Anda di halaman 1dari 14

Osteoarthritis Pada Usia Lanjut

Selfiani Siagian 102012187

Jessica De Queljoe 102013200

Aldo M Hamka 102013209

Irmayanti Emang 102014025

Gabriella Selara Pangarepo 102014085

Louis Hendri 102014097

Midellia Lintin 102014137

Jason Julio Sutanto 102014213

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana


Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Abstract
Disease osteoarthritis is a degenerative disease that attacks the joints this occurs
because of the depletion of the joint cartilage . People affected by this disease are generally
older than 45 years both men and women . This disease can cause stiffness, pain, swelling ,
deformity of the foot , as well as abnormalities in walking. This disease will attack the joint
cartilage , forming osteophytes . This will make the bone osteophytes being eroded and this
will cause subtle flakes so sound crepitus . Crepitus is characteristic of the disease is
osteoarthritis .
Keywords ; Osteoarthritis , Osteofit , Crepitus
Abstrak
Penyakit osteoarthritis merupakan penyakit degenerative yang menyerang sendi hal
ini terjadi karena menipisnya cartilage sendi. Orang yang terkena penyakit ini umumnya
berusia diatas 45 tahun baik pria maupun wanita. Penyakit ini dapat menimbulkan kaku,
nyeri, bengkak, kelainan bentuk kaki, serta kelainan saat berjalan. Penyakit ini akan

1
menyerang kartilago sendi sehingga terbentuk osteofit. Osteofit ini akan membuat tulang
semakin terkikis dan ini akan menimbulkan serpihan halus sehingga terdengar bunyi krepitus.
Krepitus merupakan ciri dari penyakit osteoarthritis ini.
Kata kunci ; Osteoarthritis, Osteofit, Krepitus
Pendahuluan
Osteoarthritis merupakan penyakit yang tergolong penyakit degenerative yang dimana
banyak yang terkena penyakit ini merupakan orang dengan golongan lanjut usia (lansia)
umumnya diatas 45 tahun baik pria maupun wanita dapan mengalami penyakit ini. Penyakit
osteoarthritis umumnya menyerang sendi sendi penyangga tubuh seperti sendi vertebra
sendi lutut, sendi panggul, dan terkadang pada sendi sendi kecil.
Gambaran radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita. Akibat seorang terkena penyakit ini maka akan terjadi nyeri pada saat
berjalan atau beraktifitas hal ini tentunya akan mengganggu aktifitas sehari hari.
Sebagai mahasiswa kedokteran diharapkan dapat mengerti penyakit osteoarthritis
dengan lebih baik sehingga dapat menolong pasien yang terkena osteoarthritis ini. Dalam
makalah ini akan di jelaskan oleh penulis secara lebih mendetail penyakit osteoarthrtitis atau
yang dikenal oleh masyarakat awam dengan pengapuran sendi.

Skenario Pembahasan
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada
lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu

Osteoarthritis (OA)
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif yang kebanyakan penderitanya
adalah orang dengan usia lanjut. Pada OA yang terserang adalah sendi sendi penyangga
berat badan, karena faktor berat badan berlebih, usia yang tua dan faktor seperti gula darah
berlebih dan juga asam urat berlebih, OA juga dapat terjadi karena terjadinya suatu trauma.
Kerusakan yang terjadi adalah tulang rawan (kartilago) diantara sendi. Bahan bahan
pembentuk tulang rawan seperti kolagen dan proteoglikan tumbuh terlalu banyak karena
beban berat badan dan proses penuaan, sehingga akhirnya tulang rawan menjadi aus, tipis,
bahkan retak atau hancur. Ini menyebabkan tulang sekitar tulang rawan tumbuh dengan tidak
teratur dan membentuk osteofit atau bone spur ( tonjolan tulang yang bentuknya tajam), biasa
di sendi lutut, sendi kaki, atau sendi panggul, dapat pula juga timbul pada tulang belakang

2
(vertebra) dan sendi jari. Gejala dirasakan adalah nyeri dan kaku sendi, sehingga sendi sukar
digerakkan, kadang timbul juga pembengkakan dan sendi terasaba panas.1
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur
yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini
ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya
dapat terdengar dari jauh tanpa stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini
disebabkan kerusakan rawan sendi atau tulang. Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba
krepitus pada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan. Hal ini menunjukkan rawan sendi
misalnya pada osteoartritis.2,3

Anamnesis
Pada anamnesis kita dapat langsung menanyakan pada pasien yang bersangkutan (auto-
anamnesis) maupun keluarga pasien (allo-anamnesis) jika pasien tidak dapat berkomunikasi
dengan baik akibat gangguan yang timbul pada usia lanjut (seperti sering lupa) atau dengan
tujuan memperlengkap data pasien. Dalam anamnesis kita dapat mendapatkan informasi yang
mendukung untuk menetapkan suatu diagnosis. Pada pasien yang menderita penyakit
Osteroarthritis kita sebagai dokter dapat menayakan hal sebagai berikut :
a. Identitas pasien
1. Umur : 60 Tahun
2. Jenis kelamin : Wanita
3. Pekerjaan :
b. Keluhan utama
1. Nyeri lutut kanan dan kiri
2. Sejak kapan terasa sakit di lulut : 2 Tahun yang lalu
3. Apakah 2 tahun yang lalu ada trauma :
4. Apakah ada keluhan lain : Kaku saat pagi hari terutama saat bangun dari tidur
selama kurang lebih 30 menit
5. Bagaimana nyeri yang di rasakan (terus menerus, hilang timbul )
c. Riwayat penyakit sekarang
1. Faktor yang memperberat sakit pada lulut tersebut : saat berjalan nyeri, saat
menekuk lulut, pindah posisi
2. Apakah sudah pernah berobat sebelumnya :

3
d. Riwayat penyakit dahulu
1. Apakah pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya :
2. Apakah ada penyakit diabetes atau hipertensi
e. Riwayat penyakit keluarga
1. Apakah di keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
2. Apakah di keluarga ada yang menderita diabetes atau hipertensi ?
f. Riwayat social
1. Bagaimana pola hidup ( olahraga, merokok, minum minuman keras, makan
makanan yang mengandung calcium, apakah ada terpapar matahari )

Pemeriksaan
Diagnosis tidak hanya dapat di tegakan dengan hanya anamnesis tetapi pemeriksaan
fisik dan juga pemeriksaan laboratorium di butuhkan untuk menegakan suatu diagnosis
dengan lebih pasti. Pada penyakit OA kita dapat melakukan berbagai pemeriksaan sebagai
berikut:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Biasanya,
pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
anggota gerak yaitu kaki. Pada skenario ini, pemeriksaan fisik dilakukan dengan
pemeriksaan fisik otot dan sendi terutama pada bagian lutut. Pemeriksaan fisik ini berupa :
Inspeksi
Posisi lutut saat berdiri dan berbaring
Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior /posterior,
lateral/medial
Ada tidaknya luka

Palpasi

Ada tidaknya nyeri saat di tekan


Ada tidaknya rasa panas

Pergerakan

Ada tidaknya deformitas


Ada tidaknya rasa sakit saat di gerakan

4
Ada tidaknya suara krepitus saat digerakan
Ada tidaknya kekakuan

Berikut data pasien berdasarkan hasil pemeriksaan

Kesadaran : compos mentis


Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 165 cm
Tekanan darah 130/80
Suhu : 36,4 derajat celcius
Tidak terdapat udem, kalor, perubahan warna, nyeri tekan, dan deformitas
Terdapat nyeri saat gerak dan saat perpindahan posisi

Pemeriksaan Penunjang
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu
penyakit.
Artrosentesis dan Analisis Sendi Lutut
Artrosentesis (aspirasi cairan sendi) dan analisis cairan sendi merupakan pemeriksaan
yang sangat penting di bidang reumatologi, baik untuk diagnosis maupun tatalaksana
penyakit reumatik. Analisis cairan sendi terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik,
dan beberapa pemeriksaan khusus sehingga dapat dikelompokkan menjadi tipe non-inflamasi,
inflamasi, purulen, dan haemoragik.
Pemeriksaan makroskopis berupa warna, kejernihan, viskositas, potensi terbentuknya
bekuan, dan volume. Cairan sendi pada penyakit sendi inflamasi biasa membeku dan
kecepatan terbentuknya bekuan berkorelasi dengan derajat inflamasinya. Cairan sendi normal
sangat kental kerena tingginya konsentrasi polimer hyaluronat. Pada penyakit sendi
inflamasi, asam hyaluronat rusak dan menurunkan viskositas cairan sendi. Penilaian
cairan sendi dapat dilakukan dengan string test atau menggunakan viscometer. Cairan sendi
normal tidak berwarna seperti air atau putih telor. Pada sendi inflamasi, jumlah leukosit dan
eritrosit meningkat. Semakin tinggi jumlah leukosit, cairan sendi akan berwarnaputih atau
krem. Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan berupa hitung jumlah leukosit, hitung jenis
leukosit, dan pemeriksaan kristalmonosodium urat.
CT Scan
Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk melakukan penilaian pada tumor tulang
sebelum dilakukan tindakan pembedahan, evaluasi fraktur, dan pemeriksaan kolumna
spinalis. Walaupun tidak dapat memberikan hasil pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan

5
MRI, namun CT Scan merupakan alternatif yang baik dan bermanfaat pada situasi jika
diperlukan keterangan lebih lanjut tentang osteofit dan dapat memperlihatkan kelainan
jaringan lunak lebih baik daripada Foto Polos. Dosis radiasi CT Scan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan satu foto polos pada daerah sama. Berhubung sejumlah penyakit
reumatik berkaitan dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa pemeriksaan CT
Scan dengan resolusi tinggi pada paru-paru dapat memperlihatkan detil penyakit ang tidak
dapat dilihat dengan CT Scan irisan tebal.2,4

Diagnosis
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani
suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk
menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis
penyakit pasien tersebut sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis
penyakit (etiologik) maupun gejalanya (simptomatik).5
Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan
memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut.
Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.
Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit
dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat
menentukan jenis penyakitnya.5
Differential Diagnosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang
dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis
penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien
bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
Meniscus tear
Merupakan penyakit yang terjadi akibat suatu trauma dan menyebabkan rusaknya
meniscus. Meniskus sendiri memiliki peran sebagai peredam tekanan, menjaga agar lutut
tetap berdiri dengan normal. Serta menyeimbangkan berat badan di lutut. Umumnya
meniscus tear terjadi saat olah raga.
Septic artritis
Septic atau infeksius artritis merupakan suatu penyakit yang menyerang sendi karena
adanya suatu mikroorganisme. Didalam sendi terdapat cairan sendi yang umumnya jika di

6
ambil cairan sendinya dan diperiksa di laboratorium tidak terdapat mikroorganisme.
Umumnya hanya satu sendi yang terkena tetapi dalam beberapa kasus tidak demikian
Penyebab-penyebab yang paling umum dari septic arthritis adalah bakteri-bakteri, termasuk
Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenzae beberapa penyebab lainnya yang jarang
adalah E. coli ,Pseudomonas spp, Neisseria gonorrhoeae. Gejala-gejala dari septic arthritis
termasuk demam, kedinginan, begitu juga nyeri, pembengkakan, kemerahan, kekakuan, dan
kehangatan sendi. Sendi-sendi yang paling umum dilibatkan adalah sendi-sendi besar, seperti
lutut-lutut, pergelangan-pergelangan kaki, pinggul-pinggul, dan siku-siku tangan. Pada orang-
orang dengan faktor-faktor risiko untuk infeksi sendi, sendi-sendi yang tidak umum dapat
terinfeksi, termasuk sendi dimana collar bone (clavicle) bertemu tulang dada (sternum)
Bursitis
Bursitis adalah peradangan atau pembengkakan kantong cairan, yaitu organ yang
letaknya di bawah kulit atau biasanya di atas sendi, yang berfungsi sebagai bantalan di antara
tulang dan tendon. Kantung cairan ini disebut juga sebagai bursa.Gejala utama penyakit
bursitis adalah rasa sakit dan warna kulit yang memerah di sekitar area yang mengalami
peradangan. Rasa sakit ini biasanya akan makin meningkat saat tubuh bergerak atau
mengalami tekanan. Selain rasa sakit, area yang terkena bursitis juga akan terasa kaku serta
bengkak.
Semua bagian tubuh bisa terkena bursitis, namun umumnya kondisi ini terjadi di
pinggul, lutut, siku, dan bahu.Faktor yang sering menyebabkan terjadinya bursitis adalah
cedera akibat gerakan berulang pada otot, sendi, dan tendon di sekitar bursa. Misalnya
berulang kali menekuk dan meluruskan siku, mengangkat beban yang berisiko pada bahu,
berjalan atau berlari secara berlebihan yang berisiko pada pergelangan kaki, dan
menyandarkan lutut atau siku pada permukaan yang keras.Selain gerakan berulang, cedera
juga bisa terjadi akibat jatuh atau mengalami benturan. Ketika bursa mengalami cedera, maka
jaringan di dalamnya berisiko mengalami iritasi yang berlanjut pada peradangan dan
pembengkakan.
Bursa juga dapat mengalami peradangan akibat infeksi bakteri. Kondisi ini biasanya
terjadi pada orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rendah, misalnya akibat kecanduan
minuman beralkohol, penyakit HIV/AIDS, gangguan ginjal, diabetes, dan efek samping
kemoterapi.Bursitis yang disebabkan oleh bakteri disebut sebagai bursitis septik. Selain rasa
sakit, penderita gejala bursitis septik akan mengalami gejala tambahan berupa kerusakan kulit

7
di area yang mengalami peradangan, selulitis atau infeksi pada lapisan kulit dalam, dan
demam tinggi hingga menggigil.
Selain cedera dan infeksi bakteri, bursitis juga bisa muncul sebagai komplikasi dari
suatu penyakit, misalnya rheumatoid arthritis atau radang lapisan sendi akibat sistem
kekebalan tubuh yang keliru, penyakit asam urat, ankylosing spondylitis atau radang sendi
jangka panjang pada bagian tulang belakang, dan scleroderma atau penyakit yang
menyebabkan pengerasan kulit.
Reumatoid Artritis (RA)2,6
Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses
fagositosis yang menghasilkan enzimenzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Reumatoid artritis kira-kira 2 kali lebih sering menyerang perempuan dari pada laki-laki.
Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan, insidens puncak
adalah antara usia 40 hingga 60 tahun.
Gejala yang ditimbulkan :
1. Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid dalam serum
7. Perubahan-perubahan radiologic (erosi atau dekalsifikasi tulang)
8. Pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan berkurang
Artritis Pirai (Gout)2,6
Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu ginjal yang disebabkan
karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Tofi seringkali terbentuk pada
daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal digiti I,
dan sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah khas yang paling sering
mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini

8
tampak membengkak, kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung
beberapa hari sampai satu minggu namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga
merupakan predileksi kedua untuk serangan ini.
Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan penimbunan asam urat
yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Tofi itu
sendiri tidak sakit tapi dapat merusak tulang. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai
benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun
setelah serangan arthritis pertama. Tofi sering pecah dan agak sulit disembuhkan dengan obat
sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Penetapan diagnosis gout berdasarkan Subkomite The American Rheumatism
Association:
A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
B. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
C. Diagnosis lain, seperti :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c. Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak
f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
g. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang
rawan sendi) dan kapsula sendi
h. Hiperurisemia
i. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
Work Diagnosis
Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis
tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja haruslah diiringi
dengan diagnosis banding.7
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau pasien perempuan
tersebut menderita osteoartritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada wanita daripada pria
dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Sendi yang
paling sering terserang adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut,
panggul, vertebra lumbal dan servikal.

9
Etiologi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendiaan. Etiologi
Osteoartritis masih belum dapat diketahui secara jelas. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai pemicu timbulnya osteoartritis diantaranya faktor umur, jenis kelamin, suku bangsa,
genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik, cedera sendi, dan jenis pekerjaan. Gangguan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, terutama wanita berusia
lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab
insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi yang paling sering terserang adalah
sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan
servikal, dan sendi-sendi pada jari.2,6
Epidemiologi
Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%
populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis
merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari
85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok,
naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi
pasien osteoarthritis di Indonesia. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang
tergantung kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar.
. Terdapat peningkatan risiko seiring dengan pertambahan usia; prevalensi meningkat
dengan cepat pada populasi lansia. Pola penurunan autosomal dominan telah teridentifikasi
pada kelompok osteoartritis tertentu. Faktor resiko osteoartritis primer meliputi peningkatan
usia, obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan berulang kali, imobilisasi, dan peningkatan
densitas tulang. Prevalensi keseluruhan 12-15% pada paling sedikit satu sendi, lebih banyak
pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya
usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti radiologis
adanya osteoartritis. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.8
Patofisiologi
Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya dapat dibagi menjadi dua: primer dan
sekunder. Osteoarthritis primer disebut OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui
dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,

10
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.
Gambaran patologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan
terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertrofi tulang
reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang
khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan
pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis
subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan mnjadi temuan radiologis
utama OA.8
Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA. Faktor
mekanis yang menyebabkan pelepasan enzim (kolagenase dan stromelysin) menyebabkan
pemecahan proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II. Terdapat kehilangan matriks
kartilago, terutama pada permukaan medial kartilago. Sitokin inflamasi (interleukin-1),
prostaglandin E2, factor nekrosis tumor , interleukin-6 meningkatkan inflamasi sendi dan
degradasi kartilago. Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. Degradasi
matriks dan overhidrasi mengakibatkan kehilangan kekakuan dan elastisias kompresif pada
transmisi yang memberikan tekanan mekanis besar ke tulang subkondral. Nyeri OA dipercaya
diakibatkan oleh tiga penyebab mayor: nyeri akibat gerakan dari factor mekanis, nyeri saat
istirahat akibat inflamasi synovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus.9
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun
osteoartritis bukan suatu proses wear-and-tear, tidak diragukan lagi bahwa stress mekanis
pada sendi berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain
meningkatnya frekuensi osteoarthritis seiring dengan pertambahan usia; timbulnya di sendi
penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang menimbulkan stress
mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.
Manifestasi Klinik
Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi
karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada
phalang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalang proksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul

11
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat
dua macam komplikasi yaitu:
1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan
2) Komplikasi Akut
- Micrystaline arthrophy
- Osteonekrosis
- Bursitis
Penatalaksanaan
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obatobat yang di
minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).
a) Medica mentosa10
Analgesik Oral Non Opiat
Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik. Golongan
obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino fenol (asetaminofen dan
fenasetin), dan pirazolon.
Analgesik Topikal
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Apabila dengan analgesik oral non opiat dan anagesik topikal tidak berhasil, dokter akan
memberikan OAINS karena obat golongan ini mempunyai sifat analgesik juga mempunyai
efek anti inflamasi. Semua AINS merupakan iritan mukosa lambung walaupun ada perbedaan
gradasi antar nobat. Golongan AINS yang dapat diberikan antara lain asam mefenamat,
diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, meloksikam,
namubuton, dan nimesulide.
Steroid Intra-Artikuler
Inflamasi kadang dijumpai pada pasien OA. Oleh karena itu, kortikosteroid intra artikuler
dapat mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam waktu singkat. Steroid dapat
menyebabkan kerusakan rawan sendi secara langsung.

12
b) Non-medica mentosa
Terapi Non-medica mentosa untuk OA meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik, dan
pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan berat badan
yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama pada sendi-sendi yang
harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan dengan berendam pada air hangat,
atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri dan kaku pada sendi. Pembedahan
dilakukan Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan
dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.

Prognosis
Osteoartritis biasanya berjalan lambat, problem utama yang sering dijumpai adalah
nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstbilan bila harus menanggung
beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri
dengan cara hidup yang baru. 6

Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoartritis.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien, terutama bila menyerang sendi lutut.
Namun, dengan penanganan yang baik dan teratur, penyakit ini dapat segera diatasi.

Daftar Pustaka

1. Tandra H.Osteoporosis.Jakarta:PT Gramedia;2009.h.10-1.


2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-
4 Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.
3. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC; 2009.h.365-9.
4. Patel PR. Lecture Notes Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007.h.168-70.

13
5. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari;
2007.h.19.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6
Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.
7. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2005.h.33.
8. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h.374.
9. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2008.h.351-4.
10. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.535-7.

14

Anda mungkin juga menyukai