PENDAHULUAN
6
Selain itu, persilangan antara N >< bcl, N >< bvg beserta
resiproknya bertujuan untuk mengetahui perbedaan rasio individu rekombinan
hasil dari persilangan tersebut dan untuk mengetahui dimana saja peristiwa
pindah silang itu terjadi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyusun laporan
yang berjudul Fenomena Pindah Silang pada Drosophila melanogaster
Persilangan Strain N >< bcl dan N >< bvg beserta Resiproknya.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Mahasiswa
8
c. Bagi Masyarakat
9
1. Kondisi medium dalam botol tiap ulangan dan kondisi lingkungan yang
meliputi suhu, pH, kelembaban, cahaya dan temperatur dianggap sama
2. Seluruh aspek fisiologis termasuk umur, selain gen-gen mutan dan jenis
kelamin dianggap sama
3. Seluruh strain memiliki produktivitas yang sama
4. Umur dan kondisi D. melanogaster yang digunakan dalam penelitian
dianggap sama.
1. Fenotip ialah karakter - karakter yang dapat diamati pada suatu individu
(yang merupakan hasil suatu interaksi genotip dengan lingkungan tempat
hidup dan berkembang) (Ayala, 1984 dalam Corebima, 2013)
2. Genotip adalah keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkandung
pada suatu makhluk hidup (Ayala, 1984 dalam Corebima, 2013)
3. Strain adalah kelompok intra spesifik yang mempunyai hanya satu atau
sejumlah kecil ciri yang berbeda
4. F1 merupakan keturunan pertama dari persilangan induk (Johnson, 1983)
5. F2 merupakan keturunan kedua dari hasil persilangan testcross antara
betina F1 dengan jantan resesifnya (Johnson, 1983)
6. Testcross adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui genotip
suatu individu dengan cara disilangkan dengan resesifnya Corebima,
2013)
7. Pindah silang adalah proses proses pertukaran material genetik antara
kromatid homolog (Pai, 1992)
8. Pindah silang tunggal ialah pindah silang yang terjadi pada satu tempat
(Suryo, 2008)
9. Tipe rekombinan adalah tipe turunan yang bukan tipe parental
(Corebima, 2013)
10. Chiasma adalah suatu pemutusan dan penyambungan kembali yang
diikuti oleh suatu pertukaran resiprok antara kedua kromatid didalam
10
bentukan kovalen (suatru kromatid bersifat paternal dan yang lain
bersifat maternal) (Corebima, 2013)
11. Peremajaan adalah kegiatan mengembangbiakkan lalat sejenis dari stock
kedalam medium baru
12. Pengampulan adalah kegiatan memindahkan pupa hitam kedalam selang
yang telah diberi pisang yang kemudian ditutup dengan spon
13. Perkawinan resiprok adalah perkawinan kebalikan dari perkawinan yang
semula dilakukan.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
12
melanogaster strain bvg terjadi mutasi pada gen b (kromosom II, lokus 48.5)
dan gen vg (kromosom II, lokus 67.0) menyebabkan warna tubuhnya hitam
dan sayapnya mengalami rudimen (Sinnot, 1956).
13
a. Leptoten. Tahap ini ditandai oleh kromosom yang berbentuk benang-
benang panjang mulai menebal dan ada yang lebih tebal yang
disebutkromomer yang kelihatansepertimanik-manikpadaseutasbenang.
b. Zigoten. Pada tahap initerjadi peristiwa dimana kromosom yang
homolog berpasang-pasangan. Kedua kromosom yang homolog terletak
parallel, saling merapat satu dengan yang lain yang memebentuk
bivalen. Proses bergandengnya disebut sinapsis.
c. Pakiten. Pakiten adalah fase utama penebalan kromosom dan
mengganda menjadi dua kromatid, empat kromosom dalam satu bivalen
disebut tetrad. Sentromer belum membelah.
d. Diploten. Keempat kromatid dalam satu bivalen bergerak memisah
seolah-olah menolak, menghasilkan pasangan-pasangan kromatid
menjadi jelas. Keempat kromosom masih tetap terikat oleh sentromer
masing-masing anggota bivalen. Waktu terjadi pemisahan longitudinal
dari kromosom anggota bivalen, dapat terjadi pertautan pada beberapa
tempat yang disebut kiasma sehingga dapat terjadi pertukaran segmen-
segmen dari kromatid-kromatid yang homolog dan kejadian ini disebut
pindah silang (crossing over)
e. Diakinesis. Fase terakhir dari Profase dimana kromosom memendek
dan menebal secara maksimal dan pertautan Nampak dengan jelas.
Bagian kromosom yang berupa sentromer memiliki fungsi yang penting
dalam proses meiosis. Hal tersebut dikarenakan saat pembelahan meiosis
terjadi, sentromer memegang peranan dalam menentukan pemisa-han gen
dimana setiap kromosom akan terbagi menjadi separuhnya (Robinson, 2003).
Pembelahan meiosis secara umum terbagi menjadi dua tahap utama yaitu
meiosis I dan meiosis II. Meiosis I dibagi kembali menjadi profase I, metafase
I, anafase I dan telofase I. Meiosis II juga terbagi menjadi empat tahap yaitu
profase II, metaphase II, anafase II serta telofase II.
14
segmen dari kromatid-kromatid bukan kakak beradik (nonsister
chromatids)dari sepasang kromosom homolog. Gejala ini ditemukan dan
dipaparkan pertama kali oleh Thomas Hunt Morgan pada tahun 1916 ketika
mempelajari lalat buah Drosophila. Proses pindah silang ini menghasilkan
kromosom individual yang menggabungkan gen-gen yang diwarisi dari kedua
orangtua atau parental. Peristiwa ini terjadi pada tahap tertrad pascareplikasi
pada saat tiap kromosom telah mengganda (terbentuk empat kromatid untuk
setiap pasangan kromosom homolog). Meskipun demikian, ditemukan juga
adanya peristiwa unequal crossing over dimana terjadi pertukaran segmen
antara kromosom-kromosom yang non-homolog, namun hal ini sangat jarang
terjadi (Lewin, 2004).
15
Gambar 2.1 Perbedaan antara chiasma dan synaptonemal complex
16
akan terbentuk kromosom rekombinan dimana akan terbentuk turunan yang
bukan tipe parental. Tipe turunan yang seperti ini disebut sebagai tipe
rekombinan. Menurut Corebima (2003), peristiwa pindah silang yang secara
genetik mudah dideteksi adalah pindah silang yang berlangsung antara dua
kromatid yang bukan sesaudara. Peristiwa pindah silang yang terjadi antara
kromatid saudara sulit dideteksi karena kromatid sesaudara membawa gen
identik.
Uji silang atau testcross adalah uji yang dilakukan dengan membuat suatu
persilangan genetik untuk mengetahui genotip dari suatu individu, dimana
individu tersebut disilangkan dengan resesifnya (Lewin, 2004). Testcross
diperkenalkan oleh J.G Mendel. Mendel menggunakan uji ini untuk
mengetahui apakah suatu individu yang menunjukkan sifat fenotip dominan
memiliki genotipe homozigot ataukah heterozigot (Klug, 2006). Individu yang
genotipnya tidak diketahui tersebut disilangkan dengan individu yang bersifat
homozigot resesif. Dari hasil persilangan, genotip indukan yang belum
diketahui tersebut akan dapat diketahui.
17
Telah kita ketahui dalam penjelasan sebelumnya bahwa fenomena pindah
silang menghasilkan dua jenis keturunan, yaitu tipe parental dan tipe
rekombinan. Perbandingan jumlah turunan keduanya dapat dilihat dengan cara
menghitung nilai (persentase) pada turunan rekombinan. Besarnya nilai
pindah silang dapat kita tentukan dari perbandingan jumlah individu
rekombinan dengan semua individu turunan dikali 100%. Biasanya jumlah
perbandingan antara individu tipe parental dengan individu rekombinan
terdapat perbedaan yang cukup jauh.Dalam Corebima (1997), dikatakan
bahwa frekuensi rekombinan sebesar 50% merupakan suatu batas besar
frekuensi tipe-tipe rekombinan yang menjamin berlangsungnya proses pilihan
bebas, andaikan faktor-faktor gen tersebut terletak pada kromosom berbeda
(tidak terpaut). Dari situ dapat diartikan bahwa sulit sekali frekuensi
rekombinan dapat sama dengan individu parental, bila ada itupun akan sangat
jarang.Menurut Suryo (2008), nilai pindah silang tidak akan melebihi 50%,
atau bahkan kurang dari 50%, itu dikarenakan beberapa alasan yaitu:
1. Hanya dua dari empat kromatid saja yang ikut mengambil bagian pada
peristiwa pindah silang.
2. Pindah silang ganda akan mengurangi banyaknya tipe rekombinasi yang
dihasilkan.
18
Peristiwa pindah silang terjadi Peristiwa pindah silang dapat
pada tetrad pasca replikasi yaitu terjadi pada D. melanogaster
saat profase meiosis I terutama individu betina, dan
antara kromosom homolog
2.9 Hipotesis
Berdasarkan studi pustaka yang tekah dilakukan maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut,
19
macam fenotip, yaitu N, b, cl, bcl, sedangkan untuk persilangan
N><bvgstok beserta resiproknya terdapat 4 macam fenotip, yaitu N, b, vg,
bvg.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian ini antara lain pisau dapur,
timbangan, baskom, stoples plastik, blender, panci, pengaduk kayu, kompor gas,
botol selai, kertas pupasi, spons, kain kasa, selang plastik, kuas halus, kertas label,
gunting, staples, kantong plastik bening, mikroskop stereo, kardus, lemari es, dan
alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan selama kegiatan penelitian ini antara
lain D. melanogaster ( strain N, bcl dan bvg ), pisang raja mala, tape singkong,
gula merah, yeast dan air.
22
2. Satu ekor D. melanogaster dari botol Q, X dan R diambil menggunakan
selang plastik, kemudian dimasukkan kedalam plastik bening (diatur
sedemikian rupa agar dapat teramati dengan baik)
3. Diletakkan plastik yang berisi D. melanogaster tersebut di meja preparat pada
mikroskop stereo
4. Diamati fenotip yang meliputi warna mata, warna tubuh, dan keadaan sayap.
3.4.2.3 Peremajaan
1. Dimasukkan 3-5 pasang D. melanogaster sesuai dengan strain yang sama
pada setiap botol selai berisi medium yang telah disiapkan
2. Botol diberi label yaitu dengan memberi tanda berupa tanggal pemasukan D.
melanogaster dan nama strain.
23
8. Strain yang menetas diamati fenotipenya dan dihitung jumlahnya selama 7
hari berturut-turut.
3.4.2.6 Persilangan P2
1. Dimasukkan satu ekor D. melanogaster strain N betina (F1) hasil persilangan
parental satu dengan jantan resesif dari stok kemudian diberi label pada botol.
N betina berasal dari ampulan
2. Masing-masing persilangan diulang sebanyak 6 kali sesuai dengan turunan
F1-nya
3. Setelah dua hari persilangan jantan resesif dilepas
4. Induk betina dipindahkan ke dalam medium baru setelah muncul larva, begitu
seterusnya hingga botol D
5. Strain yang menetas diamati fenotipenya dan dihitung rasionya selama 7 hari
berturut-turut.
24
rekombinan
parental rekombinan
F= x 100 %
25
BAB IV
Strain : bcl
Warna mata : coklat
Faset mata : halus
Warna tubuh : hitam
Keadaan sayap : menutupi tubuh
dengan sempurna
Strain : bvg
Warna mata : merah
Faset mata : halus
Warna tubuh : hitam
Keadaan sayap : berukuran kecil,
panjangnya lebih pendek dari tubuh
(tereduksi), keriput
Strain :b
Warna mata : merah
Faset mata : halus
Warna tubuh : hitam
Keadaan sayap : menutupi tubuh
26
dengan sempurna
Strain : cl
Warna mata : coklat
Faset mata : halus
Warna tubuh : kuning kecoklatan
Keadaan sayap : menutupi tubuh
dengan sempurna
Strain : vg
Warna mata : merah
Faset mata : halus
Warna tubuh : kuning kecoklatan
Keadaan sayap : berukuran kecil,
panjangnya lebih pendek dari tubuh
(tereduksi), keriput
Jumla
Fenoti Ulangan Total
Persilangan Sex h
p
1 2 3 4 5 6
64 44 11 119
N><bcl N 163
21 13 10 44
12
52 45 118 341
bcl><N N 6 501
19 48 26 67 160
N><bv 31 78 57 166
N 276
g 20 36 54 110
bvg>< 56 66 73 195
N 372
N 57 58 62 177
27
Jumla
Fenoti Ulangan Total
Persilangan h
p
1 2 3 4 5 6
N><bclstok N 72 72
bcl 42 42
(P1 : 186
b 35 35
N><bcl) cl 37 37
N><bclstok N
Bcl
(P1 :
B
bcl><N) Cl
N><bvgstok N
Bvg
(P1 :
B
N><bvg) Vg
N><bvgstok N 82 62 71 215
Bvg 45 39 43 127
(P1 : 620
B 58 43 32 133
bvg><N) Vg 68 32 45 145
P1
b+ b b+ b+ b b b+ b
duplikasi
cl+ cl cl+ cl+ cl cl cl+ cl
P2
28
b+ b b b b+ b b b
cl+ cl cl cl cl+ cl cl cl
P1
b+ b b+ b+ b b b+ b
duplikasi
cl+ cl cl+ cl+ cl cl cl+ cl
P2
b+ b b b b+ b b b
cl+ cl cl cl cl+ cl cl cl
P1 : N >< bvg
G1 b+ vg+ >< b vg
b+ vg+ b vg
+ +
Gamet : b vg ; b vg
F1 : b+ vg+ (100 % N heterozigot)
29
b vg
P2 : N (dari F1)><bvg resesif (dari stok)
G2 b+vg+ >< b vg
b vg b vg
Gamet : b+ vg+ b vg
b vg
F2 : b+ vg+ (N), b vg (b vg)
b vg b vg
P1
b+ b b+ b+ b b b+ b
duplikasi
vg+ vg vg+ vg+ vg vg vg+ vg
P2
b+ b b b b+ b b b
vg+ vg vg vg vg+ vg vg vg
P1
b+ b b+ b+ b b b+ b
duplikasi
vg+ vg vg+ vg+ vg vg vg+ vg
30
P2
b+ b b b b+ b b b
vg+ vg vg vg vg+ vg vg vg
Gamet : b+cl+ ; b cl
G2 : b+cl+ >< b cl
b cl b cl
b+ b b+ b +
b b b+ b+ b
b
duplikasi
+
cl cl cl+ cl +
cl cl
cl+ cl
+
cl cl
b+ b+
b b
cl+ cl
+
cl cl
F2 :
31
b+cl+ b+cl bcl+ Bcl
b+cl+ b+cl b cl+ b cl
b cl b cl b cl b cl
Bcl
(N (cl) (b) (bcl)
heterozigot)
Perbandingan F2 = N : cl : b : bcl
1 : 1: 1 : 1
2. Persilangan N >< bcl (P1 : bcl><N)
P1 : N >< bcl
Gamet : b+cl+ ; b cl
G2 : b+cl+ >< b cl
b cl b cl
b+ b b+ b +
b b b+ b+ b
b
duplikasi
+
cl cl cl+ cl +
cl cl
cl+ cl
+
cl cl
b+ b+
b b
cl+ cl
cl+ cl
32
F2 :
b cl b cl b cl b cl
bcl
(N (cl) (b) (bcl)
heterozigot)
Perbandingan F2 = N : cl : b : bcl
1 : 1: 1 : 1
3. Persilangan N >< bvg (P1 : N><bvg)
P1 : N >< bvg
Gamet : b+vg+ ; b vg
G2 : b+vg+ >< b vg
b vg b vg
b+ b b+ b +
b b b+ b+ b
b
duplikasi
+
vg vg vg+ vg+ vg vg
vg+ vg
vg+ vg
b+ b+
b b
33
vg+ vg vg +
vg
F2 :
b vg b vg b vg b vg
bvg
(N (vg) (b) (bvg)
heterozigot)
Perbandingan F2 = N : vg : b : bvg
1 : 1: 1 : 1
4. Persilangan N >< bvg (P1 : bvg><N)
P1 : N >< bvg
Gamet : b+vg+ ; b vg
G2 : b+vg+ >< b vg
b vg b vg
b+ b b+ b +
b b b+ b+ b
b
duplikasi
vg+ vg vg+ vg+ vg vg
vg+ vg
+
vg vg
34
b+ b+
b b
vg + vg
+
vg vg
F2 :
Bvg b vg b vg b vg b vg
Perbandingan F2 = N : vg : b : bvg
1 : 1: 1 : 1
4.2.2 Frekuensi Pindah Silang
1. Persilangan P2 : N >< bcl (dari P1 : N><bcl)
Frekuensi turunan tipe rekombinan
rekombinan
parental rekombinan
= x 100 %
35+ 37
= 186 x 100 % = 38,7 %
35
diperoleh rekombinan lebih kecil daripada parental dan kurang dari 50%,
hal tersebut mengidentifikasikan adn peristiwa pindah silang pada
persilangan di atas sehingga hipotesis diterima.
36
BAB VI
PEMBAHASAN
Peristiwa pindah silang yang terjadi adalah pindah silang tunggal, hal ini
karena muncul 4 macam gamet. Peristiwa ini sesuai dengan apa yang dinyatakan
37
Suryo (2008) bahwa pindah silang tunggal ialah pindah silang yang terjadi pada
satu tempat, dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4 macam gamet,
dua macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen-gen yang dimiliki
induk (parental) dinamakan gamet-gamet tipe parental, dan gamet lainnya
merupakan gamet-gamet baru, dinamakan gamet-gamet tipe rekombinan.
38
rekombinan akan valid jika turunan rekombinan hanya terhitung kurang dari 50%
dari jumlah turunan secara keseluruhan.
Pada penelitian mengenai fenomena pindah silang ini digunakan strain bcl
dan bvg. Menurut Corebima (2000), syarat persilangan yang bisa menunjukkan
adanya fenomena pindah silang adalah secara khusus memperhatikan dua gen
pada suatu kromosom. Persilangan minimal adalah dihibridisasi dan kedua faktor
pada gen terletak pada kromosom yang sama. Karena pindah silang atau crossing
over merupakan proses penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan
sesaudara (nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog (Suryo,
2004). Namun pindah silang ini dapat terjadi pula pada dua kromatid sesaudara
namun sulit untuk dideteksi (Gardner, 1984). Kromatid yang bukan sesaudara ini
dapat dilihat pada rekonstruksi yaitu dua kromatid yang mula-mula merupakan
satu kromosom yang kemudian bereplikasi.
39
kromatid di antara bentukan bivalen (satu kromaid bersifat paternal, sedangkan
yang lain bersifat maternal).
40
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan setelah melakukan kegiatan penelitian antara
lain,
41
Daftar Rujukan
Ayala, F.J., dkk. 1984. Modern Genetics. Menlo Park California: The Benjamin/
Cummings Publishing Company, Inc.
Campbell, dkk. 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Corebima, A.D. 1997. Genetika Mendel. Surabaya : Airlangga University Press.
Gardner, dkk. 1991. Principles of Genetics. New York : John Wiley & Sons, Inc
Johnson, W.H. and Laubengayer, R.A.1995. Biology. New York: Revised Edition.
Holt, Rinehart and Winston.
Karmana, I Wayan. 2010. Pengaruh Macam Strain dan Umur Betinaterhadap
Jumlah Turunan Lalat Buah (Drosophila melanogaster). Jurnal Gane
Swara Vol. 4 No.2, September 2010
Ramachandra, Sri. 2009. Wonder Animal Model For Genetic Studies - Drosophila
Melanogaster Its Life Cycle and Breeding Methods. Journal of Medicine,
Vol II. June 2009.
Rondonuwu, Suleman. 1989. Dasar-dasarGenetika. Jakarta :Depdikbud Dirjen
pendidikan tinggi Jakarta.
Rothwell, Norman V. 1983. Understanding Genetics. New York-Oxford : Oxford
University, Inc.
Sinnot, Edmund W. 1958. Principles of Genetics. Nrw York : McGraw-Hill.
Snustad, D. Peter. 2012. Principles of Genetics.Sixth Edition. USA : John Wiley &
Sons, Inc.
Stansfield, William D. 1991. Theory and Problems of Genetics, Second Edition
(Schaum Series). Terjemahan. Jakarta : Erlangga
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Storer, T.L. dan Usinger, R.L.1975. General Zoologi. New Delhi:Mc. Graw-Hall
Publishing Compang LTD
Wakhidah, Nur. 1996. Waktu Munculnya Rekombinan Akibat pindah Silang pada
Drosophila melanogaster. Skripsi. Malang. Universitas Negeri Malang.
Volpe, E.P. 1981. Understanding Evolution. Dubuque-Iowa: Wm.C. Brown
Company Publisher.
Yatim, Wildan. 1983. Genetika. Bandung : Tarsito.
42
43