Anda di halaman 1dari 14

Fraktur Terbuka Tibia Regio Cruris Dextra 1/3 Bagian Ventral

Selfiani Siagian 102012187

Jessica De Queljoe 102013200

Irmayanti Emang 102014025

Gabriella Selara Pangarepo 102014085

Louis Hendri 102014097

Midellia Lintin 102014137

Jason Julio Sutanto 102014213


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta

Abstrak
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, tulang mempunyai daya lentur dengan kekuatan
yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka dapat menyebabkan
fraktur. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi adalah insiden
fraktur ekstremitas bawah dan fraktur tibia merupakan fraktur yang paling banyak dari fraktur
tulang panjang. Fraktur bukan hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang serta bagaimana
mengatasinya, tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan harus diatasi secara simultan, harus
dilihat apa yang terjadi secara menyeluruh meliputi bagaimana mekanisme terjadinya fraktur,
jenis penyebabnya, apakah ada kerusakan kulit, pembuluh darah, saraf dan diperhatikan lokasi
kejadian serta waktu terjadinya agar dalam mengambil tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang
optimal.
Kata Kunci : Fraktur, Tibia, Trauma, Ekstremitas bawah

Abstract

1
Bone fracture is a break of continuity. Usually caused by trauma or physical exertion, the power
and angle of the force, the bone has flexible power with sufficient force, when trauma exceeds
that of resilience, it can cause a fracture. One of the incidents of accidents that have relatively
high prevalence is incidence of fractures of the lower limb fractures and fractures of the tibia are
the most numerous of long bone fractures. Fracture is not just a question of continuity bone
dissolution and how to solve it, but it should be reviewed as a whole and must be addressed
simultaneously, to be seen what happens thoroughly covers how the mechanism of fractures, the
type of cause, if there is damage to the skin, blood vessels, nerves and note the location as well
as the time of the incident in order to take action can be produced something optimal.
keywords: Fracture, Tibia, Trauma, Extremities below

Pendahuluan
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai dipusat-
pusat pelayanan kesehatan diseluruh dunia dan menjadi penyebab tertinggi angka morbiditas dan
mortalitas baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Di antara berbagai penyebab
trauma, transfer energi tinggi adalah dari kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut. Tulang mempunyai daya lentur dengan kekuatan
yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka dapat menyebabkan
fraktur. Kekuatan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.1 Akibat dari adanya retakan, akibat terjatuh atau
pecahnya lapisan kortex dapat menyebabkan tulang terenggang baik secara komplet dan ada
pergeseran dari fragmen tulang. Jika kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup,
jika kulit terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati terhadap
kontaminasi dan infeksi. Setiap bagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung
berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila
titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Salah satu insiden kecelakaan yang
memiliki prevalensi cukup tinggi adalah insiden fraktur ekstremitas bawah dan fraktur tibia
merupakan fraktur yang paling banyak dari fraktur tulang panjang.

2
Fraktur bukan hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang serta bagaimana
mengatasinya, tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan harus diatasi secara simultan, harus
dilihat apa yang terjadi secara menyeluruh meliputi bagaimana mekanisme terjadinya fraktur,
jenis penyebabnya, apakah ada kerusakan kulit, pembuluh darah, saraf dan diperhatikan lokasi
kejadian serta waktu terjadinya agar dalam mengambil tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang
optimal.

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan wawancara dengan pasien (autoanamnesis) , keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien (alloanamnesis). Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk
mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi
pasien dengan penyakitnya. Pada anamnesis, komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya proses
ini. dokter sebagai pewawancara harus dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien
dengan bebas. Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu mudah dimengerti dan disesuaikan dengan
pengalaman medis pasien.
Mekanisme terjadinya cedera harus selalu ditanyakan kepada pasien secara rinci. Gejala
yang dirasakan, seperti nyeri dan bengkak harus diperhatikan. Perlu diingat bahwa daerah yang
mengalami trauma tidak selalu merupakan daerah fraktur. Selain itu, jangan hanya terpaku pada
satu cedera trauma, perlu diperhatikan apakah ada trauma atau keluhan didaerah lainnya.2
Anamnesis umum: dalam anamnesis ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini bukan hanya
dapat diketahi siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana pasien tersebut dan
permasalahan pasien. Identitas pasien terdiri dari nama pasien, umur, jenis, kelamin, alamat,
agama dan pekerjaan pasien.3

Anamnesis khusus:4

1. Auto anamnesa
a. Keluhan utama: Di tanyakan persoalan, mengapa datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan;
biarkan penderita bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang perlu dirasakan
sebagai ketidak beresan, bagian apa dari anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab ada
pengertian berbeda. Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit

3
yang serupa sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu
pengetahuan tentang penyakit.
b. Riwayat penyakit sekarang: bisa ditanyakan kapan fraktur, mekanisme terjadinya fraktur,
pengobatan yang telah didapat, bagaimana cara penanganannya dan bagaimana hasilnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk meminta pertolongan.
i. Nyeri/sakit
Sifat dari sakit:
Lokasi setempat/ meluas/ menjalar
Apa ada penyebabnya; misalnya trauma
Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan
Bagaimana sifatnya: pegal/ seperti di tusuk-tusuk/ rasa panas/ ditarik-tarik/ terus
menerus atau hanya waktu bergerak/ istirahat dst.
Apakah keluhan ini untuk pertama kali, atau sering hilang timbul
ii. Kekakuan;
Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku, atau disertai nyeri,
sehingga pergerakan terganggu?
Kelemahan;
Apakah yang dimaksudkan instability atau kekuatan otot menurun/ melemah.
Kelumpuhan.
iii. Kelainan bentuk
Angulasi/ rotasi/ discrepancy (pemendekan/ selisih panjang)
Benjolan atau karena ada pembengkakan.2
c. Riwayat penyakit dahulu: ditanyakan apakah pasien dulu pernah mempunyai penyakit
yang serius, trauma, pembedahan.
d. Riwayat keluarga: Penyakit herediter atau menular misalnya apakah keluarga pasien ada
yang mempunyai penyakit Diabetis Melitus, apakah mempunyai penyakit pada tulang.
e. Riwayat peribadi: menggambarkan hobi, olahraga, pola makan, minum alcohol, kondisi
lingkungan baik di rumah, sekolah atau tempat kerja yang mungkin ada hubungannya
dengan kondisi pasien.3
2. Allo anamnesis
Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang menceritakan adalah orang
lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil/ orang tua yang sudah mulai
demen (pikun).2

Anatomi
Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh dan tempat melekatnya
otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat
badan dan gerakan, ruang ditengah-tengah tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang

4
membentuk bebagai sel darah merah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan
dan mengatur kalsium. Tulang tersusun atas sel matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mengsekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 90% kolagen dan 10%
substansi dasar . osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan. Osteoklas adalah
multinukelar (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran resobsi dan remodeling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luarnya oleh periosteum, periosteum mengandung saraf, pembuluh
darah dan limfatik. Endosteum adalah membrane vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga dalam tulang kanselus. Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler
dalam rongga. Sumsum tulang panjang dan tulang pipih, tulang kanselus menerima asupan darah
yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis.
Tibia atau tulang kering merupakan yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari
fibula, tulang ini membantu femur dalam menopang berat badan. Tibia adalah tulang panjang
yang mempunyai korpus, ujung proksimal dan ujung distal, pada bagian proximal melebar secara
transversal mengadakan persendian dengan os femur membentuk artikulasio genu, membentuk
kondilus medialis dan kondilus lateralis tibia. Facies proximal membentuk facies articularis
superior, bentuk besar, oval dan permukaan licin. Corpus tibia mempunyai tiga permukaan yaitu
facies lateralis, facies medialis dan facies posterior. Mempunyai tiga tepi yaitu margo anterior,
margo medialis, margo interrosseus. Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. malleolus
medialis mempunyai facies superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada
permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal
fibula.5

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penting dalam membantu menegakan diagnosis serta memastikan kondisi
suatu penyakit. Pada kasus ini, pemeriksaan yang dilakukan antara lain dengan melakukan
inspeksi, palpasi dan movement karena termasuk dalam kasus musculoskeletal. Pemeriksaan
dilakukan disekitar daerah yang terkena yakni disekitar os tibia dexta serta membandingkan
dengan kaki sebelah atau kontralateral. Pada kasus-kasus fraktur, penanganan selalu dimulai dari
survey primer yang dilanjutkan dengan survey sekunder secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik
musculoskeletal yang lengkap harus mencakup inspeksi, palpasi, lingkup gerak. Selain itu,
pemeriksaan arteri, vena, nervus juga penting untuk dilakukan.2

5
Berikut adalah hasil pemeriksaan yang didapatkan :
TTV normal
Kesadaran compos mentis
Inspeksi :
luka terbuka region cruris dextra1/3 tengah bagian ventral
Ukuran luka 10x2
Tepi luka tidak rata
Sudut luka tumpul
Tampak jembatan jaringan
Tidak ada perdarahan aktif
Ada penonjolan fragmen tulang
Ada deformitas

Pemeriksaan Penunjang
Pada fraktur, pemeriksaan penunjang dasar berupa rontgen sangatlah penting. Evaluasi
radiologis dari fraktur diafisis tibia adalah sinar rontgen pada posisi anteroposterior dan lateral.
Selain itu foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan ankle. Dengan pemeriksaan
radiologis, dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis fraktur, apakah fraktur pada tibia dan fibula
atau tibia saja atau fibula saja.
Foto yang baik harus mengikuti syarat yaitu :2
Dua sisi
Dua sendi
Dua ekstremitas (terutama untuk pasien anak)
Dua jejas (dibagian proksimal jejas)
Dua waktu (foto serial)

Working Diagnosis

6
Diagnosis fraktur ditegakan berdasarkan riwayat cedera traumatik dan hasil pemeriksaan
fisik, termasuk palpasi secara perlahan-lahan dan upaya pasien yang dilakukan dengan hati-hati
untuk menggerakan bagian tubuhnya di sebelah distal lokasi cedera
Foto rontgen bagian tubuh yang dicurigai mengalami fraktur dan sendi di atas serta dibawah
tempat fraktur (untuk memastikan diagnosis) sesudah reposisi dilakukan, untuk memastikan
kelurusan atau alignment tulang.6
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi
pasien yaitu adanya Fraktur Terbuka Os Tibia Dextra 1/3 tengah ventral. Fraktur adalah patah
tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang rawan epifisis. Pasien
datang dengan keluhan nyeri pada tungkai bawah kanan di bawah sendi lutut dan setelah
pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien di regio cruris dextra 1/3
tengah bagian ventral, ada deformitas, kelihatan memendek, ukuran 10x2 cm, tepi luka tidak
rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan ringan dan adanya penonjolan fragmen tulang.
Diagnosis diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya
fraktur di os tibia 1/3 ventral dextra pasien. Fraktur ini dikatakan sebagai terbuka karena terdapat
luka pada kulit di atasnya disebut fraktur terbuka (compound fracture) yang berukuran 10x2 cm.1

Etiologi
Secara umum fraktur merupakan akibat dari insiden trauma tunggal dimana trauma
merupakan salah satu penyebab fraktur terbanyak yang sering terjadi seperti kecelakan. Stress
berulang atau trauma ringan yang berulang pun dapat memicu terjadinya fraktur. Adanya
kelemahan abnormal dari tulang atau fraktur patologis seperti tumor, infeksi maupun
osteoporosis mengakibatkan kekuatan tulang berkurang sehingga memicu terjadinya fraktur
patologis. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh arah, kecepatan dan kekuatan dari
tenaga yang melawan tulang, usia penderita, kelenturan tulang dan jenis tulang.

Patofisiologi
Mekanisme Trauma
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosteum serta pembuluh darah didalam
korteks, sumsum tulang, dan jaringan lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma
akan terbentuk diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosteum, dan akhirnya
jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut. Kerusakan jaringan tulang memicu respon

7
inflamasi intensif yang menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak sekitarnya serta dari rongga
sumsum tulang akan menginvasi daerah fraktur dan aliran darah keseluruh tulang akan
mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, endosteum, dan sumsum tulang
akan memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum mengalami
kalsifikasi yang juga disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras disepanjang permukaan luar
korpus tulang dan pada kedua ujung patahan tulang. Sel-sel osteoklas mereabsobsi material dari
tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun kembali tulang tersebut ,
kemudian osteoblast akan mengadakan transformasi menjadi osteosit (sel-sel tulang matur).6

Klasifikasi Fraktur
Salah satu sistem yang sudah dikenal dengan baik untuk klasifikasi fraktur menggunakan
gabungan istilah yang menyatakan klasifikasi umum, posisi fragmen, dan garis fraktur, seperti
simpleks, nondislokata, dan oblik, untuk mendeskripsikan fraktur.2
Fraktur Transversal yaitu fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu tulang
Fraktur Spiral yaitu garis fraktur menyilang tulang pada sudut yang oblik sehingga
menciptakan pola spiral
Fraktur Oblik yaitu garis fraktur menyilang tulang pada sudut sekitar 45 derajat terhadap
sumbu tulang
Fraktur Segmental yaitu fraktur yang terjadi pada dua daerah yang berdekatan dengan
segmen sentral yang terpisah
Fraktur Kominutiva (communited, remuk) yaitu tulang pecah menjadi sejumlah potongan
kecil-kecil
Fraktur Impakta (impacted) yaitu salah satu fragmen fraktur terdorong masuk kedalam
fragmen yang lain
Fraktur Patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena
tumor atau proses patologik lainnya
Fraktur Greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korters
tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum
Fraktur Avulsi (avulsed) yaitu fragmen fraktur tertarik dari posisi normal karena kontraksi
otot atau resistensi ligament

8
Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis fraktur dapat mencakup :6
Nyeri tekan
Pembengkakan akibat vasodilatasi dan infiltrasi leukosit serta sel-sel mast
Deformitas akibat kehilangan kelurusan (alignment) yang alami
Spasme otot
Kerusakan sensibilitas disebelah distal lokasi fraktur akibat unsur-unsur neurovaskuler
terjepit atau tertekan oleh trauma atau fragmen tulang
Kisaran gerak terbatas
Krepitasi atau bunyi berderik ketika bagian fraktur digerakan, bunyi ini disebabkan oleh
gesekan fragmen tulang

Penatalaksanaan
Tata laksana untuk fraktur terbuka bergantung pada derajat fraktur terbuka yang banyak
digunakan adalah klasifikasi Gustilo.2
Tipe I : luka kecil, bersih, kurang dari 1 cm. cedera jaringan lunak minimal tanpa remuk.
Fraktur yang terjadi bukan fraktur kominutif
Tipe II : luka dengan panjang > 1 cm, tanpa hilangnya kulit penutup luka. Cedera jaringan
lunak tidak banyak. Remuk dan komunion yang terjadi sedang
Tipe III : laserasi luas, kerusakan kulit dan jaringan lunak yang hebat, hingga kerusakan
vaskuler
o III A : laserasi luas namun tulang yang fraktur masih dapat ditutup oleh jaringan lunak
o III B : periosteal stripping ekstensif dan fraktur tidak ditutup tanpa flap
o IIIC : terdapat cedera arteri yang memerlukan penanganan khusus (repair), dengan atau
cedera jaringan lunak.
Berdasarkan standar manajemen fraktur terbuka pada ekstremitas bawah oleh British
Orthopaedic Association dan British Association of Plastic, Reconstructive and Aesthetic
Surgeons 2009, fraktur terbuka semua derajat harus mendapatkan antibiotik dalam 3 jam setelah
trauma.2

9
Prinsip umum penanganan fraktur terdiri dari 4R, yaitu :1

Recognition-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu kejadian dan


lokalisasi yang cedera.

Reposition-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar, pengembalian


fragment distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan serta neurovascular terjamin
baik.

Retaining-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar dengan gips dan
dalam dengan implant seperti K-wire,plate&screw.

Rehabilitation-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena penyambungan fraktur


butuh waktu yang lama.

Tujuan pengobatan fraktur adalah mengembalikan fungsi tulang yang patah dan
ekstremitasnya dalam keadaan normal, dalam jangka waktu sesingkat mungkin dengan cara
konservatif atau operatif:

Konservatif:

1 Dengan proteksi saja.

2 Dengan imobilisasi dengan memasang gips atau bidai pada fraktur yang inkomplit atau
fraktur dengan keadaan baik.

3 Traksi- manual- fiksasi externa

4 Perbaikan gizi atau asupan calcium yang lebih untuk memperkuat tulang.

5 Pengobatan dari segi farmakologis.

Operatif :

1 Reposisi tertutup dengan bimbingan radiologis.

10
2 Reposisi terbuka (ORIF)-menggunakan plate & screw serta Intramedullary rod untuk
menstabilkan tulang yang mengalami fraktur.

3 Fiksasi externa
Peranti fiksasi luaran yang melekat pada tulang dengan menggunakan pin atau kabel
dan terdiri daripada frame luaran. Alat fiksasi eksterna terdiri dari pelbagai jenis dari
frame uniaksial sederhana hingga ke frame lingkaran kompleks untuk masalah
fraktur yang lebih sukar.
Keuntungan utama adalah operasi minimal invasif dan aplikasi lebih fleksibel.
Kekurangan menggunakan fiksasi externa adalah infeksi pada pin-track, penerimaan
pasien yang rendah dan tahap yang lebih tinggi untuk timbulnya malunion.
Alat ini sangat sesuai untuk digunakan dalam situasi di mana pelaksanaan fiksasi
dalaman mungkin sukar atau berisiko. Contohnya termasuk fraktur metafisis distal
tulang di mana telah ada sebelumnya osteomyelitis, fraktur multipel atau kerosakan
kulit luas dan pembengkakan berikutan trauma energy tinggi. Fiksasi luaran boleh
digunakan untuk sementara dalam situasi ini sampai fiksasi dalaman dianggap
selamat.
Antara indikasi untuk fiksasi luaran adalah:
o Fraktur tertutup dengan cedera jaringan lunak di sekitarnya.
o Beberapa fraktur terbuka
o Fraktur Juxta-artikular dimana nail&plate secara teknikal sukar.
o Stabilisasi sementara fraktur tulang panjang pada multipel trauma
o Kaki memanjang selepas pemendekkan pasca-trauma
o Koreksi deformitas sudut / putaran kompleks pasca-trauma.

Gambar 2: External Fixation3

4 Fiksasi Interna

11
Peranti fiksasi dalaman terbahagi dalam dua kategori utama: peranti intramedulla dan
plate. Variasi lain yang digunakan, seperti skrup atau teknik pengkabelan.
Intramedulla nail banyak digunakan dalam rawatan patah tulang tungkai bawah
tulang panjang pada orang dewasa. Implant ini boleh dimasukkan dengan operasi
minimal invasif dan sangat baik untuk memulihkan keselarasan panjang dan putaran.
Peranti ini mempunyai tahap potensi yang sangat rendah terhadap malunion serta
komplikasi lain, seperti jangkitan.
Fiksasi interna merupakan pilihan rawatan menggantikan fraktur tidak stabil di mana
reduksi yang lemah akan lebih compromise untuk penyembuhan dan memberikan
hasil yang fungsional. Hal ini sering digunakan dalam patah tulang terbuka high
energy trauma dan patah tulang dengan saraf yang berkaitan kecederaan pembuluh
darah, untuk menghasilkan persekitaran/lingkungan luka yang stabil.

Gambar 3: Contoh
Operasi Plate&Screw.3

Indikasi dilakukannya operasi adalah :

Fraktur yang tidak bisa dengan terapi konservatif atau timbulnya bahaya avaskuler nekrosis
tinggi.

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup.

Fraktur yang dapat direposisi secara tertutup tapi sulit dipertahankan.

12
Fraktur yang berdasarkan pengalaman, memberi hasil yang lebih baik dengan operasi.

Excisional arthroplasty (membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi) dan eksisi
fragmen.

Komplikasi
Komplikasi fraktur yang mungkin terjadi yaitu infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh
terhadap implant berupa internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat
terjadi karena luka yang tidak steril. Nonunion yaitu terjadi deformitas dan disfungsi permanen
jika tulang yang fraktur tidak bisa sembuh, mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia,
kesehatan umum dan pergerakan pada tempat fraktur atau akibat imobilitas yang tidak adekuat
serta adanya fraktur patologis.7 Malunion yaitu terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung
dengan tidak benar seperti adanya angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan sehingga
kesembuhan yang tidak sempurna. Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi
penyambungan tulang tetapi terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak
tercukupinya peredaran darah ke fragmen. Nekrosis aseptic (bukan disebabkan oleh infeksi) pada
segmen tulang akibat gangguan sirkulasi.Syok hipovolemik akibat kerusakan pembuluh darah
(khususnya pada fraktur femur). Kontraktur otot, sindrom kompartemen, batu ginjal akibat
dekalsifikasi yang disebabkan oleh imobilisasi yang lama dan emboli lemak akibat disrupsi
sumsum tulang atau aktivasi sistem saraf simpatik pascatrauma (yang dapat menimbulkan
distress pernapasan atau sistem saraf pusat).6
Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan operasi yaitu kerusakan jaringan dan pembuluh
darah pada daerah yang dioperasi karena incisi. Pada luka operasi yang tidak steril akan terjadi
infeksi yang dapat menyebabkan proses penyambungan tulang dan penyembuhan tulang
terlambat.

Prognosis
Prognosis bervariasi menurut derajat disabilitas atau deformitas, jumlah kerusakan jaringan serta
vaskuler, adekuasi tindakan reposisi serta imobilisasi dan usia, kesehatan serta status gizi pasien
sendiri. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan kecacatan/deformitas
dapat diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.

13
Kesimpulan
Fraktur tibia merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada tulang panjang dan merupakan
luka kompleks sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sederhana namun fraktur bukan
hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang serta bagaimana mengatasinya, tetapi harus
ditinjau secara keseluruhan dan harus diatasi secara simultan, harus dilihat apa yang terjadi
secara menyeluruh meliputi bagaimana mekanisme terjadinya fraktur, jenis penyebabnya, apakah
ada kerusakan kulit, pembuluh darah, saraf dan diperhatikan lokasi kejadian serta waktu
terjadinya agar dalam mengambil tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang optimal. Anamnesis
dan pemerikasaan fisik yang lengkap serta pemeriksaan radiologis sangat diperlukan,
penatalaksanaannya tergantung dari kondisi frakturnya, bisa dengan operatif maupun non
operatif.

Daftar Pustaka

1. Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit vol.2. Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit EGC; 2015.h.1365

2. Tanto C, Liwang F, Hanifati S. Kapita selekta kedokteran jilid I. Edisi ke-IV. Jakarta:
Penerbit media Aesculapius; 2014.h. 242
3. Mark H.B, Fletcher A.J, Jones T.V, Porter R. The Merck Manual Of Medical Information
Dictionary. 4th home edition. Pocket books reference; 2007.

4. Price SA, Wilson LM. Fracture and dislocation. Pathophysiology: Clinical Concepts of
Disease Processes. Vol II. 6th ed;2006.

5. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern. 2th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2012.
6. Kowalak J.P, Welsh W, Mayer B. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2014.h. 405
7. Patel P.R. Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.223

14

Anda mungkin juga menyukai