Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok :2
II. Prinsip
1. Ph
Merupakan acuan untuk dapat menentukan sifat suatu larutan asam atau basa.
Larutan dengan Ph kecil (Ph < 7) berarti sifatnya asam, sedangkan jika Ph nya lebih
besar (Ph > 7) maka larutan bersifat basa. Ph dapat dinyatakan dengan rumus Ph =
-log[H+] (Harmita, 2011)
2. Pka
3. Persamaan Hendersen-Haselbach
[garam] []
Ph = Pka + log [asam]
POH = Pka + log
Ph buffer bergabung pada ka asam lemah atau kb basa lemah dan perbandingan
konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau konsentrasi basa
lemah dengan asam konjugasinya. (Purba, 2012)
4. Ionisasi
Ionisasi merupakan peristiwa pelepasan elektron yang terikat paling lemah dari
suatu atom. Ionisasi dipengaruhi oleh muatan positif, dan jumlah elektron dalam
jari-jari atom. (Rufiati, 2011)
5. Kelarutan
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tergantung pada sifat fisika dan kimia
zat terlarut dan pelarutnya. Juga bergantung pada suhu, tekanan, dan Ph. Kelarutan
merupakan besar kuantitatif sebagai konsentrasi zat yang terlarut dalam larutan
pada temperatur tertentu. (Martin, 1993
III. Reaksi
Sifat fisika molekul orhanik seperti Pka dan koefisien partisi berhubungan
erat dengan bidang farmasi.sifat fisika molekul obat dan juga reaksi-reaksi
degradasi suatu obat memegang peranan yang penting dalam mendesain metode
analisis. Bentuk moleukl obat ada yang sederhana dan ada yang sangat kompleks
yang mengandung beberapa gugus fungsional, gabungan beberapa gugus
fungsional tersebut dalam satu molekul obat akan menentukan kesluruhan sifat-sifat
molekul obat tersebut. (Gandjar, 2012)
Terdapat 3 pengertian mengenai apa yang disebut dengan asam dan apa
yang disebut dengan basa. (1) menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang jika
dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion hidrogen [H+] dan anion, sedangkan
basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
hidroksida [OH-] dan kation. Teori Arrhenius hanya berlakuuntuk senyawa organik
dalam pelarut air. (2) untuk dapat berlaku dalam segala pelarut, maka Bronsted pada
tahun 1923 memnerikan batasan yaitu : asam adalah senyawa yang cenderung
melepas proton, sedangkan basa adalah senyawa yang cenderung menangkap
proton.
+ +
(3) batasan lain diberikan oleh lewis pada tahun 1938, yang menyatakan
bahwa asam adalah akseptor (penerima) pasangan elektron. Sedangkan basa adalah
donor (pemberi) pasangan elektron. (Gandjar. 2012)
Reaksi suatu larutan tergantung pada tetapan disosiasi asam (ka) dan tetpam
disosiasi basa (kb). Suatu larutan bereaksi netral jika ka=kb, bereaksi asam jika ka
> kb, beraksi basa jika ka < kb, nilai Pka dari suatu senyawa larutan didefinisikan
sebagai :
1
Pka = -log ka = log ka
Nilai ini dapat digunakan baik oleh asam atau basa, jika nilai Pka digunakan
sebagai ukuran kekuatan asam atau basa, maka :
1. Untuk asam, semakin kecil nilai pka, maka asam tersebut akan semakin kuat
begitu juga sebaliknya.
2. Untuk basa, semakin besar nilai pka, maka basa tersebut akan semakin kuat
begitu juga sebaliknya. (Gandjar, 2012)
Ionisasi molekul obat merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan
absorpsi obat di dalm tubuh dan distribusinya dalam jaringan-jaringan tubuh. Nilai
pka suatu molekul terkait dengan formulasi sediaan obat dan juga dalam desain
metode analisis untuk keperluan penentuan kadarnya. (Gandjar, 2012)
Sifat larutan air dalam obat dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
: elektrolit kuat, adalah obat yang secara lengkap mengion ketika larut dan masuk
ke dalam tubuh, contohnya adalah K+, Cr-, atau NH4+. Selanjutnya adalah non
elektrolit, adalah obat yang tidak terionisasi saat masik ke dalam tubuh., contohnya
steroid. Yang terkhir adalah elektrolit lemah, yaitu obat yang terionisasi sebagian,
ada yang menjadi ion dan ada yang tetap menjadi molekul. (Purba, 1994)
Kebanyakan dari sifat obat yang sering dikonsumsi manusia itu sendiri
adalah yang bersifat elektrolit lemah, yaitu yang termasuk ke dalam basa lemah dan
asam lemah. Untuk menentukan ionisasi dari asam lemah dan basa lemah ini
tergantung dari nilai Pka yang dimiliki obat yang sudah terlarut. (Soekardjo, 1995)
Ionisasi merupakan proses fisik mengubah atom atau molekul menjadi ion
dengan menambahkan ataupun dengan mengurangkan partikel bermuatan.
Contohnya elektron ataupun yang lainnya. Ion bermuatan positif diperoleh ketika
elektron yang terikat pada atom atau molekul menyerap energi yang cukup agar
dapat lepas dari potensial listrik yang mengikatnya. Sedangkan ion bermuatan
negatif akan diperoleh jika elektron bebeas berikatan dengan atom dan
terperangkap dalam kulit atom dalam potensial tertentu. Sebagian besar obat
merupakan elektrolit lemah atau basa lemah. Besarnya ionisasi elektrolit lemah
tergantung pada nilai pka obat dan ph tempat obat terlarut. Molekul obat yang tidak
terionisasi lebih larut dalam lemak dan lebih mudah untuk menembus membran
biologis daripada bentuk yang terionisasi. Dengan demikian, besarnya ionisasi obat
akan mempengaruhi kecepatan absorpsi obat. (Aryani et al, 2005)
Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat
tersebut harus melewati berbagai membrane sel. Pada umumnya, membrane sel
mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai membrane lipid
semipermeabel (Shargel and Yu, 1988).
Sebelum obat diabsorbsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan
biologis. Kelarutan serta cepat-lambatnya melarut menentukan banyaknya obat
terabsorbsi. Dalam hal pemberian hal pemberian obat per oral, cairan biologis
utama adalah cairan gastrointestinal, dari sini melalui membrane biologis obat
masuk ke peredaran sistemik. (Joenes, 2002)
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
5.1.1 gelas beaker
5.1.2 Gelas ukur
5.1.3 Indikator ph
5.1.4 Lampu UV 254 nm
5.1.5 Pengaduk
5.1.6 Perkamen
5.1.7 Pipet kapiler
5.1.8 Pipet tetes
5.1.9 Tabung reaksi dan rak
5.1.10 timbangan
5.2 Bahan
5.2.1 Asam asetil salisilat
5.2.2 Etil Asetat
5.2.3 HCl
5.2.4 Na2HPO4
5.2.5 NaH2PO4
5.2.6 Paracetamol
5.3 Gambar
VI. Prosedur
2. Menimbang Didapatkan
parasetamol parasetamol
sebanyak 60 mg
7.2 Perhitungan
a. Pengenceran HCl
Dik : HCl 37 %
Mr HCl = 36,5
Diencerkan hingga 0,1 M
V = 100 ml
37
37 % = 100
1000
N = .
37 1000
= 36,5 . 100
= 10,14
Molaritas HCl Pekat
N1.V1 = N2 .V2
10,14 . V1 = 0,1 . 100 ml
10
V1 = 10,14
V1 = 0,986 1 ml
Aquades = 99 ml
b. Menghitung buffer
NaH2PO4 = 120
NaH2PO4 . H2O = 156 (didalam sampel terdapat hidrat)
1000
Mr = .
1000
0,2 = 156 . 50
0,2 . 156
gr = 20
gr = 1,56 gram
Na2HPO4 = 142
1000
Mr = .
1000
0,2 = 142 . 50
0,2 . 142
gr = 20
gr = 1,42 gram
Maka setelah dilarutkan masing-masing ke dalam 50 ml aquades, dicampurkan
dengan perbandingan 1:19
1
NaH2PO4 =20 . 50 = 2,5 ml
19
Na2HPO4 = 20 . 50 = 47,5 ml
VIII. Pembahasan
Obat yang bersifat asam atau basa kuat akan sangat mudah terionisasi,
karena asam atau basa kuat berifat lektrolit kuat, sehingga menghambat proses
menembus membran biologis dan sukar larut di dalam lemak. Kebanyakan obat
yang dikonsumsi manusia bersifat asam atau basa lemah. Asam atau basa lemah
bersifat elektrolit lemah sehingga hanya akan terionisasi sebagian, dan obat dengan
sifat seperti ini akan mudah larut di dalam lemak dan mudah untuk menembus
membran biologis dari jaringan tubuh manusia.
Pada praktikum ini juga digunakan senyawa etil asetat yang berguna sebagai
senyawa organik, yang diumpakan sebagai lipid bilayer di dalam tubuh manusia,
karena fungsi etil asetat sendiri hampirlah sama. Etil asetat dapat mengeluarkan ion
untuk larutan lain, dan dapat melarutkan air. Tetapi, etil asetat tidaklah stabil
disuasana yang asam ataupun basa. Etil asetat bersifat nonpolar, etil asetat sering
digunakan pelarut polar menengah, karena tidak beracun, tidak bersifat higroskopis,
dan dapat menyaring senyawa yang bersifat anti bakteri.
Setelah itu semua sampel larutan akan dikocok sebanyak 200 kali kocokan,
setelah di kocok, larutan didiamkan agar kedua fase larutan dapat terpisah hingga
seluruhnya. Larutan tersebut akan membentuk dua fase, dimana lapisan atas adalah
senyawa etil asetat dan lapisan bawah adalah senyawa anorganik dengan massa
jenis yang lebih tinggi. Pada larutan 1 dan 3, lapisan atasnya berwarna bening
kekuningan.
Pada tabung 1, asam asetil salisilat atu dapat juga disebut aspirin adalah
senyawa yang dari awalnya sudah bersifat asam, karena nilai Pka nya yang kecil.
Saat ditambahkannya larutan HCl yang sama-sama bersifat asam, larutan ini tidak
akan terionisasi, karena larutan ini memiliki sifat yang sama, yaitu Ph dan Pka nya
sama-sama asam dan akan menghasilkan larutan yang bersifat nonpolar. Saat
larutan yang telah berubah menjadi nonpolar tersebut ditambahkan dengan etil
asetat yang bersifat nonpolar juga, maka larutan tersebut akan larut di dalam etil
asetat.
Pada tabung 2, aspirin atau asam asetil salisilat, akan ditambahkan dengan
larutan buffer, yang memiliki Ph 8. Pka dari asam salisilat bernilai kecil, yang dapat
disimpulkan bahwa aspirin bersifat asam, sedangkan Pka lingkungan bernilai besar,
atau dapat di katakan basa, karena telah dicampurkan dengan larutan buffer ph 8.
Pada larutan ini akan terjadi proses ionisasi dikarenakan perbedaan yang menonjol
pada nilai Ph dan Pka dari obat dan lingkungannya, larutan pada tabung 2 akan
berubah menjadi larutan polar. Etil asetat yang bersifat nonpolar akan sukar
tercampur atau terlarut di dalam larutan ini, dikarenakan perbedaan sifat antara
larutan yang satu dengan larutan etil salisilat.
Pada tabung ke 4, parasetamol yang telah diketahui nilai Pka nya besar akan
dicampurkan dengan larutan buffer ph 8, yang juga memiliki Pka dengan nilai
tinggi, yang berarti, larutan tersebut memiliki sifat yang sama, yaitu basa. Larutan
dengan nilai Ph dan Pka yang sama, tidak akan dapat terionisasi satu sama lainnya,
sehingga larutan ini akan membentuk larutan yang bersifat nonpolar. Saat larutan
ini ditambahkan dengan etil asetat, larutan ini akan dengan mudah larut di dalamnya
karena mereka memiliki sifat yang sama.
Dari setiap cairan yang ditotolkan akan terjadi efek florosensi. Florosensi
adalah terpancarnya suatu sinar oleh suatu zat dikarenakan zat tersebut telah
menyerap sinar atau radiasi elektromagnet lain. Cahaya UV 254 nm akan
memancarkan radiasi cahaya dari sampel organik yang diamati dan akan
menghasilkan warna yng berbeda-beda sesuai dengan kelarutan obat di dalam
senyawa organik yang memiliki Ph lingkungan yang berbeda-beda.
Cairan dari tabung 1 menyala redup, cairan dari tabung 2 tidak menyala,
cairan dari tabung 3 menyala terang, dan cairan dari tabung 4 juga menyala terang.
Pada cairan dari tabung 1, yang menyala redup, terdapat aspirin yang larut di dalam
HCl. Hal ini membuktikan bahwa aspirin di dalam tubuh manusia akan larut sedikit
dalam suasana yang asam.
Dan pada cairan yang berasal dari tabung 2, tidak menyala. Hal ini
dikarenakan campuran aspirin pada larutan atau lingkungan bersuasana basa tidak
akan larut sedikit pun. Pada tabung ketiga, yang merupakan hasil dari campuran
parasetamol dan HCl, cairan nya bersinar terang, hal ini bermakna, bahwa
parasetamol di lingkungan dengan suasana asam akan larut seluruhnya. Pada tabung
yang keempat, yang merupakan campuran dari parasetamol, buffer, dan etil asetat,
nya cairan juga bersinar terang. Dapat disimpulkan bahwa parasetamol di dalam
linkungan basa di dalam tubuh dapat larut seluruhnya.
IX. Kesimpulan
Gandjar, Ibnu Gholib. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar