Anda di halaman 1dari 3

ROMANTISME JEAN-JACQUES ROUSSEAU dalam PENDIDIKAN INDONESIA

Jean-Jacques Rousseau lahir di Jenewa 28 Juni 1712. Beliau adalah tokoh filosofi besar, penulis
dan komposer pada abad pencerahan. Pemikirannya menjadi dasar teori pendidikan modern.
Sebagai seorang filsuf dan pendidik Jean-Jacques Rousseau mengemukakan ide-ide yang
berkaitan pendidikan yang dikenal dengan paham romantis. Ide-ide tersebut di antaranya
menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa;
pendidikan harus berlangsung dalam dunia nyata; dan kelulusan, persaingan, serta penilaian
menghambat perkembangan pribadi siswa.

Paham romantis mengungkapkan bahwa pada hakekatnya manusia terlahir sebagai individu yang
baik, jujur, dan penuh kasih. Jika ternyata mereka jahat, tidak jujur, dan penuh kebencian, itu
karena pendidikan dan lingkungan masyarakat telah menyesatkan mereka. Tujuan utama
pendidikan adalah untuk membantu siswa tumbuh secara alami di bawah bimbingan yang baik.
Pendidikan bukannya mempersiapkan siswa dalam bidang perekonomian, politik, ataupun sosial,
akan tetapi lebih menekankan pada pertumbuhan pribadi siswa lengkap dengan kebahagian dan
kebebasan individualnya. Pendidikan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapakan Rousseau, yaitu bahwa pendidikan lebih
mengembangkan kemampuan yang ada diri pada individu itu sendiri tidak terhadap apa yang
tidak ada bagian dari dirinya. Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa pendidikan bukanlah
untuk bisnis, atau mengajarkan berbagai ilmu-ilmu, tetapi untuk memberi rasa bagi siswa,
melalui metode pembelajaran yang membuatnya merasa lebih dewasa.

Pelaksanaan pembelajaran menurut Rousseau akan bermakna jika merupakan hasil dari
pengalaman atau refleksi pengalaman pribadi secara langsung. Siswa secara alami memiliki rasa
ingin tahu dan akan berusaha untuk mencari tahu jawabannya melalui bantuan campur tangan
orang dewasa. Seorang guru harus mendorong mereka untuk bertanya dan memecahkan masalah
yang mereka hadapi. Lingkungan pendidikan tempat proses pembelajaran berlangsung adalah
mencakup siswa, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Lingkungan geografis akan
mengarahkan siswa dalam perkembangan moral dan intelektual. Perkembangan tersebut akan
dimulai dari lokal tempat tinggal untuk mengetahui seperti apa hidup ini. Contohnya seorang
siswa harus berada diantara orang miskin sehingga penderitaan dan keluhan akan membuatnya
merasakan menderita dan ia akan belajar dari pengalaman tersebut.

Berbicara mengenai kelulusan, persaingan, dan penilaian, menurut Rousseau ini akan
menghambat perkembangan pribadi individu. Tingkat kelulusan siswa yang diukur berdasarkan
standar-standar eksternal tidak menhormati individualitas yang dikemukakan paham romatis.
Penilaian yang diberikan guru kepada siswa menunjukan seberapa banyak pengetahuan yang
mereka miliki. Hal ini mendorong siswa untuk mengukur diri dan membandingkan dengan siswa
lain daripada mengikuti keinginan sendiri. Penilaian hanya menunjukan bahwa seseorang
memuaskan dan memenuhi standar dibandingkan dengan yang lain, mereka tidak mempelajari
apa yang seharusnya dipelajari untuk mereka sendiri.

Sepintas paham romatis sama dengan paham konstruktivis. Akan tetapi jika konstruktivisme
menekankan pada proses pembentukan pengetahuan secara individual yang tidak bisa diganggu
gugat oleh pihak luar, maka romatisme menekankan pada esensi pendidikan sebagai sarana
pertumbuhan siswa yang bahagia dan memiliki kebebasan individual dalam memilih apapun.
Teori yang dikemukakan oleh paham romantis memberikan gambaran bagaimana seharusnya
seorang guru membimbing siswa yang pada dasarnya terlahir baik, dalam hal ini pendidikan
diharapkan mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui cara
yang lebih leluasa tidak terikat oleh adanya aturan dan tentu saja dengan penuh cinta sehingga
siswa dapat tumbuh secara alami dengan bahagia. Romantisme merupakan bentuk pendidikan
yang sangat menghargai perbedaan individu. Pendidikan berlangsung secara alami dari potensi
yang dimiliki oleh siswa. Paham romantis memberikan wawasan yang lebih luas bagi para guru
sehingga dalam proses pembelajaran guru dapat mengeksplorasi kemampuan siswa sesuai
dengan kebutuhan siswa. Siswa harus tumbuh bebas dan bahagia tanpa harus menjalani
penyangkalan dari siapapun.

Dilihat dari sudut pandang makro pandangan Rousseau memberikan kontribusi bagi pendidikan
Indonesia dalam hal kebebasan siswa untuk memepelajari apa yang ingin dipelajarinya. Salah
satu langkah nyata yang diambil pemerintah yaitu dengan mendirikan berbagai sekolah
menengah kejuruan. Jadi siswa dapat memepelajari apa yang ingin dia pelajari walaupun masih
harus dibatasi aturan-aturan tertentu. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang mikro pandangan
Rousseau bahwa pendidikan harus berlangsung dalam dunia nyata sejalan dengan paham
konstruktivisme, bahawa pembelajaran akan bermakna jika siswa mengalaminya sendiri. Konsep
ini sudah banyak dikembangakan oleh tenaga pendidik Indonesia. Guru kita sudah banya yang
beralih dari pembalajaran metode lama (ceramah) ke pembalajaran yang melibatkan siswa secara
langsung dalam prosesnya.

Dari ulasan diatas pandangan Rousseau tidak dapat seluruhnya dikembangkan di Indonesia.
Contohnya saja pendapatnya tentang kelulusan dan penilaian. Sampai saat ini kita masih
menganut sistem penilaian yang terpusat (UN), walaupun dalam proses pendidikan sudah
diberikan otonomi kepada organisasi pendidikan terkecil untuk mengaturnya (KTSP). Jika
ditilik dan dipahami lebih dalam pandangan Rousseau benar-benar relevan bagi pola pikir
modern yang lebih mementingkan kebebasan individual, sehingga tepat berkembang di dunia
barat yang tingkat individualitasnya sangat tinggi. Akan tetapi bagi kita yang hidup di dunia
timur, dengan tingkat toleransi dan hubungan kemasyarakatan yang kental membuat pandangan
ini tidak dapat berkembang secara optimal, dan membutuhkan adaptasi di banyak hal. Adanya
perbedaan adat istiadat, kebudayaan, dan kebiasaan juga membuat pandangan Rousseau tidak
dapat diadopsi secara utuh. Untuk dapat mengadopsi paham romantis tentu saja kita mesti
merubah secara keseluruhan baik itu sistem pendidikan, yang mana untuk melakukan hal itu
tentu butuh waktu yang panjang dan tidak semua pihak dapat menerima begitu saja terhadap
adanya perubahan

Anda mungkin juga menyukai