Anda di halaman 1dari 4

9.1.

3
Fundamental Principles of Treatment of Infection
Untuk mengobati infeksi akut dentoalveolar serta facial space abses dengan benar, berikut ini
yang dianggap mutlak diperlukan adalah :

Mengambil secara rinci medical history dari pasien


Drainase pus, ketika sudah terbentuk pada jaringan. Hal ini dicapai (1) dengan cara root canal, (2) dengan
insisi intraoral, (3) dengan insisi ekstraoral, (4) melalui ekstraksi alveolus. Tanpa evakuasi pus, yaitu
dengan pemberian antibiotik saja, infeksi tidak akan sembuh
Pengeboran gigi dilakukan pada saat fase awal inflamasi, untuk mengalirkan eksudat melalui saluran akar,
bersamaan dengan heat theraphy. Dengan cara ini penyebaran inflamasi dapat dihindari dan pasien
dapat relief of pain. Drainase juga dapat dilakukan dengan trephination dari tulang bukal, ketika saluran
akar tidak dapat diakses
Antisepsis pada area dengan antiseptic solution sebelum insisi
Anastesi pada area dimana akan dilakukan insisi dan drainase, dengan block technique bersamaan
peripheral infiltration pada jarak tertentu dari area inflamasi, untuk menghindari risiko mikroba yang
ada menyebar ke jaringan yang lebih dalam
Perencanaan insisi :
Luka pada saluran (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar dan saraf dihindari (Gambar 9.11
9.13)
Drainase yang cukup diperlukan. Insisi dilakukan pada superficial, pada titik terendah akumulasi, untuk
menghindari rasa sakit dan memudahkan evakuasi pus di bawah gravitasi (Gambar 9.14)
Insisi tidak dilakukan pada area yang terlihat, untuk alasan estetika; jika memungkinkan, dilakukan
secara intraoral
Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada waktu yang tepat. Ini terjadi ketika pus terakumulasi pada
jaringan lunak dan fluktuasi selama palpasi, yaitu saat ditekan antara ibu jari dan jari tengah, ada
gerakan seperti gelombang (wave-like movement) pada cairan dalam abses. Jika insisi premature,
biasanya ada perdarahan kecil, tidak ada rasa sakit pada pasien, dan edema tidak mereda
Lokalisasi pus yang tepat pada jaringan lunak (jika tidak ada fluktuasi) dan insisi untuk drainase harus
dilakukan setelah interpretasi data tertentu; sebagai contoh memastikan titik paling lunak pada
pembengkakan selama palpasi, kemerahan dari kulit atau mukosa, dan titik yang paling sakit saat ada
tekanan. Area ini menunjukkan dimana insisi superficial dengan scalpel dilakukan. Jika tidak ada
indikasi akumulasi dari pus, kumur intraoral panas dengan chamomile direkomendasikan untuk
mempercepat perkembangan abses dan untuk memastikan abses matang
Hindari aplikasi kompres panas ekstraoral, karena hal ini berarti peningkatan risiko evakuasi pus pada
kulit (drainase spontan)
Drainase abses awalnya dilakukan dengan hemostat, dimana dimasukkan pada rongga abses dengan
keadaan closed beaks (paruh hemostat tertutup), digunakan secara lembut untuk mengexplore rongga
dengan open beaks (paruh hemostat terbuka) dan ditarik lagi dengan open beaks (paruh hemostat
terbuka) (Gambar 9.16). Pada waktu yang sama blunt dissection dilakukan, regio jaringan lunak dipijat
dengan lembut, untuk memudahkan evakuasi pus
Penempatan rubber drain di dalam rongga dan stabilisasi dengan suturing pada salah satu ujung insisi,
bertujuan untuk menjaga agar insisi terbuka dan drainase berlangsung secara continuous pada pus yang
baru terakumulasi

Pengambilan gigi yang terlibat dilakukan secepatnya, untuk memastikan segera drainase untuk bahan
peradangan dan eliminasi pada sisi yang terinfeksi. Ekstraksi dihindari jika gigi masih bisa
dipertahankan, atau jika ada peningkatan risiko komplikasi serius pada kasus dimana pengambilan gigi
sangat sulit dilakukan
Pemberian antibiotik, saat pembengkakan umumnya diffuse dan menyebar, dan terutama jika ada demam,
dan infeksi menyebar ke fascial spaces, terlepas dari apakah ada indikasi adanya pus
Terapi antibiotic biasanya bersifat empiris, mengingat fakta bahwa dibutuhkan waktu untuk mendapatkan
hasil dari sampel culture. Karena mikroorganisme yang paling sering diisolasi pada infeksi odontogen
adalah streptococci (aerob dan anaerob), penicillin tetap menjadi antibiotic pilihan untuk perawatan (see
Chap. 16)

Referensi :
Fragiskos, D.F., 1965. Oral Surgery, Heidelberg: Springer-Verlag : Chapter 9 Odontogenic Infections,
page : 211-213

Anda mungkin juga menyukai