Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel

organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup

dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak

memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus

merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya

virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak

kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri

atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi

baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang

dibutuhkan dalam daur hidupnya.(wikipedia)

Pembiakan virus ada 3, yaitu pembiakan virus dengan hewan percobaan

(in vivo), pembiakan virus dengan kultur jaringan ( in vitro) dan pembiakan virus

dalam telur berembrio (in ovo).

Pembiakan virus dengan hewan percobaan digunakan untuk isolasi primer

tertentu, untuk penelitian- penelitian pathogenesis virus dan onkogenesis virus.

Pada pembiakan ini, jumlah hewan percobaan, umur, jenis kelamin serta cara

penyuntikan berbeda tergantung jenis virus. Pada in vivo, biakan yang digunkan

adalah biakan primer dan biakan sel yang dapat hidup[ terus meneus. Biakan sel

primer adalah biakan yag diambil dalam keadaan segar dari binatang biakan yang

berasal dari dari embrio ayam yang berasal dari sel jenis fibrolast.

1 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


Pada pembiakan in ovo, Telur dijadikan tempat perbenihan virus yang

sudah steril dan embrio telur yang tumbuh di dalamnya tidak mebentuk zat anti

yang dapat mengganggu pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel

hidup yang relatif murah untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering

digunakan dalam laboratorium.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka sebagai mahasiswa perlu

mempelajari bagaimana cara pembiakan virus melalui hewan percobaan, kultur

jaringan dan dalam telur berembrio. Oleh karena itu, pada makalah ini akan

dibahas mengenai cara pembiakan pada virus.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apa itu virus?


2. Bagaimana pembiakan dari virus?
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pembiakan

virus secara in vitro, in vivo dan in ovo.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Bagi Penulis mengetahui lebih dalam tentang pembiakan virus secara in

vitro, in vivo dan in ovo.


2. Bagi mahasiswa umunya adalah sebagai materi tambahan dalam perkuliahan

serta penerapannya terutama dalam bidang penelitian

BAB II

PEMBAHASAN

2 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


2.1 Virus
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.

Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya

dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan

memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan

selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah

kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang

diselubungi smacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,

atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein

yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan

dalam daur hidupnya.(Wikipedia)


Susunan kimia pada virus:
1. Protein Virus Protein yang membentuk capsid sebuah virus berfungsi untuk :

perlindungan, alat penempelan virus dan penentu sifat antigenik. Secara khusus

protein ini fungsinya berbeda-beda pada masingmasing virus.


2. Asam Nukleat Virus Virus hanya mengandung satu jenis asam nukleat ( RNA

atau DNA saja ). Familia virus RNA binatang kebanyakan memiliki genom RNA

rantai tunggal. Sebaliknya familia virus DNA binatang memiliki genom DNA

rantai ganda. Jenis asam nukleat dapat ditentukan dengan cara pemeriksaan

dibawah mikroskop fluoresensi dengan pewarnaan.


3. Lipida Virus Ada sejumlah virus yang mengandung lipid pada struktur

pembungkusnya (walaupun sebagian besar pembungkus terdiri dari protein). Virus

yang memiliki struktur lipid pada pembungkusnya ini peka terhadap eter 2
4. Karbohidrat Virus Pembungkus virus ada yang mengandung sejumlah

karbohidrat yang berarti, biasanya glikoprotein. Glikoprotein ini merupakan

antigen yang penting, karena posisinya pada permukaan luar dari virus.

3 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


Glikoprotein ini sering merupakan protein yang terlibat dalam interaksi virus

dengan antibodi yang menetralkannya.

2.2 Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme


1. Semua jasad hidup memerlukan sulfur (blerang) dan fosfor. Sulfur
dipergunakan untuk membentuk asam amino metionin dan sistein serta koensim.
Mikroba memperoleh sulfur dalam bentuk garam sulfat, H2S, granula sulfur,
thiosulfat atau dalam bentuk bahan organic (sistein dan metionin). Fosfor
dipergunakan membentuk asam nukleat, fosfolipid dan koensim. Mikroba dapat
mengambil fosfor dalam bentuk organic dan anorganik. Garam fosfat adalah yang
paling sering digunakan sebagaisumber fosfat meskiun dapat pula memakai
nukleotida.
2. Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen dipergunakan untuk
mensintesis asam amino, nukleotida dan vitamin. Keerluan akan nitrogen dapat
dipenuhi dalam berbagai bentuk seperti protein atau polipeptida, garam nitrat atau
amonium bahkan ada mikroba yang dapat mengambil dalam bentuk N2 seperti
Rhizobium dan Azotobacter.
3. Semua jasad hidup memerlukan beberapa unsure logam, natrium, kalium,
kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt untuk
pertumbuhannya yang normal. Mineral ini diperlukan untuk aktivitas enzim dan
molekul yang lain misalnya Mg sebagai penyusun klorofil, Co untuk aktivitas
enzim nitrogenase, dan Fe merupakan komponen sitokrom.

