Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN

Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual
yang dibawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum
orang berusia 18 tahun. Gangguan ini dipengaruhi faktor genetic, lingkungan, dan
psikososial. Selama dekade terakhir, semakin dikenali faktor biuologis yang samar-samar,
termasuk kelainan kromosom kecil, sindroma genetika, dan intoksikasi timbal subklinis, dan
berbagai paparan toksin prenatal pada orang dengan retardasi mental ringan. Di tahun-tahun
terakhir perkembangan retardasi mental ringan secara tradisional disebabkan terutama oleh
pemutusan psikososial.
Suatu pendekatan perkembangan terhadap retardasi mental termasuk penelitian tentang
pengaruh lingkungan pada tingkat perkembangan. Perilaku social dan motorik tampaknya
dibentuk oleh faktor lingkungan dengan derajat yang lebih tinggi dibandingkan yang
diketahui. Tetapi, semakin banyak bukti yang menyatakan bahwa kelompok tertentu orang
dengan retardasi mental, seperti dengan sindroma X rapuh ( fragile X syndrome) dan
sindroma Down, memiliki pola perkembangan sosial, linguistik, dan kognitif yang
karakteristik dan manifestasi perilaku yang tipikal.
The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai
fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan
atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu, sebelum usia 18 tahun. Diagnosis dibuat terlepas dari apakah pasien
memiliki gangguan fisik yang menyertai atau gangguan mental lain.
Fungsi intelektual keseluruhan ditentukan dengan menggunakan tes kecerdasaan yang
dibukukan, dan istilah secara bermakna di bawah rata-rata didefinisikan sebagai nilai
kecerdasan kira-kira 70 atau lebih rendah atau dua simpangan baku di bawah rata-rata untuk
tes tertentu. Fungsi adaptif dapat diukur dengan menggunakan skala yang telah di bakukan
seperti Vineland Adaptive Behavior Scale. Dalam skala tersebut, komunikasi, keterampilan
hidup sehari-hari, sosialisasi, keterampilan motorik (sampai 4 tahun, 11 bulan) dinilai dan
membentuk suatu senyawa perilaku adaptif yang berhubungan dengan keterampilan yang
diharapkan untuk usia tertentu.
KLASIFIKASI
Derajat atau tingkat retardasi mental diekspresikan dalam sebuah istilah. DSM-IV
memberikan empat tipe retardasi mental, yang mencerminkan tingkat gangguan intelektual,
retardasi mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental
sangat berat. Kategori retardasi mental ambang dihilangkan di tahun 1973. Fungsi
intelektual ambang, menurut DSM-IV, tidak di dalam kategori retardasi mental tetapi
dimaksudkan untuk I.Q. dalam rentang 71 sampai 84 dan mungkin merupakan pusat
perhatian psikiatri.
Disamping itu, DSM-IV menuliskan retardasi mental, keparahan tidak ditentukan, sbeagai
tipe yang digunakan untuk orang yang dicurigai kuat menderita retardasi mental tetapi tidak
dapat diuji dengan tes kecerdasan baku atau terlalu terganggu atau tidak dapat bekerja sama
untuk diuji. Tipe tersebut dapat diterapkan pada bayi yang secara klinis dicurigai memiliki
fungsi intelektual di bawah rata-rata yang bermakna tetapi pada siapa tes yang ada (sebagai
contohnya, Bayley Infant Scale of Development dan cattell infant scale) tidak memberikan
nilai I.Q. numerik. Tipe tersebut tidak boleh digunakan jika tingkat kecerdasan di anggap
diatas 70.
Kode dibuat berdasarkan tingkat keparahan yang tercermin dari kerusakan inteletual :
1. Retardasi mental ringan ( Tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70 )
2. Retardasi mental Sedang ( Tingkat IQ 35-40 sampai 50-55 )
3. Retardasi mental berat ( Tingkat IQ 20-35 sampai 35-45 )
4. Retardasi mental yang amat sangat berat (Tingkat IQ dibawah 20-25)
5. Retardasi mental dengan keperahan yang tidak disebutkan: jika terdapat dugaan kuat adanya
retardasi mental tetapi emintelligence orang tsb tidak dapat diuji dengan test Standar.

Sedangkan,Menurut nilai IQnya maka intelegensia seseorang dapat digolongkan


sebagai berikut:
No Kalsifikasi Nilai IQ
1. Sangat superior 130 atau lebih
2. Superior 120-129
3. Di atas rata-rata 110-119
4. Rata-rata 90-110
5. Di bawah rata-rata 80-89
6. Retardasi mental borderline 70-79
7. Retardasi mental ringan (mampu 52-69
8. didik) 36-51
9. Retardasi mental sedang (mampu 20-35
10 latih) Di bawah 20
. Retardasi mental berat
Retardasi mental berat

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira-kira 1 persen dari
populasi. Insidensi retardasi mental sulit untuk dihitung karena kesulitan mengenali onsetnya.
Pada banyak kasus, retardasi mental mungkin laten selama waktu yang panjang sebelum
keterbatasan seseorang diketahui, atau karena adaptasi yang baik, diagnosis resmi tidak dapat
dibuat pada saat tertentu dalam kehidupan seseorang. Insidensi tertinggi adalah pada anak
usia sekolah, pada puncak usia 10-14 tahun. Retardasi mental kira-kira 11/2 kali lebih sering
pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Pada usia lanjut, prevalensi lebih sedikit, karena
mereka dengan retardasi mental yang berat memiliki angka mortalitas yang tinggi yang
disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai.
ETIOLOGI
Faktor penyebab dalam retardasi mental adalah kondisi genetic (kromosom dan bawaan),
pemaparan prenatal dengan infeksi dan toksin, trauma perinatal (seperti prematuritas),
kondisi yang didapat dan faktor sosiokultural. Keparahan retardasi mental yang dihasilkannya
adalah berhubungan dengan saat dan lama trauma atau pemaparan pada sistem saraf pusat.
Semakin mungkin penyebabnya jelas. Pada kira-kira tiga perempat orang dengan retardasi
mental parah, penyebabnya diketahui, sedangkan penyebabnya terlihat pada hanya separuh
orang dengan retardasi mental ringan. Tidak ada penyebab yang diketahui untuk tigaperempat
orang dengan fungsi intelektual ambang. Secara keseluruhan, sampai duapertiga dari semua
orang dengan retardasi mental, kemungkinan penyebab dapat dikenali.
Diantara gangguan kromosom dan metabolik, sindroma Down, sindroma X rapuh, dan
fenilketonuria adalah gangguan yang paling sering, biasanya menyebabkan sekurangnya
retardasi mental sedang. Mereka dengan retardasi mental ringan kadang-kadang memiliki
pola keluarga pada orang tua atau sanak saudaranya.
Kelompok sosioekonomi rendah tampaknya terlalu mewakili (overrepresented) pada kasus
retardasi mental ringan, yang kepentingannya tidak jelas. Pengetahuan sekarang menyatakan
bahwa faktor genetik, faktor biologis lingkungan, dan faktor psikososial bekerja sama dalam
retardasi mental.

a. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom autosomal adalah berhubungan dengan retardasi mental, walaupun
penyimpangan kromosom seks tidak selalu berhubungan dengan retardasi mental. Beberapa
anak dengan sindroma turner memiliki kecerdasan yang normal bahkan sampai superior.
Sindrom Down. Sindroma down awalnya dinamakan mongoloid karena karakteristik
fisiknya mata yang sipit, lipatan epikantus, dan hidung yang pesek. Terdapat persetujuan
tentang beberapa faktor predisposisi dalam gangguan kromosom diantaranya, bertambahnya
usia ibu dan ayah dan radiasi sinar X. masalah penyebab dipersulit oleh dikenalinya
kromosom pada sindroma down:
1. Pasien dengan trisomi 21 yang menyebabkan rentang mengalami nondisjungsi
2. Nondisjungsi yang terjadi setelah fertilisasi pada setiap pembelahan sel menyebabkan
mosaikisme, suatu kondisi dimana sel normal dan sel trisomik ditemukan di berbagai jaringan
3. Pada translokasi terdapat fusi dua kromosom, paling sering terjadi pada 21 dan 15 yang
menyebabkan keseluruhan kromosom berjumlah 46 buah, walaupun adanya kromosom 21
tambahan. Gangguan ini tidak seperti trisomi 21, biasanya diturunkan dab kromosom yang
tertranslokasi mungkin ditemukan pada orang tua dan sanak saudara yang tidak terkena.
Pembawa (carrier) asimptomatik tersebut hanya memiliki 45 kromosom.
Retardasi mental adalah cirri yang menumpang pada sindroma down. Sebagian besar pasien
berada dalam kelompok retardasi sedang dan berat, hanya sebagian kecil yang memiliki I.Q.
di atas 50 . perkembangan mental tampaknya berkembang normal dari lahir sampai 6 bulan,
Skor I.Q. secara bertahap menurundari dekat normal pada usia 1 tahun sampai kira-kira 30
pada usia yang lebih tua.
Diagonosis sindroma down relatif mudah dibuat pada anak yang lebih besar tetapi seringkali
sukar pada bayi neonatus. Tanda yang paling penting pada neonatus adalah hipotonia umum,
fisura palpebra yang oblik, kulit leher berlebihan, tengkorak kecil dan datar, tulang pipi yang
tinggi, dan lidah yang menonjol. Tangan tebal dan lebar, dengan garis transversal tunggal
pada telapak tangan, dan jari kelingking adalah pendek dan melengkung ke dalam. Dan
refleks moro adalah lemah atau tidak ada.
Sindroma X rapuh. Sindroma X rapuh adalah penyebab tunggal kedua yang tersering dari
retardasi mental. Sindroma disebabkan dari mutasi pada kromosom X yang diketahui sebagai
tempat yang rapuh. Fenotip yang tipikal adalah kepala yang besar dan panjang, perawakan
pendek, sendi hiperekstensif, dan makro-orkhodisme pascapubertal. Derajat retardasi mental
terentang dari ringan sampai berat. Ciri perilaku orang dengan sindroma adalah tingginya
angka gangguan defisitatensi/hiperaktifitas, gangguan belajar, dan gangguan perkembangan
pervasive, seperti gangguan autistik. Defisit dalam fungsi bahasa adalah pembicaraan terlalu
cepat dan preseveratif dengan kelainan dalam mengkoordinasikan kata-kata membentuk
Frasa dan kalimat

Sindroma Prader-Willi. Sindroma Prader-Willi didalilkan merupakan akibat dari pengaruh


penghilangan kecil pada kromosom 15. Orang dengan sindroma menunjukan prilaku makan
yang kompulsif dan seringkali obesitas, retardasi mental, hipogonadisme, perawakan pendek,
hipotonia dan tangan dan kaki kecil. Anak-anak yang memiliki sindroma ini sering memiliki
prilaku oposisional dan menyimpang
Sindroma tangisan kucing (CAT CRY syndrome). Anak-anak dengan sindrom tangisan
kucing kehilangan bagian kromosom 5. Mereka mengalami retardasi mental berat dan
menunjukan banyak stigmata yang seringkali disertai dengan penyimpangan kromosom
seperti mikrofali, telinga yang letaknya lebih rendah, fisura palpebra oblik, hipertelorisme,
dan mikrognatia. Tangisan seperti kucing.
b. Faktor genetik lain
Fenilketonuria (PKU). Merupakan paradigma metabolisme bawaan. Defek metabolisme
dasarpada PKUadalah ketidak mampuan untuk mengubah fenilalanin menjadi parasitosin
karena tidak adanya atau tidak aktifnya enzim fenilalanin hidroksilase, yang mengkatalis
perubahan enzim tersebut. PKU merupakan gangguan yang jarang yang memiliki resiko
kematian yang tinggi.
Sebagian penderita PKU mengalami retardasi mental yang sangat berat.Anak PKU tipikal
adalah hiperaktif dan menunjukan perilaku yang aneh dan tidak bisa diramalkan, yang
menyebabkan sulit ditangani.Komunikasi verbar atau non verbal biasanya terganggu parah
atau tidak ditemukan.Tes skrining yang lebih dipercaya yang banyak digunakan adalah
pengujian inhibisi Guthrie, yang menggunakan prosedur bakteriologis untuk menditeksi
fenilanin pada darah.

Gangguan rett.Gangguan rett merupakan sindroma retardasi mental dominan terkait-X yang
degeneratif dan hanya mengenai wanita. Penurunan keterampilan komunikasi, prilaku
motorik, dan fungsi sosial dimulai pada usia 1 1/2 tahun. Gejala seperti autistik sering
ditemukan demikian juga ataksia, seringai wajah, menggesekan gigi dan hilangnya
pembicaraan, hiperventilasi intermiten dan pola nafas yang tidak teratur adalah karakteristik
anak saat anak terbangun.Gerakantangan stereotipik. Gangguan gaya berjalan yang progresif,
skoliosis, dan kejang terjadi. Atrofi serebral terjadi dengan penurunan pigmentasi substansia
nigra, yang mengesankan kelainan pada sistem nigrostriatal dopaminergik.

Neurofibromatosis. Juga disebut penyakit von Recklinghausen yang merupakan sindroma


neurokutaneus yang paling sering disebabkan oleh gen dominan tunggal. Terjadi kira-kira 1
dalam 5000 kelahiran.Gangguan ditandai oleh bercak caf- au-lait pada kulit dan
neurofibroma.Retardasi mental ringan ditemukan pada sampai sepertiga orang dengan
penyakit ini.
Skleriosis tuberculosis. Skleriosis tuberkulosis adalah sindroma neurokutaneus kedua yang
tersering, retardasi mental progresif ditemukan padahingga duapertiga dari semua orang
yang terkena. Kejang ditemukan pada semua pasien yang mengalami retardasi mental dan
pada duapertiga orang yang tidak mengalami retardasi mental.Presentasi fenotipik adalah
adenoma sebaseum dan bercak daun palem yang dapat dikenali dengan lampu celah.

Sindroma Lesch-Nyhan. Sindroma Lesch-Nyhan adalah gangguan yang jarang yang


disebabkan oleh defisiensi suatu enzim yang terlibat dalam metabolisme purin.Sindroma ini
di tandai oleh mutilasi diri kompulsif yang parah dengan menggigit mulut dan jari-jari.Ini
merupakan gangguan terkait gangguan terkait-Xdan ditemukan dengan retardasi mental,
kejang, koreoatetosis, dan spastisitas.

Ardenoleukodistrofi.Ditandai oleh demeilinasi difus pada materi putih serbral, yang


menyebabkan gangguan visual dan intelektual, kejang, spastisitas dan perkembangan menuju
kematian.

Penyakit Urin sirup Maple. Gejala klinis dari penyakit urin sirup maple tampak selama
minggu-minggu pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat dan mengalami ridigitas
deserebrasi, kejang, iregularitas pernapasan dan hipoglikemia. Jika tidak diobati, sebagian
pasien akan meninggal dalam bulan pertama kehidupan, dan pasien yang bertahan hidup
mengalami retardasi berat.

c. Faktor prenatal
Persyaratan penting untuk perkembangan kesehatan janin adalah kesehatan fisik, psikologis,
dan nutrisi maternal selama kehamilan.Pemyakit dan kondisi kronis maternal mempengaruhi
perkembangan normal sistem saraf pusat janin.Infeksi maternal selama kehamilan terutama
infeksi virus, telah diketahui menyebabkan kerusakan janin dan retardasi mental. Derajat
kerusakan janin tergantung pada variabel tertentu seperti jenis virus, usia kehamilan, dan
keparahan penyakit. Gangguan medis berikut ini telah diketahui pasti sebagai kondisi resiko
tinggi untuk retardasi mental yaitu rubella, penyakit inklusi sitomegalik, sifilis,
toxoplasmosis, herpes simpleks, AIDS, sindroma alcohol janin, penyulit kehamilan
(Toksemia, malnutrisi, diabetes maternal).

d. Faktor perinatal
Beberarapa bukti menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan berat badan lahir
rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis dan intelektual yang
bermanifestasi selama bertahun-tahun sekolahnya.Bayi tersebut yang menderita perdarahan
intracranial atau tanda-tanda iskemia serebral terutama rentah terhadap kelainan
kognitif.Derajat gangguan perkembangan saraf biasanya berhubungan dengan beratnya
perdarahan intracranial.Pemutusan sosioekonomi juga dapat mempengaruhi fungsi adaptif
bayi yang rentan tersebut. Intervensi dini dapat memperbaiki kemampuan kognitif,bahasa dan
perceptual mereka.

e. Gangguan didapat pada masa anak-anak


Kadang-kadang, status perkembangan seorang anak berubah secara dramatic akibat penyakit
atau trauma fisik tertentu.

Infeksi.Infeksi yang paling serius mempengaruhi integritas serebral adalah ensefalitis dan
meningitis.Ensefalitis campak telah hampir dihilangkan oleh pemakaian vaksin diseluruh
dunia, dan insidensi infeksi bacterial pada sistem saraf pusat telah diturunkan dengan nyata
oleh obat antibacterial.Sebagian besar episode ensefalitis disebabkan oleh organisme
virus.Meningitis yang didiagnosis lambat, kendatipun diikuti dengan terapi antibiotika dapat
secara serius mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Trauma Kepala. Penyebab cedera kepala yang terkenal pada anak-anak yang menyebabkan
kecacatan mental,termasuk kejang, adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Tetapi lebih
banyak cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan di rumah tangga seperti terjatuh dari
meja, dari jendela yang terbuka, dan dari tangga.Penyiksaan anak juga penyebab cedera
kepala.
Masalah Lain.Cedera otak dari henti jantung selama anesthesia adalah jarang terjadi.Satu
penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah asfiksia yang berhubungan dengan nyaris
tenggelam.Pemaparan jangka panjang dengan timbale adalah penyebab gangguan kecerdasan
dan ketrampilan belajar yang dikenal baik.Tumor intracranial dengan berbagai jenis dan asal,
pembedahan, dan kemoterapi juga dapat merugikan fungsi otak.

f. Faktor lingkungan dan sosiokultural


Retardasi ringan secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan
cultural.Kelompok sosioekonomi rendah, dan banyak sanak saudaranya terkena retardasi
mental dengan derajat yang mirip.Tidak ada penyebab biologis yang dikenali pada kasus
tersebut.Anak-anak dalam keluarga yang miskin dan kekurangan secara sosiokultural adalah
sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara potensial patogenik.Lingkungan
prenatal diganggu oleh perawatan yang buruk dan gizi maternal yang buruk. Masalah lain
yang tidak terpecahkan adalah pengaruh gangguan mental parental yang parah. Gangguan
tersebut dapat menggangu pengasuhan dan stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan
mereka dengan demikian menempatkan anak pada resiko perkembangan

MANIFESTASI KLINIS
Gangguan Kognitif
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan bahasa
Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

DIAGNOSIS
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual
yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa perilakuanak sekarang adalah
secara bermakna di bawah tingkat yang diharapkan (tabel 35-1 dan 35-2). Diagnosis sendiri
tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya.

Riwayat penyakit.Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat
keluarga retardasi mental; sehubungan dengan darah pada orang tua; dan gangguan herediter.
Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosiokultural pasien, iklim
emosional dirumah dan fungsi intelektual pasien.
Wawancara psikiatrik.Dua faktor memiliki kepentingan yang sangat tinggi jika
mewawancarai pasien. Sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien.
Pewawancara tidak boleh diatur oleh usia mental pasien, seakan-akan tidak dapat sepenuhnya
mengkarakterisasi orang. Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif,
harus dinilai sesegera mungkin dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal
antara pengasuh dan pasien dan riwayat penyakit dari mereka.Orang teretardasi memiliki
pengalaman kegagalan dalam seumur hidupnya dalam berbagai bidang, dan mereka mungkin
mengalami kecemasan sebelum menjumpai pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus
berusaha untuk menjelaskan dan memberikan penjelasan yang jelas, suportif dan konkret
tentang proses diagnostic, terutama pasien dengan bahasa reseptif yang memadai.Pada
umumnya, pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus mengungkapkan bagaimana
pasien harus mengatasi stadium perkembangan.Dalam hal kegagalan atau regresi, klinisi
dapat mengembangkan sifat kepribadian yang memungkinkan perencanaan logis dari
penatalaksanaan dan pendekatan pengobatan.
Pemeriksaan fisik.Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang
sering ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal.Sebagai
contohnya, konfigurasi dan ukuran kepala memberikan petunjuk terhadap berbagai kondisi,
seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan sindroma down.Wajah pasien mungkin memiliki
beberapa stigma retardasi mental, yang sangat mempermudah diagnosis. Tanda fasial tersebut
adalah hipertelorisme, tulang hidung yang datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus,
opasitas kornea, perubahan retina, telinga yang letaknya rendah atau bentuknya yang aneh,
lidah yang menonjol, dan gangguan gigi geligi. Ekspresi wajah yang dungu, mungkin
menyesatkan dan tidak boleh diandalkan tanpa bukti-bukti yang mendukung lainnya.
Pemeriksaan neurologis.Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi
mental.Sebagai contohnya sampai 10 persen orang retardasi mental mengalami gangguan
pendengaran pada suatu tingkat yang empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi
normal.Jika ditemukan abnormalitas neurologis, insidensi dan keparahannya biasanya
meningkat dalam proporsi dengan derajat retardasi.Tetapi banyak anak retardasi parah tidak
memiliki kelainan neurologis.Sebaliknya kira-kira 25 persen dari anak palsi serebral memiliki
kecerdasan yang normal.Gangguan neurologis dalam bidang motorik dimanifestasikan oleh
kelainan pada tonus otot (spastisitas atau hipotonia), reflex (hiperrefleksia), dan gerakan
involuenter (koreoatetosis).Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran,
terentang dari ketulian kortikal sampai defisit pendengaran yang ringan.
Tes laboratorium.Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah
pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan metabolik.Kelainan enzim pada
gangguan kromosom, terutama sindroma down, menjanjikan alat diagnostic yang
berguna.Penentuan karyotip dalam laboratorium genetik diindikasikan bilamana dicurigai
adanya gangguan kromosom. Amniosentesis, di mana sejumlah kecil cairan amniotik diambil
dari ruang amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu telah
berguna dalam mendiagnosis berbagai kelainan kromosom pada bayi, terutama sindroma
down. Sel cairan amnion, yang terdapat banyak berasal dari janin, dibiakkan untuk
pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi.Banyak gangguan herediter yang serius dapat
diramalkan dengan amnionsentris, dan abortus terapetik adalah metode pencegahan satu-
satunya. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan.Pemeriksaan pendengaran dan pembicaraan
harus dilakukan secara rutin.Perkembangan bicara merupakan criteria yang paling dapat
dipercaya dalam pemeriksaan retardasi mental.Berbagai gangguan pendengaran seringkali
ditemukan pada orang retardasi mental.Tetapi pada beberapa keadaan gangguan menyerupai
retardasi mental. Sayangnya, metoda yang sering digunakan untuk pemeriksaan pendengaran
dan pembicaraan memerlukan kerja sama pasien dan dengan demikian, sering tidak dapat
dipercaya pada orang yang teretardasi berat.
Pemeriksaan psikologis.Klinisi yang melakukan pemeriksaan dapat menggunakan beberapa
instrument skrining untuk bayi dan anak kecil.Seperti banyak bidang retardasi mental,
kontroversi tentang nilai prediktif dari tes psikologi bayi adalah hangat. Beberapa ahli
melaporkan korelasi kelainan selama masa bayi dengan fungsi abnormal kemudian adalah
sangat kecil, dan ahli lain melaporkannya sangat tinggi. Tetapi, korelasi meningkat secara
langsung dengan usia anak pada saat pemeriksaan perkembangan.Tes psikologis, dilakukan
oleh para ahli psikologi yang berpengalaman, adalah bagian standart dari pemeriksaan untuk
retardasi mental. Tes Gessell, Bayley, dan Cattell adalah tes yang paling sering digunakan
untuk bayi. Untuk anak-anak Stanford Binet dan Wechsler Intelligience Scale for Children-
Revised (WISC-R, WISC-3) adalah tes paling sering digunakan di Negara ini. Kedua tes
telah dikritik untuk memutuskan anak yang mengalami pemutusan cultural, karena memiliki
bias cultural, karena menguji terutama potensi pencapaian akademik dan bukan untuk fungsi
social yang adekuat, dan karena tidak dapat dipercaya pada anak-anak dengan I.Q. kurang
dari 50. Beberapa orang telah mencoba mengatasi pembatasan bahasa pasien retardasi mental
dengan menganjurkan tes perbendaharaan kata melalui gambar-gambar, dimana Peabody
vocabulary test adalah yang paling luas digunakan.

GAMBARAN KLINIS
Retardasi Mental Ringan.Retardasi mental ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak
yang terkena memasuki sekolah, karena ketrampilan social dan komunikasinya mungkin
adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi, saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif
tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin
membedakan dirinya dari anak lain dalam usianya. Walaupun orang teretardasi ringan mampu
dalam fungsi akademik pada tingkat pendidikan dasar dan ketrampilan kejuruannya adalah
memadai untuk membantu dirinya sendiri dalam beberapa kasus, asimilasi social mungkin
sulit.Defisit komunikasi harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin berperan dalam
relative tidak adanya spontanitas sosialnya.Beberapa orang teretardasi ringan mungkin masuk
ke dalam hubungan dengan teman sebaya yang mempergunakan kelemahannya.Pada
sebagian besar kasus, orang dengan retardasi mental ringan dapat mencapai suatu tingkat
keberhasilan sosial dan kejuruan dalam lingkungan yang mendukung.Kelompok ini
merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari
tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan
ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai
kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan
mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang
mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Retardasi Mental Sedang. Retardasi mental sedang kemungkinan didiagnosis pada usia
yang lebih muda dibandingkan retardasi mental ringan karena ketrampilan komunikasi
berkembang lebih lambat pada orang teretardasi sedang, dan isolasi sosial dirinya mungkin
dimulai pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Walaupun pencapaian akademik biasanya
terbatas pada pertengahan tingkat dasar, anak yang teretardasi sedang mendapatkan
keuntungan dari perhatian individual yang dipusatkan untuk mengembangkan ketrampilan
menolong diri sendiri.Anak-anak dengan retardasi mental sedang menyadari kekurangannya
dan seringkali merasa diasingkan oleh teman sebayanya dan merasa frustasi karena
keterbatasannya.Mereka terus membutuhkaan pengawasan yang cukup tetapi dapat menjadi
kompeten dalam pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi yang mendukung.
Retardasi Mental Berat.Retardasi mental berat biasanya jelas pada tahun-tahun prasekolah,
karena bicara anak yang terkena adalah terbatas, dan perkembangan motoriknya adalah
buruk. Suatu perkembangan bahasa dapat terjadi pada tahun-tahun usia sekolah, pada masa
remaja, jika bahasa adalah buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.
Kemampuan anak untuk mengartikulasikan dengan lengkap kebutuhannya dapat mendorong
cara fisik berkomunikasi. Pendekatan perilaku dapat membantu mendorong suatu tingkat
perawatan diri sendiri, walaupun orang dengan retardasi mental berat biasanya memerlukan
pengawasan yang luas.
Retardasi Mental Sangat Berat.Anak-anak dengan retardasi mental sangat berat
memerlukan pengawasan yang terus menerus dan sangat terbatas dalam
ketrampilankomunikasi dan motoriknya.Pada masa dewasa, dapat terjadi suatu
perkembangan bicara, dan ketrampilan menolong diri sendiri yang sederhana dapat
dicapai.Walaupun pada masa dewasa, perawatan adalah diperlukan.
Ciri Lain.Survey telah mengenali sejumlah ciri klinis yang lebih sering terjadi pada orang
dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum. Ciri-ciri tersebut yang dapat terjadi
tersendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, adalah hiperaktivitas, toleransi frustasi
yang rendah, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan
perilaku melukai diri sendir dengan berbagai jenis. Perilaku melukai diri sendiri tampaknya
lebih sering dan kuat dengan semakin beratnya retardasi mental.Seringkali sulit
memutuskanapakah ciri klinis di atas adalah gangguan mental komorboid atau sekuela
langsung dari keterbatasan perkembangan yang disebabkan oleh retardasi mental.

PSIKOPATOLOGI KOMORBOID
Prevalensi.Selama dekade terakhir, beberapa survey epidemiologi menyatakan bahwa
gangguan mental lain pada anak-anak dan orang dewasa dengan retardasi mental terentang
antara sepertiga dan duapertiga, angka yang beberapa kali lebih tinggi dibandingkan angka
pada sampel komunitas yang tidak mengalami retardasi mental.Prevalensi psikopatologi
tampaknya berhubungan dengan derajat retardasi mental, semakin parah retardasi mental,
semakin tinggi risiko gangguan mental lainnya.Jenis gangguan mental tampaknya
keseluruhan yang ditemukan padaa orang tidak mengalami retardasi mental, termasuk
gangguan mood, skizofrenia, gangguan defisit atensi/hiperaktivitas, dan gangguan
konduksi.Orang dengan retardasi mental berat memiliki gangguan autistic dan gangguan
perkembangan pervasive yang cukup tinggi.Kira-kira 2 sampai 3 persen orang retardasi
mental memenuhi criteria skizofrenia yaitu beberapa kali lebih tinggi dibandingkan angka
untuk populasi umum.Sampai 50 persen anak-anak dan orang dewasa retardasi mental
memiliki suatu gangguan mood jika instrument tertentu seperti Kiddie Schedule for Affective
Disorders and Schizophrenia, Beck Depression Inventory, dan Childrens Deppression
Inventory digunakan dalam penelitian awal.Karena instrument di atas belum dibakukan pada
populasi retardasi mental, temuan tersebut harus dianggap pendahuluan.

Faktor Risiko
Gangguan Neurologis. Laporan menyatakan bahwa risiko untuk psikopatologi meningkat
dalam berbagai kondisi neurologis, seperti gangguan kejang. Angka psikopatologi meningkat
dengan keparahan retardasi mental, yang menyatakan peningkatan gangguan neurologis saat
gangguan intelektual meningkat.
Sindroma Genetik. Beberapa bukti menyatakan bahwa sindroma dengan dasar genetik,
seperti sindroma X rapuh, sindroma Prader-willi, dan sindroma Down adalah disertai dengan
manifestasi perilaku spesifik. Orang dengan sindroma X rapuh diketahui memiliki angka
gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas yang sangat tinggi (sampai tigaseperempat yang
diteliti). Tingginya angka perilaku interpersonal dan fungsi bahasa yang menyimpang
seringkali memenuhi criteria gangguan autistic dan gangguan kepribadian menghindar.
Sindroma Prader-Willi hampir selalu disertai dengan gangguan makan kompulsif, hiperfagia,
dan obesitas. Pada sindroma Down, fungsi bahasa adalah relative lemah, sedangkan
sosiabilitas dan ketrampilan social, seperti kerja sama interpersonal dan kenyamanan pada
pertemuan social adalah relative kuat.
Faktor psikososial. Citra diri yang negative dan harga diri yang buruk adalah ciri yang
sering ditemukan pada orang retardasi mental ringan dan sedang, yang merasa berbeda dari
orang lain. Mereka mengalami kegagalan dan kekecewaan berulang karena tidak memenuhi
harapan orang tuanya dan masyarakat dan secara progresif tertinggal di belakang teman
sebayanya dan bahkan oleh sanak saudaranya yang lebih kecil. Kesulitan komunikasi
semakin meningkatkan kerentanan mereka terhadap perasaan kecanggungan dan frustasi.

DIAGNOSIS BANDING
Menurut definisinya, retardasi mental harus dimulai sebelum usia 18 tahun. Anak dengan
retardasi mental harus mengahadapi begitu banyak situasi social dan akademik yang sulit
sehingga seringkali terbentuk pola maladaptive, yang mempersulit proses diagnostic. Tetapi
anak yang rentan yang terpapar dengan stressor lingkungan yang terus menerus mungkin
tidak berkembang dengan kecepatan yang diharapkan. Masalah diagnosis banding yang
paling sulit adalah pada anak-anak dengan retardasi mental berat, cedera otak, gangguan
autistic, skizofrenia dengan onset masa anak-anak atau menurut beberapa ahli, penyakit
Heller. Kebingungan berasal dari kenyataan bahwa perincian riwayat awal dari anak sering
kali tidak diperoleh atau tidak dapat dipercaya. Anak-anak dibawah usia 18 tahun yang
memenuhi criteria diagnostic untuk demensia dan yang menunjukkan I.Q. kurang dari 70
diberikan diagnostic demensia dan retardasi mental. Orang yang I.Q.nya turun sampai kurang
dari 70 setelah usia 18 tahun dan yang memiliki onset baru gangguan kognitif tidak diberikan
diagnosis retardasi mental tetapi hanya mendapatkan diagnosis demensia.
PENATALAKSANAAN
Obat-obat psikotropika (tioridazin, mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi atau
gangguan hiperaktif
Antidepresan (imipramin/tofranil)
Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS


Pada sebagian besar kasus retardasi mental, gangguan intelektual dasar tidak membaik,
walaupun pada tingkat adaptasi orang yang terkena dapat didorong secara positif dengan
lingkungan yang diperkaya dan mendukung.Seperti pada orang tanpa retardasi mental,
semakin banyak gangguan mental komorboid yang terjadi, semakin buruk prognosis
keseluruhan.Jika gangguan mental yang jelas menumpang pada retardasi mental, terapi
standart untuk gangguan mental komorboid sering kali menguntungkan.Tetapi terdapat
sedikit ketidakjelasan tentang klasifikasi perilaku penyimpangan tertentu seperti
hiperaktivitas, labilitas emosional, dan disfungsi social apakah mereka merupakan gejala
psikiatrik tambahan atau sekuela langsung dari retardasi mental?Pada umumnya, orang
dengan retardasi mental ringan sedang memiliki fleksibilitas terbesar dalam hal beradaptasi
terhadap berbagai kondisi lingkungan.

TERAPI
Retardasi mental adalah berhubungan dengan beberapa kelompok gangguan heterogen dan
berbagai faktor psikososial.Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer.Merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan
retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk:
1. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang
retardasi mental.
2. Usaha terus menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
3. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maternal dan anak yang optimal.
4. Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan retardasi mental.
Pencegahan Sekunder dan Tersier.
1. Pendidikan untuk anak. Lingkungan pendidikan untuk anak-anak retardasi mental harus
termasuk progam lengkap yang menjawab latihan ketrampilan adaptif, latihan ketrampilan
social, dan latihan kejuruan.Perhatian harus difokuskan pada komunikasi dan usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup.
2. Terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika. Kesulitan dalam beradaptasi diantara orang
retardasi mental adalah luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau
dalam kombinasi mungkin berguna.Terapi perilaku, Dorongan positif untuk perilaku yang
diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku yang
tidak diinginkan telah banyak menolong.Terapi kognitif, seperti menghilangkan keyakinan
palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk
pasien retardasi mental yang mampu mengikuti intruksi.
3. Terapi psikodinamika, telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk
menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi
yang menetap.
4. Pendidikan keluarga, satu bidang yang paling penting yang dapay dijawab oleh klinisi
adalah pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi mental tentang cara meningkatkan
kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistis untuk pasien.
Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa,
kesedihan, penyangkalan yang terus menerus timbul, dan kemarahan tentang gangguan dan
masa depan anak.
5. Intervensi Farmakologis,pendekatan farmakolgis dalam terapi gangguan komorboid pada
pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak
mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian berbagai
medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak teretardasi mental.

DAFTAR RUJUKAN
Harold, I., Kaplan, Benjamin, J., & Jack, A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binapura
Aksara.
Maramis, W. F. 1998. Catatan Ilmu Keduokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Notosoedirjo, M. & Latipun. 2002. Kesehatan Mental, Konsep, dan Penerapan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai