Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara
itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti industri, pendidikan,
kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan kata lain efektif menyangkut tujuan dan
efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut.
Latar Belakang
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada
umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi
perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing)
dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan
mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen
yang maksimal. Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing
fungsi manajemen :
Walaupun perkembangan ilmu dan teori manajemen lebih banyak dipengaruhi oleh
kebutuhan perkembangan bisnis, tapi pada dasarnya organisasi di luar bisnis (publik) dapat
memanfaatkan perubahan-perubahan tersebut. Hingga saat ini teori manajemen sudah
berkembang hingga generasi kelima (V), walaupun istilah sebenarnya kurang tepat,
barangkali lebih tepat disebut sebagai perbedaan pendekatan paradigma.
Secara sistematis perkembangan teori manajemen tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Generasi Manajemen I
Sebutan : Jungle management = Manajemen berbuat (by doing)
Ciri Utama : Mengerjakan sendiri segala sesuatu (doing things by our self)
Sumber Kekuatan : Diri sendiri
Tipe Organisasi : Kepemilikan
Konsep Dasar :-
Generasi Manajemen II
Sebutan : Manajemen kendali (by directing)
Ciri Utama : Mengerjakan sesuatu melalui orang lain (doing things through by
the other people)
Sumber Kekuatan : Pemimpin
Tipe Organisasi : Feodal hirarkies/kepemilikan (step hierarchy)
Konsep Dasar : -
Generasi Manajemen III
Sebutan : Manajemen hasil (by result)
Ciri Utama : Menggunakan target kuantitatif
Sumber Kekuatan : Pemimpin dan tim kerja
Tipe Organisasi : Struktural/ fungsional
Konsep Dasar : Pembagian kerja, interst pribadi, dan penghargaan untuk
pekerjaan/tugas
Generasi Manajemen IV
Sebutan : Manajemen kreativitas nilai (value craetive)
Ciri Utama : Menggunakan target kualitatif, kepuasan pelanggan atau pekerja
Sumber Kekuatan : Nilai-nilai yang disepakati bersama
Tipe Organisasi : Struktural/fungsional dengan modifikasi (komputerisasi)
Konsep Dasar : Pembagian manajerial, pemisahan pemilik dan manajer, pemisahan
cara berpikir dan berbuat, dan otomatisasi
Generasi Manajemen V
Sebutan : Manajemen pengetahuan dan jaringan antar manusia (knowladge and
human networking)
Ciri Utama : Menggunakan keunggulan peroarangan dalam kerjasama (jaringan)
Sumber Kekuatan : Jaringan antar profesional
Tipe Organisasi : Jaringan antar manusia (human networking)
Konsep Dasar : Jaringan kelompok, proses kerja terintegrasi, pengaturan dan
pemilihan waktu yang manusiawi, kesatuan fokus tugas/tim kerja
sesuai dengan kondisi.
(Sumber: diolah dari Joiner, 1994; Savage, 1990)
Sementara itu, Peter F. Drucker melihat perkembangan manajemen dilihat dari sudut
tranformasi sosial sebagai berikut:
1. Abad 21 ini adalah abad transformasi sosial dengan kecenderungan: (a) Terjadi perubahan
struktur sosial dan transformasinya, misalnya kebangkitan dari pekerja kerah biru (blue
collor) menuju kebangkitan pekerja. (b) Munculnya masyarakat berpengetahuan dengan
ciri bekerja dalam organisasi dan jaringan-jaringan masyarakat karyawan yang luas, dan
relatif makin berkurangnya pekerjaan tetap seumur hidup. (c) Masyarakat berpengetahuan
yang terdiri dari 3 sektor yakni: sektor publik (pemerintah), sektor swasta (bisnis) dan
sektor sosial (stake holders lainnya). (Drucker, 1994:201).
2. Ciri manajemen yang akan dan seharusnya dilakukan ialah ilmu dan terapan manajemen
yang menyesuaikan diri dengan transformasi sosial tersebut, yakni pengembangan
manajemen dalam masyarakat jaringan/berpengetahuan dengan upaya-upaya antara
lain: (a) Mempelajari asumsi-asumsi terhadap lingkungan, visi, misi dan core business
(andalan utama bisnis atau sasaran publik), harus sesuai dengan realita. (b) Teori-teori
bisnis (termasuk publik) harus diketahui dan dipahami seluruh jaringan organisasi dan
terus menerus diuji mengingat perkembangan lingkungan yang cepat dan sukar
diprediksikan. (c) Perencanaan yang tepat untuk menghadapi ketidakpastian dalam
berbagai dimensinya. (d) Organisasi bisnis (dan publik) harus mampu menggali sumber-
sumber daya dan pengetahuan dan kemampuan manusianya, agar dapat memberi respon
ketika peluang-peluang muncul (yang sering tidak terduga datangnya). (e) Untuk
mengadaptasi masyarakat jaringan, harus dijawab dengan berbagai rekayasa yang
berorientasi dan berkualitas jaringan, seperti kemitraan, pelimpahan kepada pihak luar
(out sourcing), perampingan (downsizing), pendataran organisasi (leaning), aliansi,
manajemen mutu terpadu (total quality management), penetapan standar mutu baru
(benchmarking), langkah-langkah strategis/keputusan-keputusan strategis, pemanfaatan
konflik secara positif, manajemen sumber daya manusia, berbagai model pemberdayaan
(empowerment) dalam jaringan, unit, tim, yang ditunjang sistem informasi, dan rekayasa
manajemen lainnya yang sesuai. Tujuannya adalah menyambut era baru, masyarakat baru,
dengan organisasi jaringan yang bersifat majemuk, otonom, menghargai kualitas
perorangan dalam bekerja sama. (Drucker, 1997:21-30, 39-44, 63-70 dan 93-100).
1. PLANNING (PERENCANAAN)
Perencanaan adalah menetapkan suatu cara untuk bertindak sebelum tindakan itu
sendiri dilakukan.
Manfaat Planning :
Kelemahan planning :
Pekerjaan yang tercakup dalan perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata
Cenderung menunda kegiatan
Perencanaan kuantitatif
Perencanaan kualitatif
2. ORGANIZING (ORGANISASI)
4. Ukuran orgnisasi
1. Spesialisasi kegiatan
2. Standarisasi kegiatan
3. Koordinasi kegiatan
3. PENGAWASAN
Pengawasan adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah di
laksanakan,menilainya,dan bila perlu mengoreksi nya dengan maksud supaya pelaksanaan
pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana semula.
TUJUAN PENGAWASAN
- Mengoreksi dan memperbaiki kesalahan dan kesulitan tersebut agar sesuai dengan
rencana semula.
PRINSIP PENGAWASAN
- Dapat mereflektir sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus di awasi
-Fleksibel.
-Ekonomis.
-Dapat di mengerti.
OBYEK PENGAWASAN
- Produksi yaitu pengawasan yang terfokus pada kuantitas dan kualitas barang yang di
produksi.
- Waktu yaitu pengawasan yang di lakukan guna mengetahui seberapa lama waktu yang di
perlukan untuk memproduksi suatu barang apakah sesuai dengan rencana semula.
- Manusia dan kegiatan nya yaitu pengawasan yang di lakukan untuk mengetahui apakah
bawahan melakukan apa yang di instruksikan dan sesuai dengan rencana semula.
SUBYEK PENGAWASAN
- Intern yaitu pengawasan yang di lakukan oleh orang2 ataupun petugas2 yang berwenang
dalam suatu perusahaan.
- Extern yaitu jika dalam penawasan tersebut melibatkan orang lain yang bukan dari
lingkungan perusahaan tersebut, inilah yang di sebut dengan sosial control. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas perusahaan itu sendiri.