Unsur Fungsi Fisiologis dan Peranannya


Karbon (C) Sebagai penyusun bahan-bahan organik sel
Oksigen (O) Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel, sebagai O 2 aseptor
elektron, dalam respirasi aerob
Hidrogen (H) Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel
Nitrogen (N) Penyusun protein, asam nukleat, enzim/koenzim
Fosfor (P) Penyusun asam nuklein, fosfolipida, koenzim-koenzim
Sulfur (S) Penyusun protein-protein (asam amino sistein dan metionin),
beberapa koenzim (koenzim A, karboksilase)
Kalium (K) Salah satu dari kation anorganik sel, kofaktor untuk beberapa
enzim
Mangan (Mn) Kofaktor anorganik untuk beberapa enzim, kadang-kadang
sebagai pengganti Mg

4 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


Magnesium(Mg Kation seluler, kofaktor anorganik untuk reaksi enzimatik
) Kation seluler, kofaktor untuk beberapa enzim
Kalsium (Ca) Penyusun sitokrom dan protein hem atau nonhem, kofaktor
Besi (Fe) sejumlah enzim
Penyusun vitamin B12 dan derivat koenzimnya
Kobalt (Co) Unsur-unsur anorganik penyusun enzim-enzim tertentu
Cu, Zn, Mo

4. Semua jasad hidup memerlukan vitamin (senyawa organik yang penting


untuk pertumbuhan). Kebanyakan vitamin berfungsi membentuk substansi yang
mengaktivasi enzim.meskipun semua bakteri membutuhkan vitamin di dalam
proses metaboliknya yang normal, beberapa mampu mensintesis seluruh
keperluan vitaminnya dari senyawa-senyawa lain di dalam medium. Yang lain
tidak akan tumbuh kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin ke dalam
mediumnya, seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa
asam amino dan vitamin sehingga harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke
dalam mediumnya.
5. Oksigen merupakan unsure yang terdaat dalam molekul hayati seperti asam
amino, nukleotida, gliserida dan molekul lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi
bersamaan dangan masuknya nutrient lain sepertirotein dan lipid. Disamping itu,
oksigen dalam bentuk O2 juga diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobic.
6. Semua jasad hidu memerlukan air bagi kehiduan karena semua aktivitas
metabolism terjadi dalam lingkungan air. Ketersediaan air yang dapat digunakan
dalam mikroba sering dinyatakan dengan aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu
bahan dapat dihitung dengan menentukan kelembaban relatifnya (RH). Untuk
bakteri, semua nutrient harus ada dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki
bakteri tersebut.

2.3 Pembiakan Virus

Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya virus tidak dapat

berkembang biak di dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan virus,

yaitu pembiakan virus dengan hewan percobaan (in vivo), pembiakan virus

5 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


dengan kultur jaringan ( in vitro) dan pembiakan virus dalam telur berembrio (in

ovo).

a. Pembiakan Virus dengan Hewan Percobaan ( In Vivo)


Merupakan salah satu cara tertua untuk membiakkan virus. Hewan percobaan

Pada biakan ini menggunakan hewan percobaan sebagai media untuk menanam

virus. Jenis hewan percobaan, umur, jenis kelamin, serta cara penyuntikan

tergantung dari jenis virus yang akan dibiakan. Misal, :


1. Virus Polio Hewan yang digunakan adalah kera, cara penyuntikan intra

cerebral/intra spinal/intra nasal/ intra muskular. Dalam waktu 2 minggu setelah

penyuntikan maka kera akan lumpuh. Berarti didalam tubuh kera ada dan

berkembang virus polio dan didalam tinja kera dapat ditemukan virus polio.
2. Virus Rabies Hewan yang digunakan tikus putih dewasa yang disuntik secara

intra cerebral. 1 2 minggu kemudian tikus akan sakit, bulunya rontok dan mati c.

Virus Dengue Digunakan hewan percobaan bayi tikus putih umur 1 3 hari,

disuntikan secara intra cerebral. Setelah 7 10 hari tikus akan mengalami kejang-

kejang atau lemas lalu mati. Maka darah tikus tadi mengandung virus 2. Telur

berembrio Telor yang dapat dipergunakan adalah telor ayam negri, ayam kampung

tau telur bebek, yang semuanya harus berembrio. Jika akan digunakan telur

tersebut tidak boleh dicuci, sebab pada bagian luar telur terdapat zat seperti lilin

yang berfungsi melindungi agar kuman tidak dapat menembus cangkang telur.

Sebelum digunakan telur harus berada dalam incubator


3. Virus cacar dapat digoreskan pada kulit atau cornea kelinci. Jaringan otak anjing

rabies yang disuntikkan intraserebral pada mencit atau kelinci akan menyebabkan

terjadinya ensefalitis.
Pada pembiakan dengan hewan percobaan ini, pertumbuhan virus pada

binatang dapat diketahui dengan melihat gejala-gejala penyakit, adanya kelainan-

6 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


kelainan yang tampak dan kematian binatang tersebut. Kadang-kadang adanya

kekebalan pada binatang percobaan mengganggu pertumbuhan virus yang

disuntikkan. Pada binatang percobaan dapat pula dtselidiki patogenesis, respons

kekebalan dan epidemiologi penyakit virus.

b. Pembiakan Virus dengan Kultur Jaringan ( In Vitro)

Virus dapat diperbanyak dengan melakukan kultur sel yaitu menumbuhkan

sel yang terinfeksi virus secara invitro. Kultur jaringan merupakan suatu metode

untuk memperbanyak jaringan/sel yang berasal atau yang didapat dari jaringan

orisinal tumbuhan atau hewan setelah terlebih dahulu mengalami

pemisahan (disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis) secara in

vitro (dalam tabung kaca).

Kultur sel yang didapat dari jaringan secara langsung disebut kultur sel primer,

sedangkan kultur sel yang telah mengalami penanaman berulang-kali (passage)

disebut kultur cell line atau sel strain.


In vitro pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan

organ), potongan kecil jaringan (biakan jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan

dari pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan jaringan hanya dapat

bertahan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel

dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung

pada jenis biakan.


Virus ditumbuhkan di dalam kultur bertujuan untuk mendapatkan stock virus.

Virus yang telah diremajakan disimpan pada suhu -700C dan disebut sebagai

master-stock, sub master stock, dst., tergantung pada jumlah peremajaannya.


Virus stock ditumbuhkan dengan menginfeksikan sel pada multiplicity of

infection (m.o.i) yang rendah, kira-kira 0,1-0,01 unit infeksi per sel. Virus melekat

7 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


pada sel dan mengalami beberapa kali replikasi di dalam kultur sel. Setelah

beberapa hari, virus dipanen dan media ekstraseluler di sekitar kultur sel atau dari

sel itu sendiri yang telah lisis karena pembekuan dan pencarian (freezing and

thawing) atau dilisis menggunakan cawan ultrasonik. Virus kemudian dihitung

dengan infectivity assay.


Jika diperlukan virus dengan jumlah yang banyak, misalnya pada pemurnian

virus. Kultur sel diinfeksi dengan m.o.i yang tinggi, seperti 10 unit infeksi per sel.

Hal ini menjamin bahwa semua sel akan terinfeksi secara bersamaan dan replikasi

terjadi hanya satu kali dan virus segera dipanen pada akhir siklus replikasi. Sel

yang terinfeksi menghasilkan progeni virus dengan kisaran 10-10.000 partikel

virus per sel.


Tanda-tanda virus dapat tumbuh dalam media jaringan dapat diketahui dengan

melihat adanya :
a. Adanya CPE
b. Adanya penghambatan dalam metabolisme sel
c. Pembentukan antigen dalam jaringan
d. Terjadinya hemadsorbsi
e. Adanya interferensi Dalam biakan jaringan virus akan dipengaruhi oleh Suhu,

PH , cara menyimpan biakan dan jenis biakan


Biakan sel pada kultur jaringan terbagi atas:
1. Biakan sel primer
Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian mampu

secara terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer berasal

dari ginjal monyet, embrio ayam, dll. Proses pembuatan biakan sel dimulai

dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan

dengan larutan tripsin. Sel-sel yang didapatkan dalam suspensi ini kemudian

dibiakan dalam larutan pembenihan tertentu. Sel-sel akan tumbuh melekat pada

dinding tabung sampai mebentuk selapis jaringan yang siap digunakan untuk

8 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


pembiakan virus. Sel-sel ini dapat dipindahbiakan dengan membuat suspensi baru

dan disebarkan dalam tabung-tabung lain sehingga didapat biakan sekunder.

Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan didapatkan sel-sel jenis

tertentu. Misalnya biakan sel-sel jaringan yang berasal dari ginjal monyet akan

menghasilkan sel-sel jenis epitel. Biakan yang berasal dari embrio ayam akan

menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel tertentu diperlukan untuk pembiakan

virus-virus tertentu.
Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan ESP

(Efek Sitopatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi lebih bulat, perubahan

pada inti sel, kemungkinan pembentukkan jisim atau sel sinsitia dan juga sel-sel

akan melepas dari dinding tabung.infeksi selanjutnya akan menyerang sel-sel

disekitarnya dan bila pada tepat itu sudah ada banyak sel yang terlepas, maka akan

tampak sebagai tempat yang berlubang dan tempat ini disebut plaque. Tiap virion

infektif dalam biakan sel dapat membentuk plaque dan ini dapat dipakai untuk

titrasi virus, sama halnya dengan pembentukkan koloni oleh kuman pada

permukaan perbenihan padat.


2. Biakan sel haploid
Yaitu kumpulan satu jenis sel yang mampu membelah kira-kira 100 kali sebelum

mati.
3. Biakan sel letusan (continous cell lines culture)
Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya sudah bersifat

poliploid atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas ataupun sel diploid

yang telah mengalami transformasi. Diantaranya adalah sel Hela, Hep-2, KB yang

berasal dari manusia, BHK-21 yang berasal dari binatang hamster, sel LLC-MK

dari ginjal monyet, J-III dari leukemia manusia dan sebagainya.


Cara pembiakan in vitro bermanfaat untuk:

9 | mikrobiologi dasar (pembiakan virus)


1. Isolasi primer virus dari bahan klinis. Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai

kepekaan tinggi, mudah dan cepat menimbulkan ESP


2. Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel yang mampu menghasilkan virus

dalam jumlah besar


3. Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan sel terusan dalam bentuk

suspensi
Kelebihan biakan in vitro menurut menurut Bedetti & Cantafora (1990)

adalah:
1. Pengambilan kesimpulan relatif lebih mudah dengan menggunakan populasi

sel yang homogen.


2. Kultur sel primer tetap memiliki integritas morfologi dan biokimiawi dalam

jangka waktu lama, dengan demikian memungkinkan melakukan penelitian ulang

(reproducible) dan terkontrol.


3. Kultur sel tidak terdapat pengaruh sistemik.
Sedangkan kekurangan dari biakan in vitro adalah:
1. Dalam kasus kultur sel telah mengalami perubahan sifat aslinya, maka hasil

pengamatan yang diperoleh akan menyimpang.


2. Tidak ada pengaruh sistemik dan kerjasama antar-sel yang berbeda dalam

suatu jaringan yang kemungkinan memegang peran penting dalam aktivitas

fisiologis.
C. Pembiakan virus dalam telur berembrio (in ovo).
Telur merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang

tumbuh di dalamnya tidak mebentuk zat anti yang dapat mengganggu

pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel hidup yang relatif murah

untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium.

Embrio berada dalam kantung amnion yang berisi cairan amnion yang berwarna

putih jernih. Telur berembrio yang biasa digunakan adalah telur ayam negeri, telur

ayam kampung, atau telur bebek. Umur dari telur, cara penyuntikan, suhu

10 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
pengeraman dan lamanya pengeraman tergantung dari jenis virus yang akan

disuntikan.
Pembiakan dalam telur berembrio ini lebih baik dari penyuntikan pada binatang

percobaan karena:
1. Telur bertunas bersih dan steril, bebas dari bakteri.
2. Tidak memiliki mekanisme kekebalan seperti pada binatang percobaan yang

dapat menghalangi perkembangbiakan virus.


3. Tidak memerlukan pemberian makanan dan sangkar.

Cara pembiakan virus pada telur berembrio adalah:

a. Cara pertama: dengan mempergunakan lapisan luar (lapisan ektoderm)

selaput korioalantois telur berembrio 10 hari. Cara penanaman ini berguna untuk

isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu digolongkan

sebagai virus dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia, dan virus herpes.

Tiap virion yang infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya dan menibulkan

reaksi inflamasi yang dapat dilihat sebagai bercak putih yang

disebut pock. Pock ini berlainan ukurannya dan bersifat bergantung pada virus

yang menyebabkannya. Cara penanaman pada selaput korioalantois juga berguna

untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap virus dengan teknik menghitung

jumlah pock.
b. Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur

berembrio yang berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi virus

influenza dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru-paru

embrio yang sedang berkembang. Adanya perkembangan virus dikenal dengan

adanya reaksi hemaglutinasi.

11 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
c. Cara ketiga, menyuntikkan virus pada kantung kuning telur berembrio 9-12

hari . teknik penanaman ini menggunakan penyuntikan langsung melalui lubang

kecil pada kulit telur kedalam kantung telur.

Beberapa contoh penggunaan telur berembrio untuk membiakan virus

adalah :

a. Virus Variola Digunakan telur berembrio umur 10 13 hari disuntikan virus

dengan meneteskan pada bagian CAM ( Chorio Alantois Membrane), kemudian

dieramkan pada sushu 35 36 derajat selama 3 x 24 jam, kemudian diperiksa.


b. Virus Influenza Digunakan telur berembrio umur 10 14 hari disuntikan intra

amnion, dieramkan pada suhu 37 derajat selama 2-3 hari, kemudian cairan amnion

yang penuh virus diambil.


c. Virus Herpes Simpleks Umur telur 12 hari, disuntikan dengan meneteskan

pada CAM, eramkan pada suhu 37 derajat selama 5 hari kemudian periksa
Cara penetesan dan penyuntikan pada CAM

Caranya adalah ambil telur berembrio, lalu periksa dikamar gelap. Lihat

ruang udaranya lalu diberi tanda, kemudian lihat bagian yang gelap, ini adalah

embrio, lihat pula pembuluh darah besar maupun kecil. Pilihlah tempat yang

tidak ada pembuluh darahnya.Selanjutnya di tempat yang telah ditandai tadi,

dibersihkan dengan kapas dan alcohol. Pada bagian ruang udara tusuklah

dengan alat bor yang steril sampai menusuk selaput kulit telur. Jika ada pecahan

kulit telur, bersihkan tapi jangan ditiup untuk menghindarkan komintaminasi.

Pada tanda yang tidak ada pembuluh darahnya, ditusuk lagi tapi jangan

sampai menusuk selaput kulit telur. Kemudian teteskan buffer steril dengan

pengisap karet. Bila tetesan buffer terus masuk, ini menandakan CAM telur turun.

12 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
Kemudian ambil pena steril, tusukkan tegak lurus kemudian miringkan diantara

selaput lendir telur dan kulit telur. Jika ada perdarahan berati CAM tertusuk.

Pada lubang ruang udara masukkan pengisap karet, isaplah semua udara

yang ada sampai habis, sehingga akan didapatkan ruang udara buatan. Setelah

diperiksa lagi dikamar gelap dan CAM telah berhasil diturunkan, lalu ambil virus

yang akan diperiksa dengan spuit steril sebanyak 0,1-0,2 mL, lalu tusukkan pada

lubang bagian CAM. Setelah Itu lubang-lubang ditutup dengan solatip. Telur

harus selalu dala keadaan terbaring, lalu digoyangkan perlahan-lahan, kemudian

dieramkan pada suhu 37C selama 2-3 x 24 jam. Setelah itu baru diperiksa.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi pada telur ayam adalah:

a. Umur dan status imun.


b. Embrio yang berumur sekitar 7-9 hari mempunyai bagian organ yang

sempurna dan mempunyai sistem imun yang baik, sehingga saat infeksi virus akan

mudah diamati.
c. Dosis virus yang diinokulasikan
Semakin banyak volume virus yang diinokulasikan, maka semakin banyak sel

yang terinfeksi sehingga makin cepat proses kematiannaya.


d. Jarak dan waktu inkubasi
e. Faktor insternal, yaitu temperature, rute pemberian terhadap bagian telur,

kemampuan penyerapan bahan oleh embrio, dan struktur farmakologi dari bahan

itu sendiri.

Kelemahan pembiakan pada cara ini adalah:

1. Telur dapat tercemar mikoplasma dan virus unggas laten yang dapat

mengganggupertumbuhan virus lain.


2. Embrio ayam hanya peka terhadap beberapa jenis virus saja.
3. Pencemaran sedikit saja pada bahan pemeriksaan akan mematikan embrio.

13 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis
2. Pembiakan dari virus terbagi atas 3, yaitu pembiakan virus dengan hewan

percobaan (in vivo), pembiakan virus dengan kultur jaringan ( in vitro) dan

pembiakan virus dalam telur berembrio (in ovo).


3. Nutrisi yang di butuhkan mikroorganisme yaitu sulfur,nitrogen,unsur logam

natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng, tembaga

,kobalt,vitamin,oksigen, air

3.2 SARAN

14 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

karena kurangnya buku pegangan yang kami miliki maupun keterbatasan

kemampuan kami dalam memahami materi yang berkaitan dengan materi ini.

Oleh kerena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami

butuhkan demi penulisan yang lebih baik untuk kedepannya.

15 | m i k r o b i o l o g i d a s a r ( p e m b i a k a n v i r u s )

Anda mungkin juga menyukai