Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : Ergonomi Industri

Dosen : Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS

MAKALAH

KELELAHAN KERJA

OLEH:

DEWI MULFIYANTI

(P1800216006)

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, bimbingan, dan pertolongan-Nya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam kepada panutan kebenaran, Nabi Muhammad SAW yang
membimbing hambanya dengan segenap ilmu pengetahuan.

Dalam pembuatan tugas ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dihadapi.
namun dengan kegigihan dan usaha maksimal akhirnya semua hambatan tersebut dapat
teratasi dengan baik.

Akhirnya, saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saya mengharapkan kritikan dan saran untuk penyempurnaan tugas ini.

Makassar, Februari 2017

Dewi Mulfiyanti

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4

A. Defenisi Kelelahan Kerja..........................................................................................4


B. Jenis Kelelahan Kerja...............................................................................................9
C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan Kerja.................................................
D. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja............................................................................
E. Akibat Kelelahan Kerja..............................................................................................
F. Pengukuran Kelelahan Kerja.....................................................................................
G. Cara Mengatasi Kelelahan Kerja...............................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kelelahan kerja. Kelelahan kerja
tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak manajemen
perusahaan. Kelelehan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak
mengatur dengan benar posisi tubuh mereka saat sedang melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak
adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pijak
manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya pekerjaan
mengangkat benda kerja diatas 50 kg tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa
menimbulkan kelelahan dan bahkan cidera para pekerja.
Untuk menghidari hal tersebut, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah
mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah dan juga
mengurangi resiko kelelahan kerja yang berlebihan. Setelah jenis pekerjaan tersebut
diidentifikasi,maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan cara kerja yang bisa
mengakibatkan kelelahan berlebih dan cidera.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang diatas adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kelelahan kerja?
2. Apa saja jenis-jenis dari kelelahan kerja?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan kelelahan kerja?
4. Bagaimana proses terjadinya kelelahan kerja?
5. Apa saja akibat dari kelelahan kerja?
6. Apa saja alat pengukuran kelelahan kerja?
7. Bagaimana cara mengatasi kelelahan kerja?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui defenisi dari kelelahan kerja.
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis dari kelelahan kerja.
3. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan kelelahan kerja.
4. Mengetahui proses terjadinya kelelahan kerja.
5. Mengetahui akibat-akibat dari kelelahan kerja.
6. Mengetahui alat-alat pengukuran kelelahan kerja.
7. Mengetahui cara untuk mengatasi kelelahan kerja.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kelelahan Kerja


Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah
adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja.
Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari
kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Sumamur,
1996).
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi
semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta
ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010). Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai
penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Sumamur, 1996). Kelelahan kerja
akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja (Depkes, 2007).
Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak
hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya
dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan

4
penurunan produktivitas kerja. (Aulia, 2009)
Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh
orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia
lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, dan sebagainya. (Schuler,
1999).
Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang
berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta
peningkatan kecemasan atau kebosanan. (Widiasari, 2010).Kelelahan kerja ditandai
oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis yang dihasilkan
dari aktivitas terus-menerus. (Aulia, 2009).
Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi,
performans kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan yang harus dilakukan (Rosanti, 2011).

B. Jenis Kelelahan Kerja


Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
(Sumamur, 1996). Kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Berdasarkan proses dalam otot
Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum (Setyawati,
2010):
a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui
fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang
ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada
makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat
menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya
kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya
kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi
produktivitas kerjanya.Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang
tampak dari luar atau external signs (Setyawati, 2010)
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu
teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia
secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai

5
penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan perubahan arus listrik pada otot
dan saraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori saraf pusat
menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.
Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf
melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan
aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan
sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang.
Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.
Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan
semakin lelah kondisi otot seseorang. (Tarwaka, 2010)
b. Kelelahan Umum (General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.
Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala
kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik
maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk. (Setyawati, 2010)
Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja
fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
(Tarwaka, 2010)
2. Berdasarkan penyebab kelelahan
Menutut Kalimo dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain:
kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis
(konflik-konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan
yang bertumpuk-tumpuk. (Rosanti, 2011)
Menurut Phoon disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja
fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada
hubungannya dengan faktor psikososial.(Rosanti, 2011)
3. Berdasarkan waktu terjadinya
a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh
secara berlebihan.
b. Kelelahan kronis, menurut Nuryati (2007) terjadi bila kelelahan berlangsung

6
setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi
sebelum memulai suatu pekerjaan.

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan Kerja


Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi
dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami
oleh tubuh manusia. (Widiasari, 2010).
Sumamur (1996) dari proceeding mengemukakan faktor yang mempengaruhi
kelelahan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor
internal antara lain : faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia,
pengetahuan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal
adalah keadaab fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu, pencahayaan, faktor
kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur), faktor ergonomi, kategori
pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial
dan posisi kerja atau kedudukan.
Menurut Tarwaka (2010). Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:
sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi), intensitas lamanya pembeban fisik
dan mental. Lingkungan kerja misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca kerja.
Faktor psikologis misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan,
serta konflik yang kronis/ menahun, status kesehatan dan status gizi.
Menurut Siswanto yang dikutip dari Aulia (2009), faktor penyebab kelelahan
kerja berkaitan dengan:
1. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja
dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.
2. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang
berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.
3. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
4. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
5. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)
Menurut Sumamur (1996) terdapat lima kelompok sebab kelelahan yaitu:
1. Keadaan monoton
2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
3. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan.
4. Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau konflik.
5. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

7
Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kelelahan. (Setyawati, 2010):
Kelelahan merupakan hasil dari berbagai ketegangan yang dialami oleh tubuh
manusia sehari-hari. Untuk mempertahankan kesehatan dan efisiensi, banyaknya
istirahat dan pemulihan harus seimbang dengan tingginya ketegangan kerja.
Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan
waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
Menurut Setyawati (1994), faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh
terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua
terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi
yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat
positif dalam melakukan pekerjaan

D. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja


Menurut Setyawati (2010) kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul
pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak
sanggup lagi melakukan kegiatan.
Pada dasarnya timbulnya kelelahan disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia)
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan
fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai
mesin yang dapat membuat bahan bakar, dan memberikan keluaran berupa tenaga
yang berguna untuk melakukan kegiatan.
Pada prinsipnya, ada 5 macam mekanisme yang dilakukan tubuh, yaitu :
a. Sistem peredaran darah
b. Sistem pencernaan
c. Sistem otot
d. Sistem syaraf
e. Sistem pernafasan
Kerja fisik yang kontinyu, berpengaruh terhadap mekanisme tersebut, baik
secara sendiri-sendiri maupun secara sekaligus. Kelelahan terjadi karena
terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk sisa ini
bersifat mambatasi kelangsungan kegiatan otot. Produk sisa ini mempengaruhi
serat- serat syaraf dan system syaraf pusat sehingga menyebabkan pegawai menjadi
lambat bekerja jika sudah lelah.

8
2. Kelelahan Akibat Faktor Psikologis
Kelelahan ini dapat dikatakan kelelahan palsu, yang timbul dalam perasaan
orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya atau
pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen lagi, serta jiwanya yang labil dengan
adanya perubahan walaupun dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya
sendiri. Jadi hal ini menyangkut perubahan yang bersangkutan dengan moril
seseorang., Sebab kelelahan ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya:
kurang minat dalam bekerja, berbagai penyakit, keadaan lingkungan, adanya
hukum moral yang mengikat dan merasa tidak sesuai, sebab-sebab mental seperti :
tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik. Pengaruh tersebut seakan-akan
terkumpul dalam tubuh dan menimbulkan rasa lelah.

E. Akibat kelelahan kerja


Konsekuensi kelelahan kerja menurut Rosanti (2011) antara lain:
1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi
daripada pekerja yang masih penuh semangat.
2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.Dapat mendorong
terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup
rumah tangga seseorang.
Menurut Sumamur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3
kategori yaitu:
1. Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.
Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering
menguap, merasa kacau pikiran, manjadi mengantuk, marasakan beban pada
mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau
berbaring.
2. Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.
Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak
dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat
tekun dalam pekerjaan.
3. Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.
Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan
tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada

9
anggota badan, merasa kurang sehat.
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya
kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore
hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu
tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan- perbuatan
anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi , kurangnya
tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-
kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan,tidak dapat tidur
dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini
menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu
jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka
sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik -konflik
mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan
terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab
ataupun akibat (Sumamur, 1996).

F. Pengukuran Kelelahan Kerja


Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku karena
kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan diperlukan
pendekatan secara multidisiplin (Tarwaka, 2010).
Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja antara
lain: Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test (WBRT), Uji
ketuk jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji Critical Fusion, Uji Bourdon
Wiersma, Skala kelelahan IFFRC (Industrial Fatique Rating Comite), Skala Fatique
Rating (FR Skala), Ekresi Katikolamin, Stroop Test.(Sumamur, 1996).
Menurut Tarwaka,dkk (2010), pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu:
1. Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja
(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit
waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; target

