Anda di halaman 1dari 7

II.

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak

dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda

(Depnaker, 1999:4).
Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atauperistiwa yang tidak

diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak hartabenda atau kerugian

terhadap proses (Didi Sugandi, 2003: 171).


Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan

yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa /luka/cacat maupun

pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya

hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan).

Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki

dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta

benda tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta

benda.
Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu

diperhatikan:
a. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki
b. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda
c. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang

melebihi ambang batas tubuh atau struktur.


Adapun teori teori penyebab kecelakaan kerja antara lain:
1. Teori Heinrich (Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian

kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu :

3
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,

kecelakaan, dan cedera atau kerugian (Ridley, 1986).


2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu

penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau

situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya

kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.


3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara

korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang

kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah

satudari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai

penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban

kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung

harus dapat diketahui secara detail.


4. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang

mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah

ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori

Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam

mengakibatkan terjadinya kecelakaan.


5. Teori Reason
Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat

lubang dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa

pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja,


6. Teori Frank E. Bird Petersen

4
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan

modifikasi dengan teori Domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,

yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono,1997) :


Manajemen kurang control
Sumber penyebab utama
Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
Kontak peristiwa ( kondisi di bawah standar )
Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )
2.2 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja
Menurut Sumamur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang

terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja ini

diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:


a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan: Terjatuh, Tertimpa benda, Tertumbuk
atau terkena benda-benda, Terjepit oleh benda, Gerakan-gerakan melebihi
kemampuan, Pengaruh suhu tinggi, Terkena arus listrik, Kontak bahan-bahan
berbahaya atau radiasi
b. Klasifikasi menurut penyebab:
Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.
Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air.
Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, dan sebagainya.


Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas,zat-zat kimia,

dan sebagainya.
Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah)
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan: Patah tulang, Dislokasi (keseleo),
Regang otot (urat), Memar dan luka dalam yang lain, Amputasi, Luka di

permukaan, Geger dan remuk, Luka bakar, Keracunan-keracunan mendadak,


Pengaruh radiasi

5
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh: Kepala, Leher, Badan,

Anggota atas, Anggota bawah, Banyak tempat, Letak lain yang tidak termasuk

dalam klsifikasi tersebut.

2.3 Faktor Terjadi Kecelakaan Kerja


Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan

faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:


a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi
sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada

saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain

kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari

tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk

kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan

menjadi 2, yakni:
a. Faktor Fisik
Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition

misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.


b. Faktor Manusia
Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya

karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian

yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.
2.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut

keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :


a. Manusia.
b. Manajemen (unsur pengatur).
c. Material (bahan-bahan).
d. Mesin (peralatan).
e. Medan (tempat kerja / lingkungan kerja).

6
Kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat

dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu Manusia,

Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan

pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada

ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :


Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain:
Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian

antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.


Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan

dengan pekerjaannya.
Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertindak sesuai dengan

keperluan perusahaan.
Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
Pengawasan dan disiplin yang wajar.
Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain:
Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,

mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.


Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,

penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai

dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.


Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.
Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan
Seluruh level manajemen, antara lain:
Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.
Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

sistem/prosedur
kerja yang benar.
Pembuatan sistem pengendalian bahaya.

7
Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang

terpadu.
Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.
Adapun cara pengendalian lingkungan kerja untuk meminimalisir kecelakaan

para pekerja sebagai berikut :


Pengendalian teknik
Pengendalian administrative
Menggunakan APD
Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja

dalam industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:


Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal seperti

kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,pengawasan,

pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban-kewajiban para

pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama

dan pemeriksaan kesehatan.


Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupun

tidak resmi.
Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang harus

dipatuhi.
Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri

daribahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian

masker pernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas

dan debudan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali

kerekandan alat kerekan lainya


Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-

faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat

merangsang terjadinya kecelakaan.

8
Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis

yang dapat menyebabkan kecelakaan.


Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa

banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam

kegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebab.


Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja
Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan

berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja

basah dan ventilasi pergantian udara.


Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan

keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda

tanda peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan

pelatihan sistem penangganan darurat.


Pemantauan kesehatan: melakukan pemeriksaan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai