FEBRIS
Oleh:
14612581
2017
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8 C
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas
38,3 C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam
yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-
limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini
tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
2. Etiologi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal dari
atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
1999).
Demam biasanya disebabkan oleh infeksi selain itu uga disebabkan oleh
Gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat meninggi dan temperatur
seperti pada head stroke, peredaran otak, atau gangguan sentral lainnya. Pada
penyakit. Suhu penderita biasanya diukur dengan termometer air raksa dan
tempat pengambilannya dapat diaksila, oral atau rektum. Suhu tubuh normal
demam pada umumnya diartikan suhu tubuh diatas 37,2 C. Hiperpireksia adalah
suhu kaadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2C atau lebih, hipertermi
adalah keadaan suhu tubuh dibawah 3,5 C Biasanya terdapat perbedaan antara
pengukuran suhu tubuh di aksila, oral dan rektum. Dalam keadaan biasa
perbedaan ini berkisar sekitar 0,5 C, suhu rektal lebih tinggi dari pada suhu oral.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsang oleh pirogen oksigen yaag dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologi yang tidak berdasarkan suatu
infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen oksigen yang dapat berasal dari
berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein
seorang penderita.
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin 1 yang
turun. Hal ini akan mengembalikan titik patokan suhu ke normal. Untuk jangka
waktu singkat, suhu tubuh akan tertinggal dari pengembalian titik patokan
tersebut dan hipotalamus akan menganggap bahwa suhu tubuh terlalu tinggi.
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala veritigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.
8. Phatway Febris
Agen infeksius Dehidrasi
Mediator inflamasi
Mempengaruhi Hipotalamus
Anterior
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita demam yaitu:
a. Mengawasi kondisi klien (monitor suhu berkala 4-6 jam)
b. Berikan motivasi untuk minum banyak
c. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
d. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha
e. Pemberian obat antipiretik
f. Pemberian antibiotic sesuai indikasi
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien demam menurut (Mansjoer, 2009) yaitu:
a. Pemeriksaan leukosit : pada kebanyakan kasus demam jumlah leukosit pada
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan telah diolah dilaboratorium. Maksud uji widal ini
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
KONSEP ASUHAN DASAR KEPERAWATAN PADA FEBRIS
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
6. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
b. Resiko kurang cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
d. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
7. Intervensi
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam
Intervensi
otot
R/ menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
kontraindikasi)
Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stress /
cuaca panas
Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
Tidak menunjukan tanda- tanda dehidrasi
Intervensi
gangguan
d. Catat asupan dan haluaran Pantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam
R/ Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien
e. Pantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Pantau berat jenis urine
R/ Untuk mengontrol asupan klien
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan
kecemasannya
dialaminya
Intervensi
Daftar Pustaka
Behrman, R. E. (1999). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 1 Edisi 15. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Linda Jual (2002). Nursing Care Plan Dokumentation Nursing Diagnosis
and Colaboratif Problem. Edisi 2 Alih Bahasa Monika Ester Skp, Dkk, EGC:
Jakarta