10
produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan
kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan
dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah
merupakan causal factor (Tarwaka, 2010).
Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam
banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan kualitas kerja
didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak,
kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.
2. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara
Kuesioner. Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar
pertanyaan yang terdiri dari:
a. 10 Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
1) Perasaan berat di kepala
2) Lelah di seluruh badan
3) Berat di kaki
4) Menguap
5) Pikiran kacau
6) Mengantuk
7) Ada beban pada mata
8) Gerakan canggung dan kaku
9) Berdiri tidak stabil
10) Ingin berbaring
b. 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:
1) Susah berfikir
2) Lelah untuk bicara
3) Gugup
4) Tidak berkonsentrasi
5) Sulit untuk memusatkan perhatian
6) Mudah lupa
7) Kepercayaan diri berkurang
8) Merasa cemas
9) Sulit mengontrol sikap
10) Tidak tekun dalam pekerjaan
c. 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik:
1) Sakit dikepala
2) Kaku di bahu
3) Nyeri di punggung
4) Sesak nafas

11
5) Haus
6) Suara serak
7) Merasa pening
8) Spasme di kelopak mata
9) Tremor pada anggota badan
10) Merasa kurang sehat
3. Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).
Menurut Setyawati KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja)
merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala
subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan.
Keluhan-keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami
kelelahan kronis.(Setyawati, 2010).
4. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography
(EEG).
5. Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan cara melibatkan
fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital
reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu
dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu,
denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu
reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.
6. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satu
alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan
konsentrasi.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya
terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti
monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri
pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu
kerja-istirahat yang tidak tepat. Sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil
pengujian tersebut.
Pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner Alat

12
Ukur Kelelahan Kerja (KAUPK2).

G. Cara Mengatasi Kelelahan Kerja


Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat
sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-
kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem
aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja
berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada
kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh. (Sumamur, 1996)
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara
masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan)
dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses
pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang
cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi
rendahnya tingkat ketegangan kerja.
Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per
jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus
memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan
prestasi kerja pekerjanya. (Widiasari, 2010)
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan
umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal yang dapat
dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar - kamar
istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah tersebut adalah kelelahan kerja merupakan menurunnya
efesiensi, perfomansi kerja dan berkurangnya kekuatan/ fisik tubuh untuk terus
melanjutkan yang harus dilakukan. Kelelahan kerja sendiri mempunyai dua macam
jenis, yaitu kelelahan otot, dan kelelahan umum. Faktor penyebab dari kelelahan kerja
dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk fakor internal
antara lain: faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan
sikap atau gaya hidup . sedangkan yang termasuk fakor eksternal adalah keadaan fisik
lingkungan kerja (kebisingan, suhu, pengcahayaan, faktor kimia (zat beracun), faktor
biologis (bakteri, jamur), faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin
atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan.
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan
yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga
selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai
suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan-perbuatan anti sosial dan
perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta
kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis
seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum
dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal yang dapat dicapai dengan
jam kerja , pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istrihat, masa-masa
libur dan rekreasi, dan lain-lain.

B. Saran
Dalam menjalankan aktivitas kerja, sebaiknya seorang pekerja harus
mempertimbangkan posisi tidurnya, agar dalam melakukan pekerjaan tidak terjadi
kelelahan kerja secara berlebihan pada kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

14
Aulia, U. 2009. Shift Kerja dan Efeknya. http://ulyaulia.blog.com/2010/04/17sift-kerja-dan-
efeknya/ di akses tgl 19 Februari 2017.

Depkes. 2007.Ergonomi.http://www.depkes.go.id/download/ergonomic. PDF. Diakses 15


Februari 2017. http://hiukencana.wordpress.com/2010/03/31/kelelahan-kerja
occupatio nal-fatigue/ Diakses 15 Februari 2017.

Djati, A. 2010.Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Antara Shift Siang Dan Shift
Malam Di Bagian CPA JOB Pertamina-Petrochia Eats Java Di Kabupaten Tuban
Jawa Timur (Skripsi). Surakarta: UNS.

Nuryati, K. 2007. Tingkat Stres Kerja pada Karyawan Spbu Bagian Operator Ditinjau dari
Shift Kerja http://eprints.unika.ac.id/945/1/02.40.0148 Kristin Nuryati.pdf di akses tgl
14 Februari 2017.

Rosanti. E. 2011. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Antara
Shift Pagi, Shift Siang Dan Shift Malam Di Bagian Winding PT. Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta (Skripsi). Surakarta. UNS. http://eprints.uns.ac.id/6316/1/
197520911201110111.pdf Diakses 14 Februari 2017.

Setyawati. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Asmara Books.

Sumamur, P.K. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1996.

Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di


tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Widiasari J. K., 2010. Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat
Di Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta. (Skripsi). Surakarta. UNS.http://eprints.uns.
ac.id/6316/1/159232408201002181.pdf Diakses 12 Februari 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai