PENDAHULUAN
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus
merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya
virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi
baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
(in vivo), pembiakan virus dengan kultur jaringan ( in vitro) dan pembiakan virus
Pada pembiakan ini, jumlah hewan percobaan, umur, jenis kelamin serta cara
penyuntikan berbeda tergantung jenis virus. Pada in vivo, biakan yang digunkan
adalah biakan primer dan biakan sel yang dapat hidup[ terus meneus. Biakan sel
primer adalah biakan yag diambil dalam keadaan segar dari binatang biakan yang
berasal dari dari embrio ayam yang berasal dari sel jenis fibrolast.
sudah steril dan embrio telur yang tumbuh di dalamnya tidak mebentuk zat anti
yang dapat mengganggu pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel
hidup yang relatif murah untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering
jaringan dan dalam telur berembrio. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
BAB II
PEMBAHASAN
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi smacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,
atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein
yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan
perlindungan, alat penempelan virus dan penentu sifat antigenik. Secara khusus
atau DNA saja ). Familia virus RNA binatang kebanyakan memiliki genom RNA
rantai tunggal. Sebaliknya familia virus DNA binatang memiliki genom DNA
rantai ganda. Jenis asam nukleat dapat ditentukan dengan cara pemeriksaan
yang memiliki struktur lipid pada pembungkusnya ini peka terhadap eter 2
4. Karbohidrat Virus Pembungkus virus ada yang mengandung sejumlah
antigen yang penting, karena posisinya pada permukaan luar dari virus.
berkembang biak di dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan virus,
yaitu pembiakan virus dengan hewan percobaan (in vivo), pembiakan virus
ovo).
Pada biakan ini menggunakan hewan percobaan sebagai media untuk menanam
virus. Jenis hewan percobaan, umur, jenis kelamin, serta cara penyuntikan
penyuntikan maka kera akan lumpuh. Berarti didalam tubuh kera ada dan
berkembang virus polio dan didalam tinja kera dapat ditemukan virus polio.
2. Virus Rabies Hewan yang digunakan tikus putih dewasa yang disuntik secara
intra cerebral. 1 2 minggu kemudian tikus akan sakit, bulunya rontok dan mati c.
Virus Dengue Digunakan hewan percobaan bayi tikus putih umur 1 3 hari,
disuntikan secara intra cerebral. Setelah 7 10 hari tikus akan mengalami kejang-
kejang atau lemas lalu mati. Maka darah tikus tadi mengandung virus 2. Telur
berembrio Telor yang dapat dipergunakan adalah telor ayam negri, ayam kampung
tau telur bebek, yang semuanya harus berembrio. Jika akan digunakan telur
tersebut tidak boleh dicuci, sebab pada bagian luar telur terdapat zat seperti lilin
yang berfungsi melindungi agar kuman tidak dapat menembus cangkang telur.
rabies yang disuntikkan intraserebral pada mencit atau kelinci akan menyebabkan
terjadinya ensefalitis.
Pada pembiakan dengan hewan percobaan ini, pertumbuhan virus pada
sel yang terinfeksi virus secara invitro. Kultur jaringan merupakan suatu metode
untuk memperbanyak jaringan/sel yang berasal atau yang didapat dari jaringan
Kultur sel yang didapat dari jaringan secara langsung disebut kultur sel primer,
organ), potongan kecil jaringan (biakan jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan
dari pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan jaringan hanya dapat
bertahan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel
dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung
Virus yang telah diremajakan disimpan pada suhu -700C dan disebut sebagai
infection (m.o.i) yang rendah, kira-kira 0,1-0,01 unit infeksi per sel. Virus melekat
beberapa hari, virus dipanen dan media ekstraseluler di sekitar kultur sel atau dari
sel itu sendiri yang telah lisis karena pembekuan dan pencarian (freezing and
virus. Kultur sel diinfeksi dengan m.o.i yang tinggi, seperti 10 unit infeksi per sel.
Hal ini menjamin bahwa semua sel akan terinfeksi secara bersamaan dan replikasi
terjadi hanya satu kali dan virus segera dipanen pada akhir siklus replikasi. Sel
melihat adanya :
a. Adanya CPE
b. Adanya penghambatan dalam metabolisme sel
c. Pembentukan antigen dalam jaringan
d. Terjadinya hemadsorbsi
e. Adanya interferensi Dalam biakan jaringan virus akan dipengaruhi oleh Suhu,
secara terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer berasal
dari ginjal monyet, embrio ayam, dll. Proses pembuatan biakan sel dimulai
dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan
dengan larutan tripsin. Sel-sel yang didapatkan dalam suspensi ini kemudian
dibiakan dalam larutan pembenihan tertentu. Sel-sel akan tumbuh melekat pada
dinding tabung sampai mebentuk selapis jaringan yang siap digunakan untuk
Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan didapatkan sel-sel jenis
tertentu. Misalnya biakan sel-sel jaringan yang berasal dari ginjal monyet akan
menghasilkan sel-sel jenis epitel. Biakan yang berasal dari embrio ayam akan
menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel tertentu diperlukan untuk pembiakan
virus-virus tertentu.
Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan ESP
(Efek Sitopatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi lebih bulat, perubahan
pada inti sel, kemungkinan pembentukkan jisim atau sel sinsitia dan juga sel-sel
disekitarnya dan bila pada tepat itu sudah ada banyak sel yang terlepas, maka akan
tampak sebagai tempat yang berlubang dan tempat ini disebut plaque. Tiap virion
infektif dalam biakan sel dapat membentuk plaque dan ini dapat dipakai untuk
titrasi virus, sama halnya dengan pembentukkan koloni oleh kuman pada
mati.
3. Biakan sel letusan (continous cell lines culture)
Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya sudah bersifat
poliploid atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas ataupun sel diploid
yang telah mengalami transformasi. Diantaranya adalah sel Hela, Hep-2, KB yang
berasal dari manusia, BHK-21 yang berasal dari binatang hamster, sel LLC-MK
suspensi
Kelebihan biakan in vitro menurut menurut Bedetti & Cantafora (1990)
adalah:
1. Pengambilan kesimpulan relatif lebih mudah dengan menggunakan populasi
fisiologis.
C. Pembiakan virus dalam telur berembrio (in ovo).
Telur merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang
pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel hidup yang relatif murah
untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium.
Embrio berada dalam kantung amnion yang berisi cairan amnion yang berwarna
putih jernih. Telur berembrio yang biasa digunakan adalah telur ayam negeri, telur
ayam kampung, atau telur bebek. Umur dari telur, cara penyuntikan, suhu
10 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
pengeraman dan lamanya pengeraman tergantung dari jenis virus yang akan
disuntikan.
Pembiakan dalam telur berembrio ini lebih baik dari penyuntikan pada binatang
percobaan karena:
1. Telur bertunas bersih dan steril, bebas dari bakteri.
2. Tidak memiliki mekanisme kekebalan seperti pada binatang percobaan yang
selaput korioalantois telur berembrio 10 hari. Cara penanaman ini berguna untuk
isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu digolongkan
sebagai virus dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia, dan virus herpes.
Tiap virion yang infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya dan menibulkan
disebut pock. Pock ini berlainan ukurannya dan bersifat bergantung pada virus
untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap virus dengan teknik menghitung
jumlah pock.
b. Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur
berembrio yang berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi virus
influenza dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru-paru
11 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
c. Cara ketiga, menyuntikkan virus pada kantung kuning telur berembrio 9-12
adalah :
amnion, dieramkan pada suhu 37 derajat selama 2-3 hari, kemudian cairan amnion
pada CAM, eramkan pada suhu 37 derajat selama 5 hari kemudian periksa
Cara penetesan dan penyuntikan pada CAM
Caranya adalah ambil telur berembrio, lalu periksa dikamar gelap. Lihat
ruang udaranya lalu diberi tanda, kemudian lihat bagian yang gelap, ini adalah
embrio, lihat pula pembuluh darah besar maupun kecil. Pilihlah tempat yang
dibersihkan dengan kapas dan alcohol. Pada bagian ruang udara tusuklah
dengan alat bor yang steril sampai menusuk selaput kulit telur. Jika ada pecahan
Pada tanda yang tidak ada pembuluh darahnya, ditusuk lagi tapi jangan
sampai menusuk selaput kulit telur. Kemudian teteskan buffer steril dengan
pengisap karet. Bila tetesan buffer terus masuk, ini menandakan CAM telur turun.
12 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
Kemudian ambil pena steril, tusukkan tegak lurus kemudian miringkan diantara
selaput lendir telur dan kulit telur. Jika ada perdarahan berati CAM tertusuk.
Pada lubang ruang udara masukkan pengisap karet, isaplah semua udara
yang ada sampai habis, sehingga akan didapatkan ruang udara buatan. Setelah
diperiksa lagi dikamar gelap dan CAM telah berhasil diturunkan, lalu ambil virus
yang akan diperiksa dengan spuit steril sebanyak 0,1-0,2 mL, lalu tusukkan pada
lubang bagian CAM. Setelah Itu lubang-lubang ditutup dengan solatip. Telur
dieramkan pada suhu 37C selama 2-3 x 24 jam. Setelah itu baru diperiksa.
sempurna dan mempunyai sistem imun yang baik, sehingga saat infeksi virus akan
mudah diamati.
c. Dosis virus yang diinokulasikan
Semakin banyak volume virus yang diinokulasikan, maka semakin banyak sel
kemampuan penyerapan bahan oleh embrio, dan struktur farmakologi dari bahan
itu sendiri.
1. Telur dapat tercemar mikoplasma dan virus unggas laten yang dapat
13 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis
2. Pembiakan dari virus terbagi atas 3, yaitu pembiakan virus dengan hewan
percobaan (in vivo), pembiakan virus dengan kultur jaringan ( in vitro) dan
,kobalt,vitamin,oksigen, air
3.2 SARAN
14 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
kemampuan kami dalam memahami materi yang berkaitan dengan materi ini.
Oleh kerena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
15 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )