PENDAHULUAN
fenomena geologi yang berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang
melakukan studi pada bidang ini. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin
letusan termasuk contoh tephra (seperti abu, ash atau batu apung, pumice), batuan,
dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini
belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan
Pada daerah Kabupaten Barru, Pare-Pare dan Sidrap dijumpai lokasi yang
aspek vulkanologi yang dijumpai pada daerah penelitian sebagai kelanjutan proses
pembelajaran di kampus.
penelitian.
b. Mengetahui sifat dan komposisi larutan air panas pada manifestasi
menentukan fasies dari suatu gunungapi dan mengetahui sifat dari larutan air
Penelitian ini diadakan selama dua hari, yakni pada hari Sabtu dan Ahad,
tanggal 6 7 Juli 2017. Penelitian dilakukan pada daerah Kabupaten Barru, Kota
Pare-Pare, dan Kabupaten Sidrap. Ketiga kota tersebut termasuk dalam Provinsi
Kabupaten Gowa pada pukul 07.30 WITA dan tiba pada lokasi penelitian pertama
pukul 09.40 WITA. Lokasi penelitian kedua, yaitu Kota Pare-Pare dicapai pada
pukul 11.20 WITA. Penelitian dilakukan hingga pukul 16.30 dan dilanjutkan esok
harinya. Penelitian pada Kota Sidrap dimulai pada pukul 07.30 WITA hingga
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini ialah sebagai
berikut:
s.
t.
u.
v.
w. BAB II
x. GEOLOGI REGIONAL
Barat terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah
utara-barat laut dan terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang
barat menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km)
dan menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan
Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras,
baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkaiene-Maros yang luas sebagai lanjutan dari
dataran di selatannya.
ab. Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rerdah,
dengan puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga
pegunungan ini sebagian besar berbatuan gunungapi. Bagian selatannya selebar
20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan akhirnya
menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian
Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati
bagian utara selebar 35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah
perbukitan rendah dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang sangat luas
mengelilingi D. Tempe.
akhir pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh
endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari
2000 m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu
dengan bukti adanya sisipan lava dalam flysch. Batuan gunungapi berumur
Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkan dalam lingkungan laut, menindih
tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi
Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan
batubara, menindih tak selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch Kapur
Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini secara berangsur beralih ke endapan karbonat
Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai bagian
bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan
gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal
bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang
diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen Tengah
sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara
8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba yang
tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari
Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi Tonasa. Selama Miosen
akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae di endapkan
sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan itu tebalnya sekitar 4500 m, dengan
merupakan sumber bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan gunungapi yang masih
terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan batuan gunungapi
bagi formasi itu. Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya
berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill
dan retas, bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit.
dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 2 juta tahun. Setelah Pliosen Akhir,
rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga tidak ada
di tepi Sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan Holosen yang
melalui sesar naik ke arah Baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur
berlapis dan dibeberapa tempat mengandung lensa kromit; satuan ini tebalnya
tidak kurang dari 2500 meter dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan
batuan di sekitarnya.
merah, rijang radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit, dan
dan tersesarkan naik ke arah Baratdaya; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 1750
tufa, dan lava; batupasirnya bersusunan graywacke dan arkose, sebagian tufaan
tempat ditemukan konglomerat dengan susunan basal, andesit, diorit, serpih, tufa
terkesikkan, sekis, kuarsa, dan bersemen bartupasir; pada umumnya padat dan
meter, tertindih tidak selaras batuan Formasi Mallawa dan batuan gunungapi
batulempung, napal dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung;
dan tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya
dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal
beberapa centimeter dan berupa lapisan yang dapat mencapai 1,5 meter.
aj. Umur formasi ini adalah Eosen Bawah Eosen Tengah (Sukamto,
Formasi ini tidak kurang dari 400 meter; tertindih selaras oleh batugamping Temt
dan menindih tidak selaras batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi Tpv.
terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.
Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf) dan lingkungan neritik dangkal
hingga dalam dan laguna. Tebal Formasi Tonasa diperkirakan tidak kurang dari
3000 meter, menindih tidak selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak
selaras oleh Formasi Camba, diterobos oleh sill, dyke, dan stock batuan beku yang
gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan,
diterobos oleh retas, sill, dan stok bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu
andesit trakit, dan basal leusit (Subroto dan Saefuddin, 1972 dalam Sukamto,
1982) dan tefrit leusit, basanit leusit, leusitit, dan dasit (van Steiger, 1913 dalam
juta tahun, dasit dan andesit masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29
juta tahun (ET.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974 dalam Sukamto, 1982),
dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (van Leuwen, 1978 dalam
Sukamto, 1982).
berupa stok, dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfiri, berwarna
kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah Utara Bantimala
dan di sebelah Timur Barru menerobos batupasir Formasi Balangbaru dan batuan
granodiorit porfiri, dengan banyak fenokris berupa biotit amfibol, dan menerobos
Kalium/Argon granodiorit dari Timur Camba pada biotit menghasilkan 9,03 juta
ao. Qac: Endapan Aluvial dan Pantai, terdiri dari lempung, lanau,
at. Pulau Sulawesi dan sekitarnya adalah salah satu dari beberapa
kompleks aktif margin di dalam ilmu geologi, struktur, dan tektonik. Daerah pada
Akhir dari kegiatan gunungapi pada Kala Miosen Awal diikuti oleh
Terban Walanae ini memanjang dari Utara ke Selatan lengan Sulawesi bagian
Barat sehingga struktur sesar inilah yang mempengaruhi terhadap struktur geologi
Miosen Tengah dan menurun perlahan selama proses sedimentasi hingga Kala
au. Sesar utama yang berarah Utara Baratlaut terjadi sejak Miosen
Tengah dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Adanya perlipatan besar yang berarah
adanya tekanan mendatar berarah kirakira Timur Barat pada kala sebelum
Pliosen Atas. Tekanan ini pula menyebabkan adanya sesar sungkup lokal yang
Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian Timur Lembah
av.
aw.
ax.
ay.
az.
ba.
bb.
bc.
bd.
be.
bf.
bg.
bh.
bi. BAB XI
bj. POTENSI GEOTERMAL DAERAH MASSEPE
beruap, warm ground, mud pools, fumarol,,geyser, hot lakes, hot steam,
hot/warm pools, hot spring, sinter silika, dan sinter karbonat. Beikut
bn. Pada daerah Massepe dijumpai dua kolam air panas. Suhu air
panas pada kolam pertama sebesar 50o dan suhu air panas pada kolam kedua
sebesar 66oC. kondisi fisik dari air panas tersebut cukup jernih, sedikit berbau
permukaan kolam air panas. Air panas pada kolam ini merupakan tipe air panas
bikarbonat yang setelah direaksikan dengan larutan AgNO3, NaOH, dan NH3 akan
bp.
bq.
br.
bs.
bt.
bu. a
bv.
Gambar 11.1 (a) Pengujian suhu kolam 1, (b) Endapan hasil reaksi dengan NH3, (c)
bx. 11.1.2 Endapan hasil reaksi dengan AgNO3, dan (d) Endapan hasil reaksi dengan NaOH.
Sinter
Karbonat (Travertin)
sinter karbonat. Sinter yang dijumpai masih memiliki temperatur yang cukup
tinggi, hal ini menandakan bahwa panas dari geotermal masih berlangsung hingga
saat ini. Kehadiran sinter karbonat ini diperkirakan berhubungan dengan gas
ca. Sistem panas bumi Massepe merupakan sistem panas bumi yang
yang memiliki titik didih di bawah titik didih air pada tekanan yang sama,