Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Brunner & Suddarth (2013) luka bakar atau combustion adalah luka
yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas ke tubuh, panas
dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet.
Luka bakar merupakan jenis trauma dengan angka morbiditas dan mortalitas
tinggi. Memerlukan suatu penatalaksanaan sebaik-baiknya sejak fase awal hingga fase
lanjut. Luka bakar dapat terjadi pada setiap orang muda maupun orang tua dan baik laki-
laki maupun perempuan. Luka bakar dapat bervariasi dari cedera ringan yang dapat
dengan mudah dikelola di klinik rawat jalan sampai luka yang luas dapat mengakibatkan
kegagalan sistem organ dan perawatan yang berkepanjangan di rumah sakit.
Menurut the National Institutes of General Medical Sciences, sekitar 1,1 juta
luka-luka bakar yang membutuhkan perawatan medis setiap tahun di Amerika Serikat.
Di antara mereka terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan sekitar 4.500
meninggal setiap tahun dari luka bakar. Ketahanan hidup setelah cedera luka bakar telah
meningkat pesat selama abad kedua puluh. Perbaikan resusitasi, pengenalan agen
antimikroba topikal dan, yang lebih penting, praktek eksisi dini luka bakar memberikan
kontribusi terhadap hasil yang lebih baik. Namun, cedera tetap mengancam jiwa.
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan
rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan
terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim
trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah
umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan
psikologi
Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu
27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr. Soetomo . Data epidemiologi dari
unit luka bakar RSCM pada tahun 2011-2012 melaporkan jumlah pasien luka bakar
sebanyak 257 pasien. Dengan rerata usia adalah 28 tahun (range : 2,5 bulan 76 tahun),
dengan rasio laki- laki : perempuan adalah 2,7 : 1. Luka bakar api adalah etiologi
terbanyak (54,9 %), diikuti air panas (29,2%), luka bakar listrik (12,8%), dan luka bakar
kimia (3,1%). Rerata luas luka bakar adalah 26% (range 1-98%). Dan rerata lama
rawatan adalah 13,2 hari. Angka mortalitas sebanyak 36,6% pada pasien dengan rerata
luas luka bakar 44,5%, dengan luas luka bakar > 60 % semuanya mengalami kematian.
(Martina & Wardhana, 2013).
Salah satu penatalaksanaan penting pada kasus luka bakar yaitu resusitasi cairan.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya
pada saat yang tepat, diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka-angka
morbiditas dan mortalitas.Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan,
akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak
terkena luka bakar. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. (Rahayu,2012)
Oleh karena itu, bila terjadi kasus luka bakar perawat dituntut bisa memberikan
penanganan secara cepat dan tepat teruama saat intra hospital, sehingga seorang
perawat perlu memahami keadaan yang mungkin dialami oleh pasien luka bakar.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan ruptur uteri
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Memahami anatomi dan fisiologi integumen.
b. Mengetahui pengertian dari ruptur uteri
c. Mengetahui etiologi dari luka bakar
d. Mengetahui klasifikasi dari luka bakar
e. Mengetahui manifestasi klinis dari luka bakar
f. Memahami proses terjadinya luka bakar
g. Mengetahui WOC (Web of Caution) dari luka bakar
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan luka bakar
i. Mengetahui penatalaksanaan luka bakar
j. Mengetahui komplikasi luka bakar.
k. Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar

1.3. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep teori
dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar dan resusitasi cairan,
serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai