Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN

ULTRASONIC TEST

KELOMPOK :5
NAMA : Maydita Hesty T
NRP : 0515040103
KELAS : K3-3D

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat menggunakan pesawat
ultrasonic dalam memeriksa ketebalan suatu bahan ataupun cacat pada suatu
bahan atau material yang tidak dapat dilihat secara visual / langsung.
1.2 Dasar teori
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang
suara yang frekuensinya lebih besar dari 20 kHz. Gelombang ini dapat
dihasilkan dari probe yang berdasarkan perubahan energi listrik menjadi
energi mekanik. Sebaliknya probe juga dapat mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Selama perambatannya di dalam material, gelombang
ini dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang dilaluinya, misal massa jenis,
homogenitas, besar butiran, kekerasan dan sebagainya. Sehingga gelombang
ini dapat dipakai untuk mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya cacat
di dalam bahan tersebut. Gelombang ultrasonic dapat dipantulkan dan
dibiaskan oleh permukaan batas antara dua bahan yang berbeda. Berdasarkan
sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi cacat serta ukuran
cacat.
1. Prinsip dasar ultrasonic
Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat dalam bahan dengan
gelombang ultrasonic dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : teknik
resonansi, teknik transmisi dan teknik gema. Dari ketiga teknik tersebut,
teknik gema kontak langsung paling sering digunakan terutama pada
pemeriksaan di lapangan.
Pantulan / Gema
Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan
menerima getaran. Tebal bahan dan letak cacat ditentukan dari letak
getaran / gema pada layar osiloskop, sedangkan besarnya ditentukan dari
simpangan tinggi getaran yang diterima kembali.
Timer

Amplifier osiloskop

Penguat/
Pembangkit pulsa

prob
e

Benda
uji

Gambar 1.1 Skema pengujian ultrasonic


2. Gelombang Ultrasonic
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara,
yang frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini
mempunyai besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang (
), kecepatan rambat (v), waktu getar (T), amplitudo (A), frekuensi (f),
fasa ( ) dan sebagainya. Formula yang berlaku bagi gelombang suara
berlaku pula pada gelombang ultrasonic, misal :
v
.....(1)
f

s v.t (2)
sin v1
(snellius) .(3)
sin v2

I1 r22
(least aquare law) ...(4)
I 2 r12
If = I 0 e t (attenuation)........(5)
Hukum seperti hamburan, difraksi, disfersi, disperse dan hukum
gelombang ultrasonic. Tetapi dalam bahasan selanjutnya diutamakan
perhitungan tentang jarak, panjang gelombang, pantulan dan pembiasan.
Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan
frekuensi dianggap tetap. Dalam perambatannya dalam berbagai bahan,
frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan kecepatan rambat
bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi yang
sering digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz - 15
MHz, sedangkan pada pemeriksaan las digunakan frekuensi 2 MHz -
6MHz.
3. Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic
dapat menjalar di dalam bahan dalam berbagai mode:
1. Mode longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat
pada suatu arah sejajar dengan arah gerakan atom yang
digetarkan, misal atom digerakkan ke kanan dan ke kiri
sedangkan gelombang bergerak merambat ke kiri atau ke
kanan. Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua
bahan, baik gas, cair maupun padat.
2. Mode transversal
Mode transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat
pada suatu arah tegak lurus pada arah gerakan atom yang di
getarkan. Misal atom digetarkan ke atas dan ke bawah,
sedangkan gelombang merambat ke arah kanan dan kiri .
Gelombang transversal hanya bisa merambat pada benda padat
Gambar 1.2 Arah rambat gelombang transversal dan longitudinal

Gambar 1.3 Mode gelombang transversal dan longitudinal


3. Mode Permukaan.
Mode permukaan terjadi bila gelombang transversal merambat
pada permukaan. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips.
Sesuai dengan namanya, gelombang permukaan hanya
merambat pada permukaan padat dengan kedalaman
maksimum satu panjang gelombang.
Gambar 1.4 Mode permukaan
4. Mode Pelat.
Mode pelat terjadi pada bila gelombang transversal merambat
pada bahan pelat tipis yang tebalnya kurang dari setengah
panjang gelombang. Gerakan atom yang bergetar berbentuk
elips. Gelombang plat merambat pada seluruh benda uji tipis
tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris atau
gelombang asimetris.
Perubahan mode.
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan
dapat merubah mode dari satu mode ke mode lainnya.
Perubahan mode ini terjadi misalnya karena pantulan atau
pembiasan. Bila mode berubah maka kecepatan rambatnya
berubah, sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang
gelombangnya juga akan berubah.

Gambar1.5 Mode plat


5. Kemampuan deteksi
Cacat kecil dapat memantulkan kembali gelombang ultrasonic
bila permukaannya cukup luas. Cacat terkecil yang dapat
dideteksi oleh gelombang ultrasonic adalah bila :

minimum = 1
2 ...

(6)
6. Kecepatan rambat dan panjang gelombang
Kecepatan rambat (v) gelombang ultrasonic dalam suatu bahan
tergantung pada jenis bahan yang dilalui oleh mode gelombang
tersebut.
7. Transmisi
Bila gelombang ultrasonic menjalar dari bahan yang satu ke
bahan dua tegak lurus pada permukaan batas pada kedua bahan
tersebut, maka sebagian bahan akan diteruskan sedangkan
sebagian lagi dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau
dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi atau
refleksinya.
W2 W1
R (1)
W2 W1

D= 1-R ..(2)
W1 1V1 ..(3)

dimana :
R = Koefisien refleksi
D = Koefisien transmisi
W = Impedansi akustik
= Massa jenis
V = Kecepatan rambat.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Peralatan
Pesawat ultrasonic
Block kalibrasi
Probe
Couplan berupa oli
Kuas
Penggaris
2.2 Bahan
1 buah spesimen berbentuk balok baja (balok N2)
2.3 Prosedur Percobaan
Pada pelaksanaan percobaan ultrasonic ini, terdapat beberapa prosedur
yang harus dilakukan. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut :
Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.
Menentukan range, sesuai dengan ketebalan material yang akan diinspeksi
kemudian melakukan kalibrasi mnggunakan block kalibrasi V1 pada

range
ketebalan 25 sehingga didapat indikasi ( indikasi ).
tebal..blok
Gambar 2.1 Pesawat ultrasonic telah di kalibrasi

Kalibrasi :
Dengan menggunakan range 100
Indikasi = R/t = 100/25 = 4

Mengoleskan oli pada block, kemudian menempelkan probe yaitu probe


normal pada bidang tersebut sehingga muncul indikasi pada layar pesawat
ultrasonic.
Jika kalibrasi sudah dilakukan dengan benar, setelah itu ambil spesimen
dan probe diletakkan pada sisi yang akan diuji. Benda uji juga di beri
couplan.

Gambar 2.2 Pesawat ultrasonic mendeteksi tepi cacat pada material


Catat pada titik berapa indikasi yang muncul pada layar pesawat
ultrasonic setelah probe diletakkan pada spesimen dan gambar ukuran
serta posisi cacat pada spesimen.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Data
Pengujian ultrasonic yang telah dilakukan bertujuan untuk mancari
ketebalan dan cacat yang berada pada bagian dalam pada suatu spesimen
dengan menggunakan teknik gema.
Spesimen N2 (probe normal)
Dalam menginspeksi spesimen ini digunakan kalibrasi dengan range
100. Setelah proses scaning dilakukan secara menyeluruh pada permukaan
spesimen kami menemukan beberapa cacat (non konformasi).
Pada percobaan inipun hanya menggunakan 1 spesimen (kode N2),
dimana spesimen tersebut berbentuk balok baja, dan tebal spesimen dicari
melalui indikasi terakhir yang muncul dengan rumus :
IndikasiMuncul
Tebal xRange
SkalaScreen
Hasil pengujian spesiment N2.
Dengan menggunakan range 100
Range 100 = I : 100/ 25 = 4
25
Indikasi I : x10,0 2,5
100
2 x 25
Indikasi II : x10,0 5
100
3 x 25
Indikasi III : x10,0 7,5
100
4 x 25
Indikasi IV : x10,0 10
100
Maka didapatkan display read:
Panjang : 150,00
Lebar : 145,00
Tinggi : 30,12

Hasil pengukuran:
Panjang : 145 mm
Lebar : 145 mm
Tinggi : 28 mm
Dan jika dihitung, dengan rumus, maka hasil percobaan:
14,5
Panjang : x100 145mm
10
14,5
Lebar : x100 145mm
10
2,9
Tinggi : x100 29mm
10

Gambar 3.2 Hasil pengamatan spesimen N2


Tabel 3.1 Tabel hasil pengujian

Kedalaman Tebal Panjang


Ukuran Ukuran Ukuran
Bentuk indikasi dari Specimen Specimen
No panjang Lebar Diameter
inikasi permukaan uji Uji
(mm) (mm) (mm)
(mm) (mm) (mm)

Persegi
1 67 45 - 21,4 29 145
Panjang

2 Lingkaran - - 27 24 29 145

Persegi
3 52 22 - 20 29 145
Panjang
4 Garis 48 - - 28 28 145
3.2 Pembahasan
Pada spesimen N2 :
1. Bentuk dan penjelasan Indikasi 1
Dari hasil pemindaian, indikasi mulai muncul berupa garis dengan panjang
67 mm dan lebar 45 mm (persegi panjang) yang ditandai dengan
munculnya perbedaan pulsa skala pada layar. Munculnya pulsa skala pada
ring ketebalan menunjukkan bahwa indikasi tidak tembus sampai dasar,
sehingga dapat diketahui bahwa tebal kedalaman dari permukaan sebesar
21,4 mm.
Disini terdapat perbedaan ukuran cacat apabila diukur menggunakan
penggaris yaitu sebagai berikut :
Panjang (UT) : 67 mm
Lebar (UT) : 45 mm
Ketebalan (UT) : 21,4 mm
Panjang (manual) : 66, 7 mm
Lebar (manual) : 45,5 mm
Ketebalan (manual) : 20,6 mm
2. Bentuk dan penjelasan indikasi 2
Dari hasil pemindaian, indikasi mulai muncul berupa lingkaran dengan
diameter 27 mm yang ditandai dengan munculnya perbedaan pulsa skala
pada layar. Munculnya pulsa skala pada ring ketebalan menunjukkan
bahwa indikasi tidak tembus sampai dasar, sehingga dapat diketahui
bahwa tebal kedalaman dari permukaan sebesar 24 mm.
Diameter (UT) : 27 mm
Ketebalan (UT) : 24 mm
Diameter (manual) : 26,7 mm
Ketebalan (manual) : 25,2 mm
3. Bentuk dan penjelasan indikasi 3
Dari hasil pemindaian, indikasi mulai muncul berupa garis dengan panjang
52 mm dan lebar 22 mm yang ditandai dengan munculnya perbedaan pulsa
skala pada layar. Munculnya pulsa skala pada ring ketebalan
menunjukkan bahwa indikasi tidak tembus sampai dasar, sehingga dapat
diketahui bahwa tebal kedalaman dari permukaan sebesar 20 mm.
Panjang (UT) : 52 mm
Lebar (UT) : 22 mm
Ketebalan (UT) : 20 mm
Panjang (manual) : 52,4 mm
Lebar (manual) : 21,8 mm
Ketebalan (manual) : 20,4 mm
4. Bentuk dan penjelasan indikasi 4
Dari hasil pemindaian, indikasi mulai muncul berupa garis dengan panjang
48 mm yang ditandai dengan munculnya perbedaan pulsa skala pada
layar. Munculnya pulsa skala pada ring ketebalan menunjukkan bahwa
indikasi tidak tembus sampai dasar, sehingga dapat diketahui bahwa tebal
kedalaman dari permukaan sebesar 28 mm.
Panjang (UT) : 48 mm
Panjang (manual) : 48,2 mm
Perbedaan bentuk ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian saat
melakukan pergeseran pada probe serta kurangnya ketelitian praktikan
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ultrasonic test merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive
Test) yang menggunakan gelombang ultrasonic untuk mengetahui indikasi
pada bagian dalam benda uji. Indikasi yang dihasilkan dalam pengujian
NDT ini dapat berbentuk persegi panjang, garis dan lingkaran.
Untuk dapat mengetahui letak dari indikasi pada bagian dalam
benda uji dapat dilakukan dengan cara scaning dengan menggunakan
probe, pada pengujian ini, indikasi sedalam apapun dapat terdeteksi baik
tebal indikasi maupun panjang. Tetapi proses ini dilakukan dengan
ketelitian tinggi.
Di dalam praktikum yang sudah dilakukan terhadap spesimen N2,
didapatkan 3 indikasi cacat. Indikasi 1 : persegi panjang dengan tebal
dalam permukaan 21,4 mm, indikasi 2 : lingkaran dengan tebal dalam
permukaan 24 mm, indikasi 3 : persegi panjang dengan tebal dalam
permukaan 20 mm., indikasi 4 : garis dengan tebal dalam permukaan 28
mm
DAFTAR PUSTAKA
Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
ASME 2001 Section V Article 6.
Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam.
Jakarta: PT. Pradya Paramita

Anda mungkin juga menyukai