Anda di halaman 1dari 6

TEMU ILMIAH IPLBI 2014

Kajian Bangunan Bersejarah di Kota Malang sebagai Pusaka


Kota (Urban Heritage) Pendekatan Persepsi Masyarakat
Lalu Mulyadi(1), Gaguk Sukowiyono(2)
(1)
Urban Desain, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.
(2)
Arsitektur Lingkungan, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.

Abstrak

Kota Malang adalah sangat kaya terhadap bangunan bersejarah. Bangunan-bangunan bersejarah
tersebut perlu diketahui secara pasti untuk ditetapkan sebagai pusaka kota (urban heritage) dengan
harapan kota Malang masih menunjukkan karakteristik dan identitasnya sebagai kota Kolonial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bangunan-bangunan bersejarah di kota Malang. Variabel
penelitian yang digunakan adalah bangunan bersejarah. Sedangkan pengambilan data dilakukan
melalui tiga metode yaitu kuesioner, interpretasi foto, dan wawancara serta menggunakan
pendekatan persepsi masyarakat yang tinggal di kota Malang. Analisis yang dilakukan adalah analisis
triangulasi artinya keseluruhan data yang telah dikumpulkan melalui tiga metode tersebut akan
didiskusikan secara terpisah kemudian hasil diskusi oleh masing-masing metode akan dilakukan
penggabungan atau didiskusikan kembali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan
bersejarah yang berada di beberapa lokasi di kota Malang dapat ditetapkan sebagai pusaka kota
(urban heritage).

Kata-kunci : Persepsi masyarakat, Pusaka kota, Bangunan bersejarah.

Pendahuluan Di dalam konteks konservasi kota-kota berse-


jarah, penentuan bangunan bersejarah di dalam
Pertumbuhan kota di Indonesia dilatarbelakangi sebuah kota adalah sangat penting. Oleh karena
oleh berbagai aspek kehidupan didalam perko- itu kajian bangunan bersejarah di dalam kota
taan seperti pertumbuhan penduduk, kemajuan sangat perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
dilakukan pelestarian/konservasi.
dinamika kegiatan perekonomian, perkembang-
an jaringan komunikasi, transportasi dan lain Konservasi dan pembangunan kota-kota berse-
sebagainya. Aspek-aspek tersebut tentunya jarah bukan merupakan hambatan terhadap
akan membawa perubahan terhadap peman- kemajuan zaman, tetapi justru dapat mewujud-
faatan lahan dan fungsi lingkungan diperkotaan,
kan lingkungan kota yang lebih harmonis antara
termasuk pula akan merubah karakteristik
bangunan yang lama dengan bangunan yang
arsitektur kotanya. Perubahan-perubahan ini jika
baru. Kota-kota bersejarah merupakan bukti wa-
dibiarkan akan berakibat terhadap penurunan
risan dari nenek moyang kita, namun bagaima-
kualitas citra lingkungan diperkotaan tersebut,
napun juga kota-kota bersejarah di Indonesia
salah satu cara untuk melindungi atau memper-
tahankan karakteritik arsitektur kotanya adalah masih belum dapat diterima oleh semua pihak.
dengan mengetahui terlebih dahulu aset-aset di Keadaan seperti ini dimungkinkan karena tahap
dalam perkotaan yang berupa artefak (bangun- apresiasi masyarakat yang sangat rendah terha-
an-bangunan bersejarah) yang dapat dijadikan dap kualitas sejarah, nilai kesejarahan dan
sebagai pusaka kota (urban heritage). budaya dibanding dengan aspek lainnya seperti
ekonomi.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_1


Kajian Bangunan Bersejarah di Kota Malang sebagai Pusaka Kota (Urban heritage) Pendekatan Persepsi Masyarakat

Permasalahan bangunan bersejarah diberbagai lalui Undang-Undang Nomor 11 tentang Cagar


kota di Indonesia masih belum banyak diketahui Budaya tahun 2010 pasal 1 ayat 3 bahwa
karakter dan identitasnya. Oleh karena itu ber- warisan budaya bersifat kebendaan berupa ka-
awal dari belum banyak diketahuinya karakter wasan Cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya,
dan identitas bangunan bersejarah, maka peme- benda Cagar Budaya, struktur Cagar Budaya,
rintah daerah cenderung untuk menghancurkan dan situs Cagar Budaya baik yang berada di
beberapa bangunan bersejarah yang ada di kota darat maupun di air perlu dilestarikan kebera-
tersebut, yang menurut pandangan ilmu arsitek- daannya karena memiliki nilai penting bagi
tur kota seharusnya bangunan bersejarah terse- sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama
but perlu dipertahankan agar kedepan kota-kota dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan-
itu memiliki jati diri, sehingga masyarakat yang nya. Undang-undang ini juga memberikan
tinggal di sebuah kota tersebut merasa aman pengertian tentang kawasan Cagar Budaya, dan
dan nyaman. bangunan Cagar Budaya. Kawasan Cagar Buda-
ya adalah satuan geografis yang memiliki dua
Berdasarkan dari uraian permasalahan diatas, situs cagar budaya atau lebih yang letaknya
maka dalam artikel ini penulis mengangkat se- berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
buah rumusan masalah yaitu: Bangunan berse- ruang yang khas.
jarah manakah yang memiliki nilai kesejarahan
dan berkarakteristik untuk dapat dijadikan Menurut Artin (2011) dalam Hayati (2014)
sebagai pusaka kota (urban heritage) di kota kriteria yang dapat dijadikan sebagi benda
Malang? Cagar Budaya adalah berusia 50 tahun atau
lebih, memiliki masa gaya paling singkat 50
Studi Pustaka tahun, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau ke-
1. Bangunan Bersejarah
budayaan.
Adanya bangunan bersejarah tidak lepas dari
2. Heritage
pengaruh masa penjajahan yang berlangsung
selama ratusan tahun di Indonesia termasuk UNESCO memberi definisi heritage yaitu sebagai
kota Malang. Wikantyoso (2005) menyatakan warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini
bahwa kota-kota kolonial Belanda dapat tumbuh dijalani manusia, dan apa yang diteruskan ke-
dan berkembang tidak lepas dari perubahan pada generasi mendatang. Pendek kata, heri-
kebijakan pemerintah kolonial Belanda dari tage adalah sesuatu yang seharusnya diestafet-
sentralistik dijadikan desentralistik. Pada tahun kan dari generasi ke generasi, pada umumnya
1903 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan dikonotasikan mempunyai nilai sehingga patut
Undang-Undang Desentralisasi yang disusul dua dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya.
tahun kemudian, tepatnya tahun 1905, dengan
surat keputusan pelaksanaan desentralisasi. Per- Menurut Robert Pickard (2001), dalam konvensi
ubahan menjadikan gemeente-gemeente di ber- Granada, heritage dalam arsitektur terbagi
bagai wilayah kota terjadi pada saat itu, seperti menjadi 3 kelompok yaitu monumen, bangunan,
Batavia (1905), Bandung (1906), Cirebon (1906), dan sebuah kawasan lingkungan yang memiliki
Pekalongan (1906), Tegal (1906), Se-marang daya tarik dalam hal sejarah. Arsitektural, arke-
(1906), Magelang (1906), Kediri (1906), Blitar ologi, artistik, sosial dan teknologi. Sedangkan
(1906), dan kota Malang (1914). Idid (1996), heritage memiliki nilai penting yang
terkandung didalamnya dan harus dilestarikan
Bangunan-bangunan bersejarah di kota Malang karena keberadaannya menjadi salah satu ele-
seharusnya dapat dijadikan sebagai pusaka kota men pendukung identitas suatu bangsa. Penger-
(urban heritage) yang perlu dilindungi dan dip- tian identitas itu sendiri adalah suatu bentuk lain
ertahankan. Pemerintah telah menyebutkan me- yang terdapat pada citra atau image suatu
B_2 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014
Lalu Mulyadi
tempat sehingga dapat menbedakan dengan takan dalam buku People and Environment.
tempat lainnya. Canter (1977) juga mempunyai pendapat yang
hampir sama dengan Krupart, Walmsley dan
3. Pusaka Lewis, di mana persepsi merupakan suatu pro-
ses yang melibatkan pemikiran. Namun demi-
Pemahaman pusaka dalam dua dekade terakhir
kian semua definisi yang dikemukakan oleh para
ini tidak hanya bertumpu pada artefak tunggal
ahli tersebut di atas menambahkan peman-
namun telah meluas pada pemahaman pusaka
faatan panca indera (penglihatan) merupakan
sebagai suatu saujana (cultural landscape) yang
sebagian dari proses persepsi tersebut dan
luas bahkan bisa lintas batas dan wilayah dan
mereka juga melibatkan alam lingkungannya.
menyangkut persoalan pusaka alam dan budaya
(Adhisakti,2008). Pada Tahun Pusaka Indonesia Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan
2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman), Ja- bahwa persepsi merupakan proses mengumpul-
ringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) kan, mendapatkan, dan menyimpan informasi
bekerjasama dengan International Council on yang diperoleh melalui panca indera mata seba-
Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan gai alat pengamatannya serta kepekaan mereka
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Repu- terhadap alam lingkungan. Persepsi juga tergan-
blik Indonesia mendeklarasikan Piagam Pelesta- tung kepada rangsangan perasaan (sense) dan
rian Pusaka Indonesia 2003. Menurut Adhisakti visual dengan demikian terdapat suatu ikatan
(2008), piagam ini merupakan yang pertama yang kuat antara keduanya.
kali dimiliki Indonesia dalam menyepakati etika
dan moral pelestarian pusaka. Metode Pengumpulan Data

4. Persepsi 1. Metode Kuesioner. Kuesioner ini merupakan


suatu metode yang digunakan untuk menge-
Teori persepsi termasuk dalam teori psikologis tahui pendapat masyarakat. Penyebaran ku-
perilaku. Persepsi merupakan faktor psikologis esioner dilakukan dengan teknik sampel
yang mempunyai peranan penting dalam mem- random pada seluruh masyarakat yang
pengaruhi perilaku seseorang. Perbedaan perse- menempati Kota Malang.
psi sangat dipengaruhi oleh interpretasi yang
berbeda pada setiap individu atau kelompok 2. Metode pengenalan bangunan melalui inter-
(Mahmud, 1990). pretasi foto. Metode ini sangat populer
dalam penelitian persepsi dan penelitian
Menurut Luthans (1991) persepsi meliputi suatu yang bersifat pengamatan secara visual. Se-
intensi yang sulit, dimana terdiri atas kegiatan banyak 30 orang responden yang diminta
seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Persepsi untuk melihat, mencermati, mengamati, dan
lebih luas dan kompleks jika dibandingkan de- memberikan komentar terhadap bangunan
ngan penginderaan, dimana pengorganisasian didalam foto yang telah disusun secara acak.
dan penginterpretasian stimulus dari lingkungan Jika responden dapat mengenali bangunan
dipengaruhi oleh proses belajar dan pengolahan yang terdapat didalam foto secara tepat,
masa lalu. maka bangunan tersebut sangat jelas iden-
titasnya didalam persepsi responden. Alasan
Rapoport (1977) mendefinisikan persepsi dasar yang diberikan oleh responden juga dirasa
ialah mengumpulkan, merasai, dan memahami. sangat penting apabila mereka mengenali
Sementara Krupat (1985) mendefinisikan per- bangunan tersebut.
sepsi sebagai cara untuk mendapatkan informasi
melalui pengalaman sendiri. Sedangkan menurut 3. Metode Wawancara. Wawancara merupakan
Walmsley dan Lewis (1993), persepsi meru- metode utama di dalam penelitian kualitatif.
pakan suatu proses mental seperti yang dinya- Dilakukan wawancara secara mendalam (in-

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_3


Kajian Bangunan Bersejarah di Kota Malang sebagai Pusaka Kota (Urban heritage) Pendekatan Persepsi Masyarakat

dep interview) terhadap 30 orang responden Ringkasan dari hasil kuisioner yaitu:
yang tinggal di kota Malang tentang persepsi
mereka mengenai bangunan-bangunan bers- Jika kita lihat prosentasi yang mengatakan ya,
ejarah. Pertanyaan wawancara kepada 30 maka hal ini membuktikan bahwa di kota
orang responden dititik beratkan pada Malang sangat kaya akan bangunan bersejarah
bangunan yang memiliki nilai sejarah dan yang dapat dijadikan sebagai pusaka kota
memiliki keunikan tersendiri dari segi arsi- (urban heritage). Lihat tabel dan histogram
tekturnya. Metode ini dapat memberikan pendapat responden tetang bangunan berse-
informasi yang lebih jelas dan terperinci jarah diatas. Sebanyak 95% (315 orang) res-
mengenai persepsi responden. Sebelum di- ponden mengharapkan bahwa bangunan-
analisis sebaiknya dilakukan penulisan kem- bangunan bersejarah di kota Malang dapat dija-
bali guna menstrukturkan pernyataan-per- dikan sebagai bangunan Cagar Budaya.
nyataan yang diungkapkan oleh responden
2. Rumusan hasil interpretasi foto.
berupa tulisan dan rekaman, atau disebut
dengan mentranskripkan pernyataan respon-
Persepsi responden terhadap bangunan berse-
den.
jarah di kota Malang adalah dari 33 (tigapuluh
tiga) foto bangunan (arsitektur kota) Malang
Metode Analisis Data
yang ditunjukkan kepada responden hampir
Keseluruhan data yang telah dikumpulkan semua responden mengetahui dan mengenali
melalui tiga metode diatas akan didiskusikan foto tersebut dengan kadar persepsi yang ber-
secara terpisah. Kesimpulan atau temuan dari beda-beda. Persepsi masyarakat dengan kadar
hasil diskusi oleh masing-masing metode akan 60-100% mengetahui dan mengenali bangunan
dilakukan penggabungan atau didiskusikan kem- yaitu kantor balaikota Malang, kantor PLN,
bali melalui analisis yang disebut analisis tri- tempat ibadah seperti gereja Ijen, gereja Kayu-
angulasi. tangan, gereja depan alun-alun, dan masjid
jamik kota Malang, Sekolah Menengah Pertama
Frateran, Sekolah Menengah Atas Katolik Cor
Analisis dan Interpretasi Jesu, hotel Pelangi, hotel Tugu, toko Oen, dan
toko Avia. Sementara persepsi masyarakat yang
1. Rumusan hasil kuesioner
mengetahui dan mengenali bangunan dengan
kadar di bawah 60% rata-rata menyebutkan
Persepsi responden terhadap bangunan berse-
bangunan bersejarah yang telah dirubah bentuk
jarah di kota Malang adalah dari 330 orang res-
tampilannya dari bentuk awalnya. Beberapa
ponden yang diberikan pertanyaan kuisioner,
contoh persepsi masyarakat dengan kadar 60%
87% (288 orang) responden mengatakan bahwa
ke atas ditunjukkan pada foto dibawah ini.
kota Malang memiliki bangunan yang bernilai
sejarah, sedangkan 13% (42 orang) saja yang Kantor Balaikota Malang. Jumlah
menyatakan bahwa kota Malang tidak memiliki responden 30 orang: responden
bangunan yang bernilai sejarah. yang mengenali foto ini adalah
30 orang (100%), responden
Tabel 1. Deskriptif pendapat masyarakat di yang tidak mengenali foto ini 0
kota Malang orang (0%).
Apakah kota Malang
memiliki bangunan Jumlah Prosentase Kantor PLN. Jumlah responden
yang bernilai sejarah 30 orang: responden yang
Ya 288 87 mengenali foto ini adalah 28
Tidak 42 13 orang (93%), responden yang
Total 330 100 tidak mengenali foto ini 2 orang
Sumber: Kajian lapangan, 2013 (7%).
B_4 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014
Lalu Mulyadi
Toko Avia. Jumlah responden 30 Dengan wawancara terstruktur ini setiap
orang. responden yang responden diberi pertanyaan yang sama, dan
mengenali foto ini adalah 29 pengumpul data mencatatnya. Dengan wawan-
orang (97%), responden yang
cara terstruktur ini pula, pengumpulan data da-
tidak mengenali foto ini 1 orang
pat menggunakan beberapa pewawancara seba-
(3%).
gai pengumpul data. Agar masing-masing pewa-
Restoran Oen. Jumlah wancara memiliki keterampilan yang sama
responden 30 orang. responden diperlukan training kepada calon pewawancara.
yang mengenali foto ini adalah Dalam melakukan wawancara, selain harus
29 orang (97%), responden mem-bawa instrumen sebagai pedoman untuk
yang tidak mengenali foto ini 1 wawancara, pengumpulan data juga dilakukan
orang (3%).
dengan menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar peta kota Malang dan material
Ringkasan hasil interpretasi foto yaitu: lain yang dapat membantu kelancaran pelak-
sanaan wawancara.
Proses mengenali tempat yang dilakukan melalui
interpretasi foto merupakan salah satu analisis Temuan hasil wawancara yang dilakukan dalam
psikologi untuk mendapatkan persepsi masya- penelitian ini adalah wawancara terstruktur,
rakat terhadap karakteristik bangunan berseja- artinya data-data hasil wawancara dengan
rah di kota Malang. Hal tersebut telah memberi- beberapa orang responden dilakukan melalui
kan inspirasi sehingga peneliti dapat menginter- rekaman, kemudian dilakukan analisis transkrip
prestasikan temuan yang diperoleh. Kesimpulan (ditulis kembali). Setelah dilakukan transkrip,
sementara dari hasil penggunaan metode ini rata-rata perhatian masyarakat lebih banyak
ialah bangunan bersejarah yang bentuk dan pada aspek fisik bangunan dan aspek sejarah
fasadenya unik, khas dan spesifik dapat mem- bangunan yaitu; aspek fisik, responden melihat
berikan ingatan yang kuat terhadap masyarakat elemen yang membentuk ruang. Elemen pem-
yang tinggal di kota Malang. Penyelesaian bentuk ruang yang dimaksud oleh responden
elemen-elemen fasade bangunan kolonial yang adalah elemen yang paling menonjol pada
memiliki nilai arsitektural merupakan faktor tampilan bangunan seperti pengolahan fasade
penentu didalam membentuk persepsi masya- dan proporsi bangunan. Dari hasil wawancara,
rakat. beberapa responden menyatakan mengetahui
dan mengingat bangunan bersejarah tersebut
3. Rumusan hasil wawancara bukan saja dari aspek fisik namun ada juga dari
aspek lain seperti nilai kesejarahan dari bangun-
Pada penelitian ini dijelaskan terlebih dahulu an tersebut, contoh bangunan balaikota Malang.
teknik pengambilan data wawancara, sebelum
dilakukan pembahasan analisis wawancara. Tek- Menurut responden bangunan tersebut memiliki
nik yang digunakan adalah wawancara ter- banyak kenangan salah satunya adalah ketika
struktur. Wawancara terstruktur adalah wawan- mereka remaja bangunan tersebut merupakan
cara yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan tempat rekreasi yang sangat indah, suasana
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Teknik nyaman dan bentuk bangunan-bangunan kolo-
ini digunakan apabila peneliti telah mengetahui nial yang serasi di sekelilingnya, termasuk ge-
pasti informasi yang telah diperoleh. (Sugiyono, dung balaikota ini. Pada bagian depan terdapat
2009: 138-140) Oleh karena itu, dalam taman yang berbentuk bundar dengan air
melakukan wawancara, pengumpul data telah mancur dibagian tengah yang menyatukan
menyiapkan instrumen penelitian berupa perta- bangunan disekelilingnya.
nyaan-pertanyaan secara tertulis.

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_5


Kajian Bangunan Bersejarah di Kota Malang sebagai Pusaka Kota (Urban heritage) Pendekatan Persepsi Masyarakat

Ringkasan dari hasil wawancara yaitu: Daftar Pustaka

Jika dicermati dari hasil wawancara baik secara Anonim. (2010). Undang-undang Nomor 11 Tahun
2010 Tentang Cagar Budaya. Pemerintah Republik
tulisan maupun rekaman yang telah ditrans-
Indonesia.
kripkan, dapat diringkas bahwa banyak dari Adhisakti, Laretna T., (2008), Kepekaan, Selera dan
responden mengingat bangunan bersejarah di Kreasi dalam Kelola Kota Pusaka, Makalah
kota Malang karena: Pertama, kualitas disain disampaikan dalam Temu Pusaka 2008 Pelestarian
Pusaka versus Pengembangan Ekonomi? yang
yang menonjol dibandingkan dengan bangunan diselenggarakan Badan Pelestarian Pusaka
lainnya. Kedua, bentuk fasadenya yang unik, Indonesia, 23 Agustus 2008 di Bukittinggi, Sumatra
khas dan spesifik. Ketiga, suasana ruang yang Barat.
Canter, D., (1977). The Psychology Of Place. London:
terjadi dilingkungan tersebut. Keempat, nilai
The Architecture Prees.
kesejarahan dari bangunan itu. Hayati, Rafika. (2014). Pemanfaatan Bangunan
Bersejarah sebagai Wisata warisan Budaya di Kota
Kesimpulan Makasar. Denpasar: Tesis S2 Universitas Udayana
Bali.
Idid, Syed Zainol Abidin. (1996). Pemeliharaan
Berdasarkan pertanyaan yang telah dituliskan
Warisan Rupa banda, Kuala Lumpur: Badan Warisan
pada bagian pendahuluan yaitu bangunan ber- Malaysia.
sejarah manakah yang memiliki nilai keseja- Krupat, E., (1985). People In Cities. The Urban
rahan dan berkarakteristik untuk dapat dijadikan Environment and Its Effects. New York: Combridge
University Press.
sebagai pusaka kota (urban heritage) di kota Luthan, Fred. (1995). Organizational Behavior (7th
Malang?, maka jawabannya adalah bangunan edition). Singapore: Mc Graw Hill.
kantor balaikota Malang, kantor PLN, kantor pos, Mahmud, M. Dimyati. (1990). Psikologi Suatu
Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
kantor Bank Indonesia, kantor Kas Negara,
Rapoport, Amos. (1977). Human Aspect Of Urban
tempat ibadah seperti Gereja Ijen, Gereja Form. New York: Pergamon Press.
Kayutangan, gereja depan alun-alun, masjid Robert Pickard. (2001), Policy and Law in Heritage
Jamik kota Malang, Sekolah Kolese Santo Yusuf, Conservation. London: Span Press.
Sugiyono (2009), Metode Penelitian Kualitatif
SMP Frateran, SMK Cor Jesu, Hotel Pelangi, Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Hotel Tugu, Stasiun KA Malang, Restoran Oen, Walmsley, J.D. & Lewis, G.J., (1993). People And
Toko Avia, beberapa rumah tinggal di jalan Ijen, Environment (2nd edition). London.
Wikantiyoso, R., (2005). Paradigma Perencanaan dan
dan gedung kembar yang terletak di
Perancangan Kota. Malang: UPT Cetak FT UNMER.
perempatan jalan Semeru. Sedangkan alasan
mengapa bengunan-bangunan ini harus diper-
tahankan: Pertama, kualitas desainnya bagus
yaitu penyelesaian maju mundurnya elemen
pembatas ruang atau implementasi gelap te-
rangnya bidang yang dapat diamati oleh
masyarakat dan penggunaan bahan yang tepat.
Kedua, bentuk fasade yang spesifik, unik dan
khas yaitu konseptual, kehususan, istimewa,
dan berbeda dengan bangunan lainnya. Ketiga,
suasana dilingkungan bangunan seperti posisi
bangunan terhadap jalan, dan suasana didalam
tapak. Keempat, Nilai kesejarahan dari bangun-
an yaitu sudah berumur lebih dari 50 tahun.
Kelima, peristiwa yang terjadi dan fungsi ketika
bangunan tersebut didirikan.

B_6 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014

Anda mungkin juga menyukai