Oleh:
HASRIANA SARI
C 121 12 005
(........................................) (........................................)
MAKASSAR
2016
BAB I
KONSEP MEDIS
B Etiologi
Penyebab kanker rektum (seperti kanker lainnya) masih belum diketahui
(idiopatik), namun ada beberapa faktor predisposisi. Faktor presdisposisi yang dimaksud
berkaitan dengan makanan. Hal ini karena usus besar (seperti juga divertikulosis) terjadi
sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang mengkonsumsi lebih
banyak makanan yang mengandung karbohidrat murni rendah serat, dibandingkan dengan
penduduk primitif (misal, di Afrika) yang mengkonsumsi makanan tinggi serat. Burkitt
(1971) dikutip dalam Price & Wilson, 2005) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan
tinggi karbohidrat murni mengakibatkan perubahan flora feses dan perubahan degradasi
garam empedu atau hasil pencernaan protein dan lemak, sebagian zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat berpotensi
karsinogenik ini menjadi feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transit feses
meningkat. Akibatnya kontak zat berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah
lama. Penelitian awal menunjukkan bahwa diet makanan tinggi bahan fitokimia
mengandung zat gizi seperti serat, Vit. C, E, dan karoten dapat meningkatkan fungsi
kolon dan bersifat protektif dari mutagen yang menyebabkan timbulnya kanker (Price &
Wilson, 2005).
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain:
1 Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
2 Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB.
4 Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut
atau nyeri (nyeri terjadi karena infiltrasi dari fleksus sakral oleh kanker).
9 Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus.
E Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul akibat Ca Rekti yakni adanya mestastase ke organ lain
seperti, paru, hati, usus, dll.
Komplikasi pada pasien dengan kanker rektum yaitu:
1 Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2 Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3 Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4 Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5 Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
F Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,
diantaranya ialah:
1 Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji
faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan.
2 Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.
Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal
pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor
akan teraba keras dan menggaung.
3 Dapat pula dengan Barium Enema yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan
melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
4 Sigmoidoscopy, yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk
biopsy.
5 Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk
biopsi.
6 Computed Tomography Scan (CT scan) dada, abdomen, dan pelvis, complete blood count
(CBC), tes fungsi hepar dan ginjal, urinanalysis, dan pengukuran tumor marker CEA
(carcinoembryonic antigen).
G Penatalaksanaan
1 Pembedahan
a Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
b Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
3 Terapi Radiasi. Digunakan untuk memperkecil tumor yang tidak dapat di operasi.
Modalitas terapi ini juga dapat digunakan secara asupan dengan atau tanpa khemotherapi.
H Pencegahan
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data
Pengkajian Keperawatan
1 Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah
adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi).
2 Pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi
feses, mencakup adanya darah atau mukus.
3 Informasi tembahan mencakup riwayat hidup masa lalu tentang penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kolorektal, riwayat keluarga dari penyakit kolorektal , dan
terapi obat saat ini.
4 Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak atau serat serta jumlah
konsumsi alkohol.
5 Riwayat penurunan berat badan.
6 Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi
abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat.
7 Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Doengoes Marilyn, 2000, Rencana asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). St.Louis Missouri: Elsevier mosby.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2009). Nanda internationall: defining the knowledge of
nursing. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). St.Louis, Missouri: Elsevier mosb
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.
Sherwood, L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC.