Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MATA KULIAH
KEBIJAKAN PEMERINTAH / PUBLIK

JUDUL :
MASALAH SOSIAL KENAKALAN REMAJA KASUS GENG MOTOR
Dosen Pengampu : Rahmat Hidayat,S.IP.,MA

Disusun Oleh :
NANA MASNA
NIM. 140221002

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2017
MASALAH SOSIAL KENAKALAN REMAJA KASUS GENG MOTOR

Indonesia adalah salah satu negara besar baik ditinjau dari segi kuantitas
penduduk maupun luas wilayah. Di Indonesia saat ini banyak sekali bermunculan
masalah-maslah sosial yang mengganggu ketertiban umum, bahkan sampai
berujung pada tindak kriminal. Namun demikian, dari sekian banyak massalah-
masalah sosial yang muncul di berbagai daerah di Indonesia, tidak semua menjadi
sebuah masalah ketika dibawa ke daerah lainnya.
Geng motor merupakan kelompok anak muda (remaja) karena ada
kesamaan latar belakang, sekolah, daerah dan lain-lain yang tergabung dalam
suatu komunitas pengguna kendaraan bermotor roda dua. Komunitas bermotor
saat ini bukan hanya menjadi trend masyarakat perkotaan, melainkan sudah
menjamur sampai pelosok pedesaan. Hal tersebut selain semakin mudahnya cara
masyarakat memiliki kendaraan berotor roda dua, juga karena kebutuhan akan
transportasi maupun sebagai gaya hidup bagi sebagaian orang.
Geng motor dalam dapat menjadi sebuah masalah sosial di beberapa
daerah tertentu yang ada di Indonesia namun tidak di daerah yang lainnya.
Dimensi patologis yang disebabkan maraknya geng motor yang bermunculan di
beberapa daerah yang ada di Indonesia sejatinya sudah menjadi sebuah akar
permasalahan yang memang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Banyak hal yang kemudian menyebabkan permasalahan sosial muncul dari
geng motor yang berkeliaran di beberapa daerah tertentu yang kemudian menjadi
sebuah penyakit sosial. Fenomena geng motor menyebabkan beberapa masalah
soaial baik dalam ranah norma dan nilai masyarakat maupun dalam konteks
Negara dalam mengayomi masyarakat yang kemudian melatarbelakangi penulis
untuk mengkaji fenomena ini sebagai salah satu dimensi sosial dalam masyarakat.
Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang suka
melakukan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Perlu
dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Club Motor biasanya
mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat
organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok
pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio. Ada juga
Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan,
semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau
didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi
geng yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka
membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi
menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran adalah
upaya dalam pencarian identitas mereka. Selama ini banyak anggota geng motor
itu dari kalangan anak-anak Sekolah Mengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan menggunakan berbagai jenis motor. Mereka
berkeliaran di malam hari sekitar pukul 23.00 sampai 03.00, dan melakukan
berbagai keonaran, penganiayaan dan kejahatan lainnya, bahkan sampai
membunuh.
Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak
keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend and mode yang
sedang berlangsung saat itu. Aksi brutal itu perlu diredam. Mulanya berbuat jahat
dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan
membunuh. Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka
mengkonsumsi narkoba.
Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih
sekolah sumber keuangan ada di orang tua. Oleh karenanya, jika orang tua tak
memberi uang cukup, mereka terpaksa membenci dan mengancam orangtuanya
tadi. Sedang aksi kejahatan berupa perampasan dan perampokan, merupakan jalan
lain untuk mendapatkan penghasilan.
Salah satu sebabnya kebrutalan adalah selain dekat dengan minuman
keras, anggota geng motor juga akrab dengan obat-obatatan terlarang. Bahkan,
ada satu geng motor yang ketua dan anggotaya bahkan merupakan pengedar dan
pengguna obat-obatan.
Alasan lain untuk menunjukkan eksistensi diri dan mencari uang. Mereka
ingin diakui keberadaannya. Tapi ada juga yang asal mulanya hanya karena
senang kebut-kebutan. Soal sebab tawuran antar geng motor, banyak hal yang bisa
menjadi pemicunya. Mulai dari masalah rebutan wanita, daerah kekuasaan, hingga
wilayah pemasaran obat-obatan. Seperti disebutkan tadi, tidak sedikit anggota
geng motor yang terlibat dalam perdagangan narkoba.
Di tiap wilayah mereka selalu mempunyai pemimpin. Kalau motor hilang
dirampas geng musuh atau polisi, mereka tidak akan rugi. Karena rata-rata mereka
memiliki motor itu dari hasil menjambret atau meminjam motor. Anggota geng
sebagian besar adalah remaja tanggung atau masih duduk di bangku SMU.
Mereka belum mempunyai penghasilan sendiri. Karena itulah mereka sering
melakukan kejahatan agar bisa membeli obat-obatan tersebut.
Mengapa ada sebagian kalangan remaja yang mudah terbujuk untuk
mengikuti geng motor? Benarkah seluruh fenomena itu sekadar persoalan
psikologis, ataukah justru lebih bercorak sosiologis?
Apabila problem sosial itu dilihat dari perspektif psikologistis, maka
penilaian yang muncul adalah kaum remaja yang menjadi anggota geng motor
tersebut sedang melampiaskan hasrat tersembunyinya.
Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939), kaum remaja itu
lebih mengikuti kekuatan id (dorongan-dorongan agresif) ketimbang superego
(hati nurani). Keberadaan ego (keakuan) mereka gagal untuk memediasi
agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam
kehidupan sosial (sublimasi).
Namun, pendekatan psikologis itu sekadar mampu mengungkap persoalan
dalam lingkup individual. Itu berarti nilai-nilai etis yang berdimensi sosial
cenderung untuk dihilangkan. Padahal, kehadiran geng motor lebih banyak
berkaitan dengan problem sosiologis.
Definisi tentang geng itu sendiri sangat jelas identik dengan kehidupan
berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian
negatif. Geng bukan sekadar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng
dalam bahasa Inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara
rapi. Dalam konsep yang lebih moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum
muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan.
Tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam kawanan
geng motor. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih
bergabung dengan geng motor adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang
orangtua. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua
mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya
hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat
mengganti dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua.
Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian,
dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya,
karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat
kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka
dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu
tempat yang paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan
tersebut adalah di lingkungan teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan
negatif kerap menjadi pilihan anak-anak broken home tersebut sebagai cara untuk
mendapatkan pengakuan eksistensinya.
Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat
ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media
bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif.
Remaja pada umumnya, lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan
tinggi. Namun, ajang-ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar. Padahal,
ajang-ajang seperti ini sangat besar manfaatnya, selain dapat memotivasi untuk
berprestasi, juga sebagai ajang aktualisasi diri. Karena sarana aktualisasi diri yang
positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya mereka melampiaskannya dengan aksi
ugal-ugalan di jalan umum yang berpotensi mencelakakan dirinya dan oranglain.
Kutipan dari Pikiran Rakyat : "Solusi Alternatif Kepala Dinas Pendidikan
Kota Bandung, Oji Mahroji, menginstruksikan kepada seluruh Kepala Sekolah
agar tidak segan-segan menindak siswanya yang terbukti terlibat dalam organisasi
geng motor, kalau perlu dikeluarkan dari sekolah. Diharapkan, tindakan tersebut
dapat menekan jumlah anggota geng motor dan aksi brutal mereka."
Sebenarnya tindakan tersebut tidak sepenuhnya efektif. Butuh keberanian
yang besar dan beresiko tinggi untuk melakukannya. Salah satu solusi yang bisa
memperbaiki keadaan mereka secara efektif adalah peran; kepedulian; dan kasih
sayang orang tua mereka sendiri.
Solusi ini akan lebih efektif, mengingat penyebab utama mereka memilih
geng motor sebagai bagian kehidupannya adalah karena mereka merasa jauh dari
kasih sayang orang tua. Dalam menterapi anaknya yang sudah terlanjur terlibat
anggota geng motor, orang tua bisa bekerja sama dengan psikolog yang mereka
percayai. Sehingga secara pasikologis sedikit demi sedikit anak akan
mendapatkan kembali kenyamanan berada dalam kasih sayang orang tua serta
Penanaman Nilai-nilai Agama sebagai upaya preventif terhadap peningkatan
jumlah anggota geng motor di kemudian hari, perlu dilakukan penanaman nilai-
nilai agama sejak dini. terutama tentang akhlaq (moral dan etika). Dengan begitu
anak akan mengetahui mana yang layak dilakukan dan mana yang tidak boleh
dilakukan. Sehingga pada saat mereka sudah mulai berinteraksi dengan
masyarakat mereka tahu batasan-batasan dan aturan yang harus dipatuhi.
Selain itu bagaimana melakukan pengendalian atau kontrol sosial atas
merebaknya geng motor itu? Dalam literatur sosiologi (Paul B Horton dan Chester
L Hunt, 1964: 140-146, dan Alex Thio, 1989: 176-182), ada cara yang dapat
dikerahkan untuk mengatasi deviasi sosial. yaitu:
Pertama, Internalisasi atau penanaman nilai-nilai sosial melalui kelompok
informal atau formal. Lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga dan sekolah,
adalah kekuatan yang dapat membatasi meluasnya geng motor. Mekanisme
pengendalian itu lazim disebut sebagai sosialisasi. Dalam proses sosialisasi itu,
setiap unit keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab membentuk,
menanamkan, dan mengorientasikan harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, serta
tradisi-tradisi yang berisi norma-norma sosial kepada remaja. Bahkan, hal yang
harus ditegaskan adalah sosialisasi yang bersifat informal dalam lingkup keluarga
jauh lebih efektif. Sebab, dalam domain sosial terkecil itu terdapat jalinan yang
akrab antara orang tua dengan remaja.
Kedua, penerapan hukum pidana yang dilakukan secara formal oleh pihak
negara. Dalam kaitan itu, aparat penegak hukum, seperti kepolisian, pengadilan,
dan lembaga pemenjaraan, digunakan untuk mengatasi geng motor.
Keuntungannya adalah penangkapan dan pemberian hukuman kepada
anggota-anggota geng motor yang melakukan tindakan kriminal mampu
memberikan efek jera bagi anggota-anggota atau remaja lain.
Kerugiannya, aplikasi hukum pidana membatasi kebebasan pihak lain
yang tidak berbuat serupa. Bukankah dalam masyarakat ada kelompok-kelompok
pengendara sepeda motor yang memiliki tujuan-tujuan baik, misalnya untuk
menyalurkan hobi automotif
Ketiga, deskriminalisasi yang berarti bahwa eksistensi geng-geng motor
justru diakui secara hukum oleh negara. Tentu saja, deskriminalisasi bukan
bermaksud untuk melegalisasi kejahatan, kekerasan, dan berbagai pelanggaran
norma-norma sosial yang dilakukan remaja. Deskriminalisasi memiliki pengertian
sebagai "kejahatan yang tidak memiliki korban". Prosedur yang dapat ditempuh
adalah pihak pemerintah dan masyarakat membuka berbagai jenis ruang publik
yang dapat digunakan kaum remaja untuk mengekspresikan keinginannya,
terutama dalam menggunakan kendaraan bermotor. Lapangan terbuka atau arena
balap bisa jadi merupakan jalan keluar terbaik.
Penutup, bahwa kehadiran geng motor merupakan fenomena sosial yang
harus direspons secara proporsional oleh para sosiolog dan ahli hukum dalam
mengatasi merebaknya geng-geng motor di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai