, dan mengubahnya menjadi sistem angka penilaian yang umum berlaku
dalam olahraga pertandingan lainnya seperti dalam olahraga kartu Bridge, misalnya.
Sejak Pertama Kali diladakan, Turnamen Olahraga Rekreasi Ceki di GOR Kompyang
Sujana, Denpasar, telah diikuti oleh ratusan atlet ceki dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali
dimana pendaftarannya telah dibuka di masing-masing daerah.Dengan adanya Turnamen
Olahraga Rekreasi Ceki ini diharapkan akan menambah khasanah kekayaan permainan atau
rekreasi tradisi masyarakat Indonesia seperti yang diemban oleh FORMI sebagai wadah
pengembangan olahraga berbasis rekreasi dan tradisi masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai